Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang,

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

Perkembangan Penanaman Modal dan Sektor-sektor I Nyoman Karyawan 63

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

BIDANG AGROBISNIS KADIN PROPINSI JAWA TMUR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal tahun 1990 terdapat fenomena di negara negara pengutang yang

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis Perkembangan Industri

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

DAFTAR ISI. Sampul Depan. 1. Daftar Isi Bab I : Pendahuluan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian...

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REVITALISASI KEHUTANAN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

I. PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA TEMU INVESTOR PURWAKARTA PURWAKARTA, 12 OKTOBER 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

Transkripsi:

12 Rapat Dengan Wakil Presiden (Membahas Special Economic Zone) Dalam konteks ekonomi regional, pembangunan suatu kawasan dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan biaya komparatif yang rendah untuk meningkatkan kinerja perekonomian kawasan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Dalam hal ini peningkatan kinerja perekonomian diasumsikan dapat ditempuh melalui kemampuan menangkap peluang pasar sebagai outlet dari output produksi yang dihasilkan dari pemanfaatan resource endowment yang terdapat atau tersedia dalam kawasan tersebut. Reseouce endowment dimaksud tidak terbatas hanya potensi dan kekayaan alam tetapi juga termasuk sumberdaya manusia sebagai penghasil tenaga kerja. Pola pembangunan kawasan dapat dilakukan secara internal atau sepihak oleh pemerintah dan masyarakat setempat maupun secara kerjasama antar pemerintahan dalam negara maupun antar negara. Pola pembangunan segitiga pertumbuhan (growth triangle) merupakan salah satu contoh pembangunan kawasan yang dilakukan melalui kerjasama. Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) atau Indonesia-Malaysia-Singapura Growth Triangle (IMS-GT) yang sudah dicanangkan sejak dekade lalu adalah contoh pembangunan kawasan pertumbuhan yang dilakukan melalui kerjasama antar negara. Seiring dengan recovery ekonomi akibat hantaman krisis beberapa tahun lalu, beberapa indikator perekonomian makro menunjukkan kinerja yang makin bagus. Akan tetapi, fakta empiris menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor riil masih berjalan lamban dan perluasan kesempatan kerja menghadapi banyak kendala. Kondisi demikian berdampak pada peningkatan angka pengangguran yang akhirnya menjadi beban pemerintah. Data BPS tahun 2005 menunjukkan angka pengangguran terbuka sebesar 10.8 juta orang dan setengah pengangguran telah mencapai 14.3 juta orang.. Angka pengangguran yang tinggi dapat menyebabkan produktivitas sektor (perekonomian) menjadi rendah dan tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi tidak memadai. Oleh sebab itu, pemerintah sangat mendorong berbagai upaya yang dapat menyediakan kesempatan kerja atau lapangan pekerjaan, seperti dengan mendorong realisasi investasi di berbagai bidang. Investasi sebagai salah satu sumber pertumbuhan perekonomian nasional selain dapat memberikan tambahan lapangan pekerjaan, juga berpotensi memberikan tambahan penerimaan pendapatan pemerintah. Masalahnya, kegiatan investasi sejak krisis cenderung lesu, khususnya investasi PMA. Secara agregat persentase realisasi investasi PMA cenderung menurun dari 0.65 persen tahun 2000 menjadi 0.45 tahun 2004. Dalam nilai nominal, realisasi investasi PMA tahun 2004 mencapai US $ 4601.1 juta dari rencana investasi yang disetujui sebesar US $ 10277. 5 juta. Untuk investasi dalam negeri (PMDN), meski persentase realisasi cenderung meningkat pada periode 2000-2004, tetapi nominal realisasi jenis investasi tersebut sebenarnya mengalami penurunan, yaitu dari Rp 22038 milyar menjadi Rp 15264.7 milyar. Perubahan kabinet pemerintahan tampaknya menumbuhkan kepercayaan terhadap investor. Tahun 2005 nilai investasi, baik PMDN maupun PMA mengalami peningkatan. Nilai investasi PMDN meningkat menjadi Rp 30665 milyar, sedangkan investasi PMA mencapai US $ 8914.6 juta. Secara kumulatif, sejak tahun 2001 hingga 2004 penyerapan tenaga kerja adalah sebesar 672 174. Pada tahun 2005 nilai investasi

Analisis Kebijakan 13 di atas mampu memberikan tambahan kesempatan kerja sebanyak 278 859, sehingga secara kumulatif sejak 2001-2005 penambahan penyerapan tenaga kerja hanya sebesar 951 033 atau kurang dari 10 persen dibanding angka pengangguran terbuka. Tak dapat dipungkiri bahwa peningkatan investasi dalam skala besar merupakan ebutuhan mendesak untuk menekan beban pengangguran dan mendorong peningkatan kinerja kesejahteraan dari kehidupan masyarakat secara nasional. Masalahnya, ketersediaan potensi sumberdaya pendukung produksi relatif menyebar dan berbeda antar wilayah dan dukungan infrastruktur antar wilayah pun beragam kualitasnya. Lebih dari itu, kebijakan pendukung baik dari pusat maupun daerah yang terkait aktifitas investasi sering tidak selaras dengan keinginan merangkul para investor. Inisiasi langkah terobosan yang dapat mengatasi berbagai kendala tersebut membutuhkan strategi kebijakan yang matang dan komprehensif. Batasan dan Tujuan Pembentukan Special Economic Zone Secara umum, Special Economic Zone (SEZ) adalah suatu kawasan geografis yang memiliki aturan atau perundang-undangan ekonomi khusus dan berbeda dari aturan atau perundang-undangan ekonomi konvensional yang berlaku umum. Tujuan pembentukan SEZ terutama adalah untuk mendorong peningkatan investasi, khususnya investasi asing (PMA). Dalam konteks pembangunan wilayah atau kawasan, pembentukan SEZ dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan potensi strategis yang dimiliki suatu wilayah untuk mendorong percepatan perkembangan perekonomian di wilayah tersebut, melalui pemberian berbagai insentif dan kemudahan untuk melakukan produksi (industri) dan bisnis lain bagi para investor. Seluruh kegiatan produksi maupun bisnis lain yang dilakukan di wilayah SEZ diatur melalui kebijakan khusus sehingga output yang dihasilkan dari aktifitas ekonomi diharapkan memiliki keunggulan komparatif yang lebih baik. Selain perluasan kesempatan kerja dan berusaha, keberadaan SEZ diharapkan membawa dampak positif terhadap kinerja perekonomian baik di tingkat daerah maupun pusat. Khususnya dalam aspek peningkatan penerimaan pendapatan pemerintah dan produktivitas sektor. Selain itu, perluasan pengembangan SEZ di berbagai daerah diharapkan juga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi antar daerah. Syarat Pembentukan Special Economic Zone Pembentukan SEZ bukan merupakan pembukaan wilayah baru tetapi lebih merupakan pemacuan pengembangan suatu kawasan tertentu yang memiliki potensi dan keunggulan ekonomi. Sebagai kawasan ekonomi, daerah yang akan dijadikan SEZ selayaknya sudah memiliki kegiatan produktif, seperti kegiatan industri dan jasa penunjang yang berjalan aktif. Dengan demikian, selain sarana dan prasarana untuk akses bahan baku industri, kawasan tersebut juga harus memiliki sumber-sumber yang diperlukan untuk menjalankan suatu produksi seperti ketersediaan tenaga kerja dan lahan.

14 Kegiatan produktif akan dapat berjalan lancar bila di lokasi SEZ ketersediaan sarana dan prasarana penunjang cukup memadai dalam kuantitas dan kualitas. Selain sarana dan prasarana yang bersifat fisik, syarat pelancar yang dibutuhkan untuk mendorong kegiatan di SEZ adalah sistem pelayanan publik yang mudah dalam persyaratan serta sederhana (tidak berbelit-belit) dalam pengurusan administrasi agar para investor tidak menemui kendala biaya tinggi, sehingga mereka memiliki minat untuk menanamkan modal di wilayah SEZ tersebut. Kebijakan untuk memberikan insentif ekonomi kepada para investor yang menanamkan modal di lokasi SEZ, seperti dalam hal perpajakan, dan fasilitas lain terkait kegiatan industri dan jasa penunjang juga penting dan menjadi kebutuhan untuk merangsang investasi. Pembentukan Special Economic Zone di Negara Lain Pembentukan SEZ, telah dilakukan di beberapa negara seperti : RRC, India, Jordania, Polandia, Kazakhstan, Filipina, Ukraina, bahkan Korea Utara. Terdapat berbagai cara menginterpretasikan makna special dalam konsep pengembangan kawasan tersebut. Tetapi semua memiliki maksud relatif sama, yaitu memberikan kemudahan untuk menarik investasi. RRC dapat diambil sebagai contoh negara yang sudah cukup lama memberlakukan SEZ. Di RRC, SEZ telah dikembangkan sejak tahun 1980. Negara ini memiliki beberapa SEZ yang tersebar di beberapa propinsi. Di propinsi Guangdong terdapat 3 lokasi SEZ, yaitu: Shenzen, Zhuhai dan Shantou. Di propinsi Fujian terdapat 1 lokasi saja, yaitu Xiamen. Di Propinsi Hainan SEZ mencakup seluruh wilayah propinsi. Di propinsi Shanghai terdapat 1 lokasi SEZ, yaitu di Pudong, dan di Propinsi Liaoning lokasi SEZ hanya satu, yaitu di Dalian. Pemerintah pusat di RRC memberikan kebijakan dan prosedur khusus untuk kawasan SEZ disamping membolehkan penggunaan sistem manajemen perekonomian secara khusus: pemberian insentif pajak khusus untuk investasi asing di SEZ, mendorong kebebasan perdagangan internasional, dan karakteristik perekonomian diwujudkan dalam 4 prinsip, yaitu: a). pembangunan yang sangat bergantung pada penarikan dan penggunaan modal asing, b) mengutamakan bentuk perekonomian joint venture dan kemitraan Cina-Asing disamping perusahaan yang sepenuhnya dikuasai asing, c) mengutamakan produk yang berorientasi ekspor, dan d) aktifitas ekonomi sepenuhnya tergantung pasar. Dalam perencanaan nasional (termasuk perencanaan finansial) SEZ ditempatkan secara terpisah dan memiliki otoritas urusan ekonomi di tingkat provinsi. Selain itu, lembaga legislatif dan pemerintah lokal lokasi SEZ memiliki kewenangan untuk menetapkan peraturan sendiri. Di India, terdapat 14 lokasi SEZ yang tersebar di berbagai wilayah. Meski introduksi pembangunan SEZ sudah sejak tahun 2000, tetapi India baru memiliki undang-undang (act) tentang Special Economic Zone tahun 2003. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar, pasar tenaga kerja di India cenderung over supply, sehingga tingkat upah yang berlaku menjadi relatif murah. Ketersediaan tenaga kerja yang berlimpah dengan upah murah ini menjadi salah satu faktor penarik bagi investor untuk menanam modal di lokasi SEZ di India. Faktor penarik lain adalah kualitas pendidikan tenaga kerja yang relatif tinggi dan banyaknya

Analisis Kebijakan 15 insentif serta kemudahan yang ditawarkan oleh pemerintah India kepada investor asing. Cakupan kebijakan pemerintah untuk mendukung SEZ cukup luas, mulai dari aspek pelayanan umum, perpajakan, hingga aspek lingkungan. Dalam rangka pengembangan SEZ di India pemerintah setempat juga telah mengkonversi 11 Export Processing Zone menjadi SEZ. Dampaknya, kinerja ekspor meningkat cukup progresif di 11 kawasan tersebut. Pada tahun 2005 nilai ekspor mencapai Rs 18309 juta. Jumlah ini meningkat 32 persen dibandingkan ekspor tahun sebelumnya yang hanya senilai Rs 13853.58 juta. Rencana Pengembangan Special Economic Zone di Indonesia dan Perspektif Peran Pertanian Pemerintah Indonesia telah berencana untuk mengembangkan SEZ di wilayah-wilayah yang memiliki potensi pengembangan. Menurut Menko Perekonomian, saat ini Departemen Keuangan bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tengah mempersiapkan kriteria SEZ dan diharapkan akan ada banyak daerah yang bisa dikembangkan menjadi SEZ. Dengan mempertimbangkan ketersediaan sarana pendukung dan potensi pengembangan wilayah yang sudah ada, pemerintah akan menjadikan pulau Batam dan Bintan sebagai percontohan lokasi SEZ. Secara geografis posisi kedua pulau cukup strategis untuk mendukung perdagangan internasional karena jaraknya yang relatif dekat dengan Singapura dan Malaysia. Pulau Batam sejak lebih dari 10 tahun lalu telah berkembang menjadi daerah industri yang didukung dengan kemajuan sektor perdagangan dan pariwisata. Perekonomian Batam tumbuh hingga 8.3 % dengan investasi sampai dengan tahun 2004 mencapai US $ 10.28 milyar, dengan porsi terbesar investasi dari pihak swasta Pengembangan ekonomi di Batam tidak lepas dari dukungan keberadaan lembaga khusus yang diberi mandat mengelola kawasan tersebut yaitu Badan Otorita Batam. Pengembangan kawasan Batam juga mencakup penyatuan pulau-pulau disekitarnya (Rempang dan Barelang). Sementara itu di pulau Bintan, selain potensi industri, perdagangan dan wisata, keunggulan lain yang dimiliki adalah pengembangan agroindustri. Badan Otorita Batam tengah merencanakan pembangunan jembatan yang dapat menghubungkan kedua pulau sehingga potensi kedua pulau dapat digabungkan. Pengembangan SEZ di daerah yang memiliki potensi produksi pertanian, seperti di pulau Bintan, merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambah produk dari proses agroindustri dan upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Keberadaan para investor, khususnya yang bergerak di bidang agroindustri, dapat diajak sebagai mitra dalam mengembangkan produksi pertanian melalui pemasokan bahan baku industri hasil pertanian. Apabila skala industri dapat ditingkatkan, kebutuhan pasok bahan baku meningkat dan menjadi peluang pasar yang dapat direspon petani dengan meningkatkan skala dan atau intensitas produksi. Disamping itu, adanya kontinuitas kebutuhan pasokan akan mempengaruhi proses pembentukan harga jual produksi sehingga tingkat harga jual yang diterima petani dapat lebih baik. Dengan tingkat penerimaan dari harga jual produksi yang relatif baik petani di

16 lokasi SEZ akan memiliki kesempatan untuk dapat memperbaiki tingkat pendapatan dan kesejahteraan mereka. Selain sebagai produsen komoditas yang menjadi bahan baku industri, rumahtangga pertanian juga berpotensi sebagai sumber tenaga kerja. Apabila pembukaan investasi di lokasi SEZ dapat menampung tenaga kerja dari rumahtangga pertanian tersebut, maka pengembangan SEZ juga dapat mempengaruhi ragam dan tingkat perolehan pendapatan rumahtangga petani untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Terkait potensi pengembangan tersebut, selain kebijakan insentif produksi dan pemasaran kebijakan lain yang perlu diantisipasi antara lain menyangkut pengembangan infrastruktur, khususnya transportasi dan komunikasi, kebijakan perpajakan dan permodalan. Pengembangan infrastruktur menjadi syarat yang tidak dapat ditawar karena karakteristik produksi pertanian yang sifatnya menyebar dan dalam skala relatif kecil. Kualitas infrastruktur dapat berpengaruh dalam penentuan kualitas dan harga jual yang diterima petani. Dalam bidang perpajakan, disamping keringanan dalam pajak investasi kebijakan pengenaan pajak hasil pertanian perlu mempertimbangkan posisi petani agar tidak menjadi pihak yang dirugikan. Para petani juga berhak mendapat bagian dari pencapaian perolehan nilai tambah yang dihasilkan oleh proses agroindustri. Permodalan merupakan salah satu faktor strategis dalam investasi. Dalam kaitan ini dapat dijajagi kemungkinan kerjasama pembiayaan dari berbagai aktifitas produksi dan pengolahan hasil produksi pertanian dengan pihak-pihak terkait. Penutup Special Economic Zone (SEZ) hakekatnya merupakan konsep pembangunan wilayah atau kawasan dengan pemberian insentif dan perlakuan khusus di berbagai aspek perekonomian. Pengalaman di negara lain, pengembangan SEZ memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja perekonomian secara umum. Rencana pengembangan SEZ di Indonesia yang berimpit dengan sentra produksi pertanian perlu didukung karena memberikan peluang untuk mengembangkan insentif produksi dan peningkatan kesejahteraan petani. Departemen Pertanian dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan SEZ tersebut dengan memberikan dukungan kebijakan pertanian, khususnya terkait kegiatan produksi dan pengolahan hasil produksi serta dalam peningkatan kesejahteraan petani.