Analisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dopan Co Zn Variasi Fraksi Mol dan Temperatur Sintering

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kata Kunci : Barium Heksaferrit, Doping Ni Zn dan Temperatur Sintering.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) F-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

Pengaruh Holding Time Kalsinasi Terhadap Sifat Kemagnetan Barium M-hexaferrite (BaFe 12-x Zn x O 19 ) dengan ion doping Zn

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X B-41

KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

Bab 4 Data dan Analisis

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Pengaruh temperatur sintering terhadap struktur dan sifat magnetik La 3+ - barium nanoferit sebagai penyerap gelombang mikro

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND

J. Pijar MIPA, Vol. X No.1, Maret 2015: 7-13 ISSN (cetak) ISSN (online)

Bab 3 Metodologi Penelitian

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

ARIUM. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

PENGARUH HOLDING TIME KALSINASI TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN BARIUM M-HEXAFERRITE (BaFe 12-x Zn x O 19 ) DENGAN ION DOPING Zn

Callister, D W Materials Science and Enginering. Eighth Edition. New York : John Willy & Soon.inc

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

PENGARUH SUBSTITUSI ION Ti-Zn TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN dan SIFAT PENYERAPAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK MATERIAL SISTEM BaFe12-xTix/2Znx/2O19

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH KALSIUM TERHADAP SIFAT MAGNET BARIUM HEKSAFERIT HASIL SINTESIS DENGAN METODA KO-PRESIPITASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT ISOTROPIK RESIN EPOKSI - POLIANILIN /BARIUM M-HEKSAFERRIT

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying

Sintesis dan Karakterisasi Lapisan Radar Absorbing Material (RAM) Berbahan Dasar BaM/PANi pada Rentang Gelombang X-Band dengan Variasi Ketebalan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Jumlah Lapisan Terhadap Reflection Loss pada Komposit Barium Heksaferit / Polianilin sebagai RAM (Radar Absorbing Material)

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Struktur dan Sifat Magnetik Ni 2+ - Barium Ferit sebagai Penyerap Gelombang Mikro

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

JMI Vol. 38 No. 1 Juni 2016 METAL INDONESIA. Journal homepage: p-issn: e-issn : X

Pengaruh Substitusi Ion Dopan Co/Zn Terhadap Struktur Kristal Barium M-Hexaferrit (BaFe 12 O 19 )

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pengaruh Penambahan Doping Mn/Cu pada Barium Heksaferit sebagai Material Penyerap Gelombang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISASI BaFe 12 O 19 KOERSIVITAS TINGGI HASIL SINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI KIMIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

PERUBAHAN BUTIR DAN PENENTUAN TEMPERATUR PEMBENTUKAN BARIUM HEXAFERRITE TERSUBSTITUSI ION Mn +2 Dan Ti +4 MELALUI MEKANISME MEKANIKA MILLING

PENGARUH LAMA MILLING TERHADAP SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DAN MORFOLOGI TONER BERBAHAN BAKU ABU RINGAN (FLY ASH ), KARBON DAN POLIMER

Berkala Fisika ISSN : Vol. 15, No. 2, April 2012, hal 63-68

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

8ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.1 halaman 79 April 2013

Pelapisan Single Layer Penyerap Gelombang Radar Dispersi Barium M-Heksaferit/Polianilin pada Rentang X-Band

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

Sintesis dan Karakterisasi Komposit Isotropik Resin Epoksi- PANi / Barium M-Heksaferit BaFe12-2xCoxZnxO19 sebagai Material Antiradar

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

PEMBUATAN MATERIAL MAGNETIK KOMPOSIT BaFe9Mn0,75Co0,75Ti1,5O19/ELASTOMER UNTUK APLIKASI PENYERAP GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Analisis Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Paduan Al-Mg Hasil Proses Metalurgi Serbuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

SINTESIS BAHAN ABSORBER GELOMBANG MIKRO Ni (1,5-x)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 Analisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dopan Co Zn Variasi Fraksi Mol dan Temperatur Sintering dengan Metode Sol-Gel Auto Combustion Putu Ary Kresna Mudra dan Widyastuti Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: wiwid@mat-eng.its.ac.id Abstrak Barium Heksaferrit termasuk dalam material magnetik yang sering digunakan sebagai material penyusun Radar Absorbing Material (RAM) karena termasuk hard magnetik dengan memiliki magnetisasi dan koersivitas yang tinggi. Namun material yang diaplikasikan untuk RAM membutuhkan sifat magnetisasi yang tinggi dan koersivitas yang rendah. Oleh karena itu, maka diperlukan adanya substitusi ion pada barium heksaferrit agar dapat digunakan untuk aplikasi RAM. Substitusi ion Fe dilakukan dengan ion Ni, Zn, Co, Mn, Cu dan lain lain. Adanya efek substitusi tersebut mempengaruhi sifat kemagnetan berupa magnetisasi saturasi, koersivitas dan temperatur Curie. Pada penelitian ini dilakukan penambahan unsur paduan Co Zn pada Barium Heksaferrit sehingga dapat diaplikasikan sebagai RAM. Barium Heksaferrit disintesa menggunakan metode Sol Gel autocombustion dengan dopan Co Zn dan variasi fraksi mol sebesar 0,2; 0,4; dan 0,6. Kemudian diberikan perlakuan Sintering pada temperatur 750, 850 dan 950 O C selama 3 jam. Analisa mengenai sifat kemagnetan dan struktur mikro dari Barium Heksaferrit dilakukan dengan pengujian SEM, XRD, dan VSM. Hasil Pengujian VSM menunjukkan adanya doping Co dan Zn dapat menaikan saturasi magnetik hingga 88 emu/gr dan menurunkan koersivitas hingga 0,01788 tesla. Dengan adanya doping Co dan Zn menyebabkan morfologi serbuk berupa poligonal dan sponge. Dengan kenaikan temperatur sinter menghasilkan barium heksaferrit yang murni tanpa adanya fasa pengotor. Kata Kunci Barium Heksaferrit, Unsur pemadu, Fraksi mol dan Temperatur Sintering. I. PENDAHULUAN Pengaplikasian ilmu magnet salah satunya yaitu sebagai bahan penyusun Radar Absorbent Material (RAM ) dalam bidang militer,salah satunya dalam menunjang teknologi stealth untuk meminimalisir suatu benda dari deteksi radar. Kemampuan serap memiliki peranan yang sangat penting dalam pembuatan komponen RAM ini., untuk itu komposisi material sangat berpengaruh pada kemampuan serap terhadap gelombang radar pada frekuensi tertentu. Salah satu bahan yang sering digunakan sebagai penyusun RAM adalah Barium Heksaferit. Barium Heksaferit dengan struktur heksagonal (BaFe 12 O 19 ) telah dikenal sebagai material magnetik permanen. Penelitian tentang barium heksaferit berkembang dengan berbagai metode untuk mendapatkan nanopartikel barium heksaferit. Secara teori barium heksaferit memiliki Magnetisasi Saturasi (Ms) sebesar 72 emu/gr, medan koersivitas (Hc) sebesar 6700 Oe dan temperatur curie sebesar 450 0 C[1]. Sifat kemagnetan Barium Heksaferit ini menyebabkan pemakaian senyawa ini sebagai perekam magnetik, penyerap gelombang mikro (microwave) dan absorber. Namun dalam perkembangannya dalam perkembangannya karakteristik sifat kemagnetan yang cocok untuk aplikasi RAM ini yaitu memiliki Magnetisasi Saturasi yang tinggi namun memiliki nilai koersivitas yang rendah. Salah satu inovasinya yaitu mensubtitusi ion besi dalam dalam barium heksaferit dengan kation logam lain yang ukurannya hampir sama. Biasanya sejumlah ion Fe dalam komposisi hexaferrite dapat diganti dengan unsur unsur lain seperti Ti,Zn,Mn,Ni,Co,dll karena memiliki persamaan jari jari ionic dan konfigurasi [2]. Dengan adanya penambahan unsur lain yang dapat mensubtitusi Fe tersebut sehingga dapat mempengaruhi sifat kemagnetannya yaitu tetap memiliki saturasi magnetik (Ms) yang tetap tinggi namun memiliki nilai koersivitas yang rendah yang sesuai dengan sifat kemagnetan pada aplikasi RAM. Ukuran partikel ini sangat menentukan karakteristik magnet dari barium heksaferit. Selain itu dinyatakan bahwa nilai koersivitas magnet meningkat sebanding dengan ukuran partikel yang semakin kecil. Hal ini dikarenakan kecenderungan terbentuknya single domain pada partikelnya. Penelitian ini, barium heksaferrit akan ditambahkan unsur paduan Co-Zn sebagai material doping. Metode yang akan digunakan pada penelitian kali ini adalah dengan metode sol-gel. Metode ini memiliki beberapa kelebihan seperti reagen yang dipakai lebih mudah didapat, waktu yang dibutuhkan lebih singkat [3]. Perhatian pada penelitian ini ditujukan pada pengaruh variasi dari fraksi mol dan temperatur sintering terhadap sifat magnetik dan struktur mikronya. II METODOLOGI PENELITIAN A. Pembuatan Larutan Pembuatan larutan merupakan tahap awal untuk metode sol gel. Proses pembuatan larutan dimulai dengan menimbang bahan bahan yang diperlukan menggunakan neraca analitik. Kemudian, pengukuran aquades sebagai pelarut bahan. Selanjutnya, melarutkan serbuk barium nitrat dan besi (III) nitrat hidrat menggunakan aquades dalam gelas beaker kemudian dicampur dengan menggunaka ratio mol Fe/Ba 11. Dengan penamaan disebut larutan A. Larutan A diaduk dengan magnetic stirrer selama 15 menit. Larutan A kemudian ditambahkan dengan asam sitrit dengan perbandingan mol rasio 3 : 1 terhadap besi. Lalu menambahkan larutan A dengan unsur paduan Co dan Zn dengan variasi mol 0,2 0,4 dan 0,6.

2 Larutan amoniak ditambahkan dengan konsentrasi 5M kedalam larutan A menggunakan pipet sambil di aduk hingga mencapai ph yang diiinginkan yaitu 7 kemudian disebut larutan B. Selanjutnya, mengaduk larutan B selama 1 jam agar homogen. B. Proses Heat Treatment Proses Heat Treatment merupakan proses dimana reaksi sol gel akan terbentuk dan terjadi perubahan wujud dari larutan cair menjadi gel basah hingga menjadi gel kering (solid). Tahapan yang dilakukan yaitu dengan memberikan perlakuan panas pada larutan dengan temperatur 80 O C dan tetap mengaduk selama 3 jam, hasil proses ini akan terjadi gel basah. Kemudian Pemanasan larutan pada temperatur 250 O C selama 3 jam, hasilnya akan terbentuk gel kering. Gel yang sudah terbentuk mengembang kemudian diambil dan digerus dengan penumbuk. Gel yang sudah digerus dengan ukuran sangat halus dan siap untuk disintering. Proses sintering dilakukan dengan furnace pada temperatur 750,850 dan 950 O C dan ditahan selama 3 jam. C. Karakterisasi Serbuk Serbuk yang telah selesai proses sintering, akan dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui karakteristik serbuk tersebut dan mengetahui sifat magnetik yang terjadi. Hasil dari proses sintesis tersebut untuk mengetahui sifat magnetik dilakukan pengujian menggunakan alat pengujian VSM. Pengujian VSM ini akan menghasilkan sebuah kurva histerisis. Kurva histerisis ini akan menggambarkan bagaimana sifat magnetik yang terjadi. Nilai sifat magnetik yang dapat diketahui dari pengujian VSM ini diantaranya, nilai dari koersivitas, saturasi magnetic, dan remanensinya. Pengujian struktur permukaan dari sampel dilakukan dengan menggunakan alat SEM FEI S50 dengan pembesaran maksimum sebesar 50000x, dengan pengujian ini akan didapatkan morfologi dari permukaan sampel uji. Kemudian, pengamatan dengan menggunakan XRD dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi unsur atau senyawa yang terbentuk, penentuan komposisi, penentuan struktur kristal, dan lainlain. Data hasil pengujian ini berupa grafik puncak intensitas terhadap sudut 2theta (2θ). Data XRD dapat digunakan sebagai penentuan unsur atau senyawa major maupun minor, perhitungan ukuran kristal, penentuan struktur kristal dan penentuan komposisi unsur atau senyawa III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji VSM Pengujian VSM dilakukan untuk mengetahui sifat magnetik dari pengaruh subtitusi unsur Co-Zn pada material barium heksaferrit. Hasil dari pengujian VSM ini diperoleh sebuah kurva histerisis yang menunjukkan magnetik sampel. Nilai dari koervitas, saturasi magnetik dan nilai remanensi magnetik dari sampel akan dapat diketahui. Besar kecilnya nilai koersivitas ini akan mempengaruhi dari kesesuaian untuk diaplikasikan sebagai material penyerap radar. Pengujian ini dilakukan pada sampel dengan penambahan Co-Zn x= 0.2,0.4,dan 0.6. Gambar 2.1 Hasil VSM untuk Temperatur Sinter 750 o C pada variasi x = 0.2, 0.4, dan 0.6 Pada Gambar 2.1 dengan penambahan Co-Zn pada temperatur Sinter 750 O C paling baik terjadi pada x = 0,6 karena pada penambahan Co-Zn x = 0,6 memiliki nilai koersivitas paling kecil sebesar 0,05 T dari pada dengan penambahan x = 0,2 dan x = 0,6. Tetapi nilai saturasi magnetik yang paling besar terjadi pada x = 0,2 sebesar 55 emu/gr dengan berturut turut selanjutnya yaitu x = 0,4 dan x = 0,6 sebesar 49 dan 42 emu/g. Gambar 2.2 Hasil VSM untuk Temperatur Sinter 850 o C pada variasi x = 0.2, 0.4, dan 0.6 Pada Gambar 2.2 Menunjukkan bahwa penambahan Co- Zn pada x = 0,2 sebesar 79 emu/gr memiliki saturasi magnetik yang paling tinggi dari pada penambahan dopan x = 0,4 dan 0,6 dengan temperatur sinter 850 O C dan menjadi saturasi magnetik terbesar dari seluruh variasi. Dari kurva histerisis Temperatur Sinter 850 O C dapat dilihat bahwa x = 0,6 memiliki nilai koersivitas paling rendah dengan nilai 0,2 T.

3 Gambar 2.3 Hasil VSM untuk Temperatur Sinter 950 o C pada variasi x = 0.2, 0.4, dan 0.6 Pada Gambar 2.3 memperlihatkan bahwa penambahan Co-Zn pada x = 0,2 memiliki saturasi magnetik yang paling tinggi sebesar 95 emu/gr dari pada x = 0,4 dan 0,6 dengan lingkungan Temperatur Sinter 950 O C. dan nilai terkecil untuk koersivitasnya pada x=0,6 sebesar 0,22T. Dari Gambar 2.1, Gambar 2.2, dan Gambar 2.3 yang menggambarkan kurva histerisis dari serbuk barium heksaferrit dengan subtitusi unsur Co-Zn pada temperatur sinter 750, 850, 950 O C dengan x = 0.2, 0.4, dan 0.6 dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan fraksi mol Co-Zn pada barium heksaferrit dapat menurunkan nilai saturasi magnet (Ms) dan koersivitas (Hc). Jika dilihat dari penelitian yang mensintesa Barium Heksaferrit tanpa doping dengan metode sol gel [4] didapatkan nilai Ms terbesar yaitu 59 emu/gr dan koersivitas sekitar 5000 Oe atau 0,5 T. Dibandingkan dengan Barium Heksaferrit yang didoping Co dan Zn memiliki nilai saturasi magnetik lebih besar dari Barium Heksaferrit tanpa doping yaitu sebesar 88 emu/gr. Hal ini menyatakan doping Co membantu dalam meningkatkan nilai saturasi magnetik, dan doping Zn sangat membantu dalam menurunkan nilai koersivitas. Dapat dibandingkan juga dengan hasil dari penelitian yang dilakukan dengan pembentukan barium heksaferrit dengan penambahan unsur paduan [5],[6] dimana semakin bertambahnya fraksi mol unsur paduan dapat menurunkan nilai koersivitas. Terlihat bahwa dengan penambahan unsur paduan Co-Zn menurunkan nilai koersivitas tanpa menurunkan nilai saturasi, bahkan meningkat dari standar barium heksaferrit sebesar 70 emu/gr [1]. Dengan adanya penambahan unsur paduan dimana barium heksaferit yang pada mulanya memilki sifat hard magnetik setelah diberi unsur subtitusi Co-Zn menjadi bersifat soft magnetik Gambar 2.4 Grafik hubungan antara fraksi mol penambahan Co-Zn dengan besar nilai Koersivitas Pada Gambar 2.4 merupakan grafik yang hubungan antara nilai koersivitas dengan fraksi mol yang digunakan. Pada grafik terlihat bahwa nilai koersivitas paling rendah pada semua variasi fraksi mol adalah pada fraksi mol x= 0.6 pada semua variasi temperatur pula dengan nilai terendah 0,178 T pada temperatur Sinter 750 O C. Grafik fraksi mol penambahan Co-Zn terlihat memiliki koersivitas dengan tren yang menurun dari fraksi mol terkecil ke fraksi mol terbesar. Karena anisotropi magnetik dari barium heksaferrit tersebut mengalami penurunan dengan adanya bertambahnya fraksi mol, sehingga sifat soft magnetic muncul ketika pada fraksi mol tertinggi. Anisotropik magnetik ini yang memegang peranan apakah material tersebut dapat dimagnetisisasi, atau arah dari domain magnet dapat searah bersifat Hard Magnetic atau acak bersifat Soft Magnetic. Gambar 2.5 Grafik hubungan antara fraksi mol penambahan Co-Zn dengan besar nilai Saturasi Magnetik

4 Gambar 2.5 merupakan grafik yang hubungan antara nilai Saturasi magnetik dengan fraksi mol yang digunakan. Pada grafik terlihat bahwa nilai saturasi magnetik paling tinggi pada semua variasi fraksi mol adalah pada fraksi mol x= 0.2 pada temperatur 950 O C dengan nilai 88 emu/gr. Pada temperatur 750 O C grafik terjadi penurunan karena fasa pada fraksi mol x= 0,2, 0,4 dan 0,6 terdapat fasa pengotor berupa BaFe 2 O 4. Karena pengotor tersebut mempengaruhi sifat kemagnetan karena bersifat para magnetik. Sehingga saturasi magnetiknya nilainya menurun. Pernyataan ini juga disampaikan pada penelitian [7] yang mensintesa barium heksaferrit tanpa doping bahwa dengan adanya fasa pengotor seperti α atau γ Fe 2 O 3 dan BaFe 2 O 4 merupakan material soft magnetic sehingga mengurangi sifat kemagnetan suatu material. sesuai dengan tujuan awal maka dilakukan EDX pada area tertentu pada pesebaran partikel sehingga didapatkan secara umum komposisi yang terbentuk. Gambar dari hasil SEM- EDX pada kondisi Temperatur Sinter 950 O C terlihat pada Gambar 2.7 di bawah ini. B. Hasil Uji SEM Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh morfologi dan kompisisi dari barium heksaferrit yang telah ditambahan unsur paduan Co-Zn dengan variasi fraksi mol (x) pada kondisi temperatur 950 O C dilakukan pengujian menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan EDX. Pada penelitian kali ini digunakan alat SEM FEI tipe Inspect S50. Gambar 2.6 Bentuk permukaan partikel barium heksaferrit dengan Temperatur Sinter 950 O C pada masing masing penambahan unsur Co-Zn a) x = 0,2 b) 0,4 c) dan 0,6 pada perbesaran 5000x Pada Gambar 2.6 merupakan penampakan permukaan dari material barium heksaferrit yang telah ditambahankan unsur paduan Co-Zn dengan perbedaan fraksi mol x = 0,2 ; 0,4 dan 0,6 pada Temperatur Sinter 950 O C dengan perbesaran masing masing dengan pembesaran 5000x. Terlihat bahwa semua hasil dari morfologinya berbentuk seperti polygonal dan sponge atau berpori. Gambar SEM menunjukan, semakin bertambahnya unsur paduan Co-Zn menyebabkan permukaan semakin tidak teratur dan semakin membesar pori yang ada. Dan bentuk butir Barium heksaferrit yaitu poligonal. Hal ini juga sama disampaikan pada penelitian oleh [8] dengan sintesa barium heksaferrit tanpa doping. Gambar SEM serbuk barium heksaferrit yang memiliki bentuk spherical atau elipsoidal dan juga berbentuk heksagonal. Bentuk ini juga memiliki kesamaan bentuk serbuk dengan gambar SEM Barium heksaferrit dengan doping Co dan Zn. Untuk pengetahui distribusi komposisi yang terjadi pada partikel dan meyakinkan bahwa penambahan unsur paduan Co-Zn berhasil disubtitusi pada barium heksaferrit Gambar 2.7 Hasil SEM-EDX pada kondisi Temperatur Sinter 750 O C dengan variasi a) x = 0,2 b) 0,4 dan c) 0,6 Dari Gambar 2.7 hasil SEM EDX diatas terlihat bahwa telah terjadi penambahan dopan Co-Zn pada barium heksaferrit ini dibuktikan dengan munculnya komposisi unsur Co dan Zn pada hasil SEM-EDX. Komposisi Co dan Zn pada hasil SEM-EDX juga semakin meningkat dengan bertambahnya fraksi mol, serta menurunnya komposisi Fe yang disebabkan bertambahnya Co dan Zn. Hal ini menguatkan bahwa telah penambahan dopan pada barium heksaferit dengan Co dan Zn telah terjadi. Untuk mengetahui perubahan fasa yang terjadi dan fasa yang terbentuk dari pengaruh penambahan unsur paduan Co-Zn maka dilakukan pengujian XRD. Pengaruh dari penambahan unsur paduan Co-

5 Zn terhadap temperatur sintering pada barium heksaferrit dari hasil XRD dapat dilihat pada beberapa gambar dibawah ini. temperatur terlihat bahwa puncak yang terjadi semakin tinggi, ini menunjukkan bahwa peningkatan temperatur sinter mempengaruhi terbentuknya BaFe 12 O 19. Unsur barium monoferit masih ditemukan pada temperatur ini, namun seiring dengan kenaikan temperatur fasa barium monoferit semakin berkurang hingga hilang pada temperatur 950 O C. Sehingga dapat disimpulkan untuk variasi temperatur sinter pada fraksi mol 0,4 dengan semakin meningkatnya temperatur sinter menyebabkan peningkatan pembentukan barium heksaferit hingga pada temperatur 950 O C unsur yang ditemukan seluruhnya menunjukan unsur barium heksaferit. Gambar 2.8. Hasil XRD penambahan fraksi mol x= 0,2 pada variasi temperatur sinter 750, 850, dan 950 O C Dari hasil XRD pada Gambar 2.8 dapat diamati perubahan yang terjadi akibat dari pada temperatur Sinter 750, 850, dan 950 O C dengan penambahan fraksi mol x = 0.2 dopan Co-Zn pada barium heksaferrit. Pada hasil gambar XRD diatas terlihat bahwa puncak yang dominan berada pada sudut 2θ adalah puncak dari BaFe 12 O 19 yang telah dicocokan dengan kartu pdf (ICDD 00-027-1029. Pada temperatur 750 dan 850 O C terdapat unsur pengotor barium monoferit (BaFe 2 O 4) menjadi pengotor pada sampel tersebut yang memiliki posisi (2θ) pada 28,344. Karena pada temperatur Sinter 750 O C belum mengurangi dampak dari pengotor. Seiring dengan kenaikan temperatur, barium monoferit semakin berkurang dan hilang pada 950 O C Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkat temperatur sinter maka pembentukan barium heksaferit semakin meningkat dimana seperti hasil yang didapatkan pada peneltian [3)]. Gambar 2.9. Hasil XRD penambahan fraksi mol x= 0,4 pada variasi temperatur sinter 750, 850,dan 950 O C Pada Gambar 2.9 terlihat puncak yang dimiliki dari hasil XRD pada variasi Temperatur Sinter 750, 850, 950 O C dengan fraksi mol x= 0,4. Seiring dengan peningkatan Gambar 2.10 Hasil XRD penambahan fraksi mol x= 0,6 pada variasi temperatur sinter 750, 850, dan 950 O C Hasil XRD pada Gambar 2.10 dapat diamati perubahan yang terjadi akibat dari pada kenaikan temperatur sinter pada barium heksaferrit terlihat bahwa puncak yang dominan berada pada sudut 2θ adalah berupa puncak dari BaFe 12 O 19 (ICDD 00-027-1029). Pada fraksi mol x= 0,6 ini juga terdapat barum monoferit namun seiring kenaikan temperature makin berkurang fasa barium monoferit yang teridentifaksi hingga pada temperature 950 O C fasa barium monoferit hilang dan fasa yang terbentuk hanya barium heksaferit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya temperatur sinter maka pembentukan BaFe 12 O 19 murni semakin bertambah. Sama halnya dengan Gambar 2.8 dan Gambar 2.9, pada Gambar 2.10 dari hasil XRD dapat dilihat terjadi perubahan akibat adanya temperatur sinter sebesar 750, 850 dan 950 O C pada barium heksaferrit. Hasil gambar XRD diatas memperlihatkan puncak yang terdeteksi dominan berada pada sudut 2θ adalah puncak dari BaFe 12 O 19 dan pada temperatur 950 O C tidak ditemukan kembali fase lainnya, sehingga terjadi single fasa BaFe 12 O 19 Ketinggian dari puncak mengalami kenaikan dari temperatur sinter dari 750 o C kemudian meningkat 850 o C dan juga 950 o C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya temperatur sinter maka pembentukan BaFe 12 O 19 semakin bertambah. Hasil dari beberapa grafik XRD di atas, dapat diamati bahwa peningkatan temperatur sinter menyebabkan unsur barium monoferit semakin berkurang seiring dengan naiknya temperatur sintering menyebabkan terjadinya pembentukan barium heksaferit yang murni. Pada temperature tinggi, yang

6 terbentuk adalah fase BaFe 12 O 19 single fase. Ini membuktikan bahwa sintesis yang dilakukan berhasil. IV. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dopan Co-Zn yang ditambahkan semakin banyak akan menyebabkan semakin menurunkan nilai koersivitas dan saturasi magnet dari barium heksaferrit. Penurunan nilai koersivitas paling signifikan terjadi pada x = 0,6 pada temperatur 750 0 C dengan nilai koersivitas 0,1788 Tesla 2. Temperatur sintering semakin tinggi maka akan menyebabkan semakin naiknya nilai koersivitas dan saturasi magnet dari barium heksaferrit dengan doping Co dan Zn 3. Peningkatan nilai koersivitas dan saturasi magnetik secara signifikan terjadi pada temperatur sintering 950 0 C dan x = 0,2 dengan nilai koersivitas sebesar 0,2815 T dan saturasi magnetic 88,49 emu/g 4. Pada penambahan Co-Zn x=0,2 saat temperatur 950 0 C merupakan komposisi yang paling baik digunakan sebagai material absorber karena memiliki saturasi magnet yang lebih tinggi dari teoritical nilai barium heksaferrit sebesar 88,49 emu/g dan nilai koersivitas yang lebih rendah dari teoritical barium heksaferit sebesar 0,2815 Tesla atau 2815 Oe DAFTAR PUSTAKA [1] Zainuri M. Laporan Akhir Studi Absorbsi Elektromagnetik pada M- Hexaferrites untuk Aplikasi Anti Radar, Ristek, ITS Surabaya 2010. [2] Mallick, Kajjal K., Phillip Shepherd., Roger J Green, 2007. Magnetic Properties of Cobalt Substituted M-type Barium Hexaferrite Prepared by Co-precipitation. Journal of Magnetism Material 312 (2007) 418-429 [3] Felly. 2010. Pengaruh Mol Rasio Fe 3+ /Ba 2+ dan Temperatur Sintering Terhadap Mikrostruktur dan Sifat Magnetik Nanopartikel Barium Heksaferrit dengan Metode Sol Gel Auto Combustion. Skripsi S1 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI - ITS [4] P Kharismawati, Endah..Pengaruh ph dan Waktu Stirring Terhadap Sifat Magnetik dan Strukturmikro Barium Heksaferit Pada Radar Absorber Material (RAM) Dengan Metode Sol Gel Auto Combustion. Skripsi S1 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS (2012) [5] Ying Liu,Michael G.B Drew,Yue Liu,Milin Zhang.2009. Preparation,characterization, and magnetic properties of the doped barium hexaferrites BaFe 12-2xCo xsn xzn xo 19 x=0,0-2,0 Journal of Magnetism Material 322(2010) 814-818 [6] A. Gonzalez_Angeles, G Mendoza Suarez, A Gruskova, M.Papanova, J Slama. Magnetic studies of Zn-TI- substituted Barium Hexaferrite prepared by mechanical milling Material Letters (2005)59:26-31 (2005) [7] A. Mali, A. Ataie. Structural characterization of nano-crystalline BaFe 12O 19 powders synthesized by sol-gel combustion route. Scripta Materiala (2005)53:1065-1070 (2005) [8] Liu Junliang, Zeng Yanwei, Guo Cuijing, Zhang Wei, Yanh Xiaowei. One Step synthesis of Barium Hexaferrite nano-powder via microwave-assited sol-gel auto-combustion. European Ceramics Society (2010) 30:993-997 (2010)