BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007: 139). Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku individu, kelurga dan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, diantaranya yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadapa objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan yang untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007:140). B. Tumbuh Kembang Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 1995: 1). 1. Pertumbuhan Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dalam jumlah sel serta jaringan interseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat di ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Menurut Soetjiningsih (1995), pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah dalam perubahan besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Pertumbuhan yang terjadi pada seseorang tidak hanya meliputi apa yang terlihat seperti perubahan fisik, tetapi juga perubahan dan perkembangan dalam segi lain seperti berfikir, berperasaan, bertingkah laku dan lain-lain. 2. Perkembangan Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan (Narendra, et al. 2010: 1). Perkembangan (developement) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan yang dialami anak merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya yang berlaku secara umum, misalnya: anak berdiri dengan satu kaki, berjingkat (berjinjit), berjalan menaiki tangga, berlari dan seterusnya (Depkes RI, 2000: 2). C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang normal, dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana faktor tersebut dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan). Faktor internal dapat berupa perbedaan ras/etnik atau bangsa misalnya tinggi badan tiap bangsa beralinan, keluarga, umur, jenis kelamin misalnya wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Selain itu kelainan genetik dan kelainan kromosom yang disertai kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down s dan Turner s juga ikut berpengaruh. Faktor eksternal/lingkungan dikelompokkan kedalam tiga faktor diantaranya faktor prenatal, faktor persalinan, dan faktor pasca natal. Faktor pranatal diantaranya gizi saat kehamilan, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologis ibu. Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. Faktor pasca natal meliputi gizi untuk tumbuh kembang bayi, penyakit kronis/kelainan kengenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis seperti hubungan anak dengan orang disekitarnya, endokrin, dan sosio-ekonomi berupa kemiskinan yang pada akhirnya mengakibatkan pertumbuhan anak terhambat. Lingkungan pengasuhan dimana interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang, begitu juga dengan stimulasi khususnya dalam keluarga (Narendra, et al. 2010: 8). D. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Umur 0-30 hari Pada perubahan fisik berat badan akan meningkat 150-200 gr/mg, tinggi badan meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5 cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi berusia 6 bulan. Bayi menggengam/mengepalkan tangan dan perkembangan bahasa
berupa respon terhadap suara. Bayi mulai mengisap air susu ibu (ASI) dengan baik, menggerakkan kedua lengan dan kaki secara aktif. 2. Umur 2-3 bulan Perubahan fisik berupa menutupnya fontanel posterior. Mulai mengangkat kepala, dada dan berusaha menahan dengan tangannya sendiri, kepalan tangan sudah mulai membuka, memasukkan tangan kedalam mulut, sudah mulai mengikuti benda dengan mata dan mengikuti arah, serta mulai tersenyum dan tertawa pada seseorang. Pada usia tiga bulan sudah mulai menunjukkan kemampuan vokalnya dengan mengeluarkan suara. 3. Umur 4-6 bulan Berat badan menjadi dua kali berat badan lahir. Rata-rata kenaikan berat badan adalah 500-600 gram/bulan. Mulai telungkup dan berguling keposisi telentang, berusaha meraih benda di sekitar dengan tangan. Mulai mengenal orang-orang yang selalu didekatnya dan tertawa serta menjerit dan mulai menengok ke arah sumber suara. 4. Umur 6-9 bulan Berat badan meningkat 90-150 gr/minggu, tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan, besarnya kenaikan ini akan berlangsung sampai usia 12 bulan dan Gigi mulai tumbuh. Bayi mulai bisa duduk sendiri, mulai bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya, dan mulai berceloteh dengan suara konsonan. 5. Umur 9-12 bulan Berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas dan bagian bawah sudah tumbuh. Belajar berdiri dengan berpegangan, berjalan dengan bantuan, mulai mengerti akan perintah sederhana, mulaimengucapkan kata
mama atau papa, lebih senang pada lingkungan yang sudah diketahuinya dan takut pada situasi yang asing. E. Penilaian Pertumbuhan Fisik Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh kembang seorang anak berjalan dengan normal atau tidak. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak, terutama pertumbuhan fisiknya digunakan parameter-parameter tertentu diantaranya: 1. Ukuran Antropometrik a. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Tabel 2.1 Berat Badan dan Panjang Badan Normal Bayi Usia 0-1 Tahun Usia Berat Badan (kg) Panjang Badan (cm) (Bulan) 0 2,7-3,0 45,5-50,5 1 3,4-4,0 48,5-55,0 2 4,0-4,7 51,5-58,0 3 4,5-5,4 54,0-60,0 4 5,0-6,0 56,5-62,5 5 5,5-6,5 58,0-64,5 6 6,0-7,0 59,0-66,0 7 6,5-7,5 60,5-67,5 8 6,8-8,2 62,0-69,0 9 7,3-8,5 63,5-70,5 10 7,9-9,0 67,0-74,5 11 8,0-9,5 68,5-75,0 12 8,2-9,7 70,5-78,0 Sumber: Panduan Perkembangan Anak 0-1 Tahun
b. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai. c. Lingkaran Kepala Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil. Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali), akan menunjukkan adanya retardasi mental, sebaliknya kalau ada penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga LK lebih besar dari normal. d. Lingkaran Lengan Atas Lingkaran Lengan Atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat badan. LLA dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur prasekolah. e. Lipatan Kulit Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi. 2. Gejala/tanda pada Pemeriksaan Fisik Keseluruhan fisik dilihat dari bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota tubuh. Juga diperhatikan apa ada edema atau tidak, pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat, dan paha dengan cara
cubitan tebal, jaringan lemak diperiksa pada lapisan kulit dibawah triseps dan subskapular dengan cara cubitan tipis, pada rambut yang diperiksa adalah pertumbuhannya, warna, diameter (tebal atau tipis), sifat (keriting atau lurus), dan akar rambut (mudah dicabut atau tidak), dan pada gigi-gerigi dimana saat erupsi gigi susu, saat tanggal dan erupsi gigi permanen. Gigi pertama umumnya akan tampak dalam mulut ketika bayi berusia 6 sampai 14 bulan. Tumbuh sepasang di bagian tengah depan dari rahang bawah atau di rahang atas. Gigi ini disebut gigi seri susu pertama. Kemudian menyusul geligi lainnya; gigi seri kedua, gigi taring, dan 2 geligi geraham. Pada usia 1 tahun sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu. 3. Gejala/tanda pada Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologis Pada pemeriksaan laboratoruim yang terutama diperiksa adalah kadar Hb, serum protein (albumin dan globulin), hormon dan lain-lain. Pada pemeriksaan radiologi dilakukan pemeriksaan umur tulang yang biasanya dilakukan kalau ada kecurigaan adanya gangguan pertumbuhan. 4. Kartu Menuju Sehat (KMS) KMS adalah alat yang penting untuk menilai tumbuh kembang anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya. Sehingga memungkinkan pertumbuhan dapat diamati dengan cara teratur setiap bulan. David Morley, Pelopor KMS mencantumkan kurva berat badan anak usia 0-5 tahun terhadap umurnya, riwayat kelahiran, imunisasi dan pemberian ASI. Selain itu ia juga menambahkan 4 patokan sederhana perkembangan psikomotorik pada KMS agar ibu dapat mengetahui juga tingkat perkembangan anaknya (Soetjiningsih, 1995: 37).
F. Penilaian Perkembangan Perkembangan anak pada fase awal dibagi dalam empat kelompok diantaranya motorik kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara bahasa dan pendengaran, sosial emosi dan perilaku. Adanya kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat mempengaruhi aspek yang lain misalnya gangguan pendengaran dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan perilaku anak. Pada pertumbuhan selanjutnya kemampuan-kemampuan seperti perhatian, kemampuan konsentrasi dan sejauh mana kemampuan individual anak terintegrasi, menjadi sangat penting artinya. Kemajuan perkembangan anak ditentukan oleh pencapaian kemampuan fungsionalnya dengan prinsip-prinsip diantaranya terdapat pola kemajuan perkembangan dalam patokan kemampuan perkembangan berjenjang yang penting, kemajuan perkembangan untuk tiap kemampuan selalu dipertimbangkan dalam jangka panjang tehadap waktu, adanya skala waktu yang lebar dalam rentang yang normal, serta batasan usia menunjukkan bahwa suatu patokan kemampuan harus dicapai karena batas ini penting untuk memonitor perkembangan yang mana bila gagal mencapainya dapat segera dilakukan penilaian yang lebih rinci, pemeriksaan serta intervensi (Narendra, et al. 2010: 105). Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan dengan skrining untuk mengetahui penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak.
Karena deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilkukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin (Soetjiningsih, 1995: 63). Stimulasi dalam tumbuh kembang adalah perangsangan dan pelatihan terhadap anak yang datangnya dari lingkungan luar misalnya latihan kemampuan motorik, kemampuan bahasa dan kognitif, kemampuan bersosialisasi, dan kemandirian sehingga anak mencapai kemapuan yang optimal (Rochmah, 2012: 56). Kurangnya stimulasi mungkin berkaitan dengan keterlambatan perkembangan terutama pada kemampuan berbicara, bahasa dan sosial. Selain pencapaian tahap perkembangan, kualitas yang dicapai juga penting. Anak mungkin akan mencapai tolok ukur berbahasa dan menyusun kalimat pada tahap yang sesuai akan tetapi tidak mampu atau lemah dalam berdiskusi/berkomunikasi dengan anak-anak lain atau orang dewasa. Salah satu instrumen untuk skrining yang dipakai secara internasional adalah DDST (Denver Development Screening Test) disebut sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada empat ranah perkembangan yaitu personalsocial, fine motor adaptive, language dan gross motor untuk anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Test ini sudah sejak tahun 1969 dikembangkan oleh Frankenburg di Denver Colorado (Narendra, et al. 2010: 106). DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, dimana tes ini bukanlah tes diagnostik ataupun tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa DDST dapat secara efektif mengidentifikasi bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan.
Aspek perkembangan yang dinilai dalam DDST terdiri dari 105 tugas perkembangan dan pada Denver II direvisi lagi sehingga terdapat 125 tugas perkembangan menurut umur. Semua tugas perkembangan tersebut disusun berdasarkan empat sektor perkembangan yang meliputi perilaku sosial, gerakan motorik halus, bahasa, dan gerakan motorik kasar (Soetjingsih, 1995:71) G. Masalah Tumbuh Kembang Untuk mengetahui masalah tumbuh kembang fisik pada anak, perlu pemantauan yang kontinu. Dengan pemantauan berat badan, tinggi badan (proporsi), lingkar kepala, umur tulang dan pertumbuhan gigi maka dapat diketahui adanya suatu kelainan tumbuh kembang fisik seorang anak. Masalah pada pertumbuhan fisik diantaranya adalah obesitas, kekurangan gizi (mal nutrisi), hidrosefalus, megansefali, mikrosefali, dan lain-lain. Selain itu deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran juga sangat penting. Gangguan lain yang mempengaruhi tumbuh kembang diantaranya adalah gangguan perkembangan motorik, gangguan perkembangan bahasa, gangguan fungsi vegetatif berupa gangguan makan, fungsi eliminasi, gangguan tidur dan gangguan kebiasaan. Selain itu gangguan yang berhubungan dengan psikologi anak dapat berupa kecemasan, gangguan suasana hati, gangguan kepribadian yang terpecah, gangguan perkembangan pervasive dan psikosis yang dapat berupa autisme, kelainan asperger (gangguan interaksi sosial, perilaku yang terbatas dan di ulang-ulang) serta gangguan lain yang banyak muncul saat usia remaja (Narendra, et al. 2010: 88).