BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. hanya rumah sakit milik pemerintah, rumah sakit swasta juga mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan

PENGUATAN KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN MELALUI PELATIHAN RONDE KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

PENGARUH PELATIHAN RONDE KEPERAWATAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN DI RS ROYAL PRIMA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kelima Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara Republik. kebutuhan dasar hidup yang layak dan memberikan kepastian

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

INDIKATOR KINERJA UTAMA

INDIKATOR KINERJA UTAMA

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

TESIS Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S 2 MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. Oleh : Agus Harjono Boediman E4A000002

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan merupakan salah satu bentuk kinerja nyata untuk mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

Tahun-1 (2015) Tahun-2 (2016) Tahun-3 (2017) Tahun-4 (2018) Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Graha Husada

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengakibatkan ketertarikan masyarakat umum semakin berlomba

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. Lapangan Komprehensif (PBLK), tujuan akhir kegiatan PBLK, manfaat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Imbalan jasa merupakan balasan jasa yang diberikan oleh instansi kepada

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja dapat dipandang sebagai proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja dan hasil pekerjaan itu sendiri juga menunjukkan kinerja (Triwibowo, 2013). Perilaku kerja perawat terlihat dari cara kerja yang penuh semangat, disiplin, bertanggung jawab, melaksanakan tugas sesuai standar yang ditetapkan, memiliki motivasi dan kemampuan kerja yang tinggi serta terarah pada pencapaian tujuan rumah sakit. Hasil kerja perawat merupakan proses akhir dari suatu kegiatan yang dilakukan dalam mencapai sasaran. Hasil kerja dapat dicapai secara maksimal apabila perawat mempunyai kemampuan dalam mendayagunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan (PPNI, 2005). Desain kerja dalam kinerja keperawatan sangat mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Barker et al., 2011). Menurut Mangkunegara (2014), secara teoritis ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: a) faktor individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan, keterampilan dan latarbelakang demografi, b) faktor organisasi dikelompokkan pada subvariabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan, c) faktor psikologi dikelompokkan pada subvariabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja individu.

Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena selain jumlahnya yang dominan (55-65%) juga merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus selama 24 jam kepada pasien. Oleh karena itu pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Nursalam, 2007). Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundangan dan telah disiapkan untuk memiliki kompetensi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia serta teregistrasi. Perawat di rumah sakit sebagai perawat pelaksana yaitu pemberi asuhan keperawatan sehingga apabila kita akan melihat kinerja perawat maka yang dilihat adalah hasil yang dicapai oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Hasil kerja perawat di rumah sakit dapat dinilai melalui pengamatan langsung yaitu proses pemberian asuhan keperawatan atau laporan dan catatan pasien (dokumentasi) asuhan keperawatan. Dengan demikian pencapaian standar praktik keperawatan yang tinggi atau kinerja perawat yang tinggi dalam pelayanan keperawatan akan mempengaruhi tingkat kualitas dalam keperawatan. Asuhan keperawatan yang optimal merupakan salah satu indikator kinerja perawat, dimana untuk mewujudkan sangat diperlukan dukungan tenaga keperawatan berdasarkan kaidah-kaidah profesinya yang berlaku (Gillies, 1994).

Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu. Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik seorang perawat perlu memiliki kemampuan berhubungan dengan klien dan keluarga, serta berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lain, mengkaji kondisi kesehatan klien baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun menginterprestasikan hasil pemeriksaan penunjang, menetapkan diagnosis keperawatan dan memberikan tindakan yang dibutuhkan klien, mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan serta menyesuaikan kembali perencanaan yang telah dibuat dan sebagainya (Copel, 2007). Salah satu strategi yang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan pelaksanaan program ronde keperawatan yang merupakan salah satu implementasi dari Relationship Based Care. Ronde keperawatan memungkinkan perawat untuk melakukan hubungan timbal balik dengan pasien secara teratur dan sistematis untuk menunjukkan keberadaan perawat dalam membantu mengantisipasi kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta perlindungan bagi pasien (Woolley et. al., 2012). Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai banyak perubahan dalam aspek perawatan terutama meningkatkan komunikasi di antara anggota tim terkait interaksi antar perawat (Aitken et al., 2010).

Ronde keperawatan merupakan suatu metode dalam pelayanan keperawatan yang berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan memberikan masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan adalah salah satu prosedur dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawataannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien. Laporan dari Studer Group (2007) menyatakan berdasarkan hasil temuan pada tahun 2006 bahwa institusi yang melaksanakan ronde keperawatan secara berkala dan sistematik meningkatkan kepuasan pasien hingga mencapai 89% dan menurunkan angka jatuh hingga mencapai 60%. Selain itu terdapat 2 dari 12 rumah sakit yang menerapkan ronde keperawatan secara berkala dan sistematis memperoleh peningkatan rating pelayanan yang prima mencapai 41.85% Menurut penelitian Aristyawati, Gunahariati dan Lestari (2015) bahwa ronde keperawatan dapat meningkatkan kinerja perawat dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor. Penelitian ini juga melaporkan bahwa dampak tidak dilaksanakan ronde keperawatan dapat menurunkan produktivitas kerja serta menurunkan komunikasi teraupetik perawat dengan tenaga kesehatan dan komunikasi perawat dengan pasien sehingga motivasi perawat dalam bekerja akan menurun secara perlahan. Selanjutnya ada perbedaan motivasi kerja perawat yang melaksanakan ronde keperawatan dan tidak melaksanakan ronde keperawatan.

Penelitian lain terkait ronde keperawatan dipublikasikan oleh Meade, Bursell dan Ketelsen (2006) menunjukkan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan terbukti secara statistik mampu menurunkan penggunaan bel untuk memanggil perawat, mengurangi kemungkinan pasien jatuh dan meningkatkan kepuasan pasien. Selain itu dengan pelaksanaan ronde keperawatan pelayanan keperawatan menjadi lebih efisien, komunikasi antara perawat menjadi lebih baik dan berkurangnya stress kerja perawat sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja dari perawat. Hal yang sama juga dikemukakan McCabe (2009) dalam penelitiannya bahwa salah satu cara untuk memperbaiki mutu pelayanan adalah dengan memperbaiki kemampuan komunikasi antara perawat dengan perawat dan perawat dengan pasien dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan. Penelitian Saleh, Nusair, Al Zubadi, Al Shloul dan Saleh (2011) juga mempublikasikan hasil pengaruh penerapan sistem ronde keperawatan terhadap angka kejadian pasien jatuh, dimana terjadi penurunan angka kejadian pasien jatuh dari angka 25 menjadi angka 4, sedangkan angka kejadian luka tekan menurun hingga mencapai 50% dan kepuasan pasien meningkat 7,5%. Aitken et al. (2010) meneliti dampak ronde keperawatan di ruang intensive care terhadap kepuasan perawat yang didasarkan pada subvariabel imbalan, otonomi, status profesional, persyaratan tugas, kebijakan organisasi serta interaksi antara sesama perawat dan perawat dengan dokter. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan masing-masing subvariabel setelah dilakukan tindakan ronde keperawatan dibandingkan kelompok kontrol yang tidak dilakukan ronde keperawatan.

Penelitian Maliya dan Susilaningsih (2009) menunjukkan bahwa ada peningkatan kinerja staf keperawatan setelah dilakukan pelatihan ronde keperawatan. Ronde keperawatan merupakan komponen kunci dari program service excellent yang akan menghasilkan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan tersebut dapat dilihat dari beberapa outcomes yaitu peningkatan kepuasan pasien, peningkatan kepuasan perawat, penurunan penggunaan bel panggil, penurunan angka pasien jatuh dan penurunan angka kejadian luka tekan. Untuk itu rumah sakit perlu mempertimbangkan ronde keperawatan sebagai salah satu program yang dapat diterapkan di ruang rawat inap. Penelitian Beniscova (2007) menyatakan bahwa ronde keperawatan sangat penting dalam mengupayakan pasien mendapat pelayanan yang berkualitas. Ronde keperawatan memungkinkan pasien untuk mendapat informasi mengenai penyakit, kelanjutan pemeriksaan, proses keperawatan, rehabilitasi dan lain-lain. Ronde keperawatan sangat penting bagi pasien dan perawat karena di dalam kegiatannya terdapat kontak yang terus menerus antara perawat dengan pasiennya. Rumah Sakit Royal Prima Medan merupakan rumah sakit swasta dengan kualifikasi tipe B yang memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 225 tempat tidur. Indikator pencapaian kinerja pada tahun 2015 yaitu: Bed Occupancy Rate (BOR) 67%, Average Lenght of Stay (ALOS) 5 hari, Turn Over Interval (TOI) 3 hari, Bed Turn Over (BTO) 51 kali/tahun. Jumlah perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap berjumlah 180 orang terdiri dari D3 Keperawatan sebanyak 95 orang dan S1 Keperawatan sebanyak 85 orang.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Royal Prima terhadap Wakil Direktur Pelayanan dan Kepala Bidang Keperawatan terkait pelaksanaan ronde keperawatan didapatkan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan belum terlaksana dengan optimal, pedoman ronde keperawatan dan Standar Operasional Procedure (SOP) belum dibuat sehingga belum adanya persepsi yang sama terhadap pelaksanaan ronde keperawatan serta perawat belum pernah mendapatkan pelatihan ronde keperawatan. Selain itu perawat pelaksana juga belum mengetahui pentingnya ronde keperawatan terhadap peningkatan layanan. Hasil wawancara dengan 5 perawat pelaksana Rumah Sakit Royal Prima pada tanggal 26 Februari 2016 terkait ronde keperawatan bahwa perawat belum pernah melakukan ronde keperawatan di ruangan, perawat pelaksana hanya melakukan rutinitas pekerjaan saja, perawat mengutamakan tugas profesi lain daripada tugas mandiri sebagai perawat, perawat belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai ronde keperawatan mengakibatkan kurangnya rasa empati perawat terhadap pasien dan kurangnya komunikasi dari perawat ke pasien. Untuk memperbaiki kemampuan komunikasi antara perawat dengan pasien dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat dilakukan melalui ronde keperawatan. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti penting untuk meneliti bagaimana pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.

1.2. Permasalahan Ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien. Ronde keperawatan bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan untuk mengetahui pelaksanaan standar asuhan keperawatan yang telah dijalankan. Dampak tidak dilaksanakan ronde keperawatan dapat menurunkan produktivitas kerja serta menurunkan komunikasi teraupetik perawat dengan tenaga kesehatan dan komunikasi perawat dengan pasien. Rumah Sakit Royal Prima merupakan rumah sakit konsumen pengguna jasa kelas menengah atas yang menuntut kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan yang prima. Faktor komunikasi yang rinci dan sistematis, informasi tentang kondisi kesehatan pasien dan edukasi mengenai perawatan merupakan hal utama yang dianggap penting dan diharapkan pasien mampu diberikan kepada perawat. Rumah Sakit Royal Prima sudah melakukan survey kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Data survei kepuasan pasien pada bulan Februari 2016 menunjukkan bahwa jumlah pasien yang puas terhadap pelayanan perawat berada pada 30,5%. Penelitian Kocsis & Miksch (2007) mendapatkan hasil bahwa ronde keperawatan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kepuasan pada pasien. Interaksi perawat dengan pasien secara maksimal terjadi pada saat melakukan ronde keperawatan.

Hasil wawancara dengan 5 perawat pelaksana Rumah Sakit Royal Prima pada tanggal 26 Februari 2016 terkait ronde keperawatan bahwa perawat belum pernah melakukan ronde keperawatan di ruangan, perawat pelaksana hanya melakukan rutinitas pekerjaan saja, perawat mengutamakan tugas profesi lain daripada tugas mandiri sebagai perawat, perawat belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai ronde keperawatan mengakibatkan kurangnya rasa empati perawat terhadap pasien dan kurangnya komunikasi dari perawat ke pasien. Untuk memperbaiki kemampuan komunikasi antara perawat dengan pasien dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat dilakukan melalui ronde keperawatan. Selain itu penelitian Aristyawati, Gunahariati dan Lestari (2015) bahwa ronde keperawatan dapat meningkatkan kinerja perawat dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu juga penelitian Maliya dan Susilaningsih (2009) menunjukkan bahwa ada peningkatan kinerja staf keperawatan setelah dilakukan pelatihan ronde keperawatan. Rumah Sakit Royal Prima perlu memperbaiki kualitas pelayanan keperawatan dan memperbaiki kinerja perawat terutama dalam memberikan pelayanan keperawatan. Kualitas pelayanan merupakan faktor yang dapat meningkatkan kepuasan pasien. Ronde keperawatan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan. Kinerja perawat dipengaruhi oleh banyak faktor menyadari hal tersebut maka menarik untuk mengembangkan penelitian dan mencari jawaban bagaimana pelatihan ronde keperawatan dapat berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Menguji pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik perawat yang mengikuti pelatihan ronde keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan 2. Mengidentifikasi kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sebelum dengan sesudah dilakukan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi 3. Mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi 4. Mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sesudah dilakukan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi 1.4 Hipotesis Hipotesis penelitian ini ada pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Institusi Rumah Sakit Hasil penelitian dapat menjadi masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui penerapan pelatihan ronde keperawatan di rumah sakit agar dilakukan secara konsisten. 1.5.2 Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan khususnya Magister Ilmu Keperawatan, sebagai bahan referensi kepustakaan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik terkait konsep ronde keperawatan. 1.5.3 Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan data dasar bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai minat dan perhatian pada fokus penelitian ini yaitu pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.