MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

9. Keputusan /2 ATE\MW\DATAWAHED\2016\PER.GUB\NOVEMBER

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MAKRO

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI GORONTALO TAHUN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI BALI TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 457 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA TAHUN

ISBN : RENCANA TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

G U B E R N U R L A M P U N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

- 1 - PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER-16/MEN/V/2006 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/IX/2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PRODUKTIVITAS

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak.

DATABASE KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KENDAL TAHUN

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PEMETAAN POTENSI TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/IX/2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PRODUKTIVITAS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

I. UMUM. Perencanaan...

RPJMD Kabupaten Tebo

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

HUBUNGAN PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2008 S.D 2012 ABSTRAK

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/XI/2010 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA MIKRO

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

Transkripsi:

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/XII/2008 TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Metode Penghitungan Persediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja; : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4701); 3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun 2007; 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.05/MEN/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.14/MEN/VIII/2008; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA. 1

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Perencanaan Tenaga Kerja, yang selanjutnya disingkat PTK, adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. 2. Persediaan tenaga kerja, adalah angkatan kerja yang tersedia, dengan berbagai karakteristiknya. 3. Kebutuhan tenaga kerja, adalah angkatan kerja yang diperlukan untuk mengisi kesempatan kerja yang tersedia, dengan berbagai karakteristiknya. 4. Neraca tenaga kerja, adalah keseimbangan atau kesenjangan antara persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja, dengan berbagai karakteristiknya. 5. Metode penghitungan persediaan tenaga kerja, adalah cara memperkirakan jumlah angkatan kerja secara statistika. 6. Metode penghitungan kebutuhan tenaga kerja, adalah cara memperkirakan jumlah kesempatan kerja secara statistika. 7. Penduduk Usia Kerja, yang selanjutnya disingkat PUK, adalah penduduk yang berumur 15 (lima belas) tahun dan lebih atau disebut tenaga kerja. 8. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, yang selanjutnya disingkat TPAK, adalah rasio antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. 9. Angkatan Kerja, yang selanjutnya disingkat AK, adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran yang akftif mencari pekerjaan. 10. Bekerja, adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, sekurang-kurangnya 1 (satu) jam tidak terputus dalam seminggu. 11. Penganggur Terbuka, adalah mereka yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. 12. Tingkat Penganggur Terbuka, yang selanjutnya disingkat TPT, adalah rasio antara banyaknya penganggur terbuka dengan jumlah angkatan kerja. 13. Kesempatan kerja, adalah lowongan pekerjaan yang diisi oleh pencari kerja, dan pekerja yang sudah ada. 14. Produk Domestik Regional Bruto, yang selanjutnya disingkat PDRB, adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. 2

15. Produktivitas Tenaga Kerja, adalah rasio antara produk berupa barang dan jasa, dengan tenaga kerja yang digunakan, baik individu maupun kelompok dalam satuan waktu tertentu, yang merupakan besaran kontribusi tenaga kerja dalam pembentukan nilai tambah suatu produk, pada proses kegiatan ekonomi. 16. Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pasal 2 Peraturan Menteri ini dipergunakan sebagai acuan bagi Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan pemerintah daerah dalam melakukan penghitungan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja. Pasal 3 Metode penghitungan persediaan, dan metode penghitungan kebutuhan tenaga kerja, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan contoh penghitungan persediaan dan kebutuhan Tenaga Kerja tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini. Pasal 4 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2008 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd Dr. Ir. ERMAN SUPARNO, MBA., M.Si. 3

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/XII/2008 TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA BAB I PENDAHULUAN Pembangunan bidang ketenagakerjaan dewasa ini masih menghadapi berbagai permasalahan antara lain tingginya tingkat pengangguran, terbatasnya penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, rendahnya produktivitas pekerja/buruh. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu perencanaan tenaga kerja yang sistematis yang memuat pendayagunaan tenaga kerja secara optimal, dan produktif guna mendukung pembangunan ekonomi atau sosial secara nasional, daerah, maupun sektoral sehingga dapat membuka kesempatan kerja seluas-luasnya, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 7 mengamanatkan bahwa dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan, Pemerintah dan pemerintah daerah harus berpedoman pada rencana tenaga kerja. Rencana Tenaga Kerja memuat persediaan tenaga kerja, kebutuhan tenaga kerja, neraca tenaga kerja dan arah kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan yang dirinci menurut berbagai karakteristik. Kebijakan dan program tersebut merupakan acuan bagi seluruh instansi, khususnya instansi pencipta kesempatan kerja/instansi pembina sektor sehingga dalam menyusun strategi dan pelaksanaan program di instansinya masing-masing dengan memperhatikan bidang ketenagakerjaan khususnya penciptaan kesempatan kerja, sehingga pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan tetap berjalan. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, Pasal 15 mengamanatkan bahwa penghitungan persediaan tenaga kerja dilakukan dengan pendekatan tingkat partisipasi angkatan kerja atau iuran pendidikan, penghitungan kebutuhan tenagakerja dilakukan dengan pendekatan kebutuhan tenaga kerja dan pendekatan pendayagunaan tenaga kerja, dengan mempertimbangkan tenaga kerja di pasar kerja internasional, serta penghitungan neraca tenaga kerja disusun dengan membandingkan antara persediaan dan kebutuhan tenaga kerja. Mengingat ragamnya penghitungan persediaan, kebutuhan dan neraca tenaga kerja, maka diperlukan Metode Penghitungan Persediaan dan Kebutuhan Tenaga Kerja. BAB II METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA Penghitungan persediaan tenaga kerja menggunakan pendekatan TPAK dan pendekatan Kohort. A. Pendekatan TPAK 1. Penghitungan persediaan tenaga kerja dengan pendekatan TPAK menggunakan data dan informasi antara lain: a. PUK menurut Jenis Kelamin, Golongan Umur, dan Tingkat Pendidikan; 4

b. TPAK menurut Jenis Kelamin, Golongan Umur, dan Tingkat Pendidikan yang sudah ada; c. AK menurut Jenis Kelamin, Golongan Umur, dan Tingkat Pendidikan. 2. Metode penghitungan a. Proyeksi Penduduk Data proyeksi penduduk diperoleh dari lembaga atau instansi yang berwenang memproyeksikan penduduk. b. Proyeksi PUK. Proyeksi PUK merupakan selisih antara hasil proyeksi penduduk dengan penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun. Cara menghitungnya menggunakan rumus: PUK = Hasil proyeksi PUK P = Hasil proyeksi penduduk P< 15 = Hasil proyeksi penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun Proyeksi PUK menurut golongan umur dihitung dengan menggunakan rumus sebagaimana tersebut di atas. Proyeksi PUK menurut karakteristik selain golongan umur dilakukan melalui beberapa tahap: 1) Memproyeksikan PUK dengan menggunakan rumus linear sederhana yaitu y = a + b atau rumus pertumbuhan geometrik Y = Hasil proyeksi PUK a = Konstanta b = Parameter x = Tahun PUK t = Proyeksi PUK tahun t PUK o = Data dasar proyeksi PUK r = Laju pertumbuhan PUK t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) Untuk menentukan laju pertumbuhan PUK menggunakan rumus: r = Laju pertumbuhan PUK PUK n = Data PUK tahun akhir PUK o = Data PUK tahun awal t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) 2) Apabila jumlahnya tidak sama dengan hasil proyeksi PUK menurut golongan umur, maka perlu mengalikan hasil proporsi penghitungan pada huruf a dengan jumlah proyeksi PUK menurut golongan umur. 5

c. Proyeksi TPAK. Proyeksi TPAK dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: Regresi Linear Sederhana Y = Proyeksi TPAK a = Konstanta b = Parameter x = Tahun Dalam memproyeksikan TPAK setiap kelompok dilakukan penghitungan tersendiri. Untuk menghitung TPAK dalam kelompok jumlah tidak menggunakan rumus diatas tetapi dengan membandingkan proyeksi jumlah angkatan kerja dengan proyeksi jumlah PUK. d. Proyeksi AK. Untuk memproyeksikan AK diperoleh dengan mengkalikan antara proyeksi PUK dengan proyeksi TPAK dengan karakteristik dan tahun yang sama. Dengan rumus : B. Pendekatan Kohort Pendekatan kohort dipergunakan untuk memperkirakan jumlah angkatan kerja pada kurun waktu tertentu dengan melihat keluaran pada tiap tingkat pendidikan yang akan masuk pasar kerja. Penghitungannya dengan menggunakan rumus: AK PUKTS PUK SD PUK SMTP PUK SMTA PUK Dip PUK S1 = Angkatan Kerja = PUK Tidak Sekolah yang diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK SD yang keluar (drop out) dan lulus tetapi tidak melanjutkan dan diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK SMTP yang keluar (drop out) dan lulus tetapi tidak melanjutkan dan diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK SMTA yang keluar (drop out) dan lulus tetapi tidak melanjutkan dan diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK Dip yang keluar (drop out), lulus dan diperkirakan masuk pasar kerja. = PUK S1 yang keluar (drop out), lulus dan diperkirakan masuk pasar kerja. BAB III METODE PENGHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA Penghitungan kebutuhan tenaga kerja dilaksanakan secara bertahap mulai dari penghitungan perkembangan ekonomi yang dilihat dari PDRB sampai kepada perkiraan kesempatan kerja. A. Penghitungan PDRB 1. Data dan Informasi yang dibutuhkan: a. PDRB berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha. b. Perkiraan pertumbuhan ekonomi atau PDRB menurut lapangan usaha. 6

2. Tahapan Penghitungan Metodologi yang digunakan untuk menghitung proyeksi PDRB adalah sebagai berikut : a. Mentabulasi data historis PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan yang sama. b. Menghitung Proyeksi PDRB menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi, dengan rumus : Pt i = Proyeksi PDRB sektor i; Po i = Data dasar PDRB sektor i; r i = Perkiraan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor i; t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) B. Penghitungan Kesempatan Kerja 1. Data dan Informasi yang dibutuhkan: a. Penduduk yang bekerja menurut karakteristiknya. b. PDRB berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha. c. Perkiraan pertumbuhan ekonomi atau PDRB, menurut lapangan usaha. 2. Pendekatan. Penghitungan kesempatan kerja dapat menggunakan pendekatan Input-Output, Ekonometrik, atau Elastisitas. a. Pendekatan Input-Output. Dasar pemikiran penggunaan pendekatan input-output dalam perencanan kebutuhan tenaga kerja adalah bahwa permintaan akhir efektif mempunyai pengaruh terhadap penciptaan kesempatan kerja di berbagai sektor produksi. Penciptaan kesempatan kerja tersebut bersifat langsung terhadap sektor-sektor yang mendukung peningkatan produksi pada sektor pertama. Persamaannya dirumuskan: X (I-A d ) -1 F d = Matriks vektor output = Matriks leontief = Matriks vektor permintaan akhir b. Pendekatan Ekonometrik. Pendekatan ekonometrik adalah untuk menjelaskan keterkaitan dan hubungan kuantitatif antara peubah (variable) makro ekonomi suatu daerah dengan penyerapan tenaga kerja, khususnya menurut lapanga usaha, dengan memperhatikan: 1) PDRB; 2) Nilai Tambah Bruto setiap lapangan usaha; 3) Nilai ekspor barang dan jasa; 4) Stok kapital; 5) Investasi fisik/pembentukan modal tetap bruto; 6) Penyerapan tenaga kerja di setiap sektor; 7) Total penyerapan tenaga kerja; 8) Faktor lainnya. 7

c. Pendekatan Elastisitas. Elastisitas tenaga kerja merupakan rasio antara perubahan atau pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan PDRB menggunakan rumus: E i = Elastisitas tenaga kerja sektor i rl i = Laju pertumbuhan penduduk yang bekerja sektor i pertahun (%) ry i = Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) i pertahun (%) L i = Jumlah penduduk yang bekerja sektor - i Y i = Jumlah PDRB sektor i n = Data tahun akhir o = Data tahun awal t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) Proyeksi kesempatan kerja dengan pendekatan elastisitas dilakukan dengan tahapan: 1) Mentabulasi data historis penduduk yang bekerja dan PDRB berdasarkan harga konstan tahun yang sama, menurut lapangan usaha. 2) Menghitung laju pertumbuhan penduduk yang bekerja dan laju pertumbuhan PDRB setiap lapangan usaha menggunakan rumus: 3) Menghitung elastisitas setiap lapangan usaha menggunakan rumus: a. Jika elastisitas lebih besar dari 1 (satu), maka laju pertumbuhan kesempatan kerja sangat besar, sebaliknya laju pertumbuhan produktivitas minus. b. Jika elastisitas kurang dari 0 (nol) atau minus, maka laju pertumbuhan kesempatan kerja minus, sebaliknya laju pertumbuhan produktivitas sangat besar. c. Jika elastisitas antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu), maka laju pertumbuhan kesempatan kerja positif dan laju pertumbuhan produktivitas juga positif. 8

4) Menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja menurut lapangan usaha sampai dengan tahun proyeksi, yaitu mengalikan antara elastisitas perubahan dengan perkiraan ekonomi menurut lapangan usaha menggunakan rumus: rl ai = Laju pertumbuhan kesempatan kerja baru sektor - i E ai = Elastisitas perubahan ry ai = Perkiraan laju pertumbuhan ekonomi sektor - i 5) Menghitung proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus: KK ti = Proyeksi kesempatan kerja sektor -i KK oi = Data dasar penduduk yang bekerja sektor -i rl ai = Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor -i t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) 6) Menghitung proyeksi tambahan kesempatan kerja menurut lapangan usaha menggunakan rumus: TKK i = Tambahan kesempatan kerja sektor -i PKK i = Proyeksi kesempatan kerja sektor i PYB i = Penduduk yang bekerja sektor i 7) Proyeksi kesempatan kerja menurut karakteristik selain lapangan usaha dilakukan melalui beberapa tahap: a. Memproyeksikan kesempatan kerja dengan menggunakan rumus linear sederhana ( ) atau rumus pertumbuhan geometrik Y = Hasil proyeksi kesempatan kerja a = Konstanta b = Parameter x = Tahun KK t = Proyeksi kesempatan kerja tahun t KK o = Data dasar proyeksi kesempatan kerja rl i = Laju pertumbuhan penduduk yang bekerja t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) Untuk menentukan laju pertumbuhan penduduk yang bekerja menggunakan rumus: 9

rl i = Laju pertumbuhan penduduk yang bekerja sektor i pertahun (%) L i = Jumlah penduduk yang bekerja sektor - i n = Data tahun akhir o = Data tahun awal t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (t n ) dengan tahun data dasar (t o ) b. Apabila jumlahnya tidak sama dengan hasil proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, maka perlu mengalikan hasil proporsi penghitungan sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan jumlah proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha. C. Metode Penghitungan Produktivitas Tenaga Kerja 1. Data dan Informasi yang dibutuhkan a. Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha. b. PDRB berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha. c. Proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha. d. Proyeksi PDRB menurut lapangan usaha. 2. Tahapan Perhitungan Tahapan untuk menghitung produktivitas tenaga kerja dilakukan melalui : a. Mentabulasi data historis PDRB dengan harga konstan dan proyeksi PDRB menurut lapangan usaha. b. Mentabulasi data historis penduduk yang bekerja dan proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha. c. Menghitung produktivitas tenaga kerja dengan membandingkan antara PDRB dengan penduduk yang bekerja atau kesempatan kerja menggunakan rumus: BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Untuk mengetahui keseimbangan/kesenjangan antara persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja diperlukan neraca tenaga kerja yaitu pengurangan antara proyeksi AK dengan proyeksi kesempatan kerja berbagai karakteristik dengan menggunakan rumus: NTK = Neraca tenaga kerja PAK = Proyeksi angkatan kerja PKK = Proyeksi kesempatan kerja 10

BAB V KETENTUAN PENUTUP Metode penghitungan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja untuk memberikan kemudahan dan keseragaman penyusunan rencana tenaga kerja bagi Pemerintah dan pemerintah daerah. Di tetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2008 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd Dr. Ir. ERMAN SUPARNO, MBA., M.Si. 11

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/XII/2008 TENTANG METODE PENGHITUNGAN PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA CONTOH PENGHITUNGAN A. Metode Penghitungan Persediaan Tenaga Kerja. 1. Proyeksi Penduduk. Data proyeksi penduduk diperoleh dari lembaga atau instansi yang memproyeksikan penduduk. berwenang Tabel 1 Proyeksi Penduduk Menurut Golongan Umur Provinsi/Kab/Kot X, Tahun 2008-2012 (dlm ribu) Gol. Umur 2008 2009 2010 2011 2012 0-4 204,2 207,3 210,4 213,6 216,8 5-9 190,2 187,2 184,2 181,2 178,3 10-14 214,8 208,9 203,2 197,6 192,1 15-19 260,1 254,0 248,0 242,1 236,4 20-24 332,0 330,7 329,5 328,2 327,0 25-29 368,3 378,9 389,9 401,2 412,8 30-34 314,0 326,0 338,4 351,3 364,7 35-39 252,2 253,8 255,4 257,1 258,7 40-44 243,3 246,5 249,7 252,9 256,2 45-49 225,9 232,8 240,0 247,5 255,1 50-54 190,3 198,2 206,4 214,9 223,8 55-59 147,1 150,9 154,9 159,0 163,1 60 + 437,8 443,8 449,8 456,0 462,2 Jumlah 3.380,2 3.419,0 3.459,7 3.502,5 3.547,2 2. Proyeksi PUK. Proyeksi PUK merupakan selisih antara hasil proyeksi penduduk dengan penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun. Cara menghitungnya menggunakan rumus: 12

Hasilnya adalah sebagai berikut : Golongan Umur Tabel 2 Proyeksi Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi/Kab/Kot X Tahun 2008-2012 (dalam ribu) 2008 2009 2010 2011 2012 15-19 260 254 248 242 236 20-24 332 331 329 328 327 25-29 368 379 390 401 413 30-34 314 326 338 351 365 35-39 252 254 255 257 259 40-44 243 246 250 253 256 45-49 226 233 240 247 255 50-54 190 198 206 215 224 55-59 147 151 155 159 163 60 + 438 444 450 456 462 Jumlah 2.771 2.816 2.862 2.910 2.960 Proyeksi PUK menurut karakteristik selain golongan umur dilakukan melalui beberapa tahap: Contoh PUK menurut Tingkat Pendidikan : a. Mengumpulkan, dan mentabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 3 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Prov/Kab/Kot X Tahun 2003-2007 Tingkat Pendidikan 2003 2004 2005 2006 2007 Maksimum SD 1.085 1.098 1.095 1.084 1.079 SLTP 522 523 536 574 624 SMTA 729 685 713 720 747 D1 - D3 76 97 91 89 109 Universitas 87 128 137 196 167 Jumlah 2.499 2.531 2.573 2.663 2.726 Sumber : - b. Memproyeksikan Memproyeksikan PUK dengan menggunakan rumus linear sederhana 13

Dimana : Untuk memproyeksikan PUK menurut pendidikan, khusus yang berpendidikan maksimum SD, memerlukan tabel bantu sebagai berikut: Tahun (x) y x2 xy 2003 1085 4012009 2173255 2004 1098 4016016 2200392 2005 1095 4020025 2195475 2006 1084 4024036 2174504 2007 1079 4028049 2165553 10025 5441 20100135 10909179 Proyeksi PUK yang berpendidikan maksimum SD, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: 14

Untuk proyeksi PUK yang berpendidikan secara keseluruhan dilakukan setiap tingkat pendidikan, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Tabel 4 Proyeksi Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi/Kab/kot X Tahun 2003 2007 Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 Maksimum SD 1,080 1,078 1,075 1,073 1,070 SLTP 632 658 683 709 734 SMTA 740 747 754 761 768 D1 - D3 110 116 121 127 133 Universitas 211 234 257 280 303 Jumlah 2,774 2,833 2,891 2,950 3,008 c. Mensinkronkan Jumlah proyeksi PUK menurut Tingkat Pendidikan tersebut diatas jumlahnya tidak sama dengan proyeksi PUK menurut Golongan Umur, maka perlu mengalikan hasil proporsi penghitungan dengan jumlah proyeksi PUK menurut golongan umur. Tabel 5 Proporsi Proyeksi Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Prov/Kab/Kota X Tahun 2008-2012 (%) Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 Maksimum SD 38.95 38.05 37.19 36.36 35.57 SLTP 22.79 23.22 23.63 24.03 24.41 SMTA 26.68 26.38 26.09 25.81 25.55 D1 - D3 3.96 4.08 4.20 4.31 4.42 Universitas 7.62 8.27 8.89 9.49 10.06 Jumlah 100 100 100 100 100 Tabel 6 Proyeksi Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Prov/Kab/Kot X Tahun 2003-2007 (dalam ribu) Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 SD 1,079 1,071 1,064 1,058 1,053 SLTP 632 654 676 699 722 SMTA 739 743 747 751 756 D1 - D3 110 115 120 125 131 Universitas 211 233 254 276 298 Jumlah 2,771 2,816 2,862 2,910 2,960 15

Untuk memproyeksikan PUK karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. 3. Proyeksi TPAK. Proyeksi TPAK dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: Regresi Linear Sederhana ( ); Proyeksi TPAK menurut karakteristiknya dilakukan melalui beberapa tahap: Contoh TPAK menurut Tingkat Pendidikan : a. Mengumpulkan, dan menstabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kab X Tahun 2003 2007 (%) Golongan Umur 2003 2004 2005 2006 2007 15-19 25,68 23,10 24,25 26,49 25,70 20-24 49,93 50,40 53,14 51,44 61,12 25-29 76,62 81,88 81,37 79,00 79,04 30-34 83,50 85,67 86,90 81,43 84,84 35-39 86,25 91,65 87,29 87,28 86,90 40-44 89,69 91,75 88,53 87,95 89,41 45-49 89,24 89,14 91,16 91,52 87,51 50-54 87,17 84,37 91,50 87,21 86,28 55-59 84,44 83,23 86,43 81,73 86,43 60 + 62,55 74,49 60,14 58,62 57,94 Jumlah 70,30 71,73 71,95 70,30 71,69 Sumber : b. Memproyeksikan Untuk memproyeksikan TPAK menurut Golongan Umur, khusus yang berumur 25 29 Tahun, memerlukan tabel bantu sebagai berikut: Tahun (x) y x2 xy 2003 76.62 4012009 153470 2004 81.88 4016016 164088 2005 81.37 4020025 163147 2006 79.00 4024036 158474 2007 79.04 4028049 158633 10025 397.91 20100135 797812 16

Proyeksi TPAK menurut Golongan Umur, khusus yang berumur PUK 25 29 Tahun, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Untuk proyeksi TPAK menurut Golongan Umur secara keseluruhan dilakukan setiap golongan umur, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Tabel 8 Proyeksi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/kab X Tahun 2008-2012 (%) Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 2012 15-19 26.93 26.81 26.70 26.58 26.46 20-24 60.23 59.34 58.46 57.57 56.68 25-29 80.17 80.37 80.56 80.76 80.95 30-34 84.00 83.84 83.69 83.53 83.38 35-39 86.95 86.65 86.34 86.03 85.73 40-44 88.16 88.71 88.06 88.22 88.37 45-49 86.41 87.30 86.76 84.98 85.18 50-54 83.11 84.72 84.18 83.64 84.18 55-59 85.20 85.44 85.69 85.20 86.49 60 + 57.26 56.58 55.90 55.22 54.54 Jumlah 71.89 72.17 72.07 71.90 72.07 Dalam memproyeksikan TPAK agar tidak memproyeksikan jumlahnya bersamaan dengan yang lain. Proyeksi TPAK dilakukan tersendiri dengan membandingkan proyeksi jumlah angkatan kerja dengan proyeksi jumlah PUK. Untuk memproyeksikan TPAK dengan karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. 4. Proyeksi Angkatan Kerja. Untuk memproyeksikan AK diperoleh dengan mengkalikan antara proyeksi PUK dengan proyeksi TPAK dengan karakteristik dan tahun yang sama. Dengan rumus : Sebagai contoh proyeksi AK Golongan Umur 25 29 Tahun adalah sebagai berikut: AK 2008 = 368 x 80,17% = 295 AK 2009 = 379 x 80,37% = 305 AK 2010 = 390 x 80,56% = 314 AK 2011 = 401 x 80,76% = 324 AK 2012 = 413 x 80,95% = 334 17

Untuk Proyeksi AK Golongan Umur secara keseluruhan, dihitung setiap golongan umur, seperti sebahgai berikut : Tabel 9 Proyeksi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/kot X Tahun 2008 2012 (dalam ribu) Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 2012 15-19 70 68 66 64 63 20-24 200 196 193 189 185 25-29 295 305 314 324 334 30-34 264 273 283 293 304 35-39 219 220 221 221 222 40-44 215 219 220 223 226 45-49 195 203 208 210 217 50-54 158 168 174 180 188 55-59 125 129 133 135 141 60 + 251 251 251 252 252 Jumlah 1,992 2,032 2,063 2,092 2,133 Untuk memproyeksikan AK dengan karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. B. Proyeksi PDRB Proyeksi PDRB menurut karakteristiknya dilakukan melalui beberapa tahap: 1. Mengumpulkan, dan menstabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 10 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Dengan harga konstan 2000. Prov/Kab/Kot X Tahun 2003 2007 (dalam milyard rupiah) Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 Pertanian 2.947,35 3.054,43 3.185,77 3.306,93 3.406,65 Pertambangan 119,43 120,44 122,33 126,14 132,05 Industri 2.325,24 2.394,34 2.463,23 2.481,17 2.510,23 Listrik,gas dan air 135,40 144,85 153,29 152,47 163,24 Bangunan 1.178,02 1.284,47 1.395,08 1.580,31 1.708,30 Perdagangan 3.099,80 3.285,59 3.444,83 3.569,62 3.769,02 Angkutan 1.437,07 1.582,19 1.673,35 1.761,67 1.868,57 Keuangan 1.408,89 1.507,89 1.623,21 1.591,89 1.666,95 Jasa 2.710,09 2.775,86 2.849,96 2.965,16 3.046,78 Jumlah 15.361,29 16.150,06 16.911,05 17.535,36 18.271,79 Sumber : Data perkiraan laju pertumbuhan ekonomi diperoleh dari lembaga atau instansi yang berwenang memproyeksikan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi. 18

Tabel 11 Perkiraan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Tahun 2008 2012 Lapangan Usaha Pertumbuhan PDRB 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 3,00 3,50 3,60 3,60 4,00 Pertambangan 3,00 4,00 4,20 4,30 4,30 Industri 4,00 4,00 4,10 5,00 5,20 Listrik,gas dan air 5,00 5,00 5,20 5,50 5,70 Bangunan 8,00 7,50 7,50 7,30 7,50 Perdagangan 6,00 6,50 6,50 6,70 7,00 Angkutan 7,00 7,10 7,10 7,30 7,50 Keuangan 5,00 5,20 5,20 5,50 6,00 Jasa 3,00 3,20 3,20 3,50 3,50 Jumlah 4,83 5,08 5,14 5,40 5,68 2. Menghitung Proyeksi PDRB menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi, dengan rumus : Sebagai contoh Proyeksi PDRB Sektor Industri, tahun 2008 2012 adalah sebagai berikut : Pt 2008 = 2510,23 x (1 + 4,00/100) 1 = 2610,64 Pt 2009 = 2610,64 x (1 + 4,00/100) 1 = 2715,06 Pt 2010 = 2715,06 x (1 + 4,10/100) 1 = 2826,38 Pt 2011 = 2826,38 x (1 + 5,00/100) 1 = 2967,70 Pt 2012 = 2967,70 x (1 + 5,20/100) 1 = 3122,02 Untuk proyeksi PDRB menurut Lapangan Usaha secara keseluruhan dilakukan setiap lapangan usaha, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Tabel 12 Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten X Tahun 2008-2012 (dlm milyard) Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 3.508,85 3.631,66 3.762,40 3.897,85 4.053,76 Pertambangan 136,01 141,45 147,39 153,73 160,34 Industri 2.610,64 2.715,06 2.826,38 2.967,70 3.122,02 Listrik,gas dan air 171,40 179,97 189,33 199,74 211,13 Bangunan 1.844,96 1.983,34 2.132,09 2.287,73 2.459,31 Perdagangan 3.995,16 4.254,85 4.531,41 4.835,02 5.173,47 Angkutan 1.999,37 2.141,33 2.293,36 2.460,77 2.645,33 Keuangan 1.750,30 1.841,31 1.937,06 2.043,60 2.166,22 Jasa 3.138,18 3.238,61 3.342,24 3.459,22 3.580,29 Jumlah 19.154,88 20.127,57 21.161,66 22.305,36 23.571,87 19

C. Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Inti penghitungan kebutuhan tenaga kerja, adalah proyeksi kesempatan kerja menurut karakteristiknya yang dilakukan melalui beberapa tahap: 1. Mengumpulkan, dan menstabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 13 Penduduk Yang Bekerja, PDRB Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Tahun 2003 2007 Lapangan Usaha KK PDRB (dlm milyard) 2003 2007 2003 2007 Pertanian 650,83 588,97 2.947,35 3.406,65 Pertambangan 9,89 35,55 119,43 132,05 Industri 213,96 250,91 2.325,24 2.510,23 Listrik,gas dan air 0,79 3,52 135,40 163,24 Bangunan 123,67 178,35 1.178,02 1.708,30 Perdagangan 367,39 402,11 3.099,80 3.769,02 Angkutan 40,17 57,16 1.437,07 1.868,57 Keuangan 14,11 41,32 1.408,89 1.666,95 Jasa 237,29 277,65 2.710,09 3.046,78 Jumlah 1.658,10 1.835,54 15.361,29 18.271,79 2. Menghitung laju pertumbuhan penduduk yang bekerja dan PDRB menurut lapangan usaha, dengan rumus elastisitas : Sebagai contoh laju pertumbuhan penduduk yang bekerja dan PDRB dan elastisitas sektor industri adalah sebagai berikut : Penduduk yang bekerja : PDRB : 20

Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk yang bekerja, PDRB, elastisitas dan perubahan elastisitas seluruh lapangan usaha adalah sebagai berikut : Tabel 14 Laju Pertumbuhan KK, PDRB dan Elastisitas TK Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Elastisitas Elastisitas KK PDRB Perubahan Pertanian -2,47 3,69-0,67-0,15 Pertambangan 37,70 2,54 14,82 0,50 Industri 4,06 1,93 2,10 0,75 Listrik,gas dan air 45,06 4,79 9,42 0,80 Bangunan 9,58 9,74 0,98 0,70 Perdagangan 2,28 5,01 0,46 0,40 Angkutan 9,22 6,78 1,36 0,80 Keuangan 30,82 4,29 7,18 0,80 Jasa 4,01 2,97 1,35 0,90 Jumlah 2,57 4,43 0,58 3. Menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja menurut lapangan usaha sampai dengan tahun proyeksi, yaitu mengalikan antara elastisitas perubahan (Tabel 14) dengan perkiraan ekonomi menurut lapangan usaha (Tabel 11) menggunakan rumus: Sebagai contoh menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor industri adalah sebagai berikut : rl 2008 = 0,75 x 4.00 = 3,00 rl 2009 = 0,75 x 4.00 = 3,00 rl 2010 = 0,75 x 4.10 = 3,08 rl 2011 = 0,75 x 5.00 = 3,75 rl 2012 = 0,75 x 5.20 = 3,90 Untuk menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja seluruh lapangan usaha adalah sebagai berikut : Tabel 15 Perkiraan Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Tahun 2008 2012 Lapangan Usaha Pertumbuhan Kesempatan Kerja 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian -0,45-0,53-0,54-0,54-0,60 Pertambangan 1,50 2,00 2,10 2,15 2,15 Industri 3,00 3,00 3,08 3,75 3,90 Listrik,gas dan air 4,00 4,00 4,16 4,40 4,56 Bangunan 5,60 5,25 5,25 5,11 5,25 21

Perdagangan 2,40 2,60 2,60 2,68 2,80 Angkutan 5,60 5,68 5,68 5,84 6,00 Keuangan 4,00 4,16 4,16 4,40 4,80 Jasa 2,70 2,88 2,88 3,15 3,15 4. Menghitung proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus: Sebagai contoh proyeksi kesempatan kerja sektor industri, tahun 2008 2012 adalah sebagai berikut : KK 2008 = 250,91 x (1 + 3,00/100) 1 = 258,44 KK 2009 = 258,44 x (1 + 4,00/100) 1 = 266,19 KK 2010 = 266,19 x (1 + 4,10/100) 1 = 274,78 KK 2011 = 274,78 x (1 + 5,00/100) 1 = 290,72 KK 2012 = 290,72 x (1 + 5,20/100) 1 = 303,81 Untuk proyeksi kesempatan kerja menurut lapanagn usaha secara keseluruhan dilakukan setiap lapangan usaha, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Tabel 16 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Prov/Kab/Kot X Tahun 2008-2012 (dlm ribu) Proyeksi Kesempatan Kerja Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 586,32 582,80 579,48 576,35 571,51 Pertambangan 36,08 36,99 37,84 38,71 39,54 Industri 258,44 266,19 274,78 290,72 303,81 Listrik,gas dan air 3,66 3,80 3,97 4,18 4,39 Bangunan 188,34 197,57 207,94 217,69 230,35 Perdagangan 411,76 423,29 434,29 446,98 461,64 Angkutan 60,36 63,84 67,46 71,73 76,49 Keuangan 42,98 44,83 46,70 49,09 52,24 Jasa 285,15 293,88 302,34 314,32 324,23 Jumlah 1.873,08 1.913,19 1.954,80 2.009,77 2.064,20 5. Menghitung proyeksi tambahan kesempatan kerja menurut lapangan usaha menggunakan rumus: 22

Sebagai contoh proyeksi tambahan kesempatan kerja Sektor Industri, tahun 2008 2012 adalah sebagai berikut : KK 2008 = 258,44-250,91 = 7,53 KK 2009 = 266,19-258,44 = 7,75 KK 2010 = 274,78-266,19 = 8,59 KK 2011 = 290,72-274,78 = 15,94 KK 2012 = 303,81-290,72 = 13,09 Untuk proyeksi tambahan kesempatan kerja menurut lapangan usaha secara keseluruhan dilakukan setiap lapangan usaha, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Tabel 17 Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha prov/kab/kot X Tahun 2008-2012 (dlm ribu) Lapangan Usaha Proyeksi Kesempatan Kerja 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian (2,65) (3,52) (3,32) (3,13) (4,84) Pertambangan 0,53 0,90 0,85 0,87 0,83 Industri 7,53 7,75 8,59 15,94 13,09 Listrik,gas dan air 0,14 0,15 0,17 0,20 0,22 Bangunan 9,99 9,23 10,37 9,75 12,65 Perdagangan 9,65 11,53 11,01 12,68 14,67 Angkutan 3,20 3,48 3,63 4,26 4,76 Keuangan 1,65 1,86 1,87 2,39 3,15 Jasa 7,50 8,73 8,46 11,99 9,90 Jumlah 37,54 40,11 41,62 54,97 54,43 6. Proyeksi kesempatan kerja menurut karakteristik selain lapangan usaha dilakukan melalui beberapa tahap: Memproyeksikan kesempatan kerja dengan menggunakan rumus linear sederhana ( ) atau rumus pertumbuhan geometrik Contoh proyeksi kesempatan kerja menurut golongan umur : a. Mengumpulkan, dan menstabulasikan data masa lalu (historis) Tabel 18 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kot X Tahun 2008-2012 (dlm ribu) Golongan Umur 2003 2004 2005 2006 2007 15-19 48.46 55.56 54.10 54.48 58.21 20-24 140.78 140.85 137.89 130.00 157.87 25-29 182.32 168.44 230.51 230.04 235.18 30-34 217.97 189.18 229.02 217.66 238.74 35-39 209.02 208.71 212.48 218.06 215.36 23

40-44 188.30 215.56 201.41 209.08 213.78 45-49 166.65 174.74 181.53 188.29 184.09 50-54 141.50 147.90 147.23 143.60 150.70 55-59 111.58 106.51 113.36 112.00 123.53 60 + 251.52 294.37 250.19 251.73 258.11 Jumlah 1,658.10 1,701.80 1,757.70 1,754.95 1,835.54 b. Memproyeksikan. Memproyeksikan kesempatan kerja menurut golongan umur dengan menggunakan rumus linear sederhana Dimana : Untuk memproyeksikan kesempatan kerja menurut golongan umur, khusus yang berumur 25 29 Tahun, memerlukan tabel bantu sebagai berikut: Tahun (x) y x2 xy 2003 182 4012009 365179 2004 168 4016016 337546 2005 231 4020025 462165 2006 230 4024036 461460 2007 235 4028049 472000 10025 1046 20100135 2098350 Proyeksi kesempatan kerja golongan umur 24 29 tahun, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: 24

Untuk proyeksi kesempatan kerja golongan umur secara keseluruhan dilakukan setiap tingkat pendidikan, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Tabel 19 Proyeksi Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kot X Tahun 2008-2012 (dlm ribu) Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 2012 15-19 57.67 58.50 59.33 60.17 61.00 20-24 185.74 183.40 181.06 178.72 176.38 25-29 259.49 276.23 292.96 309.69 326.42 30-34 239.52 255.94 258.89 267.49 277.17 35-39 212.65 216.68 215.95 215.21 214.48 40-44 210.53 210.77 215.16 214.61 214.86 45-49 193.59 198.43 203.28 208.12 212.96 50-54 157.80 164.91 167.71 174.82 179.77 55-59 122.21 127.99 131.66 133.89 136.91 60 + 252.34 246.58 249.81 247.10 243.42 Jumlah 1,891.55 1,939.42 1,975.80 2,009.81 2,043.38 c. Mensinkronkan. Jumlah proyeksi kesempatan kerja menurut golongan umur tersebut diatas jumlahnya tidak sama dengan proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha, maka perlu mengalikan hasil proporsi penghitungan dengan jumlah proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha. Tabel 20 Proporsi Proyeksi Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kot X Tahun 2008-2012 (dlm ribu) Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 2012 15-19 3.05 3.02 3.00 2.99 2.99 20-24 9.82 9.46 9.16 8.89 8.63 25-29 13.72 14.24 14.83 15.41 15.97 30-34 12.66 13.20 13.10 13.31 13.56 35-39 11.24 11.17 10.93 10.71 10.50 40-44 11.13 10.87 10.89 10.68 10.52 45-49 10.23 10.23 10.29 10.36 10.42 50-54 8.34 8.50 8.49 8.70 8.80 55-59 6.46 6.60 6.66 6.66 6.70 60 + 13.34 12.71 12.64 12.29 11.91 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Tabel 21 Proyeksi Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kot X Tahun 2008-2012 (dlm ribu) Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 2012 15-19 57.10 57.71 58.70 60.17 61.62 20-24 183.92 180.91 179.13 178.71 178.17 25-29 256.96 272.49 289.84 309.68 329.75 30-34 237.18 252.48 256.14 267.48 280.00 35-39 210.58 213.75 213.65 215.21 216.67 40-44 208.48 207.91 212.88 214.61 217.05 45-49 191.70 195.75 201.12 208.11 215.13 50-54 156.26 162.67 165.93 174.81 181.60 55-59 121.02 126.26 130.26 133.89 138.31 60 + 249.88 243.24 247.15 247.09 245.90 Jumlah 1,873.08 1,913.19 1,954.80 2,009.77 2,064.20 25

Untuk memproyeksikan PUK karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. D. Proyeksi Produktivitas Tenaga Kerja. Proyeksi produktivitas tenaga kerja menurut lapangan usaha dilakukan dengan membandingkan antara proyeksi PDRB (Tabel 12 ) dengan penduduk yang bekerja atau kesempatan kerja (Tabel 16 ) menggunakan rumus: Sebagai contoh proyeksi produktivitas tenaga kerja sektor industri, tahun 2008 2012 adalah sebagai berikut : Untuk proyeksi produktivitas tenaga kerja menurut lapangan usaha secara keseluruhan dilakukan setiap lapangan usaha, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Tabel 22 Proyeksi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha, Prov/Kab/Kot X Tahun 2008-2012 (Juta Rp/TK) Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 5.98 6.23 6.49 6.76 7.09 Pertambangan 3.77 3.82 3.90 3.97 4.06 Industri 10.10 10.20 10.29 10.21 10.28 Listrik,gas dan air 46.87 47.32 47.65 47.82 48.05 Bangunan 9.80 10.04 10.25 10.51 10.68 Perdagangan 9.70 10.05 10.43 10.82 11.21 Angkutan 33.12 33.54 33.99 34.31 34.58 Keuangan 40.73 41.07 41.48 41.63 41.47 Jasa 11.01 11.02 11.05 11.01 11.04 Jumlah 10.23 10.52 10.83 11.10 11.42 E. Keseimbangan Tenaga Kerja Untuk mengetahui keseimbangan/kesenjangan antara persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan tenaga kerja diperlukan neraca tenaga kerja yaitu pengurangan antara proyeksi AK dengan proyeksi kesempatan kerja berbagai karakteristik dengan menggunakan rumus: 26

Perkiraan kelebihan angkatan kerja (penganggur terbuka) dan kekurangam angkatan kerja untuk golongan umur, khusus golongan umur 25 29 tahun, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Perkiraan kelebihan angkatan kerja (penganggur terbuka) dan kekurangam angkatan kerja untuk golongan umur secara keseluruhan dilakukan setiap tingkat pendidikan, Tahun 2008 2012 sebagai berikut: Tabel 23 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Prov/Kab/Kota X, Tahun 2008-2012 (dalam ribuan) Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 2012 15-19 12.94 10.39 7.50 4.19 0.93 20-24 16.02 15.35 13.47 10.26 7.18 25-29 38.28 32.04 24.27 14.32 4.44 30-34 26.60 20.84 27.06 25.96 24.05 35-39 8.72 6.16 6.88 5.95 5.11 40-44 6.03 10.76 7.02 8.54 9.39 45-49 3.48 7.52 7.15 2.18 2.17 50-54 1.93 5.24 7.80 4.93 6.76 55-59 4.28 2.70 2.47 1.54 2.79 60 + 0.80 7.85 4.31 4.70 6.18 Jumlah 119.08 118.84 107.93 82.55 69.01 Untuk memperkirakan kelebihan angkatan kerja (penganggur terbuka) dan kekurangam angkatan kerja karakteristik lainnya dapat menggunakan rumus diatas. Di tetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2008 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd Dr. Ir. ERMAN SUPARNO, MBA., M.Si. 27