9 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Peelitia dilakuka di Kecamata Turi Kabupate Slema Yogyakarta pada bula Oktober 5. Berdasarka kriteria iklusi da eksklusi, pada saat peelitia didapatka 95 sampel yag memeuhi kriteria iklusi, sedagka tidak ada sampel yag dieksklusi dari peelitia. Variabel yag diteliti yaitu sulit tidur (isomia) sebagai variabel bebas da tigkat stres sebagai variabel terikat. Pada peelitia ii data diambil dega megguaka kuesioer yag diisi oleh lasia yag memeuhi kriteria iklusi. Cara pegisia kuesioer diisi sediri oleh respode dega pegawasa dari peeliti atau petugas yag membatu da telah diberika pelatiha sebelumya atau respode perlu didampigi oleh peeliti atau petugas dalam megisi kuesioer dikareaka keterbatasa kemampua membaca, serta peeliti melakuka kofirmasi megeai data yag diisika kedalam kuesioer. Alur pegambila data dalam peelitia ii yaitu dega cara bekerjasama dega kader posyadu lasia di Kecamata Turi dalam medapatka hasil utuk peelitia ii. Namu dalam peelitia ii terdapat keterbatasa yaitu pegumpula data megguaka kuesioer cederug bersifat subyektif sehigga kejujura respode meetuka kebeara data yag diberika. Adaya keterbatasa peeliti pada saat pelaksaaa peelitia ii meyebabka beberapa masalah-masalah pada lasia yag belum dapat diketahui secara sempura. Peeliti meyajika hasil dari peelitia meliputi deksriptif yaitu merupaka karakteristik subjek peelitia yag ditampilka dalam betuk distribusi frekuesi, yag kedua aalisis berdasarka hasil peelitia yag telah diperoleh megguaka pegolaha uji Chi-Square. 4.. Karakteristik Subjek Peelitia Karakteristik subjek peelitia meliputi jeis kelami subjek, usia subjek, isomia da tigkat stres.
4 4... Jeis Kelami Setelah disarig melalui kriteria iklusi da eksklusi didapatka total subjek sebayak 95 subjek. Total subjek laki-laki yag berpartisipasi dalam peelitia ii adalah 9 subjek yaitu,5 dari total subjek. Sedagka subjek perempua yag berpartisipasi dalam peelitia ii adalah 66 subjek yaitu 69,5 dari total subjek. Hasil ditujukka pada tabel 4 da gambar 4. Tabel 4. Presetase jeis kelami subjek Variabel Jeis Kelami Laki-laki Perempua Tigkat Stres Redah,6,7 Tiggi 7 4 7,9 5,8 Gambar 4. Distribusi subjek berdasarka jeis kelami 4... Usia Subjek yag diambil sebagai sampel adalah subjek dega usia sama dega atau lebih dari 6 tahu. Retag usia subjek dari usia teredah 6 tahu sampai usia tertiggi 8 tahu disajika dalam tabel 5 da gambar 5.
4 Tabel 5. Presetase usia subjek Variabel Usia 6 6 6 6 64 65 66 67 68 69 7 7 7 7 75 76 77 79 8 Tigkat Stres Redah 9,,,,,, 4 4, Gambar 5. Distribusi subjek berdasarka usia Tiggi 5 6 4,6 5,,,, 6, 4,,,,
4 4... Isomia Dari 95 subjek dilakuka peilaia terhadap semua kuesioer, yaitu kuesioer KSPBJ-isomia ratig scale didapatka data bahwa sebayak subjek (,6) tidak isomia megalami stres tigkat redah, tidak isomia amu megalami stres tigkat tiggi sebayak subjek (,). Sedagka dega isomia didapatka sebayak 4 subjek (4,7) megalami stres tigkat redah da isomia yag megalami stres tigkat tiggi sebayak 49 subjek (5,6). Hasil dari peelitia isomia disajika dalam tabel 6 da gambar 6. Tabel 6. Presetase isomia subjek Variabel Tidak Isomia Isomia Tigkat Stress Redah,6 4 4,7 Gambar 6. Distribusi subjek berdasarka isomia Tiggi 49, 5,6
4 4...4 Tigkat Stres Subjek yag telah megisi kuesioer The Depressio Axiety Stress 4 (DASS 4) diilai utuk meetuka tigkat stres redah atau tiggi. Hasil disajika dalam gambar 7. Gambar 7. Distribusi subjek berdasarka tigkat stres 4.. Hasil Uji Chi-Square Dari hasil peelitia yag telah diperoleh, kemudia dilakuka pegolaha data megguaka SPSS (Statistical Package for Social Sciece). Pegolaha data megguaka uji Chi-Square. Uji Chi-Square diguaka utuk megetahui ada tidakya hubuga atara variabel. Berdasarka dari hasil pegolaha data yag ditujukka bahwa dapat diketahui terdapat hubuga atara isomia da tigkat stres. Pada aalisis bivariate dega megguaka uji Chi-Square meujukka hasil sigifika dega ilai p <,5 yaitu didapatka p =, (, <,5). Respode yag memiliki gaggua isomia memiliki resiko megalami tigkat stres tiggi sebesar 5,5 kali dibadigka dega respode yag tidak isomia, dega sekurag-kuragya memiliki resiko stres tiggi 46 kali da maksimal 47,78 kali.
44 4. Pembahasa Dalam peelitia ii didapatka hubuga yag bermaka atara isomia (sulit tidur) dega tigkat stres. Hal ii sama dega peelitia yag dilakuka oleh Viska Suci (4) yag meyataka bahwa ada hubuga atara isomia dega tigkat stres. Dalam peelitia tersebut dijelaska bahwa bayak respode yag megalami stres, pada umumya stres redah yag dialami lasia seperti merasa tergaggu oleh bayag-bayag masa lalu yag buruk, afsu maka meuru da merasa tidak bisa megusir masalah hidupya seperti kegagala dalam perkawia, rasa ridu dega keluarga yag jarag berkujug, da rasa kesepia karea jauh dari aggota keluarga serta kurag medapat perhatia dari aggota keluargaya. Serigya gejala-gejala stres tersebut bisa meyebabka stres tiggi yag dapat mereka alami aka mejadika timbulya rasa ketakuta, gelisah saat tidur, da merasa tidak bahagia. Timbulya stres tersebut juga dapat disebabka oleh peyakit yag diderita, kematia suami atau istri yag sagat mempegaruhi kodisi psikis respode. Namu hasil dalam peelitia lai mejelaska bahwa stres bukalah satusatuya determia yag berpegaruh pada isomia. Terdapat faktor lai yag juga berpegaruh terhadap isomia. Dalam peelitia Bahrul Umuluddi (), didapatka hasil bahwa faktor peyebab terjadiya isomia adalah stres atau kecemasa, depresi, kelaia-kelaia krois, efek sampig pegobata, pola maka yag buruk, kafei, ikoti, alkohol, da kurag olahraga. Isomia merupaka sebuah symptom atau gejala. Artiya apabila idividu megalami isomia, kemugkia ada masalah emosioal yag belum terselesaika. Masalah emosioal itu bisa berupa kecemasa, stres, ketakuta, depresi, marah, sakit hati, kesediha atau masalah emosi laiya. Bayak pederita isomia yag tidak meyadari masalah emosi apa yag meyebabka dia tidak bisa tidur sehigga bayak dari pederita isomia lebih memilih memium obat tidur dibadig mecari batua psikoterapis (Kapla et al., ).
45 Isomia pada dasarya haya mempuyai dua keluha utama, yaitu seseorag sulit masuk tidur, da sulit mempertahaka tidur. Isomia dapat didefiisika sebagai suatu keadaa dimaa seseorag sulit masuk tidur, atau kesulita mempertahaka tidur dalam kuru waktu tertetu sehigga meimbulka pederitaa atau gaggua dalam berbagai fugsi sosial, pekerjaa ataupu fugsi-fugsi kehidupa laiya. Isomia dapat meimbulka masalahmasalah seperti kecemasa, stres, da depresi karea tidak mampu tidur. Masalah tersebut adalah reaksi beratai yag tidak perah usai. Masalah emosi meyebabka isomia da isomia meyebabka masalah emosi yag lebih parah, begitu seterusya. Beberapa faktor dapat meyebabka ketidakmampua utuk tidur dega baik pada lasia. Umumya, orag tua cederug megalami kesulita tidur yag aka memicu gaggua tidur. Beberapa peyebab tersebut meliputi psikiatri seperti stres, depresi da cemas. Keluha tidur dapat pula memprediksi aka terjadiya depresi pada lasia. Faktor ligkuga seperti suara gaduh, cahaya, da temperatur dapat meggaggu tidur. Gaya hidup seperti mium kopi, teh, da soda, serta merokok sebelum tidur juga dapat meggaggu tidur. Alkohol dapat mempercepat tidur tetapi beberapa jam kemudia pasie kembali tidak bisa tidur. Kodisi medis juga cotohya meliputi peyakit akut da kroik seperti alzheimer, hipotiroidisme, demesia da delirium, peyakit musculoskeletal, kaker, peyakit paru, peyakit kardiovaskuler (Erry, ). Pegaruh isomia dalam kehidupa sehari-hari sagat besar. Umumya pederita megeluh di pagi hari, megalami lelah fisik da metal, pada siag hari merasa depresi, cemas, tegag, tremor, berkuragya kosetrasi da mudah tersiggug. Globus dari Uiversity of Carolia, megemukaka bahwa oragorag yag tidur terlambat, baru tidur mejelag pagi hari dapat bagu dega perasaa lemas, tidak berdaya, depresif da pusig sehigga dapat mempegaruhi kemampua da kierjaya. Hal ii dapat meimbulka resiko kecelakaa lalu litas, kesulita dalam pegambila suatu keputusa baik dalam keluarga, pekerjaa maupu didalam kehidupa sosial, yag pada giliraya dapat meimbulka berbagai gaggua jiwa (Erry, ).
46 Pada jural Maria Basta (7) juga megataka, semaki tiggi stres pada lasia maka kebutuha waktu tidur aka berkurag. Pemimpi kliik isomia di Staford AS, Dr. Nio Murcia megataka hal ii disebabka oleh ketegaga pikira seseorag terhadap sesuatu yag kemudia mempegaruhi sistem saraf pusat sehigga kodisi fisik seatiasa terjaga.