Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) adalah: Divisi : Tracheophyta, Subdivisi : Pteropsida, Kelas : Angiospermae, Subkelas : Monocotyledoneae, Ordo : Cocoideae, Famili : Palmae, Subfamili : Cocoideae, Genus : Elaeis, Spesies : Elais guineensis Jacq. ( Lubis, 2008). Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Di samping itu, tumbuh pula akar nafas yang muncul di atas permukaan atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas. Dengan perakaran kuat tersebut, jarang ditemukan pohon kelapa sawit yang tumbang (Wardiana dan Mahmud, 2003). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian antara 15-20 m. Batang berbentuk silindris dengan diameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Batang bagian bawah umumnya lebih besar dari batang bagian atas yang disebut bongkol batang atau bowl. Kelapa sawit ada yang tumbuh secara cepat dan ada pula yang lambat. Sifat-sifat tersebut dapat digunakan dalam pemilihan pohon induk karena keterkaitannya dengan masalah panen (Lubis, 2008). Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang
panjangnya mencapai lebih dari 7,5 9 m. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri duri atau bulu-bulu. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun tergantung iklim setempat. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6 7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau (Nurhidayati, 2010). Bunga jantan dan bunga betina terdapat masing-masing pada tandan bunganya dan terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun. Tanaman ini dapat menyerbuk sendiri dan dapat menyerbuk silang (Lubis, 2008). Tetapi kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu tandan (infloresen) yang disebut bunga banci (hermaphrodite) (Latif, 2004). Buah kelapa sawit berukuran kecil antara 12 18 gr/ butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10 18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Buah kelapa sawit yang dipanen dalam tandan disebut tandan buah sawit. Lama proses pembentukan buah, dari saat terjadinya penyerbukan sampai matang, dipengaruhi oleh keadaan iklim. Selama buah kelapa sawit masih muda, yaitu umur 3 4 bulan, buah kelapa sawit tersebut masih berwarna ungu. Setelah itu, warna kulit buah dari ungu secara berangsur-angsur menjadi merah kekuningkuningan. Pada saat ini terjadi pembentukan minyak pada daging buah (Nurhidayati, 2010). Cangkang dan inti merupakan biji kelapa sawit. Di dalam biji terdapat embrio yang panjangnya 3 mm dan berdiameter 1.2 mm berbentuk silindris. Inti
merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embrio. Pada pertumbuhan atau perkecambahan, embrio akan keluar melalui lubang yang terdapat pada cangkang (germpore) dengan membentuk akar (radikula) dan batang (plumula) (Setyamidjaja, 2006). Pembibitan Pre Nursery Pembibitan adalah serangkaian kegiatan mempersiapkan bahan tanaman yang meliputi persiapan medium, pemeliharaan, seleksi bibit sehingga di peroleh bibit tanaman kelapa sawit yang baik untuk dilakukan pertanaman di lapangan. Bibit kelapa sawit memerlukan air untuk keperluan fotosintesis, memelihara protoplasma serta translokasi hara ataupun fotosintat (Nababan et al, 2014). Ada dua sistem pembibitan kecambah kelapa sawit, yaitu (1) sistem dua tahap dan (2) sistem satu tahap. Pembibitan dua tahap terdiri atas pembibitan pendahuluan (pre-nursery) dalam kantong plastik kecil hingga bibit berumur 3 4 bulan baru dilanjutkan dalam pembibitan utama (mainnursery) menggunakan kantong plastik besar hingga bibit berumur 10 14 bulan. Sedangkan pembibitan satu tahap, kecambah langsung ditanam dalam kantong plastik besar hingga umur siap dipindahkan ke lapang (Allorerung et al, 2010). Pembibitan pendahuluan dapat dilakukan menanam kecambah di atas bedengan atau di dalam kantong plastik kecil. Penggunaan bedengan tidak dianjurkan karena pemeliharaan lebih sulit dan seleksi bibit tidak bisa intensif serta banyak bibit yang rusak pada saat pemindahan ke kantong plastik besar. Persiapan untuk pembibitan pendahuluan bedengan dibuat dengan cara meninggikan permukaan tanah atau membuat parit drainase pembatas selebar 50 cm dan dalam 15 20 cm sedemikian rupa sehingga terbentuk bedengan
berukuran lebar yang dapat memuat 12 kantong plastik dan panjang 10-12 m. Selanjutnya, diberi naungan dengan tiang 2 m dan atap dari pelepah daun kelapa atau kelapa sawit sedemikian rupa hingga intensitas cahaya sekitar 40%. Dapat juga menggunakan paranet yang meloloskan cahaya 40 % tetapi biayanya menjadi mahal. Siapkan kantong plastik berukuran 15 x 20 cm dengan lobang di bidang alas dan keliling sisi bagian bawah, lalu isi dengan tanah lapisan atas (top soil), kemudian susun rapat di bedengan. Agar kantong plastik tidak rebah, diberi penahan dari papan atau belahan bambu. Siram tanah dalam kantong palstik setiap hari selama 2 3 hari sebelum penanaman kecambah supaya tanah agak memadat (Allorerung et al, 2010). Penanaman yaitu kedalaman lubang kecambah 2-3 cm, kecambah dimasukkan kedalam lubang. Bagian bakal akar yang agak berbentuk tumpul harus mengarah ke bawah dan bakal daun yang bentuknya agak tajam mengarah keatas. Tanah diratakan kembali hingga menutup kecambah. Pemeliharaan bibit yaitu penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman, dan seleksi bibit. Di pembibitan biasanya penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman pagi yaitu dimulai jam 07.00 WIB sampai jam 11.00 WIB sedangkan penyiraman sore hari dimulai jam 16.00 WIB (Dwiyana, 2015). Media Tanam Sabut Kelapa Komposisi media mempengaruhi kualitas bibit. Pada umumnya, media untuk bibit tanaman buah tersusun oleh tanah, bahan organik, dan pasir. Tanah biasanya digunakan sebagai medium dasar karena lebih murah dan mudah
didapatkan. Penambahan pasir bertujuan untuk membuat media bahan organik menjadi lebih berpori untuk pembibitan (Indriyani et al, 2011). Ketebalan serabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (edokarpium). Endokarpium mengandung seratserat halus. Satu butir kelapa menghasilkan 0.4 kg serabut yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia serabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, gas, tanin, dan potasium (Lisan, 2015). Salah satu bahan yang mengandung lignoselulosa adalah buah kelapa, terutama bagian sabut kelapa. Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa yaitu 35% dari berat keseluruhan buah (Anggorowati et al, 2015). Serat lignoselulosa adalah hidrofil dan menyerap kelembaban. Bila kelembaban dari atmosfer datang dalam kontak dengan serat, ikatan hidrogen istirahat dan kelompok hidroksil membentuk ikatan hidrogen baru dengan molekul air (Dixit and Preeti, 2012). Selulosa merupakan substansi organik yang paling melimpah di alam. Selulosa tidak larut di dalam air dan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia. Selulosa mendominasi karbohidrat yang berasal dari tumbuh tumbuhan hampir mencapai 50% karena selulosa merupakan bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa ditemukan dalam tanaman yang dikenal sebagai microfibril dengan diameter 2-20 nm dam panjang 100-40000 nm (Wiratmaja, 2011). Selulosa merupakan polimer dengan rumus kimia (C 6 H 10 O 5 ) n. Dalam hal ini n adalah jumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi yang harganya bervariasi berdasarkan sumber selulosa dan perlakukan yang diterimanya.
Molekul selulosa seluruhnya berbentuk linier dan mempunyai kecenderungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen, baik dalam satu rantai polimer selulosa maupun antar rantai polimer yang berdampingan. Ikatan hidrogen ini menyebabkan selulosa bisa terdapat dalam ukuran besar, dan memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi (Surest dan Dodi, 2010). Hemiselulosa merupakan polisakarida yang mempunyai berat molekul lebih kecil daripada selulosa. Molekul hemiselulosa lebih mudah menyerap air, bersifat plastis, dan mempunyai permukaan kontak antar molekul yang lebih luas dari selulosa (Oshima, 1965). Lignin atau zat kayu adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan. Komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin merupakan zat organik polimer yang banyak dan yang penting dalam dunia tumbuhan. Lignin tersusun atas jaringan polimer fenolik yang berfungsi merekatkan serat selulosa dan hemiselulosa sehingga menjadi sangat kuat (Sun dan Cheng, 2002). Penyiraman di Pre Nursery Penyiraman merupakan cara untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman. Ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting. Peranan air pada tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur suhu bagi tanaman. Apabila
ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman maka akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada produksi yang dihasilkan (Salisbury dan Ross, 1997). Pada umumnya, penangkar benih di pembibitan cenderung menggunakan air secara berlebihan dalam melakukan penyiraman. Penggunaan air yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan unsur hara karena terjadinya pencucian (Haryati, 2003). Menurut Jumin (2002) air berfungsi dalam pengangkutan unsur hara dari akar ke jaringan tanaman, yang digunakan sebagai pelarut garam-garaman, mineral serta penyusun jaringan tanaman. Penyiraman dengan interval yang panjang juga dapat menghindari tanah di pembibitan yang menjadi padat karena penyiraman yang sering dilakukan (Haryati 2003). Ketahanan tanaman terhadap cekaman air dilapangan dapat dinilai dari ketahanan cekaman di pembibitan. Pangaribuan (2001) menyatakan cekaman air pada tanaman kelapa sawit ditunjukkan oleh terhambatnya daun-daun membuka, terjadinya pengeringan daun muda, rusaknya hijau daun, dan mempercepat kematian tanaman.