2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

BAB 3 METODE PENELITIAN

VERBA BERPELENGKAP DALAM BAHASA INDONESIA SUATU KAJIAN STRUKTUR DAN SEMANTIK. Eni Karlieni Fakultas Sastra Unpad Bandung

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

RINGKASAN PENELITIAN

ANALISIS RAGAM BAHASA PADA PESAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TENGARAN JURNAL ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN VERBA TRANSITIF SISWA KELAS XII JURUSAN TEKNIK JARINGAN TENAGA LISTRIK SMK NEGERI 2 KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : Mentari Ade Fitri

PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M.

ANALISIS BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI MEI 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

KOSAKATA VERBA BAHASA INDONESIA PADA ANAK-ANAK USIA KELOMPOK BERMAIN (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

Perhatikan kalimat di bawah ini!

ANALISIS KALIMAT AKTIF DAN PASIF PADA RUBRIK OPINI DALAM SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA BERITA EKONOMI-BISNIS BULAN AGUSTUS 2014

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

ANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan predikat. sebagaimana tugas predikat, yaitu menandai apa yang dinyatakan pembicara tentang subjek. Oleh karena itu, hampir sebagian besar predikat diisi oleh verba meski predikat juga dapat diisi oleh kelas kata lain, seperti nomina, adjektiva atau frasa preposisi. Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada bahasa remaja dalam majalah remaja, diperoleh hasil penelitian: (1) Sembilan bentuk verba predikat, yaitu (a) verba dasar, (b) verba berprefiks, (c) verba bersufiks -an, (d) verba bersufiks -kan. (e) verba bersufiks -i, (f) verba bersufiks -in, (g) verba bereduplikasi, (h) verba berproses gabung, dan (i) verba majemuk. Berdasarkan kesembilan bentuk verba predikat tersebut, kemunculan terbanyak ialah verba berprefiks 100 data atau 28,17%. (2) Enam tipe verba predikat berdasarkan ketransitifannya, yaitu (a) dwitransitif, (b) transitif, (c) dwi-intransitif, (d) intransitif, (e) dwi-ekuatif, dan (f) ekuatif. Dari keenam tipe verba predikat itu kemunculan paling banyak adalah verba transitif, yakni sebanyak 197 data atau sebesar 55,49%. Banyaknya kemunculan ini menunjukan bahwa karakteristik verba predikat dalam bahasa remaja memiliki kecenderungan terhadap verba aktivitas yang memiliki sasaran. Kata Kunci: Verba, Verba Predikat, Ketransitifan, Remaja. PENDAHULUAN Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu disebut juga dengan ragam bahasa. Berdasarkan situasi keformalan, ragam bahasa dibagi atas ragam baku atau ragam resmi, dan ragam nonbaku atau ragam tak resmi. Ragam baku adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi resmi atau formal baik lisan maupun tulis. Salah satu penggunaan bahasa yang kurang mengindahkan pengunaan bahasa ragam resmi atau ragam baku adalah penggunaan bahasa remaja yang terdapat dalam majalah remaja. Bahasa yang digunakan dalam majalah remaja adalah bahasa ragam lisan yang dituliskan sehingga bahasa dalam majalah remaja cenderung menggunakan ragam nonbaku. Fenomena seperti itu merupakan sebuah fakta kebahasaan yang terjadi langsung dalam masyarakat, khususnya pada media tulis seperti majalah remaja. Namun, hal itu tidak perlu dipandang sebagai wujud penyelewengan atau bahkan penggugatan terhadap bentuk-bentuk bahasa yang dibakukan. Fenomena seperti itu merupakan sebuah dinamika yang sudah sepantasnya dipersilakan terus hidup dan berkembang dalam lingkungan perkembangan dan lingkup hidupnya sendiri, tanpa harus dicampuradukkan dengan perihal keformalan dan kebakuan bentuk kebahasaan.berikut beberapa contoh bahasa remaja dalam majalah remaja: 1. Aku selalu berusaha untuk buang sampah pada tempatnya. Bahkan kalau lihat ada sampah berserakan kadang suka aku ambil dan buang di tempat sampah. Setiap belanja ke minimarket, aku juga selalu bawatote bag buat nyimpan belanjaanku. Jadi nggak usah buang-buang plastik lagi. Menurutku perbuatan simple seperti ini berguna banget untuk menjaga lingkungan kita. 35

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia akan mementingkan ceweknya. Membawakan barang atau belanjaannya tanpa disuruh juga contoh sikap gentleman dalam kehidupan sehari-hari. 3. CL, Park Bom, Sandara dan Minzy, mengguncang Jakarta dengan aksi panggung mereka yang sangat spektakuler! Penampilan yang seksi, enerjik dan bersemangat, membuat para penonton yang hadir gak henti-hentinya melompat ngikutin irama lagu. Dan yang membuat konser All Or Nothing 2NE1 kali ini special adalah keempatnya memberi kejutan dengan muncul di tengah-tengah penonton festival saat bawain lagu Lonely. Pada ketiga contoh di atas, terdapat predikat yang diisi oleh kelas kata verba. Pada contoh pertama, fungsi predikat diisi oleh verba bawa, yaitu verba dasar yang belum melalui proses morfologis. Verba bawa menuntut hadirnya objek di belakang predikat. Dalam contoh 1, objek ditempati oleh frasal nominal tote bag. Konstituen objek berperan sebagai pelengkap informasi. Selanjutnya, verba membawakan merupakan verba dasar bawa yang telah mengalami proses afiksasi me- dan -kan sehingga verba membawakan menuntut hadirnya dua konstituen di belakang predikat. Dengan adanya afiksasi me- dan -kan, verba bawa yang sebelumnya hanya menuntut satu konstituen, sekarang verba membawakan menuntut hadirnya dua konstituen wajib di belakang predikat. Sementara itu, pada contoh tiga verba bawain juga menuntut hadirnya dua konstituen di belakang predikat. Namun, pada contoh (3) hanya terdapat satu konstituen di belakang predikat, yaitu konstituen objek sehingga informasi yang diterima belum lengkap. Jadi, konstituen yang kehadirannya bersifat wajib dengan posisi mengikuti verba predikatnya itu ditentukan oleh bentuk-bentuk sufiks yang melekat pada bentuk verba dasarnya. Verba bawa yang hanya menuntut satu konstituen di belakang predikat, setelah ditambahkan sufiks -kan atau -in menjadi menuntut hadirnya dua konstituen di belakang predikat. Apabila hal itu belumterpenuhi, informasi yang tercantum dalam klausa tersebut belum lengkap. Konstituen yang kehadirannya bersifat wajib dan berperan dalam hal melengkapi makna verba suatu klausa atau kalimat agar informasi menjadi lengkap itu disebut dengan pemerlengkapan atau komplementasi (Sugono dan Indiyastini, 1994: 17). Pemerlengkapan dapat berupa objek, pelengkap, ataupun keterangan. Dinamika bahasa pada bahasa remaja khususnya dalam majalah remaja seperti fenomena di atas dapat diteliti dari aspek kebahasaannya. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, penelitian aspek-aspek kebahasaan perlu terus dilakukan secara berencana (Sugono dan Indiyastini, 1994: 1). Salah satu aspek kebahasaan yang menarik dari contoh mengenai bahasa remaja dalam majalah remaja, yaitu mengenai verba. Pembahasan verba dalam kajian kebahasaan selalu menarik perhatian karena kekayaan bentuk dan perilaku sintaksisnya dalam suatu konstruksi bahasa. Kehadiran suatu verba akan menentukan kehadiran unsur lain dalam kalimat sehingga penggunaannya sangat produktif dalam berkomunikasi. Dapat dikatakan bahwa hampir semua tataran linguistik, yakni morfologi, sintaksis, dan semantik berkaitan dengan verba sebagai objek kajian. Lantaran hal itulah verba mempunyai peranan penting dalam sebuah konstruksi kalimat atau klausa. Adapula verba sering dikaitkan dengan predikat. Bahkan, tidak jarang istilah yang dipakai untuk menyebut satuan fungsional predikat adalah verba. Penggunaan istilah verba sebagai pengganti istilah predikat didasarkan atas pertimbangan teori neurologi tentang fungsi otak (Aritonang, dkk. 2000: 7). 36

Dengan demikian, fenomena kebahasaan mengenai bahasa remaja dalam majalah remaja diteliti lebih lanjut berdasarkan aspek-aspek kebahasaannya, yaitu mengenai verba predikat kaitannya dengan bentuk-bentuk verba, verba sebagai pengisi predikat yang memerlukan pemerlengkapan. Berdasarkan batasan masalahdiatas, dirumuskanmasalahsebagai berikut, Bagaimana verba predikat bahasa remaja dalam majalah remaja Gadis, Wonder Teen, Hai, dangaul?. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai verba predikat bahasa remaja dalam majalah remaja Gadis, Wonder Teen, Hai, dan Gaul? METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Penelitian ini diambil dari penggunaan bahasa remaja dalam majalah remaja Gadis, Wonder Teen, Hai, dan Gaul. Majalah yang dijadikan sebagai sumber data adalahsebanyak sepuluh eksemplar. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan tabel analisis kerja. Adapun analisis didasarkan atas teori-teori linguistik sebagaimana dikemukakan pada bagian Kerangka Teori. Data diklasifikasikan berdasarkan bentuk dasar, berprefiks, bersufiks -an, bersufiks -kan, bersufiks -i, bersufiks - in, reduplikasi, proses gabung, dan majemuk. HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk-Bentuk Verba Dari hasil analisis data, klausa yang mengandung verba predikat dengan bentuk verba dasar adalah sebanyak 91 data. Verba predikat pada klausa (1) merupakan bentuk verba dasar yang tidak mengalami pelesapan morfem. Verba datang tidak dapat ditampilkan dalam konteks berafiks, seperti *mendatang. Dari hasil analisis data, klausa yang mengandung verba predikat dengan bentuk verba berprefiks adalah sebanyak 100 data. Dalam penelitian ini ditemukan bentuk verba berprefiks tanpa sufiks baik berupa verba aktif maupun pasif. Prefiks-prefiks yang ditemukan antara lain, me(n)-, ber-, ter-, ke-, di-. Dalam data penelitian, klausa yang mengandung verba predikat dengan bentuk verba bersufiks -an hanya terdapat sebanyak 15 data. Contoh: (4) pasangan ini nggak pacaran (5) (aku) kehilangan teman-teman dekatku Verba predikat pada klausa (4) merupakan bentuk pelesapan dari verba berpacaran. Bentuk pacaran tidak termasuk dalam kelas kata verba, tetapi termasuk dalam nomina. Oleh karena itu,verba pacaran jika dilihat sebagai konstituen klausa dapat dimasukkan ke dalam bentuk verba predikat yang telah mengalami pelesapan morfem penanda aktif ber-. Lalu verba predikat pada klausa (5) adalah verba yang bersufiks -an. Karena verba kehilangan merupakan bagian dari konfiks ke--an. Dari hasil analisis data, klausa yang mengandung verba predikat dengan bentuk verba berprefiks adalah sebanyak 73 data. Dalam penelitian ini ditemukan bentuk verba bersufiks kan baik berupa verba aktif maupun pasif. Contoh: (6) aku dan ketujuh temanku menemukan tebing (7) me time itu gue butuhkan 37

Verba predikat pada klausa (6) merupakan bentuk verba untuk klausa aktif, sedangkan verba predikat pada klausa (7) adalah bentuk pasif dari membutuhkan. Dalam data penelitian, klausa yang mengandung verba predikat dengan bentuk verba bersufiks-i hanya terdapat sebanyak 23 data. Contoh: (8) aku nggak terlalu suka mengikuti tren-tren baru yang muncul (9) konser 2NE1 ini dipenuhi penonton dari berbagai kategori Verba predikat pada klausa (8) merupakan bentuk verba dalam klausa aktif, sedangkan verba predikat pada klausa (9) adalah verba dalam konstruksi pasif. Dari hasil analisis data, klausa yang mengandung verba predikat dengan bentuk verba bersufiks -in adalah sebanyak 38 data. Bentuk verba ini banyak ditemukan dalam ragam nonbaku, seperti halnya dalam majalah remaja. Verba bersufiks -in memiliki padanan makna dengan sufiks -i atau -kan. Dalam data penelitian, klausa yang mengandung verba predikat yang memiliki bentuk reduplikasi tanpa penggabungan dengan afiksasi adalah sebanyak 2 data. Dalam data penelitian, klausa yang mengandung verba predikat dengan bentuk verba berproses gabung (afiksasi dan reduplikasi) terdapat sebanyak 5 data. Dalam data penelitian, klausa yang mengandung verba predikat dengan bentuk verba majemuk terdapat sebanyak 9 data. Verba Predikat Berdasarkan fungsinya dalam akar klausa, verba diklasifikasikan ke dalam enam jenis ketransitifan, yaitu: verba dwitransitif, verba transitif, verba dwi-intransitif, verba intransitif, verba dwi-ekuatif, dan verba ekuatif. Verba dwitransitif adalah verba yang berfungsi sebagai predikat dalam akar klausa dwitransitif. Predikat dalam akar klausa dwitransitif memerlukan dua unsur wajib di belakang predikat, yaitu hadirnya peran pelaku, penderita, dan skup. Verba transitif adalah verba yang berfungsi sebagai predikat dalam akar klausa transitif. Predikat dalam akar klausa transitif memerlukan satu unsur wajib di belakang predikat, yaitu hadirnya peran pelaku, dan penderita. Verba dwi-intransitif adalah verba yang berfungsi sebagai predikat dalam akar klausa dwi-intransitif. Predikat dalam akar klausa dwi-intransitif memerlukan hadirnya peran pelaku dan hadirnya peran skup atau dapat diperluas dengan skup. Verba intransitif adalah verba yang berfungsi sebagai predikat dalam akar klausa intransitif. Predikat dalam akar klausa intransitif hanya memerlukan hadirnya peran pelaku. Verba dwi-ekuatif adalah verba yang berfungsi sebagai predikat dalam akar klausa dwi-ekuatif. Komplemen dalam akar klausa dwi-ekuatif tidak memerlukan hadirnya peran- -subjek-item--tetapi memerlukan hadirnya peran skup atau dapat diperluas dengan skup. Verba ekuatif adalah verba yang berfungsi sebagai predikat dalam akar klausa ekuatif. Komplemen dalam akar klausa ekuatif tidak memerlukan hadirnya peran pelaku--subjek-- item-- ataupun skup. KESIMPULAN Berdasarkan deskripsi data, hasil analisis data, interpretasi, dan pembahasan tentang verba predikat bahasa remaja dalam majalah remaja dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 10 eksemplar majalah, yaitu Gadis, Wonder Teen, Hai, dan Gaul, diperoleh 9 jenis verba dari segi bentuk, yaitu verba dasar, verba berprefiks, verba bersufiks -an, verba bersufiks -kan, verba bersufiks -i, verba bersufiks -in, verba bereduplikasi, verba berproses gabung, dan verba majemuk. 38

Berdasarkan bentuk-bentuk verba tersebut ditemukan sufiks -in yang lazim digunakan dalam ragam nonbaku. Sufiks -in digunakan sebagai pengganti sufiks -i atau sufiks -kan. Oleh demikian itu, verba yang digunakan remaja dalam majalah remaja sebagian besar adalah bahasa ragam percakapan. Selain digunakannya ragam cakapan, bahasa yang digunakan dalam majalah remaja juga banyak menggunakan bentuk yang singkat-singkat. Hal itu terbukti dengan banyaknya kemunculan dari verba berprefiks dan verba dasar. Sementara itu, dalam majalah remaja ditemukan 6 tipe verba predikat, yaitu verba dwitransitif, verba transitif, verba dwi-intransitif, verba intransitif, verba dwi-ekuatif, dan verba ekuatif. Verba transitif menjadi tipe verba predikat yang paling banyak muncul. Hal itu menujukkan bahwa remaja menyukai aktivitas atau kegiatan yang memiliki sasaran. Berdasarkan enam tipe verba predikat tersebut pemerlengkapan objek menjadi pemerlengkapan dengan kemunculan terbanyak. Hal itu pun berbanding lurus dengan kemunculan terbanyak dari verba transitif dan verba berprefiks. Dengan demikian karakteristik verba predikat bahasa remaja dalam majalah remaja memiliki kaitan erat dengan konstruksi SPO. DAFTAR RUJUKAN Achmad H. P. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Mandiri. Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Aritonang, Buha dkk. 2000. Verba dan Pemakaiannya dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Badudu, Abdul Muis dan Herman. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul.2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Diah, Mohammad. 1999. Morfosintaksis Bahasa Mantang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan. Jakarta: Grasindo. Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muslich, Masnur. 2010. Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Rahardi, Kunjana. 2006. Bahasa Kaya Bahasa Berwibawa. Jakarta: Andi. Sehandi Yohanes, Yan. 1991. Tinjauan Teori Kritis Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah. Sugono, Dendy. 1995. Pelesapan Subjek dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 39

. 1992. TipeKlausaBahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 40