BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Klakah ( SMAN 1 Klakah ), merupakan

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum SMAK Untung Suropati Sidoarjo. siswa untuk memperoleh prestasi di sekolah maupun di luar sekolah.

Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik dan sebagainya. 1 Sekolah merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BUPATI KUDUS TENTANG BUPATI KUDUS,

BAB III ANALISA MASALAH

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB XII PERAN PERSONEL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BUPATI KUDUS KEPUTUSAN BUPATI KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB II PROFIL YAYASAN PENDIDIKAN MULIA MEDAN. YAYASAN PENDIDIKAN MULIA Medan didirikan oleh Badan Pendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum SMK Nasional Mojokerto. Mojosari, Mojokerto ini memiliki kurang lebih 600 siswa didik yang terbagi

Instrumen. Petunjuk Pengisian :

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum SMA Intensif Taruna Pembangunan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN. SERTA KEMAMPUAN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PROSES POLITIK. KEGIATAN MENYAMBUT

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

3. Staf Kurikulum Menyusun program pengajaran. Menyusun pembagian dan uraian tugas guru. Menyusun jadwal pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN. 3.1 Kerangka Berpikir. Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat SMA Kristen Kalam Kudus Surabaya. Tuhan turut campur tangan memberkati program ini.

BAB II HASIL SURVEY. dan Kebudayaan No. 0296/0/1978, SMP Negeri 39 Surabaya dibangun di atas tanah

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II HASIL SUREY. sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM).

PEDOMAN WAWANCARA Boyd (1978) Aspek Indikator Pertanyaan. 1. Membantu guru. pembimbing dalam. mengembangkan profesinya.

URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN DI SMA NEGERI 1 BOGOR

TANGGUNG JAWAB PERSONAL PELAKSANA BIMBINGAN DALAM PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA. By: Asroful Kadafi

PANDUAN SUB KOMITE MUTU PROFESI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CISALAK

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

TUGAS DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DAN WAKIL KEPALA SEKOLAH

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IV ANALISA MANAJEMEN PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI PERGURUAN ISLAM MATHOLI UL FALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

-1- SALINANSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /SEOJK.04/2016 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM SMAK ST. AUGUSTINUS NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN A. KURIKULUM

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 314 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Pada jalan bambu larangan no. 57, kelurahan Pegadungan Jakarta Barat tahun

LAMPIRAN. Berikut adalah lampiran pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada sekolah SMA. Santa Patricia berdasarkan metode penelitian wawancara.

BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK)

Laporan PPL UNY 2014 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembina Osis merupakan pemegang sekaligus pengendali yang sangat menentukan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Fisik Sekolah No. Nama Ruang Jumlah

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.116 /SEOJK.04/ TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL MANAJER INVESTASI

BAB V PEMBAHASAN. 1. Aktivitas Program BK di MA Imam Syafi i Pakal Surabaya. Dalam proses Pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 1 SEMARANG. Disusun oleh: Nama : Sri Lestari NIM : Prodi : Bimbingan dan Konseling

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN,

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Sebagai tolak ukur pelaksanaan akuntabilitas manajemen di SMK Yaditama Sidomulyo

BAB II SMA NEGERI 2 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fasilitas yang dimiliki SMK N 1 Ngawen, antara lain sebagai berikut :

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

URAIAN TUGAS DAN JABATAN STRUKTURAL SMK MEKANIKA BUNTET PESANTREN CIREBON TAHUN PELAJARAN

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN SEKSI PENDIDIK TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BIDANG KETENAGAAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 5 SEMARANG. Disusun Oleh : : Imam Bukhori NIM : Program Studi : Teknologi Pendidikan

BUPATI MAGETAN PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN BUPATI MAGETAN,

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPRI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. kepala sekolah yang selanjutnya diterapkan dalam menjalankan tugas pokoknya

BAB II ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB 1 PENDAHULUAN. Bimbingan konseling merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran tetapi

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING. di SMA PIRI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh : PRIYANTA. PRIYANTA : Q : Magister Manajemen Pendidikan : Manajemen Sistem Pendidikan

Program Kerja Kesiswaan MTs. Wachid Hasyim Surabaya Tahun Pelajaran 2017/2018

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. SURAT KETETAPAN No. 003/TAP SI/DPM-H IPB/II/2014

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

Ditulis oleh Administrator Rabu, 08 Desember :38 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 29 Januari :19

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang diberlakukannya kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama

Transkripsi:

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat SMAN 23 SMA Negeri 23 sebelum diambil oleh pemerintah menempati gedung SD/SMP/SMA PALMERAH JAYA dan masuk pada siang hari. Kepala sekolah yang pernah memimpin SMA Negeri 23 Jakarta adalah : 1. R. Harsoehadi (1966 1969), 2. Moch. Chalil (alm) 1969 1973, 3. Drs. M. Juss Hassan (alm) (Okt 1976 1974), 4. Drs. Darmadi (alm) Januari 1975 1977, 5. Drs. Rj. Harjono (alm) (Mei 1977 1980), 6. Drs. M. Hasibuan (1980 1981), 7. Soekarsono (alm) (September 1981 1987), 8. M.I. Nicky Ginoga (September 1987 April 1992), 9. Ruhanta Sastradipura (Mei 1992 Januari 1995), 10. Sulardjohadi (alm) (Januari 1995 Februari 1997), 11. Drs. Achirudin Djamin (Maret 1997 Mei 2000), 12. Dra. Sudijati Supangat (September 2000 Maret 2002), 13. Drs. L.A.M Nainggolan, MM (April 2002 Mei 2004), 14. Drs. H. M. Noer H. Ishaka (Juni 2004 2007), 15. Drs. Rukiman Lumban Batu (Juli 2007 Sekarang) Bapak Drs. Darmadi (alm) Memimpin,Pada saat itu SMA Negeri 23 bergabung dengan SMPP Kemanggisan yang mendapat gedung baru di Jalan Bhakti IV/I Kemanggisan, yang ada pada perkembangannya menjadi SMPP 35 Kemanggisan, dan sekarang menjadi SMA Negeri 78 Jakarta. Pada saat persiapan berdirinya SMPP Kemanggisan dan sekaligus satu atap dengan SMA Negeri 23 Jakarta serta satu siswa. Logo SMP sudah menjadi SMA 78 dari 4 buah segi 34

35 empat, sedang SMA 23 tetap seperti sekarang bentuk logonya. SMA 23 itu sendiri sekarang berada di jalan Mandala Utara Tomang sampai saat ini juga. 3.2 Wewenang & Tanggung Jawab 1. Kepala Sekolah Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Secara garis besarnya, Prayitno (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling, sebagai berikut : a. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis. b. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien. c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling. d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. e. Memfasilitasi guru pembimbing/konselor untuk dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya, melalui berbagai kegiatan pengembangan profesi. f. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK. 2. Guru Mata Pelajaran Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan

36 dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. 3. Wali Kelas Wali kelas adalah seseorang guru yang dipercayakan untuk mengawasi siswa-siswa dalam satu kelas. Setiap kelas hanya memiliki satu orang wali kelas dan satu wali kelas hanya mengawasi siswa-siswa dalam satu kelas. Adapun tugas dan wewenang guru adalah sebagai berikut : a. Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan : b. Membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. c. Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. d. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling. e. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus dan f. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor. 4. Tata Usaha a. Membantu dalam penyelenggaraan tugas pemeliharaan, perawatan dan perbaikan gedung dan peralatan lainnya, agar tetap dalam kondisi berfungsi secara optimal. b. Membantu dalam penyelenggaraan tugas di bidang Pengeluaran Uang Sekolah SMAN 23 yang telah terprogram, sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

37 c. Membantu dalam penyelenggaraan urusan ke Tata Usahaan yang meliputi : Pelaksanaan tugas-tugas bidang Kepagawaian, ke Tata Usahaan, guru-guru, dan lain-lain d. Membantu Urusan Administrasi dan Keuangan dalam melaksanakan tugas-tugas Administrasi Sekolah SMAN 23 dengan melakukan pencatatan, pengetikan dan pengarsipan sesuai dengan ketentuan tata persuratan yang berlaku. 5. Guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan) Bimbingan dan penyuluhan itu merupakan proses pemberian bantuan yang ditujukan agar anak didik mampu memahami diri, mengenal lingkungan, dan mampu merancang masa depannya. Upaya-upaya dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Guru BP sebagai berikut: a. Upaya bimbingan dan penyuluhan ditujukan agar anak didik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. b. Empat fungsi utama guru BP, diantaranya : pemahaman individu dengan segala karakteristiknya, fungsi pencegahan, yakni mencegah perilaku negative yang dapat menghambat perkembangannya, fungsi pengentasan, yakni memberi bantuan dalam mengentasankan permasalahannya, serta fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yakni bagaimana memelihara dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik. c. Guru Bimbingan Penyuluhan ikut bertanggungjawab secara moral untuk mengantisipasi agar anak didiknya tidak terbawa arus oleh dunia global yang lebih bersifat negative, arahkan kea rah yang lebih bersifat positif, dan berikan arahan dan bekal agar anak didik memiliki kekebalan terhadap bermacam-macam penyakit social, yang terus melanda dunia, dan tentunya termasuk negeri kita. 6. Guru Pembimbing Osis

38 a. Menyusun program jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang berkaitan dengan kegiatan OSIS maupun ektra kurikuler yang lain. b. Bersama waka kesiswaan mengkoordinasikan kerja dan kegiatan OSIS, Pramuka, ektra kurikuler lainnya, Seni dan budaya beserta kegiatan olah raga yang dilaksanakan diluar jadwal kurikuler c. Mengadakan bentuk acara kegiatan secara insidental atau berkala untuk menunjang bakat, minat dan hoby anak (Camping, Band, Eksebisi OR, dan lomba antar sekolah) d. Melaksanakan kaderisasi kepengurusan OSIS, Pramuka agar rutinitas kerja bisa berlanjut dalam satu tahun pelajaran e. Melaksanakan bentuk pembinaan kepada siswa-siswa secara intensif dalam menempa mental dan fisik agar semangat kedisiplinan, keaktifan dan keseriusan belajar bisa termotifasi. f. Mempersiapkan dan melatih pengurus OSIS dalam kegiatan Upacara Bendera Setiap hari senin. g. Melaksanakan komunikasi secara horizontal dengan semua siswa di sekolah untuk bisa mengikuti kegiatan-kegiatan extra kurikuler 3.3 Sistem Yang Sedang Berjalan 3.3.1 Prosedur Penjadwalan Mata Pelajaran Seluruh guru bidang studi melak ukan musyawarah bersama untuk menentukan kelas-kelas yang akan dibimbing. Setelah musyawarah dilakukan, guru menyerahkan hasil musyawarah kepada staf Bidang Kurikulum. Kemudian Staf Bidang Kurikulum melakukan penyusunan jadwal mata pelajaran sesuai dengan kelas yang telah ditetapkan terhadap masing-masing guru. Hasil dari penyusunan tersebut diserahkan kepada Kepala Sekolah untuk mendapatkan persetujuan.

Tabel 3.1 Prosedur Penjadwalan Mata Pelajaran 39

40 3.3.2 Prosedur Absensi Siswa Setiap sekretaris kelas melakukan absensi setiap harinya, kemudian membuat laporan harian absensi siswa tersebut. Hasil laporan diserahkan kepada Wali Kelas masing-masing. Wali Kelas membuat laporan absensi dengan periode 2 minggu untuk nantinya diserahkan kepada Staf Bidang Kurikulum untuk pendataan lebih lanjut. Laporan absensi keseluruhan setiap kelas diserahkan kepada Kepala Sekolah untuk memantau jumlah ketidakhadiran. Prosedur Absensi Siswa Sekertaris Sekertaris Kelas Kelas W aali li KKe elalas s Staf Staf Bidang Bidang Kurikulum Kurikulum Kepala Kepala Sekolah Sekolah Mulai M elakukan absensi kelas secara rutin M em buat laporan absensi M enyerahkan Hasil Laporan Absensi Memeriksa A b se n si K e la s M em buat Laporan Absensi / 2 m inggu M enyerahkan H a sil L a p o ra n Absensi M endata Laporan Absensi M enyerahkan Hasil Laporan Absensi Memeriksa Laporan Absensi Selesai Tabel 3.2 Prosedur Absensi Siswa

41 3.3.3 Prosedur Penilaian Setiap guru bidang Studi yang bersangkutan membuat laporan hasil nilai harian siswa, nilai ujian bersama, dan nilai akhir. Kemudian guru melakukan perhitungan terhadap nilai-nilai siswa, baik nilai harian maupun nilai ujian bersama. Hasil dari perhitungan tersebut dibuat dalam satu laporan yang nantinya akan diberikan kepada Staf Akademis Sekolah (SAS) untuk didata. Tabel 3.3 Prosedur Penilaian

42 3.3.4 Prosedur Pelanggaran Siswa yang melakukan pelanggaran dilaporkan kepada Guru dan kemudian dibawa untuk menghadap Staf Bimbingan Konseling. Dari hasil laporan Guru, Staf Bimbingan Konseling memutuskan besar atau tidaknya pelanggaran yang dilakukan siswa tersebut untuk kemudian memberikan sanksi dan pengurangan poin sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa bersangkutan. Tabel 3.4 Prosedur Pelanggaran

43 3.3.5 Prosedur Pembayaran SPP Siswa melakukan pembayaran SPP kepada Bendahara Komite di ruang Tata Usaha. Bendahara Komite membuat tanda bukti dan laporan pembayaran. Tabel 3.3.5 Prosedur Pembayaran SPP 3.4 Permasalahan Yang Dihadapi SMAN 23 adalah sekolahan negeri yang mempunyai data-data yang terbilang besar. Disana sistem pengumpulan dan pencarian data-datanya masih dijalankan dengan sistem manual. Dengan sistem yang seperti itu tidak sedikit masalah yang terjadi pada saat

44 penggunaan data-data tersebut, misalnya pencarian data-data yang begitu lambatnya, dan kadang-kadang sering terjadi kehilangan data yang disebabkan karena human error. 3.5 Solusi Pemencahaan Masalah Solusi yang kami lakukan untuk bisa memecahkan masalah tersebut adalah, membuat suatu database yang nantinya berguna untuk tempat penyimpanan data-data yang jumlahnya sangat banyak. Lalu untuk tempat mengakses, menginput data- data tersebut kami membuat aplikasi yang berguna untuk mempermudah proses penyimpanan data.