BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan terus melonjaknya kebutuhan minyak bumi di dalam negeri dalam satu dasawarsa terakhir ini, menyebabkan ketergantungan terhadap impor semakin besar. Selama Januari Maret 2012, nilai impor Indonesia mencapai US$ 45,848.4 juta. Hal ini menunjukkan impor Indonesia mengalami peningkatan sebesar US$ 7,053.7 juta jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan terjadi pada impor migas sebesar US$ 2,047.3 juta atau 24.39%. Secara lebih rinci peningkatan impor migas lebih disebabkan oleh peningkatan impor minyak mentah dan hasil minyak masing-masing sebesar US$ 505.9 juta (22,37%) dan US$ 1,183.3 juta (20,48%). Demikian juga dengan impor gas yang meningkat US$ 358.1 juta atau 101.22%. Untuk jangka panjang, permintaan akan energi cenderung akan meningkat dimana 90% dari peningkatan permintaan tersebut akan berasal dari kawasan Negara berkembang dengan China, India dan Timur Tengah sebagai penggerak. Khusus untuk gas alam, dalam jangka panjang permintaan diperkirakan akan meningkat secara global hingga tahun 2020. Mengingat perkembangan ekonomi dan teknologi yang akan mendorong banyak pembangkit listrik berbasis BBM (Bahan Bakar Minyak) dan batu bara untuk beralih memakai gas alam yang dipandang lebih ramah lingkungan. Hal tersebut juga harus didukung usaha
2 pemerintah, BUMN maupun perusahaan yang bergerak di sektor migas agar dapat mengelola gas secara optimal dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat luas. PT Pertamina Gas adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor tengah yang melibatkan transportasi, penyimpanan dan pemasaran gas (midstream) dan sektor hilir yang melibatkan pemprosesan dan pengolahan gas (downstream) industri gas Indonesia. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero). Sesuai dengan visinya ditahun 2015, PT Pertamina Gas berusaha menjadi perusahaan gas nasional berkelas dunia. Tentunya hal ini haruslah diseimbangkan dengan usaha-usaha signifikan yang dapat mendorong pertumbuhan perusahaan agar dapat mencapai targetnya, salah satu faktor yang harus diperhatikan yaitu Kesiapan Sumber Daya Manusia (Human Capital Readiness). Suatu unit kerja (departemen) Sumber Daya Manusia dalam perusahaan membutuhkan evaluasi dan pengukuran yang tepat dalam mencapai tujuan usahanya. Hal ini dilakukan untuk menambah nilai penting perusahaan dalam mengelola SDM sebagai asset strategis dan menunjukkan kontribusi SDM untuk kesuksesan finansial perusahaan dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Maka dari itu, dibutuhkan beberapa pengukuran ataupun penilaian yang dapat menerjemahkan Intangible Assets to Tangible Outcomes. Tootell et al. (2009) menyatakan since 1980s there has been an increasing emphasis on the importance of Human Resources measurement. Srimannarayana (2010) membawa gambaran singkat dari beberapa metode untuk mengevaluasi HR Capital, salah satunya yaitu, BSC in which strategic goals operational objectives are transfer into 4 perspectives.
3 Balanced Scorecard (BSC) merupakan suatu alat manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang semuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat (Suwardi, 2007). A number of studies have been published examining which are the most popular tools. Recently, it has been suggested that as a strategy tool, the BSC can influence all elements of the strategy process (Dyson, Tapinos, & Meadows, 2011). Balanced Scorecard dinilai cocok dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan non keuangan (Mahmudi, 2007). Sementara itu, idealnya formasi jabatan suatu perusahaan terisi 90%, namun berdasarkan data demografi pekerja PT Pertamina Gas tahun 2011 perusahaan memiliki 397 formasi jabatan, yang terisi pada saat tahun 2011 sebanyak 268 pekerja. Ini menunjukkan adanya posisi vacant (belum terisi) kurang dari 90%. Hal ini tentunya tidak menguntungkan bagi perusahaan dalam menjalankan proses bisnis internalnya dalam jangka panjang. Selain itu, penilaian kinerja masing-masing pekerja di PT Pertamina Gas masih berdasarkan penilaian atasan masing-masing fungsi. Maka dari itu, dibutuhkan suatu pengukuran spesifik yang mencakup keseluruhan aspek yang mendorong pencapaian kinerja dimulai dari departemen Sumber Daya Manusia. Penerapan Balanced Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk meningkatkan persaingan (competitiveness), sedangkan untuk sektor publik lebih menekankan
4 pada nilai misi dan pencapaian (mission, value, effectiveness). Berdasarkan latar belakang di atas, skripsi ini ingin meneliti tentang Analisis Pengukuran Kinerja Berbasis Balanced Scorecard pada Departemen Sumber Daya Manusia PT Pertamina Gas Jakarta. 1.2 Identifikasi Masalah Untuk mengukur dan menilai kinerja organisasi diperlukan suatu metode pengukuran kinerja yang terintegrasi dan komprehensif yang terdiri dari aspek keuangan dan non keuangan yang disebut dengan Balanced Scorecard. Metode ini dipandang sebagai salah satu metode pengukuran kinerja yang menyeluruh untuk mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan. Setelah dilakukan pengukuran kinerja, langkah berikutnya adalah pemberian bobot pada masing-masing perspektif serta KPI (Key Performance Indicator) untuk mengetahui tingkat kepentingan dari masing-masing perspektif dan KPI tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu : - Bagaimana hasil analisis kinerja departemen Sumber Daya Manusia PT Pertamina Gas dengan metode Balanced Scorecard? 1.3 Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kinerja departemen Sumber Daya Manusia PT Pertamina Gas pada tahun 2011
5 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan akan membantu perusahaan dalam menyediakan gambaran yang memperlihatkan aspek Balanced Scorecard yang mempengaruhi perkembangan bisnisnya. Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan bagi pihak manajemen dalam penerapan Balanced Scorecard yang dapat meningkatkan kompetensi dalam dunia bisnis. 2. Bagi pengembangan ilmu Sebagai sumbangan yang berharga pada perkembangan ilmu pengetahuan, terutama untuk perencanaan strategi menggunakan Balanced Scorecard dalam peningkatan kinerja perusahaan. Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang manajemen strategik. 3. Bagi pembaca dan dunia pendidikan Sebagai sumber informasi mengenai Balanced Scorecard. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang membahas lingkup penelitian yang sama di masa mendatang.