VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VI. HASIL PENDUGAAN FUNGSI KEUNTUNGAN, ELASTISITAS PENAWARAN OUTPUT DAN PERMINTAAN INPUT

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

IV. METODE PENELITIAN

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

VII. PENGARUH PROGRAM ITTARA TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

Harianto dan Dwi Astuti Bertha Susila

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H

VII ANALISIS PENDAPATAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

PERILAKU PRODUKSI DAN KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA DEWI SAHARA

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN ANALISIS ELASTISITAS HARGA PUPUK TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

IV. METODE PENELITIAN

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam kegiatan Prima Tani sebagai pendekatan dari teknologi. Pembedaan tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi produksi diantara kelompok petani dengan teknologi produksi dan jenis lahan yang memiliki karakteristik berbeda. 6.1. Estimasi Parameter Fungsi Keuntungan Stokastik Frontir Untuk mengetahui pengaruh harga output dan harga input terhadap efisiensi produksi usahatani maka dilakukan dengan mengestimasi fungsi keuntungan stokastik frontir. Prosedur estimasi fungsi keuntungan tersebut dengan menggunakan program Frontir 4.1 terdapat pada Lampiran 4. Hasil analisis fungsi keuntungan stokastik frontir pada Tabel 29 memperlihatkan bahwa variabel harga output, yaitu harga padi pada semua agroekosistem lahan sawah berbeda nyata pada taraf 95 dan 99 persen dengan tanda positif, sedangkan harga sayur berbeda nyata 99 persen hanya pada lahan sawah tadah hujan. Pengaruh harga input, terutama harga pupuk dan upah tenaga kerja berbeda nyata pada taraf 99 persen pada semua agroekosistem lahan sawah kecuali pada kelompok petani peserta Prima Tani lahan irigasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harga padi dan harga input merupakan variabel penting dalam menentukan tingkat keuntungan usahatani pada lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan. Dari hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa harga padi di daerah penelitian masih menjadi faktor pendorong (insentif ekonomi) bagi petani dan

masih dapat dijadikan instrument kebijakan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan karena usahatani padi masih merupakan usahatani utama, sedangkan harga sayur berpengaruh nyata hanya pada lahan sawah tadah hujan. Hal ini diduga usahatani sayuran di lahan sawah merupakan usahatani sampingan yang dapat memberikan sumbangan pendapatan dan berkontribusi mengurangi pengeluaran rumahtangga. Tabel 29. Estimasi Parameter Fungsi Keuntungan Stokastik Frontir Usahatani Padi dan Usahatani Sayur di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Variabel Lahan Sawah Irigasi Lahan Sawah Tadah Hujan Fungsi Keuntungan Peserta Bukan Peserta Peserta Bukan Peserta 01. Konstanta -31.6284 *** -61.6112 *** -43.2442 *** 19.8905 *** 02. Ln P 1 3.4386 *** 18.9451 *** 25.9192 *** 3.1063 *** 03. Ln P 2-0.0150 *** 1.2208 *** 1.2552 *** 1.5016 *** 04. Ln P f -0.5947 *** -1.0262 *** -1.1015 *** -4.5782 *** 05. Ln W p 0.0296 *** -5.2844 *** -8.4749 *** -5.8821 *** 06. Ln W w 0.0113 *** -9.9211 *** -3.4171 *** -3.9583 *** 07. Ln K 6.8932 *** 2.8800 *** 3.0681 *** 1.5255 *** 08. ½ Ln P 1 x Ln P 1 5.5359 *** 2.5764 *** 4.4442 *** 1.6884 *** 09. ½ Ln P 2 x Ln P 2-0.0236 *** 0.0635 *** 6.3661 *** 4.9029 *** 10. ½ Ln P f x Ln P f -5.4204 *** 1.0841 *** -3.1182 *** -2.2524 *** 11. ½ Ln W p x Ln W p -0.9210 *** 0.3948 *** -1.9478 *** 1.5715 *** 12. ½ Ln W w x Ln W w 0.5634 *** -0.1635 *** 0.7689 *** 1.0755 *** 13. Ln P 1 x Ln P 2-1.6151 *** -1.2333 *** -0.0167 *** 5.7829 *** 14. Ln P 1 x Ln P f -0.5079 *** -2.7402 *** 6.9436 *** 2.0750 *** 15. Ln P 1 x Ln W P -1.0942 *** 3.5918 *** 7.8339 *** 4.3925 *** 16. Ln P 1 x Ln W w 0.2511 *** 0.2810 *** -2.4602 *** -3.4578 *** 17. Ln P 2 x Ln P f 1.1532 *** -0.4794 *** 4.9437 *** 2.8645 *** 18. Ln P 2 x Ln W P -0.0218 *** 0.0424 *** -1.4079 *** -2.3971 *** 19. Ln P 2 x Ln W w 0.0595 *** -0.0089 *** 2.1543 *** 2.3230 *** 20. Ln P f x Ln W P 2.7123 *** 2.5182 *** 2.5377 *** 5.4390 *** 21. Ln P f x Ln W W -0.6187 *** -1.4227 *** -1.0691 *** -3.9338 *** 22. Ln W 1 x Ln W 2-0.3014 *** 0.1902 *** 0.4883 *** -1.0593 *** 23. ½ Ln K x Ln K 0.0332 *** -0.2026 *** 0.4389 *** 0.1435 *** 24. Ln P 1 x Ln K -2.1980 *** 0.3306 *** -1.4379 *** -1.7265 *** 25. LnP 2 x Ln K 0.1104 *** 0.0205 *** -0.8879 *** 0.3274 *** 26. Ln Pf x Ln K 1.3062 *** -0.3615 *** -0.1501 *** 1.8427 *** 27. Ln W 1 x Ln K -0.0291 *** 0.1089 *** -0.4731 *** -0.1860 *** 28. Ln W 2 x Ln K -0.0131 *** -0.2076 *** -0.2363 *** -0.1173 *** Sigma squared 0.1098 *** 0.2625 *** 0.3387 *** 0.5157 *** Gamma 0.3964 *** 0.9999 *** 0.0219 *** 0.4621 *** Log likelihood -11.6320 *** 9.6681 *** -63.4254 *** -63.8439 *** Keterangan : * ** berbeda nyata pada taraf 90 persen Keterangan : ** * berbeda nyata pada taraf 95 persen Keterangan : *** berbeda nyata pada taraf 99 persen

Hasil analisis yang menunjukkan bahwa harga input produksi (harga pupuk dan upah tenaga kerja) berpengaruh nyata dengan tanda negatif pada semua agroekosistem lahan sawah kecuali pada petani peserta Prima Tani yang menunjukkan tidak nyata, hal ini mengimplikasikan bahwa kebijakan harga pupuk tidak efektif bagi petani karena kenaikan harga pupuk akan mengurangi keuntungan usahatani. Variabel tetap, yaitu biaya lainnya yang merupakan penjumlahan dari biaya pestisida dan iuran air menunjukkan pengaruh yang nyata dengan tanda positif pada semua agroekosistem lahan sawah mengartikan bahwa keuntungan usahatani dapat ditingkatkan dengan pengendalian hama penyakit serta kontinuitas pengairan. Variabel interaksi dalam fungsi keuntungan stokastik menggambarkan hubungan antar variabel secara bersama-sama mempengaruhi efisiensi keuntungan. Hasil analisis memperihatkan bahwa interaksi variabel harga memberikan pengaruh yang berbeda pada semua kelompok petani baik pada lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan. Dari variabel interaksi tersebut terlihat bahwa interaksi variabel harga padi berpengaruh nyata pada semua kelompok petani. Dari pengaruh harga padi baik secara individu maupun secara interaksi yang berbeda nyata maka hal tersebut mengindikasikan bahwa harga padi masih dominan pengaruhnya terhadap keuntungan usahatani yang dilakukan oleh petani. 6.1.1. Efisiensi Keuntungan Usahatani Untuk mengetahui efisiensi keuntungan usahatani dilakukan dengan menganalisis fungsi keuntungan dengan Frontir 4.1 yang memberikan nilai efisiensi keuntungan seperti pada Tabel 30 (contoh hasil estimasi disajikan pada

Lampiran 5). Efisiensi keuntungan diartikan sebagai tingkat keuntungan dari usahatani padi dan usahatani sayur yang diperoleh oleh petani padi pada tingkat harga dan input tertentu. Sebagian besar petani pada kedua jenis lahan sawah (lebih dari 50 persen) baik petani peserta maupun petani bukan peserta Prima Tani telah beroperasi pada daerah frontir dengan nilai efisiensi lebih dari 0.70. Tabel 30. Nilai Efisiensi Keuntungan Usahatani Padi dan Usahatani Sayur di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Kisaran Lahan Sawah Irigasi Lahan Sawah Tadah Hujan Nilai Peserta Bukan Peserta Peserta Bukan Peserta Efisiensi Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % 0.0000 0.4000 01 01.25 00 00.00 07 09.39 02 02.50 0.4100 0.5000 01 01.25 03 03.75 05 06.94 01 01.25 0.5100 0.6000 04 05.00 07 08.75 06 08.33 01 01.25 0.6100 0.7000 05 06.25 15 18.75 012 16.67 07 08.75 0.7100 1.0000 69 86.25 55 68.75 042 58.33 69 86.25 Efisiensi terendah 0.3392 0.4853 0.3253 0.3159 Efisiensi tertinggi 0.9765 0.9967 0.9898 0.9458 Efisiensi rata-rata 0.8775 0.7944 0.7600 0.8241 Keterangan : Frek = frekuensi Efisiensi keuntungan petani peserta Prima Tani lahan sawah irigasi memiliki nilai efisiensi keuntungan tertinggi dibandingkan dengan petani lainnya dengan rata-rata 0.8775 dengan kisaran antara 0.3392-0.9765. Petani peserta Prima Tani lahan irigasi mempunyai keuntungan yang lebih tinggi diduga dengan mengikuti program Prima Tani petani mendapat arahan untuk memperbaiki teknologi produksi sehingga produktivitas usahatani padi dan sayur dapat lebih tinggi dari petani bukan peserta Prima Tani. Dengan meningkatnya produktivitas maka akan meningkatkan keuntungan sehingga efisiensi keuntungan dapat lebih mendekati frontirnya. Di sisi lain, efisiensi keuntungan pada petani peserta Prima Tani lahan sawah tadah hujan tidak dapat mencapai efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan petani bukan peserta, walaupun secara rata-rata efisiensi keuntungan yang

diperoleh sudah lebih dari 0.70. Rendahnya efisiensi keuntungan petani peserta Prima Tani lahan sawah tadah hujan disebabkan oleh biaya produksi pada usahatani padi lebih tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh lebih rendah. Selain itu, rendahnya efisiensi keuntungan juga disebabkan oleh jumlah petani yang memiliki efisiensi kurang dari 0.70 sebanyak 41.67 persen. Persentase ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani bukan peserta. Jika dilihat dari nilai rata-rata efisiensi tersebut berarti petani hanya mampu mencapai keuntungan sebesar 76.00 hingga 87.75 persen dari keuntungan maksimal dan terdapat 12.75 hingga 24.00 persen keuntungan yang belum bisa dicapai oleh petani karena adanya efek inefisiensi. Dari variabel yang nyata mempengaruhi efisiensi keuntungan mencerminkan bahwa peran harga padi khususnya harga gabah kering panen masih diperlukan sebagai insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi dan keuntungan usahatani. Uji statistik dari efisiensi yang diperoleh antara petani peserta dan petani bukan peserta Prima Tani pada lahan sawah irigasi berbeda nyata pada taraf 95 persen (t-hitung = 3.61 dan probabilitas = 0.00) sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan produksi padi dan sayuran dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi spesifik lokasi. Demikian juga dengan hasil uji-t efisiensi keuntungan pada lahan sawah tadah hujan antara petani peserta dan bukan peserta Prima Tani secara statistik berbeda nyata pada taraf 95 persen (t-hitung = 2.134 dan probabilitas = 0.035). Rendahnya jumlah petani yang mencapai efisiensi dapat disebabkan oleh penggunaan input produksi, terutama pupuk pada usahatani padi yang berlebih. Interpretasi dari hasil tersebut adalah dapat direkomendasikan bahwa peningkatan produktivitas dan keuntungan usahatani pada lahan sawah

dapat ditingkatkan dengan perbaikan teknologi produksi dan penyediaan air irigasi sehingga masih diperlukan perbaikan jaringan irigasi atau pengadaan sarana air atau embung air khususnya pada lahan sawah tadah hujan. Beberapa hasil penelitian dengan menganalisis efisiensi keuntungan dilakukan oleh Wang et al. (1996) memperoleh rata-rata efisiensi keuntungan 0.62 dengan kisaran 0.60 0.93 untuk rumahtangga petani di pedesaan Cina, Rahman (2003) mendapatkan tingkat efisiensi keuntungan petani padi di Bangladesh ratarata 0.77 dengan variasi 0.59 0.83 dan Kolawole (2006) mendapatkan tingkat efisiensi keuntungan usahatani padi di Nigeria sebesar 0.60 yang bervariasi antara 0.20 0.93. 6.1.2. Sumber-Sumber Inefisiensi Keuntungan Nilai γ yang diperoleh pada Tabel 29 sebesar 0.3964 hingga 0.999 artinya terdapat 39.64 hingga 99.99 persen variasi keuntungan di tingkat petani disebabkan oleh adanya perbedaan inefisiensi. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap inefisiensi keuntungan usahatani adalah umur kepala keluarga, pengalaman usahatani, pendidikan kepala keluarga dan jumlah anggota keluarga. Hasil estimasi tersebut disajikan pada Tabel 31. Tabel 31. Sumber-Sumber Inefisiensi Keuntungan Usahatani Padi dan Usahatani Sayur di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Sumber LS Irigasi LS Tadah Hujan Inefisiensi Peserta Bukan Peserta Peserta Bukan Peserta 1. Konstanta -1.1192 *** 0.3642 *** -1.5693 *** 2.9617 *** 2. Umur kepala keluarga 0.0042 *** 0.0078 *** 0.0115 *** -0.0364 *** 3. Pengalaman usahatani 0.0422 *** -0.0510 *** 0.0043 *** -0.1111 *** 4. Pendidikan KK -0.1226 *** -0.0904 *** 0.0069 *** -0.2297 *** 5. Proporsi pendapatan dari luar pertanian -0.0079 *** 0.0077 *** 0.0145 *** 0.0239 *** 6. Jumlah anggota keluarga 0.1984 *** 0.1297 *** 0.1318 *** 0.1161 *** Keterangan : * **berbeda nyata pada taraf 90 persen Keterangan : *** berbeda nyata pada taraf 95 persen Keterangan : *** berbeda nyata pada taraf 99 persen

Dari beberapa faktor yang diduga menyebabkan inefisiensi keuntungan ternyata umur petani tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap inefisiensi. Hal ini diduga bahwa petani berumur lebih dari 40 tahun sehingga petani masih produktif melakukan kegiatan usahatani. Pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya efisiensi pada petani peserta Prima Tani lahan sawah irigasi. Hal ini diduga petani lahan sawah irigasi berumur lebih tua dari petani bukan peserta sehingga mempunyai pengalaman yang lebih lama, namun dengan umur yang lebih tua petani semakin kurang memperhatikan introduksi teknologi karena usahatani padi sudah dilakukan sehari-hari dan dalam waktu yang sudah cukup lama (lebih dari 16 tahun). Di sisi lain, teknologi produksi padi pada lahan sawah irigasi sudah sering diintroduksi melalui berbagai program kegiatan pemerintah sehingga petani sudah terbiasa dengan perubahan teknologi produksi. Pengalaman usahatani yang mengefisienkan keuntungan diperoleh dari penelitian Ogunniyi (2008) dan Kolawole (2006) dimana pengalaman usahatani berpengaruh nyata dengan tanda negatif terhadap keuntungan usahatani cocoyam dan usahatani padi skala kecil di Nigeria. Berbeda dengan pengalaman usahatani, petani yang memiliki pendidikan yang tinggi akan mau mencoba hal baru sehingga dapat mengurangi inefisiensi. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Abdulai dan Huffman (1998) pada petani padi di Ghana. Proporsi pendapatan dari luar pertanian secara statistik nyata mempengaruhi efisiensi di lahan irigasi dengan tanda positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan dari luar pertanian petani semakin tidak efisien di dalam berusahatani karena alokasi waktu untuk berusahatani menjadi berkurang

atau dengan semakin tinggi pendapatan dari luar pertanian menyebabkan petani menyewa tenaga kerja untuk bekerja di sawah sehingga keuntungan dari usahatani menjadi berkurang. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rahman (2003) yang mengestimasi inefisiensi keuntungan usahatani padi bahwa semakin tinggi pendapatan dari luar usahatani akan mengurangi keuntungan petani padi di Bangladesh. Jumlah anggota keluarga merupakan variabel yang menjelaskan inefisiensi usahatani bagi petani di lahan sawah irigasi. Hal ini diduga perubahan jumlah anggota keluarga di lahan sawah irigasi akan mengubah proporsi hasil usahatani yang dijual dan yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi keuntungan yang diperoleh. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Nwachukwu dan Onyenweaku (2005) serta Rahman (2003). 6.2. Analisis Penawaran Output dan Permintaan Input Sesuai dengan tujuan penelitian kedua maka analisis produksi rumahtangga petani dibedakan antara lahan sawah irigasi dengan lahan sawah tadah hujan. Keikutsertaan petani dalam kegiatan Prima Tani tidak dianalisis tersendiri karena input produksi yang digunakan baik pada usahatani padi maupun usahatani sayur secara statistik tidak berbeda nyata. Estimasi fungsi pangsa output dan pangsa input diturunkan dari fungsi keuntungan terhadap harga output dan harga input. Estimasi fungsi pangsa ouput dan input dilakukan dengan menggunakan model pada persamaan (4.3) hingga (4.7). Prosedur estimasi system persamaan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6, sedangkan hasil estimasi disajikan pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

Persamaan pangsa output yang dianalisis pada penelitian ini mencakup pangsa padi dan pangsa sayur, sedangkan pangsa input mencakup pangsa pupuk, pangsa tenaga kerja pria dan pangsa tenaga kerja wanita. Pada teori ekonomi system persamaan pangsa harus memiliki properties simetri dan homogen, oleh kerna itu untuk mengetahui property tersebut maka system persamaan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji F. Hasil uji F diperoleh nilai F- hitung = 0.10 (lahan sawah irigasi) dan F-hitung = 0.58 (lahan sawah tadah hujan). F-hitung tersebut tidak berbeda nyata pada taraf 95 persen (F-tabel = 3.86). Oleh karena itu dalam pembahasan selanjutnya digunakan model pangsa output dan pangsa input dengan mengimpose restriksi simetri dan homogeniti. Hasil estimasi parameter fungsi pangsa output dan pangsa input dengan restriksi simetri dan homogeniti disajikan pada Tabel 32. Hasil estimasi parameter fungsi pangsa output dan pangsa input dengan pembatasan homogenitas dan simetri diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) system untuk lahan sawah irigasi sebesar 0.1873 dan R 2 pada lahan sawah tadah hujan sebesar 0.1500, artinya bahwa hanya 15 sampai 18 persen keragaman di dalam persamaan pangsa output dan pangsa input disebabkan oleh keragaman variabel independen sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor lain di luar model seperti cuaca, sikap manajemen petani, dan variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Rendahnya R 2 pada penelitian ini diduga disebabkan oleh keterbatasan variabel karena data tidak tersedia dan data yang diperoleh mempunyai keragaman yang relatif kecil. Gujarati dan Zain (1997) menjelaskan bahwa nilai R 2 yang kecil dapat ditingkatkan dengan menambah variabel penjelas pada suatu model.

Table 32. Estimasi Parameter Fungsi Pangsa Output dan Pangsa Input Usahatani Padi dan Usahatani Sayur di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Variabel Pangsa Output Pangsa Input Independen Padi Sayur 1) Pupuk TK Pria TK Wanita A. Lahan sawah irigasi : 1. Konstanta -2.2892 *** 3.1447-0.0363 *** *** 0.1929 *** -0.0121 *** 2. Harga padi 0.3741 *** -0.6289 0.0510 *** 0.0944 *** 0.1094 *** 3. Harga sayur -0.6289 *** 0.5441 0.0152 *** 0.0491 *** 0.0205 *** 4. Harga pupuk 0.0510 *** 0.0152-0.0527 *** 0.0056 *** -0.0190 *** 5. Upah TK pria 0.0944 *** 0.0491 0.0056 *** -0.1244 *** -0.0246 *** 6. Upah TK wanita 0.1094 *** 0.0205-0.0190 *** -0.0246 *** -0.0863 *** 7. Luas lahan 0.0984 *** 0.0436-0.0242 *** -0.0794 *** -0.0385 *** 8. Biaya lain -0.0321 *** 0.0068 0.0036 *** 0.0096 *** 0.0120 *** R 2 sistem 0.1873 *** DW 1.9069 *** 1.8368 *** 1.6791 *** 1.6092 *** B. Lahan sawah tadah hujan : 1. Konstanta 4.6100 *** 1.9130-1.2930 *** -0.8275 *** -3.4024 *** 2. Harga padi 0.4307 *** -0.4853 0.2930 *** -0.4579 *** 0.2196 *** 3. Harga sayur -0.4853 *** 0.4554-0.0741 *** 0.3127 *** -0.2087 *** 4. Harga pupuk 0.2930 *** -0.0741-0.3126 *** 0.1143 *** -0.0206 *** 5. Upah TK pria -0.4579 *** 0.3127 0.1143 *** -0.1062 *** 0.1372 *** 6. Upah TK wanita 0.2196 *** -0.2087-0.0206 *** 0.1372 *** -0.1274 *** 7. Luas lahan 0.1151 *** 0.2471-0.0629 *** -0.3590 *** 0.0597 *** 8. Biaya lain -0.5520 *** 0.0748 0.0921 *** 0.2501 *** 0.1349 *** R 2 sistem 0.1500 *** DW 1.7929 *** 1.7435 *** 1.7474 *** 1.8135 *** Keterangan : 1)* *dari kondisi simetri dan homogeniti Keterangan : ** *berbeda nyata pada taraf 90 persen Keterangan : ** *berbeda nyata pada taraf 95 persen Keterangan : *** berbeda nyata pada taraf 99 persen Nilai Durbin-Watson (DW) yang diperoleh pada lahan sawah irigasi berkisar antara 1.6092 sampai 1.9069, sedangkan pada lahan sawah tadah hujan nilai DW berkisar antara 1.7435 hingga 1.8135. Dari nilai DW yang diperoleh mengindikasikan bahwa parameter yang diperoleh berada pada daerah diterima. Dengan menggunakan metode SUR dapat diungkapkan bahwa dari 35 parameter yang diduga dari pangsa output dan pangsa input variabel pada lahan sawah irigasi terdapat 18 parameter atau 51.43 persen yang berbeda nyata dengan nol pada taraf 90 persen atau lebih. Secara rinci dari 15 parameter tersebut ada lima parameter yang berbeda nyata dengan nol pada taraf 99 persen, tiga

parameter berbeda nyata dengan nol pada taraf 95 persen dan tujuh parameter berbeda nyata dengan nol pada taraf 90 persen. Dari variabel yang dimasukkan ke dalam model, variabel yang banyak mempengaruhi pangsa output dan pangsa input adalah harga padi dan upah tenaga kerja wanita. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel yang dominan mempengaruhi pangsa output dan pangsa input pada usahatani di lahan sawah irigasi adalah harga padi dan upah tenaga kerja wanita. Harga padi berpengaruh nyata dengan tanda positif terhadap penawaran padi dan permintaan input produksi. Hasil ini mengindikasikan bahwa harga padi masih merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan kemampuan petani terhadap input produksi. Selanjutnya dari 35 parameter yang diduga pada lahan sawah tadah hujan terdapat 11 parameter atau 31.43 persen yang berbeda nyata dengan nol pada taraf 90 persen atau lebih. Dari 11 parameter tersebut, lima diantaranya berbeda nyata dengan nol pada taraf 99 persen, satu parameter yang berbeda dengan nol pada taraf 95 persen dan lima parameter berbeda nyata dengan nol pada taraf 90 persen. Dari variabel-variabel yang ada di dalam model, variabel yang dominan mempunyai pengaruh pangsa output dan pangsa input adalah biaya lainnya. Komponen biaya lain pada usahatani lahan tadah hujan diantaranya adalah biaya pestisida dan sewa pompa air yang mencapai 51.78 persen dari biaya total usahatani. Mengamati variabel yang dominan mempengaruhi pangsa output dan pangsa input pada lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan adalah berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pangsa output dan pangsa input berbeda walau pada usahatani yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik wilayah seperti tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan air selama musim tanam. Perubahan harga padi terhadap pangsa outputnya bertanda positif dan tidak berbeda nyata dengan nol pada lahan sawah tadah hujan. Ini berarti keputusan petani dalam berusahatani padi tidak dipengaruhi oleh harga padi karena usahatani padi merupakan usahatani dan matapencaharian utama bagi petani sehingga keputusan produksi tidak dipengaruhi oleh harga padi. Dengan tidak signifikannya harga padi mengartikan bahwa kenaikan atau penurunan harga padi tidak mempengaruhi keputusan petani untuk menawarkan komoditas padi atau harga padi bagi petani dapat diabaikan di dalam mengambil keputusan produksi. Selanjutnya koefisien harga input terhadap pangsanya sendiri bertanda negatif dan nyata pada taraf 99 persen kecuali untuk upah tenaga kerja pria pada lahan sawah tadah hujan. Hal ini diartikan bahwa peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja menyebabkan pangsa permintaan pupuk dan tenaga kerja akan menurun, sebaliknya jika harga pupuk dan upah tenaga kerja menurun maka permintaan kedua input tersebut akan meningkat. Perubahan harga input relatif kecil mempengaruhi permintaannya, yaitu berkisar antara 0.05 0.19 persen. Dengan meningkatnya harga input petani cenderung akan menurunkan jumlah penggunaan input sehingga pangsanya akan menurun. Oleh karena itu perubahan pangsa output dan pangsa input dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu perubahan harga dan perubahan jumlah.

6.3. Elastisitas Penawaran Output dan Permintaan Input Perubahan permintaan input dapat disebabkan oleh perubahan harga input sendiri atau harga input lain. Persentase perubahan jumlah input yang diminta yang diakibatkan oleh perubahan harga input disebut dengan elastisitas harga permintaan. Elastisitas harga permintaan terdiri atas elastisitas harga sendiri (own price elasticities) dan elastisitas harga silang (cross price elasticities). Nilai elastisitas penawaran output dan permintaan input dihitung menggunakan rumus (3.59) hingga (3.69) dengan nilai koefisien regresi pada Tabel 30 serta nilai rata-rata dari pangsa output dan pangsa input. Estimasi nilai elastisitas tersebut disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Elastisitas Penawaran Output, Permintaan Input dan Keuntungan Usahatani Padi dan Usahatani Sayur terhadap Harga dan Upah di Sulawesi Tenggara, Tahun 2009 Elastisitas Pangsa Output Pangsa Input Terhadap Padi Sayur Pupuk TK Pria TK Wanita Keuntungan Lahan sawah irigasi Harga/upah : a. Padi 0.6960 0.3804 0.6036 1.1265 0.6215 1.4354 b. Sayur 0.2919 0.5921-0.0906-0.0629-0.0360 0.0977 c. Pupuk -0.0770-0.0565-0.4278-0.2750 0.0821-0.0807 d. TK pria -0.5399-0.7080-0.0990-0.6986-0.0728-0.3057 e. TK wanita -0.3452-0.2362 0.0433-0.1451-0.5901-0.1533 Input tetap : a. Luas lahan 0.4081 0.9228 0.7759 0.7366 0.7278 0.4767 b. Biaya lain -0.0164 0.0755-0.0389-0.0256-0.0723 0.0059 Lahan sawah tadah hujan : Harga/upah : a. Padi 0.8392 0.1746 0.3966 1.7319 1.0452 2.1377 b. Sayur 0.3824 0.7298 0.7019-0.2638 0.8247 0.2616 c. Pupuk -0.0312-0.4248-0.3805-0.4499-0.2482-0.1683 d. TK pria -0.9848 0.7574-0.3966-0.6528-0.5886-0.7706 e. TK wanita -0.2679-0.4803-0.3127-0.3608-1.0268-0.3706 Input tetap : a. Luas lahan 0.7664 1.6573 1.0861 1.1784 0.5516 0.7126 b. Biaya lain -0.2416 0.3026-0.5309-0.3080-0.3474 0.0166

Pada umumnya elastisitas harga sendiri pangsa input bertanda negatif yang mengikuti hukum permintaan, yaitu dengan semakin tinggi harga suatu input maka permintaan terhadap input tersebut semakin berkurang, sedangkan tanda dari elastisitas harga silang tidak selalu searah dengan perubahan harga tetapi tergantung pada sifat dan hubungan antar input. Pada penawaran output nilai elastisitas harga sendiri bertanda positif, artinya bahwa semakin tinggi harga suatu output maka penawaran terhadap output itu sendiri semakin meningkat. Elastisitas harga silang menunjukkan hubungan antar variabel. Tanda negatif elastisitas harga silang pada pangsa output menunjukkan hubungan kompetitif dan apabila bertanda positif menunjukkan hubungan yang komplemen antar output, namun pada pangsa input berlaku sebaliknya. 6.3.1. Elastisitas Penawaran Output Elastisitas penawaran output terhadap harganya sendiri pada lahan irigasi memiliki tanda positif dan terhadap harga input bertanda negatif. Elastisitas yang diperoleh bersifat inelastis dengan nilai elastisitas kurang dari satu. Pada lahan sawah tadah hujan elastisitas penawaran output terhadap harganya sendiri bertanda positif, sedangkan terhadap harga input bertanda negatif dan bersifat lebih elastis dibandingkan dengan elastisitas pada lahan irigasi. Dari tanda pada nilai elastisitas maka dapat dikatakan bahwa peningkatan harga padi dan harga sayur akan meningkatkan jumlah output yang ditawarkan. Proporsi penawaran padi lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi peningkatan penawaran sayur terhadap perubahan harga sendiri karena usahatani padi sebagai usahatani pokok sehingga perubahan harga output akan mempengaruhi petani mengambil keputusan produksi padi.

Elastisitas harga sendiri komoditas padi di lahan sawah irigasi (0.6960) dan elastiistas harga sayur 0.5921 kurang elastis dibandingkan di lahan tadah hujan (0.8392 dan 0.7298). Hal ini mengindikasikan bahwa petani lahan sawah tadah hujan lebih responsif terhadap perubahan harga padi dibandingkan petani lahan irigasi. Hasil tersebut mengimplikasikan bahwa harga padi bagi petani lahan sawah tadah hujan masih menjadi insentif ekonomi dibandingkan pada petani lahan sawah irigasi. Hal ini diduga adanya keterbatasan kondisi lahan sawah baik kesuburan lahan maupun ketersediaan air irigasi sehingga petani lebih merespon perubahan harga padi. Hasil yang sama dengan elastisitas harga padi yang inelastis diperoleh dari penelitian Sawit (1993) mendapatkan nilai elastisitas harga padi terhadap penawaran padi sebesar 0.607, Hartoyo (1994) memperoleh elastisitas harga padi yang kurang elastis yaitu 0.266, Susila (2005) mendapatkan elastisitas harga padi tidak elastis terhadap pangsa padi dengan nilai elastisitas 0.123, serta Siregar (2007) memperoleh elastisitas harga padi sebesar 0.452. Hasil-hasil tersebut mengimplikasikan bahwa petani terhadap perubahan harga padi kurang responsif, namun hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian Nur (1999) mendapatkan elastisitas harga padi ladang di Provinsi Lampung yang elastis, yaitu sebesar 1.184. Perbedaan ini mengindikasikan bahwa respon petani terhadap perubahan harga padi berbeda antar wilayah dan antar jenis lahan, dan petani pada lahan kering lebih responsif terhadap perubahan harga yang diakibatkan oleh keterbatasan sumberdaya lahan dan akses ke air irigasi. Elastisitas harga silang penawaran output memberikan tanda positif dan bersifat elastis antara perubahan harga sayur terhadap penawaran padi baik di

lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan. Hal ini dapat diartikan bahwa kenaikan harga sayur digunakan untuk meningkatkan penawaran sayur dan penawaran padi dengan proporsi yang lebih kecil daripada proporsi penawaran sayur, di sisi lain jika harga padi meningkat maka penawaran padi meningkat dengan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan penawaran sayur. Hasil yang diperoleh mengimplikasikan bahwa perubahan harga output akan mengubah pangsa output dengan proporsi yang lebih besar daripada perubahan pangsa output lainnya. Tanda positif dari nilai elastisitas harga silang antara padi dan sayur menandakan hubungan antara padi dan sayur merupakan produk yang saling melengkapi (complementary) dimana jika harga padi meningkat maka penawaran padi meningkat dan penawaran sayur juga meningkat. Hubungan komplementer juga diperoleh dari penelitian Hartoyo (1994) antara padi dengan kedelai dan ubi kayu, Siregar (2007) antara padi dengan kacang tanah dan kedelai. Elastisitas penawaran ouput terhadap harga input semua bertanda negatif dan bersifat inelastis pada kedua jenis lahan sawah. Terlihat bahwa nilai elastisitas terkecil adalah elastisitas harga pupuk terhadap penawaran padi masingmasing sebesar -0.0770 dan -0.0312, artinya perubahan harga pupuk terhadap produksi padi sangat kecil sehingga indikasi yang dapat diperoleh adalah bahwa harga pupuk tidak responsif bagi petani di dalam mengambil keputusan produksi karena didaerah penelitian petani membeli pupuk pada harga subsidi. Demikian pula dengan beberapa hasil penelitian yang lain menemukan bahwa pengaruh harga pupuk terhadap penawaran padi juga sangat kecil, seperti dilaporkan oleh Sawit (1993) yang mengestimasi penawaran padi terhadap harga

pupuk sebesar -0.074, Nahraeni (2000) mengestimasi penawaran padi terhadap permintaan input pada usahatani padi Tabela mendapatkan nilai elastisitas penawaran padi terhadap pupuk Urea sebesar -0.0492, pupuk TSP sebesar -0.0153 dan pupuk KCl sebesar -0.0230 dan Nur (1999) mendapatkan elastisitas harga pupuk Urea terhadap penawaran padi ladang sebesar -0.024 dan pupuk TSP sebesar 0.017. Dari hasil-hasil penelitian tersebut mempunyai arti bahwa untuk meningkatkan produksi padi akan lebih efektif dengan meningkatkan harga padi dibandingkan dengan menurunkan harga pupuk atau meningkatkan subsidi pupuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryana (2003a) yang menyatakan bahwa kebijakan stabilitas harga padi merupakan instrumen yang cukup memberi andil dalam meningkatkan produksi padi. Elastisitas harga input terbesar pada penawaran padi adalah upah tenaga kerja pria dengan elastisitas sebesar -0.5399 dan -0.9848 masing-masing pada lahan irigasi dan tadah hujan. Penelitian Nur (1999) memperoleh elastisitas upah tenaga kerja pada usahatani padi ladang sebesar -0.596 dan hasil penelitian Chaudary et al. (1998) mendapatkan elastisitas tenaga kerja sebesar 1.12. Temuan ini mengimplikasikan bahwa peningkatan penawaran padi dapat dilakukan dengan menurunkan tingkat upah terutama upah tenaga kerja pria karena tingginya proporsi biaya tenaga kerja pria. Pada dua jenis lahan sawah, besaran elastisitas keuntungan terhadap harga output bertanda positif dengan elastisitas keuntungan terhadap harga padi bersifat elastis (1.4354 di lahan sawah irigasi dan 2.1377 di lahan tadah hujan) dan terhadap harga sayur bersifat inelastis yaitu sebesar 0.0977 dan 0.2616. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Sawit (1993) yang mendapatkan elastisitas

keuntungan terhadap perubahan harga padi bersifat elastis dengan nilai 1.1189. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan harga padi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pendapatan usahatani jika dibandingkan dengan perubahan harga sayur. Elastisitas keuntungan terhadap harga padi bersifat elastis dan terhadap harga sayur bersifat inelastis. Hal ini terlihat dari struktur pendapatan rumahtangga petani bahwa proporsi pendapatan dari usahatani padi rata-rata 37.77 persen (lahan irigasi) dan 15.15 persen (lahan tadah hujan), sedangkan kontribusi usahatani sayur terhadap pendapatan relatif kecil yaitu sebesar 14.33 persen (lahan irigasi) dan 5.31 persen (lahan sawah tadah hujan). Kenyataan ini dapat disebabkan oleh areal tanam sayur yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan luas tanam padi dan usahatani sayur bukan sebagai usahatani pokok sehingga keuntungan usahatani sayur tidak responsif terhadap perubahan harga. 6.3.2. Elastisitas Permintaan Input Dengan melihat respon permintaan input terhadap harganya sendiri pada Tabel 33 terlihat bahwa semua nilai elastisitas harga sendiri permintaan input bertanda negatif sesuai dengan yang diharapkan. Elastisitas harga sendiri permintaan pupuk relatif lebih kecil nilainya dibandingkan elastisitas permintaan tenaga kerja. Hal ni dapat diartikan bahwa petani kurang responsif terhadap perubahan harga pupuk karena perubahan harga pupuk memberikan pengaruh yang relatif kecil terhadap permintaan pupuk. Elastisitas harga sendiri permintaan pupuk yang diperoleh sebesar -0.4278 dan -0.3805 dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan satu persen harga pupuk maka permintaan pupuk menurun 0.38 persen hingga 0.43 persen. Hasil ini berbeda

dengan penelitian Siregar (2007) yang mendapatkan elastisitas harga sendiri permintaan pupuk yang lebih elastis, yaitu -0.968, tetapi sama dengan penelitian Sawit (1993) dan Susila (2005) yang mendapatkan elastisitas permintaan pupuk yang tidak elastis, yaitu -0.006 dan -0.155. Hasil-hasil ini mengindikasikan bahwa sebenarnya petani kurang responsif terhadap perubahan harga pupuk dalam menentukan permintaan pupuk karena petani membeli pupuk pada harga yang disubsidi sehingga perubahan harga pupuk lebih disebabkan oleh perbedaan cara pembayaran. Elastisitas permintaan tenaga kerja pria menunjukkan nilai yang tinggi pada kedua jenis lahan, yaitu -0.6986 untuk lahan irigasi dan -0.6528 untuk lahan tadah hujan. Dari besaran angka yang diperoleh berimplikasi bahwa komponen tenaga kerja pria merupakan input yang paling penting pada usahatani padi karena usahatani padi merupakan usaha yang padat tenaga kerja. Terkait dengan kebijakan maka diperlukan adanya insentif upah harian pada usahatani tanaman pangan khususnya usahatani padi karena biaya tenaga kerja lebih dari 70 persen dari total biaya usahatani. Besaran dari elastisitas permintaan pupuk terhadap harga padi lebih elastis dibandingkan terhadap harganya sendiri dan bertanda positif, mempunyai arti bahwa untuk meningkatkan permintaan pupuk akan lebih efektif dengan meningkatkan harga padi dibandingkan dengan menurunkan harga pupuk. Elastisitas harga silang antara permintaan input dengan harga input lainnya di lahan tadah hujan memiliki tanda negatif, sedangkan di lahan irigasi upah tenaga kerja wanita dengan permintaan pupuk memberikan tanda positif. Permintaan tenaga kerja pria terhadap perubahan harga input (harga pupuk, upah tenaga kerja

pria dan upah tenaga kerja wanita) bersifat elastis dan bertanda negatif, artinya petani akan segera mengubah permintaan tenaga kerja apabila terjadi perubahan harga input. Jika melihat besaran elastisitas keuntungan terhadap harga input menunjukkan tanda yang negatif, artinya semakin tinggi harga input maka keuntungan yang diperoleh semakin berkurang. Terhadap harga pupuk elastisitas keuntungan mempunyai nilai paling kecil diantara harga input lainnya yaitu sebesar -0.0807 di lahan irigasi dan -0.1683 di lahan tadah hujan. Implikasi penting dari nilai tersebut adalah dengan meningkatnya harga pupuk satu persen akan mengurangi keuntungan usahatani dengan proporsi yang sangat kecil (0.08 hingga 0.17 persen), namun jika upah tenaga kerja pria meningkat satu persen maka keuntungan usahatani akan berkurang dengan presentase yang lebih besar, yaitu 0.30 hingga 0.77 persen. Elastisitas keuntungan terhadap upah tenaga kerja terlihat besar pada upah tenaga kerja pria pada lahan tadah hujan, yaitu 0.7706. Dilihat dari fakta di lapangan upah tenaga kerja pria menduduki posisi teratas dari komponen biaya usahatani sehingga dampak dari kenaikan upah tenaga kerja akan mengurangi pendapatan usahatani secara signifikan. Oleh karena itu diperlukan pemberian insentif upah bagi petani yang berusahatani untuk menjaga kestabilan pendapatan rumahtangga.