BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI CIMANDIRI 4.1 LATAR BELAKANG Lembah Sungai Cimandiri telah diketahui banyak peneliti merupakan daerah yang dipengaruhi oleh struktur geologi atau lebih dikenal dengan Zona Sesar Cimandiri. Manifestasi panas bumi yang keluar di sepanjang lembah Cimandiri menunjukkan kehadiran sistem panasbumi yang dipengaruhi oleh kondisi tektonik, dalam hal ini adalah Zona Sesar Cimandiri. Meskipun demikian, melihat kedekatan lokasi manifestasi terhadap jajaran gunungapi Kuarter, kemungkinan manifestasi di lembah Cimandiri merupakan sistem panasbumi yang berasosiasi dengan gunungapi Kuarter seperti kebanyakan sistem panasbumi di pulau Jawa. Gunungapi Kuarter yang mempengaruhi kemunculan manifestasi di lembah Cimandiri diperkirakan adalah Gunung Salak dan Gede-Pangrango (Gambar 4.1). Untuk mengetahui asal sistem panasbumi yang mempengaruhi keluaran manifestasi di lembah Cimandiri, studi isotop stabil δd (Deuterium atau 2 H) dan δ 18 O dilakukan pada penelitian ini. Isotop stabil merupakan unsur yang tidak mudah luruh secara alami dan biasa dipakai dalam studi panasbumi untuk mengenali asal dari fluida panasbumi dan proses yang mempengaruhi (Nicholson, 1993). Asal air panasbumi pada umumnya adalah air meteorik, tetapi dapat tercampuri oleh air magmatik, air laut, ataupun air konat. Air panasbumi umumnya mempunyai komposisi isotop stabil δd yang sama dengan kandungan air meteorik lokal, sedangkan komposisi isotop stabil δ 18 O akan lebih positif dibanding dengan air meteorik (Craig, 1963, op.cit. Nicholson, 1993). Akan tetapi kandungan isotop stabil fluida panasbumi dapat berubah bila terjadi pencampuran dengan air magmatik atau air lainnya. Air magmatik akan mempengaruhi sistem panas bumi yang berasosiasi dengan gunungapi. Air magmatik 30
(andesitik) mempunyai kisaran kandungan isotop stabil δd -30 hingga -10 dan δ 18 O +5 hingga +10 (Giggenbach, 1992). Air laut mempunyai kandungan isotop stabil δd 0 dan δ 18 O 0 (Nicholson, 1993). 4.2 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari analisis isotop stabil δd dan δ 18 O adalah untuk mengetahui asal air panas yang keluar di daerah penelitian dan menentukan sistem panasbumi yang mempengaruhi di daerah penelitian. 4.3 LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL Sampel air diambil di 7 keluaran air panas dan 2 air dingin. Air panas yang diambil meliputi 4 keluaran air panas di lembah Cimandiri, yaitu di Sungai Cibubuay (AP-1), Sungai Cimandiri (AP-2 dan AP-3), dan Cipanas (AP-4); 1 keluaran air panas di daerah Cikundul (AP-5), ±29 km sebelah timur daerah penelitian; 2 sampel air panas yang merupakan aliran lateral Gunung Salak, yaitu di Leuwiliang (SL-1) dan Gunung Gede- Pangrango, yaitu di Istana Cipanas, Puncak (GP-1). Sebagai pembanding, sampel air dingin diambil di anak Sungai Cimandiri (AD-1 dan AD-2) (Gambar 4.1 dan Tabel 4.1). 4.4 TIPE AIR PANAS Keluaran air panas di lembah Cimandiri, Gunung Salak dan Gede-Pangrango mempunyai temperatur permukaan berkisar antara 38 hingga 50 o C dengan ph sekitar 7,21 sampai 8,21 (Tabel 4.1). Hasil analisis kimia air didapatkan bahwa tipe air panas yang diambil di daerah penelitian adalah air bikarbonat yang terbentuk dari hasil kondensasi uap dengan kandungan gas CO 2 yang tinggi ke dalam air tanah (Syaffitri, 2010). Kandungan relatif Cl, Li, dan B memperlihatkan, bahwa keluaran mata air panas di lembah Cimandiri ini dipengaruhi oleh aktivitas volkano-magmatik (gunungapi), bukan dipengaruhi oleh tektonik (Sesar Cimandiri) atau kehadiran batuan sedimen. Meskipun demikian, belum diketahui aktivitas gunungapi mana yang mempengaruhi kemunculan manifestasi panasbumi di lembah Cimandiri. 31
Tabel 4.1. Karakteristik temperatur, ph, dan nilai isotop stabil δd dan δ 18 O dari 9 sampel air di daerah penelitian. No Lokasi Kode Koordinat T ph δd δ 18 O BT LS ( o C) ( ) ( ) 1 AP Cibubuay AP-1 106 o 39 08 7 o 01 32 38,4 7,65-40,10-5,56 2 AP Cimandiri AP-2 106 o 39 16 7 o 01 30 42,1 7,77-40,20-6,06 3 AP Cimandiri AP-3 106 o 39 20 7 o 01 30 42,3 7,65-40,60-6,26 4 AP Cipanas AP-4 106 o 39 28 7 o 01 34 38,2 7,56-40,00-6,53 5 AP Leuwiliang SL-1 106 o 37 29 6 o 35 39 39,5 7,21-39,70-5,43 6 AP Istana Cipanas GP-1 107 o 01 42 6 o 43 17 38,1 8,21-38,60-5,86 7 AP Cikundul AP-5 106 o 54 52 6 o 58 30 49,9 7,78-35,10-5,83 8 AD Cimandiri AD-1 106 o 39 20 7 o 01 30 15,3 7,9-36,20-6,74 9 AD Cipanas AD-2 106 o 39 28 7 o 01 34 14,8 7,78-58,20-8,89 AP : Air Panas AD : Air Dingin 32
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software N S. Cimandiri Gambar 4.1. Lokasi penelitian studi karakteristik isotop stabil. 33
4.5 ANALISIS ISOTOP STABIL δd DAN δ 18 O Nilai isotop stabil mata air panas di lembah Cimandiri berkisar antara -40,60 dan - 35,1 δd dan -6,53 dan -5,56 δ 18 O (Tabel 4.1). Gambar 4.2 menunjukkan, bahwa kandungan isotop stabil air panas di Lembah Cimandiri berada di sekitar garis air meteorik global (δd = 8(δ 18 O) + 10). Hal ini menunjukkan, bahwa air panas di lembah Cimandiri sangat dipengaruhi oleh air meteorik atau air tanah lokal yang mempunyai kandungan isotop stabil δd -58,2 dan δ 18 O -6,74. Diagram δd dan δ 18 O pada Gambar 4.2 juga menunjukkan ketidakhadiran air magmatik dan air laut. Air panas keluaran dari Gunung Salak (SL-1) dan Gede-Pangrango (GP-1) juga berasal dari air meteorik (Gambar 4.2). Kandungan isotop stabil air panas dari Gunung Salak adalah -36,2 δd dan -6,74 δ 18 O, sedangkan air panas dari Gunung Gede-Pangrango adalah -58,2 δd dan -8,89 δ 18 O. Gambar 4.2 menunjukkan, bahwa air panas yang keluar di lembah Cimandiri mempunyai kandungan isotop stabil δd dan δ 18 O mirip dengan kandungan isotop stabil air panas yang keluar dari Gunung Salak. Hal ini menunjukkan, bahwa air panas dari lembah Cimandiri merupakan outflow dari Gunung Salak, bukan dari Gunung Gede-Pangrango. Perubahan kandungan isotop stabil δ 18 O pada keluaran air panas di lembah Cimandiri menunjukkan perbedaan proses kondensasi gas CO 2 ke dalam air tanah. 34
-30 Garis Air Meteorik -35-40 G. Salak Cimandiri AP-1 Ap-2 AP-3-45 AP-4 AP-5 δd -50-55 G. Gede- Pangrango AD-1 AD-2 SL-1-60 GP-1-9 -8-7 -6-5 δ 18 O Gambar 4.2. Diagram plot isotop stabil sampel air panas dan air dingin. Dari diagram tersebut dapat dilihat, bahwa 7 sampel air panas di daerah penelitian dipengaruhi air meteorik dan mirip dengan sampel air panas dari Gunung Salak (SL-1). 35