BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
CONTOH PERHITUNGAN. (Hasil ini didapat dari hasil perhitungan dan survey) Untuk tahun ke-1 sebesar 45 %. (Sumber PT. Dharmapala Usaha Sukses)

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VII. RENCANA KEUANGAN

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

BAB II LANDASAN TEORI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB 2 LANDASAN TEORI

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

BAB VI ANALISA EKONOMI

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan

BAB 4 PERENCANAAN KEUANGAN DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN KEUANGAN

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

ASPEK PEMASARAN. Proyeksi Permintaan. (dalam Unit)

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

PRINSIP-PRINSIP INVESTASI & ALIRAN KAS. bahanajar

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB 5 BUSINESS PLAN. 5.1 Executive Summary

BAB III LANDASAN TEORI

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB VI ANALISA EKONOMI

PENYUSUNAN RENCANA USAHA

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik

BIAYA BAHAN LANGSUNG YANG DIGUNAKAN

BAB VI ANALISIS EKONOMI

BAB VI ASPEK KEUANGAN

EVALUASI EKONOMI. Evalusi ekonomi dalam perancangan pabrik meliputi : Modal yang ditanam Biaya produksi Analisis ekonomi

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

III KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

NET PROFIT: Penjualan : 40 Biaya : 26-14

BAB 3 METODE PENELITIAN

1. Studi Kelayakan Proyek. 2. Capital Budgeting. 3. Analisis Biaya-Volume-Laba

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN DAN ANALISA SWOT

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

ASPEK FINANSIAL Skenario I

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB VI ANALISA EKONOMI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu

BAB VI ASPEK KEUANGAN

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB VI ANALISIS EKONOMI

BAB III LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB VI ANALISA EKONOMI

NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : KODE POS : TELPON : PERIODE AKUNTANSI :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata "to manage" yang dapat diterjemahkan dalam

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI ANALISA EKONOMI

Transkripsi:

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Pasar dan Pemasaran Gula Tahun Jawa Luar Jawa Jumlah Peningkatan (%) 1990 1,693,589 425,920 2,119,509-1991 1,804,298 448,368 2,252,666 6.28 1992 1,873,379 433,051 2,306,430 2.39 1993 1,929,957 552,763 2,482,720 7.64 1994 1,900,442 553,124 2,453,566-1.17 1995 1,557,690 534,313 2,092,003-14.74 1996 1,451,068 643,127 2,094,195 0.1 1997 1,622,070 569,916 2,191,986 4.67 1998 798,459 280,540 1,078,999-50.78 1999 1,816,280 638,153 2,454,433 127.47 Sumber: BPS Tabel 4.1 Perkembangan Produksi Gula di Indonesia Tahun 1990-1999 (ton) Tahun Jumlah (ton) Peningkatan 1990 2.400.555-1991 2.326.653-3% 1992 2.600.643 12% 1993 2.497.757-4% 1994 2.469.011-1% 1995 2.586.713 5% 1996 3.193.270 23% 1997 3.362.361 5% 1998 2.039.274-39% 1999 4.479.219 120% Sumber: BPS Tabel 4.2 Perkembangan konsumsi gula di Indonesia, Tahun 1990-1999

56 Tahun Gula Impor Konsumsi Gula Oleh Industri Jumlah (Ton) Peningkatan Jumlah (ton) Peningkatan 1990 279,000-261,000-1991 307,000 10% 281,000 8% 1992 317,000 3% 323,000 15% 1993 261,000-18% 491,000 52% 1994 128,000-51% 618,000 26% 1995 688,000 438% 649,000 5% 1996 976,000 42% 681,000 5% 1997 802,857-18% 799,286 17% 1998 898,000 12% 881,107 10% 1999 993,143 11% 962,929 9% 2000 1,088,283 10% 1,044,750 8% 2001 *) 1,183,429 9% 1,126,571 8% 2002 *) 1,278,571 8% 1,208,393 7% 2003 *) 1,373,714 16% 1,290,214 15% 2004 *) 1,468,857 7% 1,372,036 6% 2005 *) 1,564,000 6% 1,453,857 6% 2006 *) 1,659,143 6% 1,535,679 6% 2007 *) 1,754,286 6% 1,617,500 5% 2008 *) 1,849,429 5% 1,699,321 5% 2009 *) 1,944,571 5% 1,781,143 5% 2010 *) 2,039,714 5% 1,862,964 5% Sumber: BPS, *) Proyeksi Tabel 4.3 Perkembangan konsumsi gula industri dan impor gula di Indonesia 4.1.2 Data mengenai pesaing serta peluang pasar yang mampu dimasuki Pada saat ini jumlah pabrik gula rafinasi yang ada di Indonesia hanya terdapat 2 (dua) buah pabrik saja yaitu PT. Angels dengan kapasitas produksi sebesar 150.000 ton / tahun dan PT. Jawa Manis dengan 105.000 ton/tahun yang dua-duanya terletak di Cilegon. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan gula industri yang di Indonesia harus dibutuhkan kira-kira 5 (lima) pabrik lagi dengan kapasitas 150.000 ton (Sumber PT.DUS). Sehingga dapat dilihat bahwa masih banyak peluang pasar yang cukup luas

57 untuk dimasuki oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses dalam membangun pabrik gula rafinasi maupun melakukan pengembangan usaha. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat dalam diagram di bawah ini. Market Potensial 750.000 105.000 ton 150.000 ton PT. Jawa Manis PT. Angels Peluang Pasar Sumber PT. DUS Gambar 4.1 Peta kekuatan pabrik gula rafinasi di Indonesia 4.2 Analisis Data dan Pembahasan 4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Bila dilihat dari tabel 4.3 mengenai data perkembangan konsumsi gula industri dan impor gula Indonesia yang didapat melalui Biro Pusat Ststistika (BPS), dapat diketahui bahwa konsumsi gula terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat serta

58 berkembangnya industri berbahan baku gula. Peningkatan konsumsi tersebut belum dapat diimbangi dengan peningkatan produksi, pada akhirnya untuk menutupi kekurangan tersebut perlu dilakukan import gula. Sehingga Indonesia saat ini sebagai negara pengimport gula. Sedangkan gula rafinasi di Indonesia yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi industri makanan, minuman, farmasi, hotel, airlines dan masyarakat yang berpendapat menengah keatas, untuk saat ini gula rafinasi tersebut masih harus diimpor seperti dari negara Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Australia, Eropa dan lain-lain, karena sampai tahun ini hanya terdapat satu-dua pabrik gula dengan proses karbonatasi dan rafinasi yang mampu memasok kebutuhan gula rafinasi tersebut. Gula yang diimpor umumnya adalah gula yang berkualitas gula rafinasi dan gula untuk konsumsi industri. Apabila melihat kembali data pada tabel 4.3 mengenai perkembangan konsumsi gula industri dan import gula di Indonesia yang mengacu pada sumber Biro Pusat Statistika (BPS), maka masih terdapat peluang pasar yang cukup besar untuk memasarkan produk gula rafinasi lokal, agar dapat mengurangi impor gula, sehingga dapat menghemat devisa negara. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan gula rafinasi tersebut Indonesia masih memerlukan 5 (lima) pabrik gula rafinasi dengan kapasitas 150.000 ton per tahun, dan saat ini di Indonesia baru memiliki 2 (dua) pabrik gula rafinasi yang memiliki produksi terpasang kira-kira sebesar 150.000 ton per tahun.

59 4.2.2 Aspek Teknis dan Teknologi Analisis Kapasitas Produksi Terpasang (KPT) Pada analisis KPT inilah dapat dilihat apakah PT. Dharmapala Usaha Sukses dapat melakukan penambahan jumlah produksi. Perhitungan terhadap Kapasitas Produksi Terpasang seperti yang tercantum pada tabel KPT untuk PT. Dharmapala Usaha Sukses yang telah dilakukan semuanya didasarkan pada asumsi market share yang telah diprediksi oleh perusahaan yaitu sebesar 65 % Tahun Demand Angels Pesaing Jawa Manis MP(unit) %m Kapasitas Produksi 2005 1,453,857 150,000 105,000 1,198,857 0.82 779,257.05 2006 1,535,679 150,000 105,000 1,280,679 0.83 832,441.35 2007 1,617,500 150,000 105,000 1,362,500 0.84 885,625.00 2008 1,699,321 150,000 105,000 1,444,321 0.85 938,808.65 2009 1,781,143 150,000 105,000 1,526,143 0.86 991,992.95 KPT = 885,625 Tabel 4.4 Perhitungan KPT Untuk PT. DUS Kapasitas Produksi diperoleh dari Market Potensial Unit per tahun dikalikan dengan market share dari perusahaan yang ditentukan menurut daerah pemasaran dan dalam hal ini nilainya adalah sebesar 65 % Kapasitas Produksi Terpasang untuk PT. Dharmapala Usaha Sukses didapatkan dari jumlah Kapasitas Produksi dibagi dengan jumlah tahun. Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kapasitas produksi terpasang untuk perusahaan yang didapat yaitu sebesar 885.625 ton /tahun.

60 Maka dari hasil perhitungan KPT, dapat disimpulkan bahwa PT. Dharmapala Usaha Sukses dapat memproduksi sebesar 885.625 ton/tahun. Akan tetapi setelah dilakukan survey, ternyata pabrik gula yang sekarang dimiliki oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses tidak mampu berproduksi sebesar 885.625 ton/tahun, karena kinerja pabrik yang dimiliki sekarang tidak mampu bekerja untuk jumlah produksi yang sebegitu besar. Kemampuan produksi pabrik PT. Dharmapala Usaha Sukses mampu bekerja secara optimal hanya terbatas sampai pada kapasitas 500.000 ton/tahun, sehingga PT. Dharmapala Usaha Sukses dapat melakukan penambahan jumlah kapasitas produksi terpasang sebesar 200.000 ton saja, yang sebelumnya hanya memproduksi 300.000 ton. Untuk diketahui bahwa pabrik gula rafinasi yang sedang dibangun ini memang sudah didesain untuk pengembangan usaha, jadi tidak ada permasalahan dengan bangunan pabriknya untuk menambah jumlah kapasitas produksi sebesar 200.000 ton. Analisis Produk Produk yang akan dihasilkan adalah gula rafinasi dan tetes gula (molasses). Gula rafinasi ini sudah diproduksi oleh pabrik gula di Indonesia sehingga pabrik gula rafinasi yang didirikan oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses merupakan yang ketiga di Indonesia. Gula putih biasa belum dapat memenuhi persyaratan mutu gula untuk industri-industri tertentu yang mensyaratkan kualitas gula rafinasi sehingga kebutuhan ini masih harus diimpor dari luar negri. Jenis dan kualitas gula putih biasa yang ada di pasaran gula Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.5.

61 Kualitas Nilai Remisi Besar Jenis Kadar air Polarisasi Direduksi Butir (mm) (%) SHS IA 70 (min) 0.9-1.1 0.1 max 99.8 SHS IB 67 (min) 0.9-1.1 0.1 max 99.7 SHS IC 62 (min) 0.8-1.0 0.1 max 99.6 SHS I Standard 60 (min) 0.8-1.0 0.1 max 99.5 SHS II 58 (min) 0.8-1.0 0.2 max 99.4 Tabel 4.5 Jenis dan Kualitas Gula Kristal Putih Biasa Hingga saat ini kebutuhan gula rafinasi di Indonesia masih dipenuhi melalui impor dari beberapa negara antara lain Thailand, Korea Selatan, Australia, Malaysia, China, dan sebagainya. Gula rafinasi digunakan terutama untuk industri minuman, makanan, farmasi, perhotelan, dan masyarakat umum yang berpenghasilan tinggi. Gula rafinasi yang dipasarkan di Indonesia memiliki kualitas sebagai berikut: Gula Putih Biasa - Warna : 60-80 ICUMSA Unit - Kadar air maksimum : 0.05 % - Kadar abu maksimum : 0.05 % - Polarisasi Minimum : 99.7 % (ICUMSA = Internal Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis) Sedangkan gula rafinasi yang akan di produksi oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses akan memiliki kualitas sebagai berikut: Jenis Rafinasi (R1) - Warna : max 30 ICUMSA unit

62 - Kadar air maksimum : 0.05 % - Kadar abu maksimum : 0.05 % - Polarisasi Minimum : 99.9 % Jenis Rafinasi (R2) - Warna : max 60 ICUMSA unit - Kadar air maksimum : 0.05 % - Kadar abu maksimum : 0.05 % - Polarisasi Minimum : 99.7 % Kualitas di atas dipenuhi sesuai dengan persyaratan kualitas gula yang diminta oleh industri makanan, minuman, farmasi, maupun perhotelan. Jumlah produk yang akan dihasilkan oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses adalah 425.000 ton gula per tahun,, sedangkan tetes gula yang dihasilkan adalah sebanyak 14.333 ton gula per tahun. Sedangkan tingkat rendemen untuk masingmasing produk sebagai berikut : Gula Rafinasi : 95.25 % Tetes (molasses) : 3.55 % Loss : 1-1.2 % Dengan jumlah produksi gula rafinasi yang sudah dikembangkan kapasitasnya dari 200.000 ton/tahun menjadi 500.000 ton/tahun ini setidaknya dapat menutupi

63 kebutuhan gula rafinasi yang ada di Indonesia yang diperkirakan sebesar kurang lebih 750.000 ton/tahun. Analisis Bahan Baku Kualitas raw sugar yang akan diimpor oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses tergantung dari negara asal raw sugar tersebut, namun secara umum kualitas rataratanya adalah sebagai berikut: - Warna : 1200-4000 ICUMSA unit - Kadar air maksimum : 0.1 % - Kadar abu maksimum : 0.05 % - Polarisasi minimum : 97-98 % Kualitas di atas sudah dapat memenuhi persyaratan kualitas minimum untuk menghasilkan kualitas gula rafinasi yang diinginkan. 4.2.3 Aspek Finansial Dari semua segi, aspek finansial adalah aspek yang paling penting karena apabila perusahaan ingin melakukan pengembangan atau membangun pabrik baru maka yang paling diperhatikan adalah keuntungan semata bukan kerugian yang didapat. Jadi oleh sebab itu dalam aspek finansial ini dibuat laporan keuangan dengan kapasitas produksi sebesar 500.000 ton, laporan keuangan dapat dilihat pada bagian lampiran. Dibuatnya laporan keuangan dengan kapasitas produksi sebesar 500.000

64 ton ini sebagai bahan pertimbangan PT. Dharmapala Usaha Sukses untuk memproduksi sebesar 500.000 ton, karena pada saat dibuat laporan ini PT. Dharmapala Usaha Sukses belum melakukan produksi dan sebelumnya PT. Dharmapala Usaha Sukses hanya merencanakan untuk memproduksi sebesar 300.000 ton. Walaupun laporan keuangan ini tidak dipakai dalam sekarang ini, maka dapat dipakai untuk waktu yang mendatang karena laporan keuangan ini dibuat dalam jangka waktu 10 tahun. Selanjutnya akan dilihat pembahasan analisis finansial laporan keuangan untuk KPT 500.000 ton gula. A. PERKIRAAN BIAYA Realisasi pembangunan proyek ini membutuhkan dana untuk investasi, modal kerja, serta bunga masa konstruksi yang diperkirakan sebesar Rp. 249.131.049.000 seperti tampak pada tabel 4.6 di bawah ini : Biaya Investasi Dari total biaya proyek sebesar Rp. 249.136.573.000 biaya investasi mendapatkan alokasi yang paling besar dalam perencanaan, yaitu sekitar 59.46 % atau senilai Rp. 148.141.400.000. Dan struktur keuangan terdiri dari 30 % modal sendiri dan 70 % pinjaman bank. Adapun perincian biaya investasi seperti disajikan pada tabel 4.6.

65 No Pos Biaya Total Dana Sendiri % Pinjaman Bank % I Investasi 1 Tanah 9,050,000 2,715,000 30 6,335,000 70 Bangunan Pabrik & Instalasi 12,856,250 3,856,875 30 8,999,375 70 Material Handling 3,500,000 1,050,000 30 2,450,000 70 Infrastruktur 3,150,000 945,000 30 2,205,000 70 Mesin & Peralatan 109,072,000 32,721,600 30 76,350,400 70 Kendaraan 1,500,000 450,000 30 1,050,000 70 Peralatan Kantor 2,952,650 885,795 30 2,066,855 70 Biaya Pra Operasi 6,060,500 1,818,150 30 4,242,350 70 148,141,400 44,442,420 30 103,698,980 70 II Modal Kerja 82,655,036 24,796,511 30 57,858,525 70 III Bunga Masa Konstruksi 18,340,137 5,502,041 30 12,838,096 70 Total Kebutuhan Dana 249,136,573 74,740,972 30 174,395,601 70 Tabel 4.6 Perkiraan Biaya Proyek (Rp 000) Biaya Modal Kerja Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk menjalankan operasi perusahaan (dalam jangka pendek) yang tertahan dalam bentuk aktiva lancar. Unsurunsur yang merupakan penggunaan dana modal kerja terdiri dari tenaga kerja, listrik dan telepon, administrasi dan umum serta perawatan dan perbaikan. Dasar asumsi yang ditetapkan dalam melaksanakan studi kelaksanaan proyek ini dilandaskan pada skenario pesimis. Hal ini dimaksudkan agar pihak yang terkait dengan proyek tidak terlena oleh keuntungan maksimum yang akan diperoleh apabila proyek ini direalisasikan. Beban Biaya Dalam perhitungan biaya bahan baku, dimana raw sugar dibeli dalam bentuk kristal halus yang berwarna kecoklatan, harga pembelian bahan baku akan naik sebesar 5 % setiap tahun.

66 Bahan pembantu antara lain berupa kapur, filter, bahan kimia lainnya secara total diasumsikan oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses sebesar Rp. 148.200 per ton refined sugar, dengan rincian sebagai berikut : No Bahan Dosis/Ton Harga Per Unit Biaya Per Ton Raw Sugar (Rp) Raw Sugar (Rp) 1 Lime 10.0 Kg 400 4,000 2 Kieselgur 1.0 Kg 3,000 3,000 3 NaCl 10.0 Kg 160 1,600 4 Process Water 2.0 m 3 1,500 3,000 5 Hot Water 1.8 m 3 2,000 3,600 6 Steam 1.8 Ton 25,000 45,000 7 Power 110.0 Kwh 800 88,000 Jumlah 148,200 Tabel 4.7 Bahan pembantu Biaya variabel lainnya antara lain terdiri dari listrik, air, bahan bakar, kemasan, biaya umum dan lain-lain diasumsikan menurut PT. Dharmapala Usaha Sukses sebesar Rp 74.500 per ton refined sugar. Perhitungan penyesuaian harga penjualan naik rata-rata 7.5 % per tahun, sedangkan biaya-biaya yang terbeban diperkirakan naik 5-10 % per tahun. Biaya Tenaga Kerja Berdasarkan kebutuhan mesin-mesin produksi yang ada, maka kebutuhan tenaga kerja untuk industri gula rafinasi dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu karyawan pabrik (direct labor), karyawan kantor pusat, direksi dan tenaga ahli. Adapun susunan tenaga kerja dapat dilihat sebagai berikut:

67 Karyawan Pabrik = 261 Orang Karyawan Kantor = 40 Orang Komisaris dan Direksi = 9 Orang Tenaga ahli = 3 Orang Total = 297 Orang Perkiraan biaya yang dikeluarkan diasumsikan dengan upah gaji yang berlaku di daerah lokasi, dengan rencana akan diberikan kenaikan 10 % per tahun. Biaya Listrik, BBM dan Telepon Dasar perhitungan pemakaian tenaga listrik dan BBM dihitung berdasarkan pemakaian listrik per ton hasil produksi dan juga pemakaian BBM berdasarkan penggunaan kendaraan, yang rincian biaya ini dapat dilihat pada bagian lampiran laporan keuangan. Dengan asumsi kelayakan tersebut diatas, maka kebutuhan modal kerja adalah sebesar Rp. 82.655.036.000 atau sebesar 33,18 % dari Cost Of Project (COP). Adapun perincian dari kebutuhan modal kerja ini adalah sebagai berikut. Tenaga Kerja Rp. 4.294.000.000 Listrik dan Telepon Rp. 150.000.000 Administrasi dan Umum Rp. 503.165.000 Perawatan dan Perbaikan Rp. 594.619.000 Piutang Dagang Rp. 33.228.351.000

68 Biaya Persediaan Rp. 55.226.892.000 Hutang Dagang Rp. 11.347.961.000 Jumlah Rp. 82.655.036.000 PERKIRAAN PENDAPATAN Pendapatan yang diterima oleh PT. Dharmapala Usaha Sukses dari hasil penjualan gula rafinasi dan tetes gula seperti terlampir pada tabel 4.8. Sedangkan untuk laporan Rugi Laba dapat dilihat secara menyeluruh tingkat profitabilitas proyek dalam kurun waktu 10 tahun pada bagian lampiran mengenai laporan rugi laba. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun proyek dapat mengumpulkan akumulasi laba melebihi 855 % dari total biaya yang dibutuhkan. Hal ini memperlihatkan bahwa perkiraan kemampulabaan proyek yang cukup baik dalam implementasinya. Perkiraan hasil penjualan, harga pokok penjualan dan laba selama sepuluh tahun proyeksi terlihat pada tabel 4.8.

69 Tahun Pendapatan Harga Pokok Laba Sebelum Laba Sesudah Bersih Penjualan Pajak Pajak I 712,154,381 514,987,362 153,885,020 107,737,014 II 1,186,854,435 844,877,315 304,539,567 213,195,197 III 1,618,715,278 1,279,379,108 309,427,450 216,616,715 IV 1,713,690,532 1,368,301,446 324,046,984 226,850,389 V 1,853,628,112 1,493,468,258 350,305,173 245,231,121 VI 1,991,190,195 1,586,884,851 393,495,284 275,464,199 VII 2,130,470,314 1,651,259,124 467,350,431 327,162,802 VIII 2,135,663,403 1,703,368,101 419,279,006 293,512,805 IX 2,136,274,180 1,742,733,457 379,253,582 265,495,007 X 2,136,930,930 1,796,362,338 324,883,774 227,436,142 Tabel 4.8 Penjualan Bersih, HPP dan Laba (dalam Rp. 000) Proyeksi Rugi Laba Berdasarkan proyeksi rugi laba perusahaan seperti tampak pada proyeksi tabel 4.8 dimana disimpulkan bahwa perusahaan mampu menciptakan laba yang wajar pada tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan proyeksi rugi laba tersebut diuraikan dalam bagian berikut ini: Pendapatan Kotor Pendapatan kotor diperoleh perusahaan yang didapat dari hasil penjualan gula rafinasi dan tetes tebu (molasses) dalam tahun pertama adalah sebesar Rp. 712.154.381.000. Diasumsikan bahwa ada kenaikan harga untuk setiap penjualan sebesar 7.5 % per tahun.

70 Biaya Langsung Biaya Langsung diperhitungkan berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya perawatan perbaikan, biaya depresiasi, biaya pemasaran, biaya asuransi dan biaya lainnya adalah sebesar Rp. 527.867.860.000 Biaya Penjualan Biaya penjualan diperoleh dari asumsi adanya biaya-biaya untuk menunjang hasil-hasil penjualan seperti promosi dan pemasaran, yang besarnya adalah 0.25 % dari penjualan. Upah Tenaga Kerja Biaya upah tenaga kerja diperhitungkan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan produksi gula rafinasi. Biaya upah tenaga kerja terdiri dari gaji ditambah dengan tunjangan, bonus, dan ASTEK. Upah tenaga kerja diasumsikan mengalami kenaikan 10 12.5 % per tahun. Besarnya upah pada tahun I adalah sebesar Rp. 29.914.120.000. Biaya Asuransi Biaya asuransi besarnya ditetapkan sebesar 0.8 % per tahun terhadap nilai aktiva tetap di luar tanah, kecuali untuk kendaraan ditetapkan sebesar 2.5 % per tahun. Biaya Depresiasi dan Amortisasi Depresiasi dan amortisasi menggunakan metode garis lurus (straight line method). Beban depresiasi untuk bangunan adalah 5 % per tahun, mesin dan

71 peralatan sebesar 25 % per tahun serta kendaraan sebesar 50 % per tahun (dilihat dari kondisi mesin/kendaraan). Beban amortisasi dibebankan ke dalam biaya umum dengan besarnya adalah 25 % per tahun. Biaya Umum dan Administrasi Biaya umum dan administrasi meliputi biaya telepon, listrik, ATK dan lain-lain diasumsikan sebesar Rp. 2.014.460.000 pada tahun ke I dan untuk tahuntahun berikutnya akan mengalami peningkatan antara 2.5 % 10 %. Pajak Penghasilan Perhitungan pajak didasarkan pada peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-undang Perpajakan No. 17 tahun 2000 dengan ketentuan sebagai berikut : o Pendapatan dari Rp. 50.000.000 pertama, pajak sebesar 10 % o Pendapatan dari Rp. 50.000.000 kedua, pajak sebesar 15 % o Pendapatan lebih dari Rp.100.000.000. pajak sebesar 20 % RENCANA PEMBIAYAAN PROYEK Sumber pembiayaan atas investasi yang tertanam adalah setoran saham dan pinjaman sub ordinasi dari pemegang saham. Sedangkan untuk pengembangan ini direncanakan dari pinjaman berjangka panjang dari Bank dan sebagian dari Equity pemegang saham dengan rincian seperti di bawah ini:

72 Rencana investasi dan modal kerja: 1. Modal Sendiri : Rp. 74.740.972.000 2. Pinjaman Bank : Rp. 174.395.601.000 Pinjaman perusahaan dari pihak bank untuk investasi dan modal kerja sebesar Rp. 174.395.601.000 diharapkan dengan syarat-syarat dari ketentuan sebagai berikut: Jumlah Pinjaman : Rp. 174.395.601.000 Jangka Waktu Tingkat Bunga Cara Pembayaran Jaminan Pinjaman : 4 (empat) tahun : 20 % per tahun : Per tahun : Berupa Asset Perusahaan PROYEKSI CASH FLOW Setiap keputusan penanaman modal menyangkut pengeluaran uang pada saat sekarang, dengan mengharapkan pengembalian yang lebih besar di masa mendatang. Suatu penanaman modal tersebut menguntungkan, jika pengembaliannya dapat menutup investasi awal yang ditanamkan, yang nilainya menyusut dari tahun ke tahun. Oleh karena itu dalam mempertimbangkan penanaman modal perlu memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa mendatang, yaitu arus kas masuk maupun arus kas keluar proyek. Proyeksi arus kas masuk dan keluar ini dipresentasikan dalam sebuah laporan aliran kas (Cash Flow) Bertitik tolak kepada proyeksi laba rugi perusahaan tersebut diatas serta rencana kerja perseroan, maka dari proyeksi Cash Flow perusahaan disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi seluruh kewajibannya

73 kepada pihak ketiga dan memiliki kemampuan untuk menyisihkan dana bagi kepentingan para pemegang saham dan cadangan untu ekspansi perusahaan dikemudian hari seperti digambarkan pada laporan keuangan Cash Flow di lampiran. JADWAL PENARIKAN DANA Dengan kredit investasi dan kredit bunga masa konstruksi sebesar 70 %, maka jadwal penarikan kredit terlihat pada tabel, Triwulan Kredit Investasi (Rp'000) Kredit IDC (Rp'000) I 25,924,745 1,036,530 II 57,034,439 3,355,322 III 12,962,373 3,996,553 IV 7,777,424 4,132,681 Jumlah 103,698,980 12,521,085 Tabel 4.9 Jadwal Penarikan Dana RENCANA PENGEMBALIAN PINJAMAN Pada proyeksi cash flow telah digambarkan secara rinci tentang keadaan arus uang proyek selama sepuluh tahun proyeksi. Dari proyeksi tersebut secara singkat dapat dilihat bahwa arus kas proyek cukup baik untuk memenuhi kewajibankewajibannya, dimana dalam 4 (empat) tahun telah dapat melunasi seluruh pinjaman beserta bunganya. Selengkapnya jadwal pembayaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

74 Tahun Pembayaran Bunga (Rp'000) Pembayaran Angsuran (Rp'000) I 34,879,120 32,448,003 II 28,381,520 38,985,604 III 20,584,399 46,782,725 IV 11,227,854 56,139,269 V - - VI - - VII - - VIII - - IX - - X - - Tabel 4.10 Pengembalian Kredit Investasi ANALISIS DAN EVALUASI KEUANGAN a. Cost Of Capital (Biaya Modal) Dalam analisis ini akan ditentukan besarnya Cost Of Capital (COC) yang merupakan besaran penentu (Discount Factor) pada analisa keuangan. Dalam hal ini COC diperkirakan dari 3 (tiga) komponen yaitu: 1. Rumus Working Average Cost Of Capital yaitu : WACOC = k1. Debt + k2. Equity WACOC = 19.25 %. 70 % + 18 %.30 % = 18.87 % 19 % dimana k1 = Suku bunga biaya yang ditetapkan oleh bank dan k2 = suku bunga biaya yang ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri. 2. Surchage sebesar 0.5 % (Biaya yang dibebankan untuk mengurus izin-izin) 3. Risk Premium sebesar 0.5 % ( resiko dan pemasaran serta country risk) sebesar 20 %. Berdasarkan asumsi tersebut diperoleh Discount Factor dari proyek ini

75 b. Kelayakan Keuangan Net Present Value (NPV) Pada prinsipnya uang mempunyai nilai terhadap waktu, artinya sejumlah uang yang diterima sekarang akan lebih disukai dibandingkan dengan penerimaan sejumlah uang yang sama di masa datang. Net Present Value (NPV) merupakan salah satu alat analisa yang biasa digunakan dalam evaluasi proyek, dimana Net akumulasi kas selama umur proyek adalah positif bagi pemilik modal, menunjukkan bahwa proyek layak untuk direalisasikan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 351.199.140.000 (positif) dengan Discount Factor 20 % yang berarti proyek ini layak untuk dilaksanakan. Internal Rate Of Return (IRR) Internal rate Of Return (IRR) menunjukkan besarnya rata-rata earning power dari suatu investasi proyek. Berdasarkan kemampuan untuk menghasilkan laba serta dilihat dari rencana investasi yang akan datang (perluasan), maka dapat diperhitungkan Internal Rate of Return (IRR) perusahaan seperti pada tabel IRR yaitu sebesar 54,14 % dengan Discounted Factor sebesar 20 %. Dengan nilai IRR sebesar itu dan adanya kecenderungan tingkat bunga yang terus menurun, dapat disimpulkan bahwa proyek dengan kapasitas 500.000 ton/tahun tersebut layak untuk dioperasikan.

76 c. Rasio Keuangan Debt Service Coverage Debt service coverage adalah jaminan kemampuan pembayaran hutang yang merupakan perbandingan antara jumlah kas yang keluar dan pembayaran bunga pinjaman dengan laba setelah pajak. Ringkasan dari Debt Coverage Ratio dapat digambarkan dalam tabel 4.11 Tahun Debt Coverage (%) I - II 63 III 32 IV 31 V 30 VI - VII - VIII - IX - X - Tabel 4.11 Proyeksi Debt Coverage Kemampuan membayar kembali kredit yang dinyatakan dengan Debt Service coverage (DSC), menunjukkan angka yang cukup baik yaitu mengalami penurunan dari tahun ke tahun yang akhirnya bernilai 0 pada tahun ke lima. Hal ini berarti perusahaan diperkirakan akan mampu memenuhi kewajiban pembayaran kreditnya kepada bank. Berdasarkan data-data dari tabel cash flow maka dapat disimpulkan :

77 a. Debt Service Coverage menunjukkan perbandingan yang cukup baik, yang berarti bahwa seluruh kewajiban pembayaran pinjaman kepada bank baik pokok maupun bunga yang akan dapat dipenuhi oleh perusahaan dengan baik sesuai jadwal. b. Dengan kemampuan Cash Flow seperti tersebut di atas, diharapkan seluruh kredit investasi dan modal kerja akan dapat dilunasi dalam waktu 4 (empat) tahun. Break Even Point Analysis Analisa Break Even Point (BEP) dimaksudkan untuk mengetahui sampai pada tingkat pendapatan berapa besar kondisi perusahaan impas (tidak laba dan tidak rugi). Dalam Tabel 4.12 berikut ini disajikan proyeksi analisis titik impas dalam bentuk profit break even, cash break even dan debt service break even selama sepuluh tahun operasi. Profit Break Even as % of Projected Sales adalah sebuah profit yang didapat dari prosentase penjualan tertentu, dimana profit tersebut sama besarnya dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan prosentase penjualan tersebut. (Gambar 4.2)

78 Penjualan Rp. 3.165.000 Hasil Penjualan Rp. 712.154.381.000 Total Biaya Rp.607.588.014.000 Profit Break Even Sales Rp. 379.759.328 Biaya Tetap Rp. 119.466.439.000 Penjualan (satuan) 222.156 ton Gambar 4.2 Profit Break Even Sales Cash Break Even as % of Projected Sales adalah jumlah kas didapat dari prosentase penjualan tertentu, dimana jumlah kas tersebut sama besarnya dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan prosentase penjualan tersebut. Cash & Debt Service Profit Break Even as % of Projected adalah jumlah kas dan pembayaran hutang yang didapat dari prosentase penjualan tertentu, dimana jumlah tersebut sama besarnya dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan prosentase penjualan tersebut. Jika prosentase penjualan lebih kecil dari prosentase penjualan tertentu, berarti akan menyebabkan semakin kecil nilai dari profit, Cash dan Cash & Debt yang akan diterima oleh investor. BEP ini dibagi dalam cash BEP yaitu tidak memasukkan unsur-unsur depresiasi dan Sales BEP yaitu dengan memasukkan unsur-unsur depresiasi.

79 Bertitik tolak kepada proyeksi pendapatan serta perkiraan fixed cost dan variable cost, maka dari tabel dapat disimpulkan bahwa : a. Hanya pada tahun pertama operasinya tingkat BEP masih tinggi, karena diperkirakan keuntungan masih kecil. b. Pada saat operasi perusahaan mulai meningkat dan normal, tingkat BEP-nya menjadi relatif. Dengan tingkat BEP pada saat tersebut hanya mencapai sekitar 50 % dari sales dan tampaknya tidak sulit bagi manajemen untuk mencapainya. Tahun Profit Break Even Cash Break Even Cash & Debt Service BEP I 53 45 60 II 45 40 51 III 44 40 52 IV 44 40 54 V 42 38 38 VI 42 38 38 VII 41 38 38 VIII 43 40 40 IX 43 42 42 X 45 45 45 Tabel 4.12 Break Even as % of Projected Sales. Return On Investment (ROI) ROI adalah rasio yang menunjukkan jumlah prosentase pendapatan yang diterima terhadap jumlah aktiva yang dipergunakan dalam merealisasikan proyek. Sedangkan proyeksi dari profit margin dan return on investment (ROI) proyek selama sepuluh tahun dapat dilihat pada tabel.

80 Gross Profit Margin adalah margin yang menunjukkan besarnya perbandingan antara laba kotor dan hasil penjualan. Semakin kecil prosentase ini berarti menunjukkan kemampulabaan yang semakin rendah dari proyek tersebut. Net profit margin adalah margin yang menunjukkan besarnya perbandingan antara laba bersih dan hasil penjualan. Tahun Gross Profit Margin (%) Net Profit Margin (%) ROI (%) I 28 15 43 II 29 18 86 III 21 13 87 IV 20 13 91 V 19 13 98 VI 20 14 111 VII 22 15 131 VIII 20 14 118 IX 18 12 107 X 16 11 91 Tabel 4.13 rasio Kemampuan Profitabilitas Proyek ANALISA SENSITIVITAS Analisa sensitivitas digunakan untuk memperlihatkan kemampuan proyek untuk bertahan dalam kondisi profit, dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam peubah-peubah biaya atau pendapatan. Dalam hal ini peubah yang dianalisa adalah kenaikan harga pembelian bahan baku atau penurunan harga jual produk. Adapun ijin untuk masing-masing perubahan ini dalam kondisi keuangan profit untuk profit break even, cash break even dan cash & debt service break even dapat dilihat pada tabel 4.12 dan 4.13.

81 Profit Break Even Sales adalah prosentase kenaikan biaya material yang diijinkan sehingga akan mendapatkan profit dari penjualan yang sama besarnya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan material tersebut. Cash & Debt Service Break Even Sales adalah prosentase kenaikan biaya material yang diijinkan sehingga akan mendapatkan jumlah kas dan pembayaran hutang yang sama besarnya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan material tersebut. Profit Break Even Sales adalah prosentase penurunan harga penjualan yang diijinkan sehingga akan mendapatkan profit dari penjualan yang sama besarnya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk volume penjualan tersebut. Cash Break Even Sales adalah prosentase penurunan harga penjualan yang diijinkan sehingga akan mendapatkan jumlah kas yang sama besarnya dengan biayabiaya yang dikeluarkan untuk volume penjualan tersebut. Cash & Debt Service Break Even Sales adalah prosentase penurunan harga penjualan yang diijinkan sehingga akan mendapatkan jumlah kas dan pembayaran hutang yang sama besarnya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk volume penjualan tersebut.

82 Tahun Profit Break Event Cash Break Even Cash & Debt Break Even I 23 27 20 II 26 29 24 III 17 19 15 IV 17 18 14 V 16 17 17 VI 17 18 18 VII 20 21 21 VIII 17 18 18 IX 15 15 15 X 13 13 13 Tabel 4.14 Ijin untuk kenaikan biaya material Tahun Profit Break Event Cash Break Even Cash & Debt Break Even I 16 18 14 II 18 19 16 III 13 14 11 IV 13 14 10 V 13 14 14 VI 13 14 14 VII 15 16 16 VIII 13 14 14 IX 12 12 12 X 10 10 10 Tabel 4.15 Ijin untuk penurunan harga penjualan. 4.2.4 Analisis Pengambilan Keputusan Dalam pengambilan keputusan kali ini digunakan metode analisis pohon keputusan (decision tree analysis). Analisis pohon keputusan biasanya digambarkan dengan simbol standar. Melalui pohon keputusan ini, kita dapat membuat pilihan antara pengembangan kapasitas produksi menjadi 500.000 ton/tahun atau tetap pada kapasitas 200.000 ton/tahun. Setiap alternatif diikuti dengan tanda bulat dari cabang pohon yang menggambarkan kemungkinan hasil atau unsur mutlak yang dapat terjadi. Untuk PT. Dharmapala Usaha Sukses kali ini akan dibuat dua alternatif yaitu: a. Pengembangan kapasitas produksi menjadi 500.000 ton / tahun b. Tetap pada pendirian kapasitas 200.000 ton / tahun

83 Berikut ini dapat dilihat pada tabel 4.16 mengenai Tabel Laba Rugi untuk kapasitas 300.000 ton/tahun. Tahun Pendapatan Harga Pokok Laba Sebelum Laba Sesudah Bersih Penjualan Pajak Pajak I 427,292,629 322,206,675 66,098,589 46,286,512 II 712,112,661 523,067,692 155,102,006 108,588,905 III 971,229,167 784,560,194 159,294,790 111,523,853 IV 1,028,214,319 839,097,880 169,156,813 118,427,269 V 1,112,176,867 915,232,966 187,089,221 130,979,955 VI 1,194,714,117 972,760,609 211,143,448 147,817,913 VII 1,278,282,188 1,013,039,747 253,381,682 177,384,678 VIII 1,281,398,042 1,046,153,367 222,228,380 155,577,366 IX 1,281,764,508 1,066,452,726 201,024,641 140,734,749 X 1,282,158,558 1,100,868,323 165,605,418 115,941,292 Tabel 4.16 Tabel Laba Rugi untuk Kapasitas 300.000 ton (Rp 000) Selanjutnya strategi pengambilan keputusannya dapat dilihat pada hasil EC (Expected Cost) masing-masing alternatif dibawah ini: a. EC (Expected Cost) untuk pengembangan kapasitas : EC = ((0,7) x (Keuntungan tahun ke-1)) + ((0,3) x (Keuntungan tahun ke-1 total investasi yang dikeluarkan) = (0,7 x 107.737.014.000) + (0.3 x (107.737.014.000-249.136.573.000)) = 75.415.909.000 + (42.419.868.000) = Rp. 32.996.042.000

84 b. EC (Expected Cost) untuk tetap pada pendirian kapasitas 200.000 ton : EC = ((0,7) x (Keuntungan tahun ke-1)) + ((0,3) x (Keuntungan tahun ke-1 total investasi yang dikeluarkan) = (0,7 x 46.286.512.000) + (0.3 x (46.286.512.000-218.460.619.000)) = 32.400.558.000+ (51.652.532.000) = (Rp.19.251.673.000) Berdasarkan analisa perhitungan pohon keputusan yang sederhana ini, maka dapat diketahui bahwa keputusan dengan Expected Cost (EC) yang nilainya lebih besar yang dipilih, maka keputusan untuk pengembangan kapasitas 500.000 ton merupakan keputusan terbaik.(untuk diagram pohon keputusan dapat dilihat pada Gambar 4.3) EC= Rp. 19.251.673.000 Laba Sebesar 0.7 x Rp. 46.286.512.000 = Rp. 32.400.558.000 Kapasitas 300.000 ton 1 Rugi Sebesar 0.3 x (Rp. 172.174.107.000) = (Rp. 51.652.232.000) + (Rp. 19.251.673.000) Keputusan Laba Sebesar 0.7 x Rp. 107.737.014.000 = Rp. 75.415.909.000 Kapasitas 500.000 ton 2 EC= Rp. 32.996.042.000 Rugi Sebesar 0.3 x (Rp. 42.419.868.000) = (Rp. 42.419.868.000) Rp 32.996.042.000 + Gambar 4.3 Pohon Keputusan untuk Memecahkan Penentuan Kapasitas