BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang sering ditemui di pasar tradisional dan merupakan komoditas yang dapat dikembangkan untuk perbaikan gizi keluarga. Biji kacang panjang mengandung protein, lemak, vitamin, dan karbohidrat, sehingga kacang panjang merupakan sumber protein nabati dan gizi yang baik bagi manusia ( Haryanto et al. 1999). Tanaman kacang panjang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai komoditi usaha tani karena kacang panjang berumur pendek, tumbuh baik pada dataran rendah sampai dataran sedang, dapat ditanam di lahan sawah, tegalan atau pekarangan. Produksi kacang panjang di Bali setiap tahunnya berfluktuasi, seperti data BPS (2013) menunjukkan bahwa pada tahun 2010 produksi kacang panjang sebesar 4.970 ton, meningkat pada tahun 2011 menjadi 5.867 ton, pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 4.896 ton yang tersebar di seluruh Kabupaten di Bali. Penurunan produksi kacang panjang disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah penyakit tanaman, khususnya dari golongan virus. Budidaya tanaman yang dilakukan secara monokultur secara terus menerus menyebabkan terjadinya penyakit yang terus berkembang dan hal ini juga banyak terjadi pada budidaya kacang panjang (Atapattu dan Kodituwakku, 2009). Virus merupakan patogen yang potensial menurunkan hasil tanaman kacang panjang di daerah Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Terdapat dua jenis gejala virus yang menginfeksi 1
2 kacang panjang yaitu mosaik dan kuning. Virus yang menunjukkan gejala mosaik berasosiasi dengan tiga jenis virus yaitu Bean common mosaic (BCMV), Tobaco mosaic virus (TMV) dan Cucumber mosaic virus (CMV), sedangkan gejala kuning pada tanaman kacang panjang dilaporkan diinfeksi oleh Mungbean yellow mosaic india virus (MYMIV) (Damayanti et al. 2009 ; Nurulita, 2014). Kacang panjang di Indonesia yang terinfeksi virus menunjukkan gejala mosaik dan terlihat kuning cerah pada bagian daunnya ( Damayanti et al. 2009). Gejala kuning yang muncul di lapangan tersebut diduga mirip dengan infeksi oleh Begomovirus pada kacang panjang yang telah dilaporkan sebelumnya di beberapa Negara (Qazi et al. 2007; Ilyas et al. 2010; Naimuddin et al. 2011). Laporan adanya infeksi virus dari genus Begomovirus pada kacang panjang di Asia muncul pertama kali di India. Cuong et al (2008), juga melaporkan adanya infeksi Begomovirus pada kacang panjang di Thailand. Famili Geminiviridae, merupakan kelompok virus yang telah banyak dilaporkan menyebabkan kerusakan dan penurunan hasil produk pertanian. Infeksi Begomovirus di Indonesia pada tanaman cabai dilaporkan terjadi di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 (Hidayat et al. 1999). Beberapa tahun kemudian dilaporkan terdapat infeksi Begomovirus pada cabai rawit di Yogyakarta (Sulandari et al. 2005) dan cabai besar di Sumatera Barat (Trisno et al. 2009) dengan intensitas serangan berturut-turut 100% dan 67.19%, dan kehilangan hasil mencapai 100 %. Tanaman tomat di Bogor, Jawa Barat dilaporkan juga terinfeksi oleh Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV), anggota kelompok Begomovirus. Hasil survei menunjukkan bahwa
3 infeksi TYLCV pada tanaman tomat di Bogor mencapai 50-70% (Sudiono et al. 2001). Seperti halnya di Indonesia, infeksi Begomovirus juga dilaporkan terdapat pada 2 tanaman cabai dan tomat di Meksiko dan Amerika Serikat sejak tahun 1990 (Brown and Poulus 1990; Strenger et al. 1990). Infeksi Begomovirus pada tanaman kacang-kacangan juga ditemukan berasosiasi dengan beberapa virus yang menyebabkan penyakit kuning yaitu Bean dwarf mosaic virus (Hidayat et al. 1993), Bean golden mosaic virus, Mungbean yellow mosic india virus, Horsegram yellow mosaic virus ( Fauquet et al. 2005), dan Dolichosyellow mosaic virus (Maruthi et al. 2006) Penyakit kuning yang menginfeksi tanaman kacang panjang di Bali mulai memberikan dampak yang cukup merugikan bagi petani. Kondisi ini terjadi karena tanaman yang terinfeksi virus tersebut mengakibatkan penurunan hasil produksi. Munculnya penyakit kuning pada kacang panjang di Bali tergolong baru dan belum diteliti secara mendalam mengenai spesies virus yang menyebabkan penyakit tersebut. Berdasarkan hasil survei dan pengamatan gejala penyakit yang telah dilakukan, kejadian penyakit kuning pada tanaman kacang panjang muncul di beberapa sentra penanaman kacang panjang yang ada di Bali tersebut merupakan salah satu contoh kejadian outbreak penyakit yang merugikan petani. Kejadian penyakit di lokasi survei menunjukkan keseluruhan tanaman terinfeksi, namun ada pula yang sebagian dari populasi tanaman terinfeksi virus kuning. Infeksi dari virus ini menyebabkan daun dari tanaman menjadi kuning terang dan tanaman menjadi kerdil, sehingga berdampak pada produksi tanaman. Gejala
4 yang muncul mirip dengan gejala penyakit yang disebabkan oleh Begomovirus. Kejadian ini merupakan kejadian baru dan belum ada yang melaporkan, sehingga identitas virus yang berasosiasi dengan penyakit tersebut perlu untuk diteliti untuk dapat melakukan proses pengendalian. Deteksi virus tanaman pada tanaman kacang panjang dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya dengan cara molekuler yaitu dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) yang memanfaatkan sifat spesifik urutan nukleotida virus (Akin, 2006). Metode molekuler adalah metode yang lebih sensitif sebagai metode yang digunakan untuk mendeteksi virus dibandingkan dengan kajian biologi. Metode dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) dapat mendeteksi virus dengan kosentrasi rendah sehingga lebih dapat dipercaya dibandingkan metode biologi (Moury et al. 2005). Identifikasi virus secara molekuler dengan menganalisis sekuen nukleotida serta mencari kedekatan dari sekuen nukleotida virus tersebut dengan sekuen nukleotida dari beberapa daerah lain diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk tindakan pengendalian penyebaran virus selanjutnya.
5 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah spesies dari Begomovirus merupakan penyebab penyakit kuning yang menginfeksi pertanaman kacang panjang di daerah Bali? 2. Bagaimanakah tingkat kekerabatan sekuen gen Trap dan Rep pada jenis virus kuning yang menginfeksi pertanaman kacang panjang di daerah Bali dengan jenis virus kuning dari daerah lain berdasarkan data di NCBI? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui spesies Begomovirus penyebab penyakit kuning yang menginfeksi pertanaman kacang panjang di daerah Bali. 2. Untuk mengetahui kedekatan sekuen nukleotida pada jenis virus kuning yang menginfeksi pertanaman kacang panjang di daerah Bali dengan jenis virus kuning di daerah lain, berdasarkan analisis gen Trap dan Rep. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh luaran seperti: 1. Hasil penelitian ini akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Virologi Tumbuhan, memberikan informasi tentang spesies Begomovirus yang menginfeksi pertanaman kacang panjang di daerah Bali. 2. Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk tindakan dalam menanggulangi penyebaran penyakit kuning.