Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe"

Transkripsi

1 134 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gejala Infeksi Strain Begomovirus pada Genotipe Tanaman Tomat Hasil inokulasi tiga strain begomovirus terhadap genotipe tanaman tomat menunjukkan gejala yang beragam (Tabel 6.2). Gejala yang terlihat umumnya daun menguning, tepi daun melengkung ke atas atau ke bawah, keriting, cupping, daun mengecil, penebalan anak tulang dan tulang daun dan tanaman menjadi kerdil. Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe Strain begomovirus *) tomat GVCBgr GVCBy GVPSlm Bonanza Dk, St, Vt, Yl B, Cp, Md, Vt Dk, Kr,Md, St, Vt Intan Md, St, Vt, Dk, St,Vt, Yl, Cp, Dk, Md, Vt, Jelita Vt, Yl Kr, Md, St, Vt, Yl, Cp, Dk,Vt, Yl Safira B, Dk, Md,Vt, Yl, B, Dk, Kr, Md,Vt, Yl Dk, Md, St, Vt, Yl, Permata Md,Vt, Yl Cp, Vt, Yl Cp,Dk,Vt,Yl, St Presto B, Dk, Md, St, Vt, Yl Dk, Md, Vt, Yl B,Dk,Kr,Md,St,V t, Yl, PSPT 8 B, Cp, Dk, Vt, B,Cp, Dk, Kr, St, Vt, Yl, Cp,Dk,Kr,St,Vt, Yl, PSPT 5B B, Cp, Dk,Vt, Yl, B, Cp, Dk, St,Vt Dk, Kr, Mg,Vt, Apel-Belgia B, Dk, St,Vt, Yl, Dk,Md, St,Vt, Yl, Dk,Md,St,Vt,Yl, Karibia B, Dk,Vt, Yl Md,Vt,Yl B,Dk,St,Vt, Yl, Mitra B, Dk, Md, Vt, Dk, Md, Mg,Vt, Dk,Vt, PSPT 9 Dk, Md, St,Vt, Yl, Dk, Md, Vt, Yl, Dk, St, Vt, Yl Marta Dk, Md, St, Vt, Yl, Dk,St,Vt Dk, Kr, Yl,Vt, PSPT 2 Dk, Md, St,Vt, Yl, Dk,Md,St,Vt,Yl Dk, Ml, Vt, *) Strain begomovirus, terdiri atas GVCBgr: begomovirus asal Bogor, Jawa Barat, GVCBy: begomovirus asal Boyolali, Jawa tengah, GVPSlm: begomovirus asal Kaliurang, D.I. Yogyakarta. B: Lamina daun berkerut; Cp: cupping; Dk: Daun menjadi kecil; Kr: Daun keriting; Md: Tepi daun melengkung ke atas atau ke bawah; St: Kerdil; Mg: Daun menggulung; Vt: Penebalan tulang dan anak tulang daun; Yl: Lamina daun kuning; Uji Ketahanan Genotipe Tanaman Tomat Hasil uji genotipe tanaman tomat terhadap tiga strain begomovirus menunjukkan respon yang berbeda-beda. Jumlah tanaman terinfeksi berkisar antara %. Berdasarkan kriteria Dolores (1996) respon tanaman tersebut terhadap infeksi tiga strain begomovirus tergolong tingkat ketahanan yang agak rentan sampai sangat rentan (Tabel ), kecuali varietas Intan yang agak tahan terhadap strain GVCBgr (Tabel 6.5). Gejala infeksi ketiga strain mulai

2 135 nampak 7-9 hari setelah inokulasi, tetapi ada beberapa genotipe yang menunjukkan masa inkubasi yang cukup lama (Tabel ), di antaranya genotipe tanaman tomat Bonanza, Jelita, Safira, PSPT2. Tabel 6.3 Ketahanan 14 genotipe tomat terhadap infeksi begomovirus asal Kaliurang (GVPSlm) 1) Genotipe Jumlah tanaman terinfeksi Ti/T 2) (%) Masa inkubasi (Hari) Ketahanan Bonanza 7/ Agak rentan Intan 12/ Rentan Jelita 25/ Sangat rentan Safira 10/ Rentan Permata 19/ Sangat rentan Presto 25/ Sangat rentan PSPT 8 25/ Sangat rentan PSPT 5B 24/ Sangat rentan Apel-Belgia 24/ Sangat rentan Karibia 22/ Sangat rentan Mitra 12/ Rentan PSPT 9 24/ Sangat rentan Marta 25/ Sangat rentan PSPT 2 20/ Sangat rentan 1) Periode makan akuisisi dilakukan pada tanaman tomat terinfeksi begomovirus selama 24 jam; periode makan inokulasi pada tanaman tomat sehat selama 48 jam; jumlah serangga 10 ekor/tanaman. 2) Jumlah tanaman bergejala (Ti)/jumlah tanaman uji (T).

3 136 Tabel 6.4. Ketahanan 14 genotipe tomat terhadap infeksi begomovirus asal Boyolali (GVCBy) 1) Genotipe Jumlah tanaman terinfeksi Ti/T 2) (%) Masa inkubasi (Hari) Ketahanan Bonanza 11/24 45, Rentan Intan 10/24 41, Rentan Jelita 16/ Sangat rentan Safira 12/ Rentan Permata 9/ Rentan Presto 6/ Agak rentan PSPT 8 25/ Sangat rentan PSPT 5B 25/ Sangat rentan Apel-Belgia 25/ Sangat rentan Karibia 18/ Sangat rentan Mitra 16/ Sangat renta n PSPT 9 17/ Sangat rentan Marta 23/ Sangat rentan PSPT 2 22/ Sangat rentan 1) Periode makan akuisisi dilakukan pada tanaman tomat terinfeksi begomovirus selama 24 jam; periode makan inokulasi pada tanaman tomat sehat selama 48 jam; jumlah serangga 10 ekor/tanaman. 2) Jumlah tanaman bergejala (Ti)/jumlah tanaman uji (T). Tabel 6.5. Ketahanan 14 genotipe tomat terhadap infeksi begomovirus asal Bogor (GVCBgr) 1) Genotipe Jumlah tanaman terinfeksi Ti/T 2) (%) Masa inkubasi (Hari) Ketahanan Bonanza 16/ Sangat rentan Intan 4/ Agak tahan Jelita 12/ Sangat rentan Safira 21/ Sangat rentan Permata 8/ Rentan Presto 20/ Sangat rentan PSPT 8 25/ Sangat rentan PSPT 5B 25/ Sangat rentan Apel-Belgia 25/ Sangat rentan Karibia 23/ Sangat rentan Mitra 22/ Sangat rentan PSPT 9 24/ Sangat rentan Marta 25/ Sangat rentan PSPT 2 16/ Sangat rentan 1) Periode makan akuisisi dilakukan pada tanaman tomat terinfeksi begomovirus selama 24 jam; periode makan inokulasi pada tanaman tomat sehat selama 48 jam; jumlah serangga 10 ekor/tanaman. 2) Jumlah tanaman bergejala (Ti)/jumlah tanaman uji (T).

4 137 Deteksi Begomovirus dengan Hibridisasi Dot-Blot Deteksi dengan teknik hibridisasi dot-blot menggunakan pelacak DNA yang dilabel dengan digoksigenin (DIG-DNA) berhasil mendeteksi begomovirus dari cairan perasan daun tanaman tomat uji hingga pengenceran Teknik tersebut ternyata juga mampu mendeteksi begomovirus dalam tanaman uji yang tidak menunjukkan gejala (Gambar 6.1). Deteksi yang dilakukan dalam penelitian ini hanya terhadap strain begomovirus yang berasal dari Kaliurang (GVPSlm). Signal yang diperoleh dari hasil deteksi tersebut tergolong signal yang kuat, walaupun ada juga yang tergolong signal lemah bila dibandingkan dengan signal pada kontrol positif yaitu klon DNA TLCV (Tabel 6.6). Hasil tersebut menunjukkan tingginya konsentrasi virus di dalam jaringan tanaman yang bergejala maupun yang tidak bergejala. Signal hasil deteksi dengan teknik hibridisasi menunjukkan bahwa individu kultivar Bonanza dan Apel-Belgia yang tidak menunjukkan gejala mempunyai konsentrasi virus yang rendah (Tabel 6.6). Selain itu jumlah tanaman kultivar Bonanza yang bergejala sangat sedikit yaitu 7 tanaman dari 24 tanaman yang diinokulasi (Tabel 6.3). Hasil deteksi dengan dotblot hibridisasi menunjukkan 17 tanaman kultivar Bonanza yang tidak bergejala ternyata positif terinfeksi begomovirus (Tabel 6.6), kemungkinan kultivar ini memiliki respon toleran terhadap infeksi begomovirus asal Kaliurang a b c A d B Gambar 6.1 Hasil deteksi genotipe tanaman tomat yang terinfeksi begomovirus asal Kaliurang (GVPSlm) dengan teknik hibridisasi menggunakan pelacak DNA yang dilabel dengan Digoksigenin. A. Kontrol positif (Fragmen DNA TLCV yang dikloning pada plasmid pgemt). B. Tanaman tomat kultivar Safira yang diinokulasi GVPSlm. Kolom: 1a-1d adalah tanaman tomat bergejala; 2a-2d adalah tanaman tomat yang tidak bergejala, sedangkan 3.a-3.d, 4.a4.d, 5.a-5.d, 6.a-6.d, berturut-turut adalah ekstrak tanaman bergejala yang diencerkan berturut-turut dengan faktor 10-1, 10-2, 10-3, 10-4.

5 138 Tabel 6.6. Hasil deteksi genotipe tanaman tomat terhadap infeksi begomovirus asal Kaliurang (GVPSlm) menggunakan teknik hibridisasi Genotipe tomat Tanaman bergejala Tanaman tidak bergejala Jumlah Deteksi hibridisasi Jumlah Deteksi hibridisasi Bonanza Intan Jelita TD Safira Permata Presto TD PSPT TD PSPT 5B Apel-Belgia Karibia Mitra PSPT Marta TD PSPT Keterangan: TD: Semua tanaman uji menunjukkan gejala, sehingga deteksi terhadap tanaman tidak bergejala tidak dilakukan. +++ : Signal kuat ; ++ : Signal sedang; + : Signal rendah.

6 139 Pembahasan Tanaman tomat yang diinokulasi dengan 3 strain begomovirus menunjukkan gejala yang berbeda-beda. Menurut Polston dan Anderson (1997) gejala infeksi begomovirus pada tanaman tomat ditentukan oleh strain virus, umur tanaman pada waktu terinfeksi, kultivar dan faktor lingkungan. Secara umum. infeksi tiga strain begomovirus ini menyebabkan perubahan warna dan bentuk daun. Daun menjadi menguning dan tepi daun yang melengkung ke atas atau ke bawah dan mengeriting. Menurut Bos (1994) warna kuning pada helaian daun terjadi karena adanya dominasi pigmen kuning dan konsentrasinya yang terus meningkat pada daun. Setelah terjadi perubahan warna daun, biasanya gejala diikuti pula dengan keabnormalan daun seperti daun melengkung dan mengeriting. Tiga strain begomovirus yang diuji juga menyebabkan genotipe tanaman tomat menjadi kerdil (Tabel 6.2). Menurut Matthews (1991) tanaman yang terinfeksi virus menjadi kerdil karena pertumbuhan tanaman terhambat. Penyebabnya yaitu laju dan efisiensi fotosintesis yang rendah sehingga jumlah karbohidrat yang dapat digunakan untuk perkembangan akar, batang dan daun lebih sedikit. Di samping itu tanaman yang terinfeksi mengalami peningkatan laju respirasi. Menurut Hull (2002) ada tiga mekanisme biokimia infeksi virus yang menyebabkan tanaman menjadi kerdil yaitu perubahan aktivitas hormon pertumbuhan, penurunan kemampuan produk fiksasi karbon dan penurunan peningkatan nutrisi. Faktor terpenting dalam melakukan evaluasi untuk mendapatkan tanaman yang tahan adalah teknik inokulasi. Pada penelitian ini teknik inokulasi dilakukan dengan memberi periode makan akuisisi serangga vektor B. tabaci selama 24 jam pada tanaman tomat yang terinfeksi begomovirus dan periode makan inokulasi selama 48 jam pada tanaman tomat uji dengan 10 ekor B. tabaci virulifer tiap tanaman. Menurut Lapidot et al. (1997) dan Pico et al. (1998) inokulasi buatan dengan menggunakan kurungan kedap serangga merupakan metode inokulasi yang lebih efisien dan reliabel untuk pengujian ketahanan terhadap TYLCV. Pada penelitian ini tiga strain begomovirus yang telah diidentifikasi sebelumnya (Aidawati et al. 2005) diperbanyak pada tanaman tomat yang rentan (kultivar Arthaloka). Sumber inokulum yang digunakan be rumur 30 hari setelah

7 140 inokulasi dan menunjukkan gejala yang jelas terhadap infeksi ketiga strain begomovirus. Hasil penelitian Lapidot et al. (2001) menunjukkan bahwa ada korelasi antara konsentrasi DNA begomovirus yang ada didalam tubuh serangga vektor dengan tanaman sumber inokulum yang diberikan untuk periode makan akuisisi serangga dan efisiensi penularan. Sumber inokulum yang baik adalah tanaman rentan yang menunjukkan gejala yang jelas setelah 21 hari diinokulasi. Pada saat itu akumulasi virus dalam jaringan tanaman mencapai tingkat akumulasi yang tinggi dan penularan serangga vektor yang diberi periode makan akuisisi pada tanaman tersebut lebih efektif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan tingkat ketahanan genotipe tomat terhadap infeksi tiga strain begomovirus (Tabel ). Hal tersebut menunjukkan bahwa strain begomovirus sangat menentukan tingkat ketahanan genotipe tanaman tomat. Menurut Roossinck (1997) dan Rubio et al (2001) kultivar tanaman yang sama dapat menunjukkan tingkat ketahanan atau toleransi yang berbeda untuk spesies virus yang berbeda. Oleh karena itu faktor lain yang penting diperhatikan terhadap evaluasi ketahan tanaman terhadap virus ini adalah populasi virus yang ada di alam mengingat virus mempunyai keaneka ragaman genetik yang sangat tinggi. Hasil pengujian ketahanan genotipe tanaman tomat berdasarkan persentase tanaman tomat yang terinfeksi terhadap tiga strain begomovirus menunjukkan bahwa kultivar Intan agak tahan terhadap infeksi begomovirus asal Bogor, sedangkan genotipe tanaman tomat lainnya menunjukkan ketahanan yang rentan sampai sangat rentan. Tidak adanya genotipe tomat yang tahan pada seleksi ini diduga karena tanaman tersebut tidak mempunyai pertahanan untuk menghambat laju perkembangan begomovirus. Menurut Fraser (2000) terdapat dua mekanisme ketahanan tanaman terhadap virus yaitu tanaman mengandung molekul yang dapat menghambat replikasi atau penyebaran virus. Molekul yang mengenali virus dan selanjutnya mengaktifkan lintasan signal transduksi untuk mengekspresikan gen ketahanan menyebabkan respon ketahanan positif. Apabila tanaman tidak memiliki komponen yang diperlukan oleh virus atau tanaman menghasilkan senyawa yang dapat merusak subunit replikasi, atau tanaman tidak menghasilkan

8 141 protein ya ng dibutuhkan untuk berinteraksi dengan protein pergerakan virus, maka tanaman tergolong memiliki ketahanan negatif. Menurut Rom et al. (1993) dan Lapidot & Friedmann (2002), tanaman toleran terhadap infeksi begomovirus dicirikan oleh beberapa karakter yaitu akumulasi virus yang rendah, gejala tanaman yang lemah, dan adanya penundaan timbulnya gejala. Beberapa genotipe tanaman tomat uji kemungkinan memiliki respon toleran terhadap infeksi begomovirus, karena persentase tanaman terinfeksi =50% dan masa inkubasi virus yang relatif lama. Kultivar Bonanza, Intan, Safira, Mitra, memiliki respon toleran terhadap infeksi begomovirus dari Kaliurang (Tabel 6.3), kultivar tomat Bonanza, Intan, Safira, Permata, Presto memiliki respon toleran terhadap infeksi begomovirus dari Boyolali (Tabel 6.4), sedangkan kultivar Jelita dan Permata memiliki respon toleran terhadap infeksi begomovirus dari B ogor (Tabel 6.5). Respon toleran beberapa ge notipe/ kultivar tomat tersebut perlu dipastikan lebih lanjut melalui evaluasi yang lebih spesifik. Menurut Lapidot et al. (1997) evaluasi ketahanan tanaman yang relevan adalah melalui analisis pengaruh infeksi terhadap komponen hasil tanaman dan juga akumulasi virus di dalam jaringan tanaman. Ada korelasi positif antara tingkat ketahanan yang dinyatakan dengan kehilangan hasil dengan akumulasi DNA virus. Titer virus yang rendah merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai indikator untuk ketahanan, tetapi penurunan titer sebaiknya tidak digunakan sebagai satu-satunya indikator. Teknik hibridisasi dot-blot menggunakan pelacak DNA begomovirus yang dilabel dengan digoksigenin berhasil mendeteksi begomovirus dari semua genotipe tanaman tomat yang diinokulasi. Teknik tersebut berhasil mendeteksi cairan perasan tanaman yang terinfeksi virus hingga pengenceran Hasil ini menunjukkan bahwa teknik hibridisasi mampu mendeteksi titer virus yang sangat kecil. Hasil deteksi menunjukkan signal yang kuat dan sedang terhadap tanaman yang bergejala maupun yang tidak bergejala, kecuali pada kultivar Bonanza dan Apel Belgia. Teknik hibridisasi telah banyak digunakan dalam program pemuliaan tanaman untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman tomat terhadap infeksi begomovirus. Hasil penelitian Rom et al (1993) menunjukkan bahwa akumulasi

9 142 DNA virus yang dideteksi dengan teknik hibridisasi dot-blot berkorelasi positif dengan intensitas gejala, sehingga penggunaan teknik hibridisasi bermanfaat untuk menyeleksi genotipe tanaman yang toleran. Hasil penelitian Pico et al. (1999) menunjukkan bahwa teknik hibridisasi lebih baik dibandingkan dengan teknik PCR untuk mengevaluasi tingkat ketahanan Lycopersicon spp. Teknik hibridisasi dapat membedakan akumulasi DNA virus dari 2 aksesi L. peruvianum dengan kesamaan jumlah (%) tanaman terinfeksi. Menurut Rubio et al. (2003) prosedur yang mudah untuk menyeleksi tingkat ketahanan dan toleran kultivar tomat terhadap infeksi TYLCV di Spanyol adalah dengan menentukan rasio tanaman terinfeksi, titer virus yang ditentukan dengan tissue-print hibridisasi, dan intensitas gejala yang ditimbulkannya. Ada korelasi positif antara intensitas gejala dan titer virus pada tanaman yang terinfeksi, oleh karena itu teknik hibridisasi dapat digunakan untuk menentukan tanaman toleran lebih awal. Teknik tissue-print (Squash blot) hibridisasi dan hibridisasi dot-blot mempunyai sensitifitas yang setara, tetapi tissue-print hibridisasi tidak memerlukan ekstrak tanaman sehingga lebih cepat untuk menganalisis sampel yang banyak (Zakay et al. 1991; Vidavsky & Czosnek 1998; Pico et al. 1999). Salah satu hambatan utama dalam mengembangkan ketahanan tanaman tomat terhadap infeksi begomovirus adalah menentukan tingkat ketahanan. Umur tanaman waktu terinfeksi, tekanan inokulasi dan kondisi pertumbuhan, semuanya merupakan faktor utama yang mempengaruhi intensitas gejala yang disebabkan oleh virus (Pico et al. 1998; Lapidot et al. 2001). Oleh karena itu untuk menentukan tingkat ketahanan tanaman tomat terhadap infeksi begomovirus, ada 7 tanaman inang diferensial yang dikembangkan untuk membandingkan skor intensitas gejala dan kandungan virus (Lapidot et al 2001). Semua kultivar tomat (L. esculentum) sangat rentan terhada p infeksi begomovirus (TYLCV) sementara hasil seleksi terhadap Lycopersicon liar menunjukkan respon tahan (Pico et al. 1996, 1999; Pilowsky & Cohen 2000). Pada saat ini telah dilakukan persilangan untuk memindahkan gen tahan dari aksesi tomat liar ke kultivar tomat untuk mendapatkan tanaman tomat yang tahan atau toleran. Kultivar tomat komersial pertama TY20 membawa gen ketahanan dari L. peruvianum (Rom et al. 1993; Pilowsky & Cohen 1990).

10 143 Hasil pengujian 14 genotipe tanaman tomat terhadap 3 strain begomovirus dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi penanaman kultivar tomat untuk beberapa daerah yang berbeda. Sebagai contoh, kultivar Intan memiliki respon agak tahan terhadap infeksi begomovirus asal B ogor. Oleh karena itu kultivar ini dapat dianjurkan untuk ditanam di daerah Bogor, Jawa Barat. Disamping itu kultivar Intan dapat merupakan sumber gen ketahanan untuk mengembangkan tanaman tahan terhadap begomovirus. Sebagai contoh gen ketahanan yang ada pada kultivar tersebut dapat disilangkan dengan gen ketahanan pada kultivar Dona yang juga bersifat toleran terhadap begomovirus asal Bandung Jawa Barat (Sudiono et al. 2004; Sugiarman & Hidayat 2001). Penanaman varietas yang tahan terhadap begomovirus lebih bagus dibandingkan dengan tanaman toleran, karena virus ini disebarkan oleh serangga vektor B. tabaci. Menurut Lapidot & Friedmann (2002) tanaman toleran merupakan tanaman yang menunjukkan gejala yang ringan atau tidak bergejala, tetapi akumulasi virus di dalam jaringan normal. Oleh karena itu penanaman tanaman yang toleran harus dilindungi dengan penggunaan insektisida untuk menekan populasi serangga vektor atau menggunakan jaring pada bulan pertama setelah penanaman (Vidavsky & Czosnek 1998).

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) adalah salah satu komoditas sayuran penting secara ekonomi yang dibudidayakan hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia. Komoditas ini

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor Kutudaun Aphis craccivora yang dipelihara dan diidentifikasi berasal dari pertanaman kacang panjang, sedangkan A. gossypii berasal dari pertanaman cabai.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Periode Makan Akuisisi Serangga Terhadap Penularan Begomovirus

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Periode Makan Akuisisi Serangga Terhadap Penularan Begomovirus 109 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Periode Makan Akuisisi Serangga Terhadap Penularan Begomovirus Sepuluh ekor B. tabaci biotipe B dan biotipe non B yang diuji mampu menularkan ketiga strain begomovirus

Lebih terperinci

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama annisriennadiah@gmail.com Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Setiap tahun, produksi

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM

VII. PEMBAHASAN UMUM VII. PEMBAHASAN UMUM Hasil survei yang dilakukan di lahan pertanaman tomat yang ada di Jawa Barat, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta menunjukkan adanya gejala penyakit. Persentase kerusakan tanaman tomat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting terutama daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan bumbu masak (rempah-rempah),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eks-karesidenan Surakarta (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo) (Prihatman,

BAB I PENDAHULUAN. eks-karesidenan Surakarta (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo) (Prihatman, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman dari famili Cucurbitaceae yang banyak dikonsumsi bagian daging buahnya. Konsumsi buah melon cukup tinggi karena kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun Bogor dikenal sebagai salah satu daerah sentra pertanian khususnya tanaman hortikultura seperti buah-buahan, cabai, tomat, kacang panjang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fitoplasma pada Tanaman Sumber Inokulum Sumber inokulum yang digunakan dalam uji penularan adalah tanaman kacang tanah yang menunjukkan gejala penyakit sapu yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai yang dibudidayakan di Indonesia dikelompokkan menjadi dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai besar dicirikan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR PEMULIAAN TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.), TAHAN SERANGAN TOMATO YELLOW LEAF CURL VIRUS (TYLCV)

MAKALAH SEMINAR PEMULIAAN TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.), TAHAN SERANGAN TOMATO YELLOW LEAF CURL VIRUS (TYLCV) MAKALAH SEMINAR PEMULIAAN TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.), TAHAN SERANGAN TOMATO YELLOW LEAF CURL VIRUS (TYLCV) Nama NIM Dosen Disusun oleh : : Tenti Okta Vika : 10/300362/PN/12028 : Dr. Ir. Aziz

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Kutukebul Pengkoloni Pertanaman Tomat Kutukebul yang dikumpulkan dari pertanaman tomat di daerah Cisarua, Bogor diperbanyak di tanaman tomat dalam kurungan kedap serangga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Begomovirus Kisaran Inang Begomovirus

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Begomovirus Kisaran Inang Begomovirus 5 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Begomovirus Famili Geminiviridae dapat dibedakan menjadi empat genus berdasarkan struktur genom, jenis serangga vektor dan jenis tanaman inang yaitu Mastrevirus, Curtovirus,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Virus Terbawa Benih Uji serologi menggunakan teknik deteksi I-ELISA terhadap delapan varietas benih kacang panjang yang telah berumur 4 MST menunjukkan bahwa tujuh varietas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenderal Hortikultura, 2013). Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran,

I. PENDAHULUAN. Jenderal Hortikultura, 2013). Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat ( Lycopersicon esculentum Mill.) adalah komoditas unggulan hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013).

Lebih terperinci

Keparahan Penyakit Daun Keriting Kuning dan Pertumbuhan Populasi Kutukebul pada Beberapa Genotipe Cabai

Keparahan Penyakit Daun Keriting Kuning dan Pertumbuhan Populasi Kutukebul pada Beberapa Genotipe Cabai ISSN: 0215-7950 Volume 10, Nomor 6, Desember 2014 Halaman 195 201 DOI: 10.14692/jfi.10.6.195 Keparahan Penyakit Daun Keriting Kuning dan Pertumbuhan Populasi Kutukebul pada Beberapa Genotipe Cabai Intensity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang sering ditemui di pasar tradisional dan merupakan komoditas yang dapat dikembangkan untuk perbaikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Perlakuan Ekstrak Tumbuhan terhadap Waktu Inkubasi, Kejadian Penyakit, Keparahan, dan NAE Waktu inkubasi. Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh beragam waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan dengan kandungan protein nabati yang tinggi dan harga yang relatif murah. Kedelai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kisaran Inang Potyvirus Isolat Nilam Bogor Tanaman nilam sakit banyak terdapat di daerah Bogor yang memperlihatkan gejala mosaik dengan ciri-ciri hampir sama dengan yang pernah diutarakan

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU PROSES INFEKSI DAN GEJALA SERANGAN TOBACCO MOZAIC VIRUS PADA TANAMAN TEMBAKAU Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING ABSTRAK

UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING ABSTRAK UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING ABSTRAK Keragaman genetik merupakan dasar dalam pemuliaan tanaman. Program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut: Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae.

BAB I PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae. Golongan kacang panjang ini merupakan tanaman perdu semusim yang memiliki banyak manfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena di dalam Al Qur an telah dijelaskan proses penciptaan alam semesta termasuk makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan Sampel Cucurbitaceae dari lapangan menunjukkan gejala yang bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala pada tanaman mentimun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah satu tanaman buah tropis yang dapat tumbuh baik pada dataran tinggi dengan kisaran ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Keanekaragaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tomat ( Lycopersicon esculentum L.) Geminivirus Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Tomat ( Lycopersicon esculentum L.) Geminivirus Morfologi 4 TINJAUAN PUSTAKA Tomat (Lycopersicon esculentum L.) Lycopersicon esculentum L. atau yang sinonim dengan Solanum lycopersicum L. merupakan tanaman hortikultura dari famili Solanaceae. Tomat merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman pangan pengasil protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman pangan pengasil protein II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Sejarah Singkat Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman pangan pengasil protein nabati. Tanaman ini berasal dari daratan Cina

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi yang menjadi kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Reaksi Antiserum terhadap TICV pada Jaringan Tanaman Tomat

HASIL DAN PEMBAHASAN Reaksi Antiserum terhadap TICV pada Jaringan Tanaman Tomat 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Reaksi Antiserum terhadap TICV pada Jaringan Tanaman Tomat Reaksi antiserum TICV terhadap partikel virus yang terdapat di dalam jaringan tanaman tomat telah berhasil diamati melalui

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 6. TEKNIK DASAR KLONING Percobaan pertama penggabungan fragmen DNA secara in vitro dilakukan sekitar 30 tahun yang lalu oleh Jackson et al. (1972). Melakukan penyisipan

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai 9 II.TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai berikut : Regnum Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus : Plantae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN BEGOMOVIRUS PADA TOMAT DAN SERANGGA VEKTORNYA,

KEANEKARAGAMAN BEGOMOVIRUS PADA TOMAT DAN SERANGGA VEKTORNYA, KEANEKARAGAMAN BEGOMOVIRUS PADA TOMAT DAN SERANGGA VEKTORNYA, Bemisia tabaci GENNADIUS (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE), SERTA PENGUJIAN KETAHANAN GENOTIPE TOMAT TERHADAP STRAIN BEGOMOVIRUS NOOR AIDAWATI SEKOLAH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein terpenting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%, persentase tertinggi dari seluruh

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1

PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1 PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1 Perlakuan irradiasi sinar gamma menyebabkan tanaman mengalami gangguan pertumbuhan dan menunjukkan gejala tanaman tidak normal. Gejala ketidaknormalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRAIN GEMINIVIRUS DAN SERANGGA VEKTOR B. TABACI DALAM MENIMBULKAN PENYAKIT KUNING KERITING CABAI

HUBUNGAN STRAIN GEMINIVIRUS DAN SERANGGA VEKTOR B. TABACI DALAM MENIMBULKAN PENYAKIT KUNING KERITING CABAI Manggaro, April 2010 Vol.11 No.1:1-7 HUBUNGAN STRAIN GEMINIVIRUS DAN SERANGGA VEKTOR B. TABACI DALAM MENIMBULKAN PENYAKIT KUNING KERITING CABAI Jumsu Trisno 1), Sri Hendrastuti Hidayat 2), Ishak Manti

Lebih terperinci

Efektivitas Pemberian Getah Pepaya (Carica papaya) pada Tanaman Cabai Merah terhadap Penurunan Serangan Begomovirus

Efektivitas Pemberian Getah Pepaya (Carica papaya) pada Tanaman Cabai Merah terhadap Penurunan Serangan Begomovirus ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Efektivitas Pemberian Getah Pepaya (Carica papaya) pada Tanaman Cabai Merah terhadap Penurunan Serangan Begomovirus Effectiveness of Papaya

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Chili veinal mottle virus, isolat lemah, isolat kuat. Abstract

Abstrak. Kata kunci : Chili veinal mottle virus, isolat lemah, isolat kuat. Abstract 31 5 INTERAKSI ANTARA Chili veinal mottle virus ISOLAT LEMAH DENGAN ISOLAT KUAT (Interaction between Weak Isolates and Severe Isolate of Chili veinal mottle virus) Abstrak Salah satu virus yang banyak

Lebih terperinci

Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai di Kabupaten Tanggamus Dan Lampung Barat

Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai di Kabupaten Tanggamus Dan Lampung Barat Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (1): 1-7 ISSN 1410-5020 Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai di Kabupaten Tanggamus Dan Lampung Barat The Spread of Yellow Disease of Chili Plant in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ageratum conyzoides L. yang dikenal dengan nama daerah babadotan di Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat perhatian oleh para peneliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian yang penting dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah cabai memiliki aroma, rasa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. CEKAMAN LINGKUNGAN BIOTIK 1. PENYAKIT TANAMAN 2. HAMA TANAMAN 3. ALELOPATI PEMULIAAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hama tanaman merupakan salah satu kendala yang dapat menurunkan produktivitas tanaman. Salah satu hama penting pada tanaman padi adalah wereng batang cokelat (Nilapavarta

Lebih terperinci

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA Nurul Hidayah dan Supriyono *) PENDAHULUAN Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam budi daya tanaman, termasuk tembakau virginia. Berbagai penyakit

Lebih terperinci

H099 MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI

H099 MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI H099 MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI Nur Aeni Ariyanti, M.P. 1) 1) Staff Pengajar di Jurusan Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter PEMBAHASAN UMUM Pengembangan konsep pemuliaan pepaya tahan antraknosa adalah suatu kegiatam dalam upaya mendapatkan genotipe tahan. Salah satu metode pengendalian yang aman, murah dan ramah lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Singkat Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Mansur Loka Penelitian Penyakit Tungro Jl. Bulo no. 101 Lanrang, Sidrap, Sulsel E-mail : mansurtungro09@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

KLONING. dari kata clone yang diturunkan dari bahasa Yunani klon, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman.

KLONING. dari kata clone yang diturunkan dari bahasa Yunani klon, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. KLONING dari kata clone yang diturunkan dari bahasa Yunani klon, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. DI BID PERTANIAN KLON = sekelompok individu yang genetis uniform berasal dari

Lebih terperinci

Dinamika Populasi Hama Penghisap Daun dan Kejadian Gejala Serangan Geminivirus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Sembalun

Dinamika Populasi Hama Penghisap Daun dan Kejadian Gejala Serangan Geminivirus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Sembalun Dinamika Populasi Hama Penghisap Daun dan Kejadian Gejala Serangan Geminivirus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Sembalun The Population Dinamics of Peast-Sucking Insects And The Incidence of Geminivirus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fabavirus pada Tanaman Nilam Deteksi Fabavirus Melalui Uji Serologi Tanaman nilam dari sampel yang telah dikoleksi dari daerah Cicurug dan Gunung Bunder telah berhasil diuji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku

PEMBAHASAN UMUM Penetapan Status Kecukupan Hara N, P dan K pada Bibit Duku PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membangun model pemupukan tanaman duku berdasarkan analisis daun dan mempelajari kategori tingkat kecukupan hara pada bibit duku. Cara membangun

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM

VII. PEMBAHASAN UMUM VII. PEMBAHASAN UMUM Tanaman cabai (Capsicum annuum) merupakan salah satu komoditas andalan hortikultura di Indonesia. Tanaman tersebut ditanam di seluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang tergolong tanaman semusim, tanaman ini biasanya berupa semak atau perdu dan termasuk kedalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan 120 PEMBAHASAN UMUM Asiatikosida merupakan salah satu kandungan kimia pada pegagan yang memiliki aktivitas biologis. Pegagan dikenal aman dan efektif untuk mengobati berbagai macam penyakit, tumbuhan ini

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi atau beras merupakan komoditas strategis dan sumber pangan utama untuk rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 sampai sekarang selalu berupaya

Lebih terperinci

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh PEMBAHASAN UMUM Kebutuhan pangan berupa beras di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi di masa datang kemampuan pertanian di Indonesia untuk menyediakan beras

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemotongan Parsial dan Penyisipan Nukleotida pada Ujung Fragmen DNA Konstruksi pustaka genom membutuhkan potongan DNA yang besar. Untuk mendapatkan fragmen-fragmen dengan ukuran relatif

Lebih terperinci

CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT

CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT MENGKONSUMSI KANDUNGAN SEL INANG SECARA TERUS MENERUS MEMBUNUH SEL ATAU MERUSAK AKTIVITAS METABOLISME KARENA ENZIM, TOKSIN ATAU ZAT TUMBUH MENGGANGGU TRANSPORTASI AIR

Lebih terperinci

BAB IX PEMBAHASAN UMUM

BAB IX PEMBAHASAN UMUM 120 BAB IX PEMBAHASAN UMUM Salah satu penyebab rendahnya produktivitas serat abaka antara lain karena adanya penyakit layu Fusarium atau Panama disease yang ditimbulkan oleh cendawan Fusarium oxysporum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung adalah salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN V (HIBRIDISASI) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 HIBRIDISASI DOT BLOT TUJUAN blot) Praktikum ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan alternatif yang sangat penting. Kacang kedelai menjadi pilihan karena memiliki kandungan gizi yang tinggi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Gen sitokrom b digunakan sebagai pembawa kode genetik seperti halnya gen yang terdapat dalam nukleus. Primer tikus yang dikembangkan dari gen sitokrom b, terbukti dapat mengamplifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

PENGANTAR VIROLOGI TUMBUHAN (PNH 3284, SKS 1/1) A. SILABUS

PENGANTAR VIROLOGI TUMBUHAN (PNH 3284, SKS 1/1) A. SILABUS PENGANTAR VIROLOGI TUMBUHAN (PNH 3284, SKS 1/1) Pembahasan tentang sifat-sifat fisik dan biokimia sebagai patogen tumbuhan. Berbagai metode deteksi dan diagnosis. Cara penularan dan penyebaran. Multiplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentimun (Cucumis sativus) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk kecantikan, menjaga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) menunjukkan bahwa pengaruh utama mikoriza maupun interaksi antara mikoriza dan jenis

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci