BAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR : 3051/ PDT.G/ 2011/ PA. SBY TENTANG H{AD{A>NAH DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada rumusan masalah yang ditetapkan dan atas. pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 0138/Pdt.G/2013/PA.Mlg TENTANG PENOLAKAN HAK ASUH ANAK OLEH SUAMI YANG DICERAI GUGAT

EKSEKUSI PUTUSAN KEWAJIBAN AYAH ATAS NAFKAF ANAK PASCA PERCERAIAN (Studi Kasus Pada Mahkamah Syar iyah Idi)

HAK ASUH ANAK DALAM PERCERAIAN

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

LEGEM PUTUSAN NOMOR:71/ Pdt.G/ 2013/ PA.Sda

BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 82 A. Kesimpulan 82 B. Saran. 86 DAFTAR PUSTAKA 88

PUTUSAN. Nomor : 0094/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

P U T U S A N SALINAN. Nomor: 1748/Pdt.G/2013/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN. kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian ini bahwa: tentang metode penemuan hukum yang dilakukan dalam memutuskan perkara

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB IV. A. Persamaan antara Ketentuan Batas Usia Anak Dalam Hak H{ad}a>nah Pasca

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. KOTA PEKALONGAN NO. 0123/Pdt.G/2013/PA.Pkl TENTANG HAK ASUH ANAK

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB IV ANALISIS DATA

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

P U T U S A N. Nomor 0431/Pdt.G/2015/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR

IMPLIKASI PERKAWINAN YANG TIDAK DI DAFTARKAN DI KANTOR URUSAN AGAMA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN

1 Pasal 105 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam 2 Salinan Putusan nomor 0791/ Pdt.G/2014/PA.Kab.Mlg, h. 4.

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN SANKSI PIDANA TERHADAP ORANG TUA YANG TIDAK MELAKSANAKAN PENETAPAN UANG NAFKAH ANAK OLEH PENGADILAN PASCA PERCERAIAN

BAB VI ANALISIS DATA. PELAKSANAAN EKSEKUSI HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PERDATA NO 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia terus berupaya meningkatkan dan melaksanakan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

DAFTAR ISI. ABSTRAK i

PUTUSAN. Nomor : 0571/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

perkawinan tentang batas waktu pemberian nafkah anak pasca perceraian tersebut adalah berkaitan dengan kewajiban seorang ayah dalam hal biaya

BAB V PENUTUP. yang dapat kita ambil dari pembahasan skripsi ini. Yaitu sebagai berikut:

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MALANG DALAM MENETAPKAN GUGATAN REKONVENSI MENGENAI HARTA GONO GINI DAN HADHANAH

A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Penolakan Pembagian Gaji PNS Pasca Perceraian. melaksanakan pembagian gaji PNS yang di dapat oleh suami PNS di

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

P U T U S A N Nomor 0014/Pdt.G/2016/PTA.Pdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P E N E T A P A N Nomor: 0066/Pdt.P/2013/PA.Pas

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2011/PTA Btn.

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

P E N E T A P A N Nomor 0095/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

PUTUSAN Nomor : 0310/Pdt.G/2012/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2010/PA Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP HAK ASUH ANAK DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PUTUSAN. Nomor : 0023/Pdt.G/2013/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. hasil penelitian yang dialami Kurator hanya bertujuan untuk menghambat

TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. tua dapat setelah adanya pernikahan.keinginan mempunyai anak bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Mojopilang Kabupaten Mojokerto)

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

P U T U S A N Nomor : 04/Pdt.G/2010/PTA.Pdg

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

ANALISIS TERHADAP ISTBAT NIKAH OLEH ISTRI YANG DI POLIGAMI SECARA SIRRI (Studi Putusan Mahkamah Syar iah Nomor: 206/Pdt.G/2013/MS.

PUTUSAN Nomor : 027/Pdt.G/2013/PA.Dum. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PENUTUP. pengadilan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa. tentang Perkawinan. Dari keempat putusan tersebut, Undang-Undang

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kuat atau mitsaqhan ghalidhon untuk mentaati perintah Allah dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SUMENEP TENTANG PENENTUAN TEMPAT TINGGAL BERSAMA OLEH ORANG TUA SEBAGAI

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat maupun hukum Islam. Dalam hukum adat, harta bersama. masing-masing pihak baik suami maupun istri adalah merupakan harta

Transkripsi:

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Beberapa faktor penyebab sengketa pengasuhan anak dalam perkara Nomor 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut: - Penggugat dan Tergugat sama-sama merasa berhak mengasuh anak dan sama-sama merasa hak mereka dirugikan oleh pihak lain. Penggugat memiliki pendirian bahwa dia adalah yang berhak menjadi pengasuh anak karena anak masih di bawah umur sesuai ketentuan Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Penggugat merasa haknya dirampas oleh Tergugat yang mengambil anak secara diam-diam atau secara paksa. Tergugat merasa berhak untuk mengasuh anak sesuai ketentuan Pasal 45 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Tergugat merasa dirugikan oleh Penggugat yang menghalanginya untuk mendapatkan haknya tersebut bahkan Tergugat tidak bisa bertemu dengan anak tersebut selama sebulan. - Penggugat dan Tergugat sama-sama meragukan pihak lain untuk menjadi pengasuh. Penggugat meragukan kemampuan Tergugat dalam melaksanakan pengasuhan anak dan dikhawatirkan anak akan terlantar dan kurang kasih sayang dan Tergugat juga dianggap tidak bertanggung jawab karena Tergugat tidak pernah memberikan nafkah anak selama anak dalam pengasuhan Penggugat pasca perceraian. Tergugat meragukan kemampuan Penggugat untuk melaksanakan pengasuhan anak, karena pernah meninggalkan anak Penggugat dan Tergugat ketika berumur 7 Bulan

2 dalam keadaan menyusu sehingga terpaksa berhenti mengkonsumsi air susu ibu (ASI) dan harus diberikan susu bantu. Penggugat tidak memiliki waktu untuk mengasuh anak karena bekerja dari jam 08.00 Wib sampai jam 17.00 Wib. Kalaupun Anak tersebut dititipkan kepada ibu Penggugat anak tersebut tetap tidak akan dapat diasuh dengan baik karena ibu Penggugat adalah pedagang ikan kering yang tempatnya berpindah-pindah sehingga anak tidak akan mendapatkan kasih sayang; 2. Fakta-fakta hukum yang terbukti dalam Putusan Nomor 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut: - Bahwa Penggugat dengan Tergugat awalnya suami istri, dan telah bercerai di Pengadilan Agama Bukittinggi, dan telah dikaruniai seorang anak bernama ANAK PENGGUGAT DAN TERGUGAT; - Bahwa ANAK PENGGUGAT DAN TERGUGAT, adalah anak kandung dari Penggugat dengan Tergugat; - Bahwa ANAK PENGGUGAT DAN TERGUGAT masih kecil dan belum mumayyiz dan baru berumur 22 bulan (1 tahun 10 bulan); - Bahwa ANAK PENGGUGAT DAN TERGUGAT telah dijemput paksa oleh Tergugat dan sekarang berada dalam asuhan Tergugat; - Bahwa Surat Perjanjian yang dibuat oleh Penggugat dengan Tergugat pada prinsipnya Tergugat akan menyerahkan ANAK PENGGUGAT DAN TERGUGAT dalam asuhan Penggugat setelah Penggugat mengurus perceraian di Pengadilan Agama Bukittinggi; - Bahwa Penggugat bukanlah seorang ibu yang lalai dan tidak cakap untuk mengurus ANAK PENGGUGAT DAN TERGUGAT;

3 - Bahwa Penggugat telah berupaya menjemput ANAK PENGGUGAT DAN TERGUGAT secara baik akan tetapi tidak berhasil; - Bahwa Penggugat pernah ditemukan sedang berduaan dengan seorang lakilaki dalam sebuah mobil pada waktu lewat tengah malam (dini hari) tanggal 17 Januari 2015. Jadi ibu kandung tersebut dikualifisir kurang memiliki nilai moral dan etika, apalagi dilakukan di wilayah minangkabau yang mempunyai falsafah adat basandi syarak syarak basandi kitabullah - Penggugat telah menikah dengan seorang laki-laki pada tanggal 7 Mei 2015 Pukul 20.00 Wib. - Bahwa kondisi anak Penggugat dan Tergugat selama dalam pengasuhan Tergugat tidak terabaikan atau dalam kondisi baik. 3. Dalam memutus perkara pengasuhan anak mesti dirujuk beberapa prinsip hukumnya, yaitu: - Pengasuhan anak harus berdasarkan kepentingan anak (pasal 41 UU Nomor 1 Tahun 1974 dan dikuatkan oleh beberapa pasal dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak); - Yang berkewajiban (termasuk yang berhak) mengasuh anak adalah ibu atau ayah (Pasal 41 UU Nomor 1 Tahun 1974); - Anak yang belum mumayyiz (berumur 12 tahun) dipelihara oleh ibu dan anak yang telah mumayyiz dapat memilih ibu atau ayah untuk mengasuhnya (Pasal 105 KHI);

4 - Kekuasaan (dapat diartikan kekuasaan dalam mengasuh) ibu atau ayah dapat dicabut apabila sangat melalaikan anak atau sangat buruk kelakuannya (Pasal 49 UU Nomor 1 Tahun 1974). 4. Pengasuhan anak harus mengedepankan kepentingan anak berdasarkan maqashid syari ah yang meliputi agama, jiwa, harta, akal dan keturunannya. Demikian juga harus memperhatikan penerapan konsep keadilan. Dalam rangka mewujudkan kepentingan anak, hakim melakukan penemuan hukum atau berijtihad atas dasar maslahat bagi anak sesuai dengan maqashid syari ah melalui penerapan asas contra legem dengan penafsiran atau dengan menciptakan hukum sendiri. 5. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Padang yang menetapkan hak asuh anak diberikan kepada ayah adalah putusan yang tepat. Hal ini ditinjau dari beberapa aspek, yaitu: - Pada waktu perkara sengketa pengasuhan anak diputus, anak berada dalam pengasuhan ayah dan dalam keadaan tidak terabaikan atau dalam keadaan terurus dan kemungkinan besar kondisi tersebut akan tetap berlanjut. - Kalau seandainya hak asuh diberikan kepada ibu, tidak dapat dipastikan apakah anak tersebut akan terpelihara dengan baik. - Kalau seandainya hak asuh diberikan kepada ibu, tidak dapat dipastikan apakah putusan yang memberikan hak asuh kepada ibu dapat dilaksanakan secara natura oleh ayah atau tidak. Kalau seandainya putusan tidak dilaksanakan secara natura maka harus dilakukan upaya paksa (eksekusi) dan upaya paksa sangat tidak baik untuk kepentingan anak.

5 B. Saran-saran 1. Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam hukum Islam umumnya dan hukum pengasuhan anak khususnya, terutama bagi hakim Peradilan Agama; 2. Diharapkan kepada para hakim Pengadilan Agama berani melakukan penemuan hukum dalam mengadili semua perkara pada umumnya dan perkara pengasuhan anak pada khususnya. 3. Diharapkan kepada tokoh agama, organisasi Islam dan Sarjana Hukum Islam untuk mensosialisasikan hukum Islam tentang pengasuhan anak secara objektif dengan sebaiknya supaya masyarakat benar-benar tahu apa sebenarnya yang diajarkan oleh hukum Islam dan bagaimana peraturan perundangan di Indonesia mengaturnya.