IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

PEMERIKSAAN KESESUAIAN KRITERIA FUNGSI JALAN DAN KONDISI GEOMETRIK SIMPANG AKIBAT PERUBAHAN DIMENSI KENDARAAN RENCANA

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN NILAI KERATAAN PERMUKAAN, NILAI LENDUTAN, DAN NILAI MODULUS ELASTISITAS PERKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

KETIMPANGAN PRODUKSI ANGKUTAN BARANG DAN PENUMPANG TIAP MODA TRANSPORTASI JALUR UTAMA PANTURA JAWA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELEBARAN DAN PERBAIKAN JARINGAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP PENGURANGAN KEMACETAN DI JALAN TEUKU UMAR KOTA BANDAR LAMPUNG

Jurnal Teknik Sipil ISSN

16/03/2017 by Nana Sudiana Raksadinata 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jalan Raya Yogya Solo Daerah Istimewa Yogyakarta

PENGARUH MANUVER PARKIR BADAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS ABSTRAK

MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR

Bab III Metodologi Penelitian

Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam

EVALUASI KEBUTUHAN LAHAN JALAN NASIONAL BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PULAU LOMBOK

PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai batas antar negara, provinsi ataupun kabupaten. memperhatikan kenyamanan.(sukirman,1999)

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

KAJIAN ANGGARAN PRESERVASI JALAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana

KELAYAKAN PENERAPAN LAJUR SEPEDA MOTOR DI JALAN SUNSET ROAD BALI FEASIBILITY OF MOTORCYCLE LANE APPLICATION IN SUNSET ROAD BALI

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINCIAL ROAD MANAGEMENT SYSTEM (PRMS)

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER PASAR KEMBANG DARI SEGI EKONOMI. Disusun oleh: Wahyu Kartika Sari ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kajian Kinerja Bagian Jalinan (Studi Kasus : Jl. Niaga 1 Jl. Yos Sudarso, Kota Tarakan)

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 511

ANALISA PENGARUH PUTARAN BALIK (U-TURN) TERHADAP KINERJA RUAS JALAN( STUDI KASUS )

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENENTUAN JENIS PEMELIHARAAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS: KECAMATAN JABUNG, KABUPATEN MALANG) Dian Agung 1 Saputro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghindari pemborosan dana, semestinya suatu proyek terutama

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013

EVALUASI PENGGUNAAN SNI SEBAGAI STANDAR RUJUKAN DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

D4 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN JALAN

ANALISIS KINERJA LALU LINTAS JAM SIBUK PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS DAMPAK BEBAN OVERLOADING KENDARAAN BERAT ANGKUTAN BARANG TERHADAP UMUR RENCANA DAN BIAYA KERUGIAN PENANGANAN JALAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS PEMBANGUNAN SURABAYA GRAMEDIA EXPO

MANAJEMEN LALU LINTAS SATU ARAH KAWASAN TIMUR SEMARANG. Agus Darmawan, Angga Ajie Permana, Supriyono *), Eko Yulipriyono

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

ARUS JENUH DAN PANJANG ANTRIAN PADA SIMPANG BERSINYAL ANGKATAN 66 KOTA PALEMBANG

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN JALAN TERKAIT KESELAMATAN JALAN

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl.

EVALUASI KORIDOR JALAN SULAWESI JALAN KERTAJAYA INDAH SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

PENGARUH KENDARAAN BERHENTI TERHADAP KARAKTERISTIK LALULINTAS RUAS JALAN PERKOTAAN TESIS MAGISTER. Oleh TASLIM BAHAR NIM :

MENGGAPAI PELAYANAN PRIMA

PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT)

BIAYA PENANGANAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN KONDISI KERUSAKAN JALAN DAN MODULUS EFEKTIF PERKERASAN PADA RUAS JALAN NASIONAL DI DEMAK

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

ANALISA INVESTASI PEMBANGUNAN JALAN PALANGKA RAYA BUNTOK KABUPATEN BARITO SELATAN PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Volume, Kecepatan, dan Kepadatan Lalu Lintas dengan Metode Greenshields dan Greenberg

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER

Transkripsi:

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN JALAN NASIONAL2015-2019 DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Rizky Ardhiarini 1, Agus Taufik Mulyono 2 1 Program Magister Sistem Teknik Transportas, Universitas Gadjah Mada, Daerah Istimewa Yogyakarta Email : rizkya_86@yahoo.com 2 Program Magister Sistem Teknik Transportas, Universitas Gajah Mada, Daerah Istimewa Yogyakarta Email : atm8002@yahoo.com ABSTRACT Multi-criteria analysis combines road condition assessment score (IRI, SDI, road width, V/C ratio, traffic volume, vehicle speed, travel time) with importance level of the development of the area. The analysis resulted the need of maintenance of national road in South Sumatera (2015-2019) more optimally, efficiently and effectively. The result are as follows : (1) in 2015, 95,86% of the roads require routine maintenance and 4,14% require capacity improvement by widening the road to 7,0 meter; (2) among 2016 to 2019, 100,0% of the roads require routine maintenance without widening. The implementation of the maintenance does notaffect much to reduce travel time, although 100,0% of road has a width of more than 7,0 meter and about 90,37% of road has IRI less than 4,0 m/km. The condition is caused by there are no maintenance requirements concerning the improvement of the substandard geometric. Key words: road, needs, maintenance, requirement PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor38 Tahun 2004 tentang Jalan menyebutkan jalan nasional memiliki peranan penting terhadap peningkatan perekonomian wilayah, sehingga pelayanannya harus selamat, aman, nyaman, dan pembiayaannya harus efektif dan efisien. Pemrograman penanganan jaringan jalan yang dilakukan Ditjen Bina Marga selama ini terbatas pada tindakan reaktif setiap tahun, sehingga terkesan penanganannya terlambat karena program pendanaan untuk tahun ke-n didasarkan pada kondisi eksisting tahun yang sama. Renstra Ditjen Bina Marga 2015-2019 menyebutkan salah satu tantangan terbesar dalam mewujudkan konektivitas jaringan jalan adalah tercapainya waktu tempuh perjalanan jalan nasional 1,0-2,0 jam per 100 km tahun 2019. Artinya fungsi jalan nasional harus dikembalikan sebagai jalan arteri primer yang memiliki kecepatan perjalanan minimal 60 km/jam dengan meminimalkan gangguan rumaja dan rumija. Saat ini berdasarkan hasil studi IndII (2012) menunjukkan bahwa waktu perjalanan jalan nasional 2,7 jam/100 km jauh tertinggal dibandingkan Vietnam (2,0 jam/100 km) dan Malaysia (1,5 jam/100 km). Selain IndII, hasil kajian Mulyono (2014) menyebutkan bahwa travel time jalan nasional berkisar 3,3 jam/100 km terutama di Kawasan Timur Indonesia yang disebabkan geometrik jalan yang substandar. Beberapa program strategis untuk mencapai travel time jalan nasional eksisting agar mencapai 2,0 jam/100 km diperlukan kegiatan proyek: (1) peningkatan kapasitas melalui pelebaran jalan minimal 7,0 meter; (2) peningkatan struktural melalui penambahan tebal perkerasan dan perbaikan kerusakan; (3) pemeliharaan rutin dan berkala. Berdasarkan sasaran program strategis tersebut maka Ditjen Bina Marga perlu menyusun program jangka menengah 2015-32 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015

2019 yang lebih komprehensif dengan mengkombinasikan kondisi struktural dengan prioritas pengembangan jalan terhadap pertumbuhan wilayah. Artinya perlu dilakukan identifikasi kebutuhan penanganan jalan nasional berdasarkan arahan Renstra Ditjen Bina Marga 2015-2019 sehingga diharapkan mampu menjadi baseline penanganan tiap tahun dan 5 (lima) tahun ke depan. Ditjen Bina Marga harus mengubah paradigma lama yang lebih bersifat reaktif menjadi prefentif dengan membuat program antisipasi yang lebih rasional khususnya pada lintas-lintas penting jalan nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan masukan usulan program kebutuhan penanganan jalan yang mengkombinasikan kondisi teknis struktural jalan dengan tingkat kepentingan pengembangan wilayah yang dilalui jaringan jalan nasional sehingga tercapai program penanganan jalan yang optimal, efektif, dan efisien. METODOLOGI Penelitian dilakukan pada jaringan jalan nasional yang berada di Provinsi Sumatera Selatan dalam wilayah kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN)-III, Ditjen Bina Marga. Langkah awal penyusunan program kebutuhan penanganan jalan nasional dilakukan dengan inventarisasi variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja pelayanan jalan nasional. Variabel-variabel tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu kategori kondisi teknis dan tingkat kepentingan wilayah. Beberapa variabel penting dalam kategori kondisi teknis antara lain: IRI, SDI, LHR, kapasitas, V/C ratio, kecepatan tempuh, dan waktu tempuh. Tiap variabel tersebut dapat dinilai berdasarkan skor kondisi dari angka 1 (satu) hingga angka 6 (enam) yang masingmasing menunjukkan angka-1 (very poor), angka-2 (poor), angka-3 (fair), angka-4 (good), angka-5 (very good), dan angka-6 (excelent). Beberapa variabel penting dalam kategori tingkat kepentingan pengembangan wilayah antara lain dukungan KSN/PKN, Sislognas, kawasan andalan dan budidaya, koridor ekonomi, integrasi jalan daerah, KSPN, serta kawasan lindung dan taman nasional. Tiap variabel tersebut dapat dinilai berdasarkan skor rangking dari angka 1 (satu) hingga 4 (empat) yang masingmasing menunjukkan angka-1 (sangat penting), angka-2 (penting), angka-3 (kurang penting), dan angka-4 (tidak penting). Langkah selanjutnya dilakukan analisis multi kriteria (multi-criteria analysis atau MCA) antara skor kondisi dan rangking pengembangan wilayah yang dilalui jalan nasional sebagai input dalam pemodelan transportasi dan estimasi kemantapan jalan serta estimasi usulan program penanganan jalan. Usulan program penanganan jalan nasional disesuiakan dengan program strategis Renstra Ditjen Bina Marga 2015-2019 sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1. Alur penelitian tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1, yang selanjutnya dilaksanakan dalam tahapan penelitian sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2 PEMBAHASAN HASIL ANALISIS Hasil analisis nilai kondisi teknis jalan tahun 2015sebesar 4,11(kategori good) dari skala maksimal 6,00. Nilai kondisi teknis mengalami peningkatan pada tahun 2016, 2017, dan 2018 masing-masing 4,25; 4,27; dan 4,28 dan mengalami penurunan tahun 2019 menjadi 4,26. Nilai kondisi teknis mengindikasikan jalan nasional di Provinsi Sumatera Selatan dalam kategori baik. Total panjang panjang lintas penting jalan nasional dengan nilai kondisi teknis yang lebih kecil dari nilai kondisi rerata total jalan ditunjukkan pada pada Tabel 2.Panjang lintas timur dan lintas tengah jalan nasional hampir 20,0% memiliki nilai kondisi teknis yang lebih kecil dari nilai kondisi teknis rerata total. Artinya 20,0% panjang lintas Ardhiarini, Mulyono - Identifikasi Kebutuhan Penanganan Jalan Nasional2015-2019 Di Provinsi... 33

timur dan lintas tengah dalam kondisi buruk. Kondisi Teknis Ruas Jalan Nasional Eksisting [1] = kondisi 1, very poor [2] = kondisi 2, poor [3] = kondisi 3, fair [4] = kondisi 4, good [5] = kondisi 5, very good [6] = kondisi 6, excelent Proporsi Kemantapan Jalan IRI SDI LHR (V) Kapasitas (C) V/C Ratio Kecepatan Tempuh (LV) Waktu Tempuh (TT) Analisis Multi Kriteria Pemodelan Transportasi Estimasi Kinerja Jaringan Jalan : Lebar, LHR, C, V/C Ratio, LV, TT Estimasi Kemantapan Jalan : tingkat kemantapan, IRI, SDI Analisis Program Kebutuhan Penanganan Jalan Nasional (2015-2019) Pemrograman Estimasi Usulan Program Penanganan Jalan Nasional Identifikasi Program Kebutuhan Penanganan Jalan Nasional (2015-2019) Tingkat Kepentingan Pengembangan Wilayah [1] = ranking 1, sangat penting [2] = ranking 2, penting [3] = rankingi 3, kurang penting [4] = ranking 4, tidak penting Dukungan KSN/PKN Dukungan Transportasi Multimoda Dukungan Sislognas Dukungan Kawasan Andalan & Budaya Dukungan Koridor Ekonomi Dukungan Integrasi Jalan Daerah Dukungan Sektor Migas & Pertambangan Dukungan KSPN Dukungan Kawasan Lindung & Taman Nasional Gambar 1 Alur pikir penelitian UU 38/2004 PP 34/2006 UU 17/2007 Capaian Renstra Bina Marga 2010-2014 Renstra Bina Marga 2015-2019 Prediksi program kebutuhan penanganan jalan nasional tiap tahun selama 2015-2019 Identifikasi Permasalahan dan Pengumpulan Data Inventarisasi Kondisi Teknis Ruas Jalan Eksisting : Kondisi Struktural Volume Kendaraan Kapasitas Jalan Derajat Kejenuhan Kecepatan Tempuh Waktu Tempuh Inventarisasi Kepentingan Pengembangan Wilayah : PKN/KSN Transportasi Multimodai, Sislognas Kawasan Andalan & Budaya Koridor Ekonomi Jalan Daerah Sektor Migas & Tambang KSPN Kaw. Lindung &Taman Nasional Analisis dan Identifikasi Kebutuhan Penanganan Jalan Nasional Identifikasi kategori kondisi struktural jalan nasional eksisting Usulan jenis program penanganan jalan nasional Identifikasi rangking prioritas pengembangan wilayah yang dilewati jalan nasional Rekomendasi Hasil Penelitian : Panjang jalan nasional berdasarkan program penanganan (2015-2019) Kondisi dan kinerja jalan nasional berdasarkan program penanganan (2015-2019) Gambar 2 Tahapan proses penelitian 34 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015

Tabel 1 Renstra Ditjen Bina Marga 2015-2019 No. Kode Penanganan Jenis Program Penanganan Sasaran Program Strategis 1. A11 Pemeliharaan rutin minor jalan antar kota 2. A12 Pemeliharaan rutin kondisi jalan antar kota 3. A13 Pemeliharaan rutin preventif jalan antar kota 4. A14 Pemeliharaan berkala jalan antar kota 5. B11 Rehabilitasi mayor jalan antar kota 6. B12 Rekonstruksi jalan antar kota 7. B13 Pelebaran jalan menuju 7m (jalan antar kota) 8. B14 Pelebaran jalan menuju 14m (jalan antar kota) 9. A21 Pemeliharaan rutin minor jalan perkotaan 10. A22 Pemeliharaan rutin kondisi jalan perkotaan 11. A23 Pemeliharaan rutin preventif jalan perkotaan 12. A24 Pemeliharaan berkala jalan perkotaan 13. B21 Rehabilitasi mayor jalan perkotaan 14. B22 Rekonstruksi jaringan jalan perkotaan 15. B23 Pelebaran jalan menuju 7m (jalan perkotaan) 16. B24 Pelebaran jalan menuju 14m (jalan perkotaan) Manajemen aset jalan nasional antar kota melalui program preservasi Modernisasi jalan antar kota Manajemen aset jalan nasional perkotaan melalui program preservasi Modernisasi jalan perkotaan Hasil analisis ranking tingkat kepentingan pengembangan wilayahyang dilalui jalan sebesar 2,2(kategori penting) dari skala maksimal 4,00. Secara umum hasil analisi menunjukkan ranking tingkat kepentingan pengembangan wilayahyang dilalui jalan nasional lebih kecil daripada nilai rerata ranking tingkat kepentingan pengembangan wilayah total jaringan jalan nasional. Artinya secara umum tingkat kepentingan penanganan jaringan jalan nasional di Provinsi Sumatera Selatan termasuk kategori penting ditinjau dari kepentingan pengembangan wilayah Sumatera Selatan. Panjang jalan nasional yang memiliki rangking kepentingan pengembangan wilayah yang lebih kecil daripada rangking rerata total jaringan nasional, adalah 798,57 km (55,29%) yang terdiri atas: (1) lintas timur sebesar 30,48% (440,16 km); (2) lintas tengah sebesar 13,12% (189,44 km); (3) penghubung lintas sebesar 11,70% (168,97 km). Hasil analisis kebutuhan preservasi jalanmenunjukkan program preservasijalan nasional antar kota dan perkotaan di Provinsi Sumatera Selatan 2015-2019 didominasi oleh pemeliharaan rutin minor, pemeliharaan rutin kondisi, dan pemeliharaan rutin preventif. Artinya secara umum kondisi awal tiap tahunnya dalam kategori baik (good) sehingga tidak memerlukan program rehabilitasi minor sebagaimana dapat ditunjukkan pada Gambar 3sampai dengan Gambar 7. Tabel 2 Panjang jalan nasional yang memiliki nilai kondisi teknis lebih kecil dari nilai kondisi teknis rerata total jalan Lintas penting Panjang jalan dengan nilai kondisi teknis < nilai kondisi teknis rerata total panjang jalan nasional 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Km % Km % Km % Km % Km % Km % Lintas timur 265,53 18,39 238,20 16,49 241,13 16,70 366,83 25,40 388,77 26,92 296,00 20,49 Lintas tengah 126,22 8,74 125,93 8,72 133,18 9,22 290,35 20,10 299,97 20,77 290,35 20,10 Non lintas 12,47 0,86 12,47 0,86 14,33 0,99 18,24 1,26 18,24 1,26 18,24 1,26 Penghubung lintas 124,20 8,60 124,20 8,60 170,89 11,83 170,89 11,83 156,62 10,84 155,65 10,78 Total 528,43 36,59 500,80 34,67 559,53 38,74 846,31 58,60 863,60 59,80 760,24 52,64 Ardhiarini, Mulyono - Identifikasi Kebutuhan Penanganan Jalan Nasional2015-2019 Di Provinsi... 35

Analisis multi kriteria yang mengkombinasikan skor penilaian kondisi teknis struktural jalan dengan rangking tingkat kepentingan pengembangan wilayah yang dilalui jalan telah menghasilkan program penanganan jalan yang optimal, efektif, dan efisien. Analisis multi kriteria mengacu arahan program Renstra Ditjen Bina Marga 2015-2019 dapat menghasilkan usulan kebutuhan penanganan jalan 2015-2019 sebagai berikut: 1. Tahun 2015 proporsi panjang jalan nasional yang memerlukan penanganan : (1) pemeliharaan rutin 95,86% meliputi 48,11%rutin minor; 19,51% rutin kondisi, dan 30,22% rutin preventif; (2) pemeliharaan berkala 2,61%; (3) peningkatan struktur 1,53%, meliputi 0,55% rehabilitasi mayor, dan 0,99% rekonstruksi; dan (4) peningkatan kapasitas 12,13%, meliputi 9,87% pelebaran 7,00 meter; dan 2,26% pelebaran 14,00 meter. 2. Tahun 2016 proporsi panjang jalan nasional yang memerlukan penanganan : (1) pemeliharaan rutin 99,996% meliputi 64,17% rutin minor; 30,23% rutin kondisi, dan 5,6% rutin preventif; (2) pemeliharaan berkala 0,004%; dan (3) peningkatan kapasitas 9,84% meliputi 9,41% pelebaran 7,00 meter; dan 0,43% pelebaran 14,00 meter. 3. Tahun 2017 proporsi panjang jalan nasional yang memerlukan penanganan : (1) pemeliharaan rutin 99,996% meliputi 61,59% rutin minor; 28,20% rutin kondisi, dan 10,20% rutin preventif; (2) pemeliharaan berkala 0,004%; dan (3) peningkatan kapasitas 6,96% dengan pelebaran 7,00 meter. 4. Tahun 2018 proporsi panjang jalan nasional yang memerlukan penanganan : (1) pemeliharaan rutin 99,998% meliputi 63,67% rutin minor; 31,06% rutin kondisi, dan 8,93% rutin preventif; dan (2) pemeliharaan berkala 0,002%. 5. Tahun 2019 proporsi panjang jalan nasional yang memerlukan penanganan : (1) pemeliharaan rutin 99,998% meliputi 68,23% rutin minor; 22,50% rutin kondisi, dan 9,29% rutin preventif; dan (2) pemeliharaan berkala 0,002% Hasil analisis modernisasi jalan nasional 2015-2019 berdasarkan kondisi lebar jalan nasional menunjukkan 990,34 km (hampir 90%) memiliki lebar 6,0-7,0 meter; artinya hampir 90,0% jalan nasional di Provinsi Sumatera Selatan menuju kelas jalan sedang. Kondisi lebar tersebut belum mencapai sasaran Renstra Ditjen Bina Marga yang mentargetkan lebar jalan nasional 2019 minimal 7,0 meter. Perubahan kondisi lebar jalan nasional 2015-2019 ditunjukkan Gambar 8. Gambar 3 Program penanganan jalan (2015) Gambar 4 Program penanganan jalan nasionaldi Provinsi Sumatera Selatan (2016) 36 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015

Gambar 5 Program penanganan jalan (2017) Gambar 6.Program penanganan jalan (2018) Gambar 7 Programpenanganan jalan (2019) Hasil analisis volume lalulintas menunjukkan 1.316,42 km (91,13%) jalan memiliki volume lalulintas 12.000 smp/hari pada tahun 2019, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9. Volume lalu lintas tersebut jauh lebih kecil dibandingkan persyaratan untuk jalan sedang ( 22.000 smp/hari) sehingga lebar jalan 7,0 meter sudah cukup memadai. Hasil analisis kondisi kinerja jalan nasional di Provinsi Sumatera selatan tahun 2019 adalah: (1) 614,79 km memiliki V/C ratio sebesar 0,3-0,5, ditunjukkan pada Gambar 10; (2) 1.159,29 km memiliki kecepatan tempuh 50 km/jam, ditunjukkan pada Gambar 11; (3) 624,86 km memiliki waktu tempuh1,8-2,0 jam/100km, ditunjukkan pada Gambar 12; (4) 1.444,26 km memiliki tingkat kemantapan 95%, ditunjukkan pada Gambar 13; (5) 1.311,73 km memiliki nilai IRI<4, ditunjukkan pada Gambar 14; (6) 1.444,26 km memiliki nilai SDI<50, ditunjukkan pada Gambar 15. Hasil pemodelan transportasi yang berupa target capaian panjang jaringan jalan lintas penting jalan nasional di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan sasaran program Renstra Ditjen Bina Marga 2015-2019 ditunjukkan pada Tabel 3. Target panjang jalan yang mengalami pelebaran jalan menjadi 7,0 meter (jalan sedang) terpenuhi 100,0% (2019) dan mengalami peningkatan dari 73,76% (2014).Kondisi ini cukup optimum karena 97,83% panjang jalan telah mencapai V/C ratio < 0,75 (2019) walaupun peningkatannya tidak signifikan dari 96,67% (2014). Target capaian panjang jalan nasional yang memiliki kecepatan tempuh > 60,0 km/jam (fungsi jalan arteri) masih sangat rendah sebesar 18,5% (2019) walaupun mengalami peningkatan signifikan dari 1,88% (2014). Target capaian panjang jalan nasional yang memiliki waktu tempuh < 1,5 jam/100 km masih sangat rendah sebesar 17,32% (2019) walaupun mengalami peningkatan sangat signifikan dari 0,39% (2014). Target capaian panjang jalan nasional yang memiliki nilai IRI < 4,0 m/km mengalami peningkatan dari 56,66% (2014) menjadi 90,37% (2019), demikian pula panjang jalan nasional yang memiliki SDI < 50 dari 86,53% (2014) menjadi 97,65% (2019). Ardhiarini, Mulyono - Identifikasi Kebutuhan Penanganan Jalan Nasional2015-2019 Di Provinsi... 37

Gambar 8 Panjang jalan berdasarkan lebar di Sumatera Selatan (2014-2019) Gambar 12 Panjang jalan berdasarkan waktu tempuh di Sumatera Selatan (2014-2019) Gambar 9 Panjang jalan berdasarkan volume di Sumatera Selatan (2014-2019) Gambar 13 Panjang jalan berdasarkan tingkat kemantapan di Sumatera Selatan (2014-2019) Gambar 10 Panjang jalan berdasarkan nilai V/C ratio di Sumatra Selatan (2014-2019) Gambar 14 Panjang jalan berdasarkan nilai IRI di Sumatera Selatan (2014-2019) Gambar 11 Panjang jalan berdasarkan kecepatan di Sumatera Selatan (2014-2019) Gambar 15 Panjang jalan berdasarkan SDI di Sumatera Selatan (2014-2019) 38 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015

Tabel 3.Target capaian (%) panjang jalan 2015-2019 berdasarkan estimasi kondisi teknis dan kepentingan pengembangan wilayah Lintas penting Lintas timur : 2014 (%) 2015 (%) 2016 (%) 2017 (%) 2018 (%) 2019 (%) DN DS DN DS DN DS DN DS DN DS Lebar jalan > 7,0 meter 29,12 29,12 30,52 29,12 30,52 29,12 30,52 29,12 30,52 29,12 30,52 V/C ratio < 0,75 27,24 27,24 29,50 26,89 29,58 25,70 28,39 25,70 28,39 25,70 28,39 V tempuh >60 km/jam 0,43 0,43 1,37 0,43 1,37 0,39 6,55 0,39 12,99 0,39 12,99 TT < 1,6 jam per 100 Km 0,39 0,39 1,32 0,39 2,62 0,39 6,51 0,39 12,99 0,39 12,99 IRI< 4,0 m/km 17,63 13,67 28,11 10,44 25,76 7,60 26,52 5,35 26,28 4,05 26,36 SDI < 50 23,09 21,70 28,17 21,48 28,17 15,00 28,17 15,00 28,17 15,00 30,52 Lintas tengah : Lebar jalan > 7,0 meter 21,04 21,04 24,70 21,04 29,76 21,04 33,37 21,04 33,37 21,04 33,37 V/C ratio < 0,75 33,37 33,37 33,37 33,37 33,37 33,37 33,37 33,37 33,37 33,37 33,37 V tempuh >60 km/jam 0,63 0,63 0,63 0,63 0,63 0,63 0,63 0,63 0,63 0,63 0,63 TT < 1,6 jam per 100 Km 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 IRI< 4,0 m/km 23,29 21,16 31,87 19,29 30,88 17,54 31,07 15,91 31,03 14,37 31,04 SDI < 50 33,31 29,65 33,37 29,31 33,37 29,31 33,37 29,31 33,37 28,81 33,37 Non lintas : Lebar jalan > 7,0 meter 1,45 1,45 2,20 1,45 2,20 1,45 2,20 1,45 2,20 1,45 2,20 V/C ratio < 0,75 2,15 2,20 2,20 2,20 2,20 2,15 2,20 2,15 2,15 2,15 2,15 V tempuh >60 km/jam 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,82 0,00 0,35 0,00 0,35 TT < 1,6 jam per 100 Km 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,35 0,00 0,35 IRI< 4,0 m/km 1,52 1,40 2,12 1,30 2,06 1,20 2,07 1,10 2,07 1,02 2,07 SDI < 50 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20 Penghubung lintas : Lebar jalan > 7,0 meter 22,15 22,15 26,21 22,15 30,56 22,15 33,91 22,15 33,91 22,15 33,91 V/C ratio < 0,75 33,91 33,91 33,91 33,91 33,91 33,91 33,91 33,91 33,91 33,91 33,91 V tempuh >60 km/jam 0,46 0,55 0,55 0,46 0,55 0,55 1,54 0,55 4,54 0,55 4,54 TT < 1,6 jam per 100 Km 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,99 0,00 3,99 0,00 3,99 IRI< 4,0 m/km 22,76 20,42 31,83 18,48 30,68 16,82 30,98 15,29 30,91 13,91 30,90 SDI < 50 32,99 32,99 33,91 32,06 33,91 29,12 33,91 29,12 33,91 29,12 33,91 Provinsi Sumatera Selatan : Lebar jalan > 7,0 meter 73,76 73,76 83,63 73,76 93,04 73,76 100 73,76 100 73,76 100 V/C ratio < 0,75 96,67 96,67 98,98 96,37 99,06 95,14 97,83 05,14 97,83 95,14 97,83 V tempuh >60 km/jam 1,79 1,88 2,82 1,79 2,82 1,84 9,53 1,56 18,50 1,56 18,50 TT < 1,6 jam per 100 Km 0,39 0,39 1,32 0,39 2,62 0,39 7,49 0,39 17,32 0,39 17,32 IRI< 4,0 m/km 65,20 56,66 93,92 49,51 89,38 43,16 90,64 37,66 90,29 33,35 90,37 SDI < 50 91,59 86,53 97,65 85,05 97,65 75,63 97,65 75,63 97,65 75,13 97,65 *DN = skenario do-nothing*ds = skenario do-something TT = travel time Hasil penelitian tersebut menunjukkan kondisi yang antagonis karena lebar jalan 7,0 meter dengan nilai IRI < 4,0 m/km sudah tercapai hampir 100,0% (2019) tetapi tidak mampu melayani lalu lintas kendaraan dengan kecepatan lebih besar 60,0 km/jam Ardhiarini, Mulyono - Identifikasi Kebutuhan Penanganan Jalan Nasional2015-2019 Di Provinsi... 39

dengan waktu perjalanan jauh di atas 1,5 jam/100 km. Hal tersebut disebabkan tidak ada program modernisasi jalan nasional yang berupa usulan perbaikan geometrik jalan yang substandar. KESIMPULAN Analisis multi kriteria mengkombinasikan skor penilaian kondisi teknis jalan dengan rangking tingkat kepentingan pengembangan wilayah yang dilalui jaringan jalan, menghasilkan usulan program kebutuhan penanganan jalan 2015-2019 sebagai berikut: 1. Proporsi panjang jalan yang memerlukan penanganan 2015 : (1) 95,86% pemeliharaan rutinmeliputi rutin minor (48,11%),rutin kondisi (19,51%), dan rutin preventif (30,22%); (2) 2,61% pemeliharaan berkala; (3) 1,53% peningkatan struktur meliputi rehabilitasi mayor (0,55%) dan rekonstruksi (0,99%); dan (4) 12,13% peningkatan kapasitas meliputi pelebaran menjadi 7,00 meter (9,87%) dan pelebaran menjadi 14,00 meter (2,26%). 2. Proporsi panjang jalan yang memerlukan penanganan 2016 : (1) 99,99%pemeliharaan rutinmeliputi rutin minor (64,17%),rutin kondisi (30,23%), dan rutin preventif (5,6%); dan (2) 9,84%peningkatan kapasitas meliputi pelebaran menjadi 7,00 meter (9,41%) dan pelebaran menjadi 14,00 meter (0,43%). 3. Proporsi panjang jalan yang memerlukan penanganan 2017: (1) 99,99% pemeliharaan rutin meliputi rutin minor (61,59%), rutin kondisi (28,20%), dan rutin preventif (10,20%); dan (2) peningkatan kapasitas dengan pelebaran menjadi 7,00 meter (6,96%). 4. Proporsi panjang jalan yang memerlukan penanganan 2018 adalah 99,99% pemeliharaan rutin meliputi rutin minor (63,67%), rutin kondisi (31,06%), dan rutin preventif (8,93%). 5. Proporsi panjang jalan yang memerlukan penanganan 2019 adalah 99,99% pemeliharaan rutin meliputi rutin minor (68,23%),rutin kondisi (22,50%), dan rutin preventif (9,29%). Usulan kebutuhan penanganan jalan 2015-2019 tersebut berdampak penting terhadap perbaikan kinerja pelayanan sebagai berikut: 1. Target panjang jalan yang mengalami pelebaran menjadi 7,0 meter (jalan sedang) terpenuhi 100,0% (2019) dan mengalami peningkatan dari 73,76% (2014). Kondisi ini cukup optimum karena 97,83% panjang jalan telah mencapai V/C ratio < 0,75 (2019) walaupun peningkatannya tidak signifikan dari 96,67% (2014). 2. Target capaian panjang jalan nasional yang memiliki kecepatan tempuh > 60,0 km/jam (fungsi jalan arteri) masih sangat rendah sebesar 18,5% (2019) walaupun mengalami peningkatan signifikan dari 1,88% (2014). 3. Target capaian panjang jalan nasional yang memiliki waktu tempuh < 1,5 jam/100 km masih sangat rendah sebesar 17,32% (2019) walaupun mengalami peningkatan sangat signifikan dari 0,39% (2014). 4. Target capaian panjang jalan nasional yang memiliki nilai IRI < 4,0 m/km mengalami peningkatan dari 56,66% (2014) menjadi 90,37% (2019), demikian pula panjang jalan nasional yang memiliki SDI < 50 dari 86,53% (2014) menjadi 97,65% (2019). Capaian 100,0% (2019) panjang jalan yang memiliki pelebaran menjadi 7,0 meter dan 90,37% nilai IRI <4,0 m/km ternyata tidak berdampak terhadap peningkatan panjang jalan yang memiliki waktu tempuh (travel time) < 1,5 jam/100km karena tidak ada usulan program penanganan khusus 40 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015

terhadap perbaikan geometrik jalan yang substandar. UCAPAN TERIMA KASIH Rasa terima kasih yang dalam disampaikan kepada Ditjen Bina Marga khususnya BBPJN-III di Palembang dan Studio Mudal 32-Yogyakarta (Putra Abu Sandra dkk) yang telah banyak membantu akses data sekunder yang berkaitan dengan jalan. DAFTAR PUSTAKA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan, (2014), Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga 2015-2019, Direktorat Jenderal Bina Marga,c Jakarta IndII, (2012), Menuju Jaringan Jalan Nasional yang Modern : Penetapan Kerangka Perencanaan untuk Peningkatan Konektivitas dan Keseimbangan Pembangunan, Australian AID, Jakarta. Mulyono, A.T., (2014) Perubahan Paradigma Penyelenggaraan Infrastruktur Jalan dan Jembatan, Paper Ilmiah di Rumah Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla, Jakarta. Republik Indonesia, (2004), Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Sekretariat Negara, Jakarta. Ardhiarini, Mulyono - Identifikasi Kebutuhan Penanganan Jalan Nasional2015-2019 Di Provinsi... 41