1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang, baik sektor pendidikan, ekonomi, budaya, dan pariwisata. Hal tersebut tentunya diiringi dengan berbagai dampak, baik yang positif ataupun negatif. Saat ini Kota Yogyakarta menjadi salah satu tujuan utama wisata yang paling diminati dari seluruh kawasan wisata di Indonesia. Selain itu sektor pendidikan yang terus menerus mengalami kemajuan membuat banyak sekali pelajar dari luar kota menjadikan Yogyakarta sebagai tujuan studinya, sehingga jumlah penduduk asli Kota Yogyakarta hampir sebanding dengan penduduk pendatang. Pertumbuhan penduduk yang dari waktu ke waktu mengalami kenaikan diiringi pula dengan pembangunan fasilitas umum ataupun pribadi yang mulai dilakukan secara besar - besaran. Perkembangan fisik Kawasan Perkotaan Yogyakarta ditandai dengan semakin luasnya wilayah terbangun. Salah satu indikatornya adalah populasi penduduk yang telah mendekati angka 1.000.000 jiwa. Selain itu, mobilitas manusia serta aktivitas ekonomi masuk dan keluar dari pusat Kota Yogyakarta telah bertambah dengan terjadinya perubahan struktur pemanfaatan ruang desa-desa di sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul menjadi wilayah yang berciri kekotaan.
2 Pertumbuhan Kawasan Perkotaan Yogyakarta secara keseluruhan memiliki keterkaitan yang erat dan melebihi batas administrasinya. Oleh karena itu rencana pengembangan wilayah tersebut hendaknya disusun secara komprehensif, dimulai dari tahap identifikasi hingga strategi arahan perkembangan perkotaan Yogyakarta secara berkesinambungan dengan tetap mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung wilayahnya. Strategi pengembangan Wilayah Perkotaan Yogyakarta ini disinergikan dengan rencana tata ruang masing-masing wilayah yang termasuk dalam administrasi Kota Yogyakarta ditambah sebagian Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul guna tercapainya visi dan misi Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan adalah salah satu permasalahan yang kerap dihadapi daerah perkotaan, sehingga setiap perkembangan kota seharusnya diikuti dengan perbaikan sistem drainase. Perbaikan sistem saluran drainase perkotaan meliputi alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati kota atau ke taut di tepi kota. Drainase perkotaan melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota, mengalirkannya melalui muka tanah (surface drainage) atau bawah muka tanah (sub surface drainage). Drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendalian banjir dan lain-lain. Kerja sama antar daerah dalam hal penataan ruang diatur penerapannya dalam undang undang No.22 tahun 1999 yang direvisi dengan undang undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. kerja sama penataan ruang tersebut ditegaskan pula pada undang undang No. 26 tahun 2007 pasal 10 (1d). kewenangan masing-masing daerah dalam hal penataan ruang lebih lanjut diatur
3 dalam Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan Provinsi sebagai daerah Otonom, pada pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa kewenangan provinsi sebagai daerah otonom yang mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten/kota serta kewenangan dalam pemerintahan tertentu lainnya serta pasal 3 ayat (4) menyebutkan bahwa kewenangan kabupaten/kota yang dapat dilaksanakan oleh provinsi dengan kesepakatan antar kabupaten/kota dan Provinsi. Curah hujan di Yogyakarta terus turun sejak 1990-an. Penurunan curah hujan ini merupakan dampak perpindahan awan karena perubahan arah angin serta perubahan iklim. Butuh proses dan waktu yang panjang untuk mengubah air hujan menjadi air tanah. Hasil penelitian di DIY menunjukkan, umur air tanah di kedalaman 100 meter di Kota Yogyakarta adalah sekitar 120-150 tahun. Oleh karena itu kita harus bijaksana dalam pemanfaatan air tanah. Manfaat air tanah bagi kehidupan antara lain: 1. Merupakan bagian yang penting dalam siklus hidrologi, 2. Menyediakan kebutuhan air bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan, 3. Merupakan persediaan air bersih secara alami, 4. Untuk keperluan hidup manusia (minum, memasak dan mencuci), 5. Untuk keperluan industri (industri tekstil dan industri farmasi), 6. Untuk irigasi pada sektor pertanian. Melalui siklus hidrologi dapat kita lihat bahwa jumlah air relatif tidak pernah berkurang melainkan berubah bentuk dan berpindah tempat menyertai setiap perkembangan pemanfaatan air dan perubahan penggunaan lahan. Keberadaan air
4 di kawasan perkotaan sangat tergantung dari ketersediaan dan kebutuhan air untuk mencukupi kebutuhan aktivitas penduduk kota tersebut. Dengan demikian upaya menjaga ketersediaan air dan mengendalikan penggunaan air secara efisien menjadi kunci utama agar kelestarian air dapat menopang keberlanjutan kehidupan perkotaan. Sejalan dengan itu diperlukan upaya yang menyeluruh untuk menjaga ketersediaan air dengan mengintegrasikan setiap kegiatan Krisis air juga terjadi karena pembangunan yang tak sesuai tata ruang. Maraknya alih fungsi lahan di wilayah utara Yogyakarta berpotensi pada berkurangnya penyerapan air dan peningkatan erosi hingga mengakibatkan degradasi lingkungan. Analisis mengenai daya dukung lingkungan perlu dilakukan pemerintah kota sejak sekarang. Untuk menghindari krisis air yang lebih hebat di masa datang. Pemerintah telah melaksanakan usaha konservasi air tanah untuk mengatasi permasalahan di atas yang memang sangat kompleks, di kawasan Perkotaan Yogyakarta selain memperbanyak Ruang Terbuka Hijau, Taman, daerah resapan, dan daerah resapan buatan (artificial recharge system). Program ini dilaksanakan sejak tahun 2004 secara berkelanjutan. Namun hal yang unik dari pelaksanaan program sumur resapan di awasan ini adalah keterlibatan masyarakat secara aktif sehingga peran serta masyarakat dalam usaha konservasi air tanah tampak jelas, bahkan di beberapa lokasi masyarakat membangun sumur resapan secara mandiri/swadaya penuh.
5 1.2. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan pembahasan latar belakang penelitian yang dijelaskan di atas kami merumuskan permasalahan yang dihadapi kawasan perkotaan Yogyakarta yang berhubungan dengan konservasi air tanah sebagai berikut: 1. Perkembangan kota dan sektor lainnya menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi, sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase. Perkembangan kawasan hunian disinyalir sebagai penyebab banjir dan genangan di lingkungan sekitarnya. Hal tersebut disebabkan karena adanya perkembangan urbanisasi, menyebabkan adanya perubahan tata guna lahan. Sedangkan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan. 2. Pesatnya pembangunan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta menyebabkan bertambahnya kebutuhan sumber daya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial dan ekonomi yang menyertainya. Penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta terkadang tidak sesuai dengan aturan analisis mengenai dampak dan lingkungan. Sehingga penggunaan lahan ini justru dapat berakibat merusak keseimbangan alam yang sudah ada. Penyediaan lahan yang terbatas menjadi penyebab terjadinya konversi lahan seperti pemanfaatan lahan lahan yang tidak semestinya diperuntukkan bagi pemukiman penduduk. Kondisi ini yang menyebabkan sering timbulnya beragam permasalahan kota yang berdampak buruk terhadap lingkungan. 3. Tutupan lahan (bangunan, aspal, paving, dan konstruksi lainnya) selain menurunkan kemampuan alam untuk menjernihkan air juga mengakibatkan
6 peningkatan run-off yang berarti juga bisa mengurangi tingkat infiltrasi air ke tanah dan menurunkan kelembaban tanah, sehingga ketika datang hujan air akan mengalir begitu saja ke laut atau wilayah yang lebih rendah tanpa mampu dimanfaatkan atau disimpan, sementara pada musim kemarau Kota Yogyakarta bisa menjadi kekurangan air karena persediaan air tanah dan permukaan jumlahnya kecil. 4. Masalah lainnya adalah masalah krisis air tanah. Kualitas air tanah di Kota Yogyakarta makin turun karena pencemaran dan tidak terkendalinya pengambilan air tanah. Tanpa upaya perlindungan air tanah, kelestarian sumber daya air tanah menjadi terancam. Air tanah yang tercemar tidak bisa lagi untuk dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari. Mungkin beberapa tahun mendatang kita tidak bisa lagi memanfaatkan air tanah dan harus menyuling air agar bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. 5. Suatu program (terutama tentang lingkungan) sering kali berhenti karena berhentinya pendampingan manajemen, biaya, dan teknis dari pemerintah atau badan donor, tidak diikutsertakannya masyarakat secara aktif dalam program padahal masyarakat adalah pihak yang terlibat langsung sebagai pengguna dan pemelihara produk program. Masalah berkurangnya cadangan air tanah atau ancaman kekeringan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta disebabkan oleh berbagai hal, baik langsung maupun tidak. Pada akhirnya pengelolaan atau penanganan konservasi air tanah yang tidak menyeluruh dapat menimbulkan berbagai efek negatif seperti degradasi lingkungan, kekeringan dan banjir. Maka dapat disimpulkan bahwa air tanah
7 memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Terlepas dari kerugiannya, keberadaan air tanah ternyata semakin menipis khususnya pada daerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena aktivitas manusia yang secara tidak langsung dapat merusak kelestarian air tanah, seperti berdirinya gedung - gedung pencakar langit yang menekan permukaan tanah, kemudian semenisasi yang mengurangi daerah resapan sehingga lama kelamaan permukaan tanah di kota tersebut menurun. Untuk mengatasi semua permasalahan yang mungkin terjadi di wilayah Perkotaan Yogyakarta seperti yang dijelaskan di atas, sejak tahun 2003 Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berusaha melakukan konservasi air tanah dengan beberapa cara terutama metode vegetasi dengan taman kota dan ruang terbuka hijau, serta metode teknis dengan embung, waduk, biopori dan sumur resapan. Sumur resapan adalah lubang yang dibuat di dalam tanah dengan menggunakan buis beton atau pasangan batu bata dengan diameter satu meter dengan ke dalam tiga meter (di atas muka air tanah rata rata di Yogyakarta) yang berfungsi menyimpan air hujan yang dialirkan kedalamannya sebagai cadangan air tanah. Terkait permasalahan penelitian di atas maka dapat dimunculkan beberapa pertanyaan penelitian yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut; 1. Bagaimana pelaksanaan program sumur resapan di kawasan perkotaan yang mengikutsertakan peran masyarakat sehingga program tersebut berkelanjutan? 2. Seperti apa pemahaman dan peran masyarakat dalam mendukung program sumur resapan yang berkelanjutan?
8 3. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi peran masyarakat dalam keberlanjutan program sumur resapan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta? 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan partisipasi masyarakat pada program sumur resapan sebagai usaha konservasi air tanah di kawasan perkotaan Yogyakarta serta menjawab pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian, yaitu: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan program sumur resapan di kawasan perkotaan yang mengikutsertakan peran masyarakat sehingga program tersebut berkelanjutan. 2. Mendeskripsikan pemahaman dan peran masyarakat dalam mendukung keberlanjutan program sumur resapan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta 3. Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat dalam keberlanjutan program sumur resapan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta Sasaran penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk memberikan arahan atau masukan kepada pemerintah daerah tentang usaha dan pentingnya konservasi air tanah, khususnya tentang program sumur resapan secara berkelanjutan. Keberhasilan hutanisasi dan penghijauan di wilayah hulu, jelas terlihat tidak memberikan dampak secara cepat terhadap penurunan laju sedimentasi di wilayah hilir, sebagaimana anggapan banyak pihak selama ini. Diperlukan jangka waktu setidaknya sepuluh tahun untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan kegiatan
9 tersebut, terhadap penurunan banjir dan sedimentasi, serta pengendalian kekeringan. Dengan demikian diperlukan gerakan massal menabung air melalui pembangunan sejuta resapan yang memberikan dampak penampungan dan pengendalian secara cepat, misalnya pembangunan dan atau revitalisasi danau - danau besar, danau - danau kecil (embung), dam penahan, dam pengendali, sumur resapan dan sebagainya, selain kegiatan restorasi hutan itu sendiri. 1.4. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh faktor apa saja yang mempengaruhi keberlanjutan program sumur resapan sebagai usaha konservasi air tanah di kawasan perkotaan yang sesuai dengan kondisi daerah, sehingga dapat diterapkan di daerah lain, karena sudah saatnya sustainable development yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan mereka (Mithel, 1997) dilaksanakan sebagai konsep pembangunan, konsep drainase konvensional dengan berusaha secepatnya mengalirkan air genangan ke areal penampungan atau laut ditukar dengan konsep drainase berwawasan lingkungan yaitu mempertahankan air permukaan di dalam tanah sebelum mengalirkannya ke area penampungan atau laut, sehingga air hujan yang sebelumnya dianggap limbah yang harus secepatnya dibuang dapat disimpan dan digunakan saat diperlukan sebagai cadangan air bersih.
10 Usaha penyimpanan air hujan ini sangat diperlukan karena perkembangan tutupan lahan di perkotaan tidak dapat dihindari akibat dampak dari fungsi kota namun kita butuh air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup, dengan sumur resapan ini diharapkan menjadi solusi dengan multy effect, aliran air hujan dapat dikendalikan, kegiatan perkotaan tetap berjalan, kondisi kelembaban tanah tetap terjaga Air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan sumber daya lainnya. Air bersifat terbarukan dan dinamis, artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia paling dasar untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Saat ini masyarakat di wilayah perdesaan masih mengandalkan air minum dari sumber-sumber lingkungan sekitar tempat tinggal. Akan tetapi, tidak selamanya sumber tersebut dapat diandalkan karena untuk wilayah tertentu dengan kondisi tanah yang gersang, pada musim kemarau akan terjadi kekeringan dan sulit untuk mendapatkan air. 1.5. Lingkup dan Batasan Penelitian Agar lingkup penelitian tentang keberlanjutan program sumur resapan berbasis partisipasi masyarakat di Kawasan Perkotaan Yogyakarta ini tidak terlalu luas, maka perlu kiranya ada satu batasan kajiannya, baik mengenai lokus maupun fokus penelitiannya. Lokus penelitian ini dilakukan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, yang mencakup wilayah kota Yogyakarta dan sebagian wilayah
11 kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan di wilayah Kabupaten Bantul serta Kecamatan Depok, Ngemplak, Ngaglik, Mlati dan Gamping di wilayah Kabupaten Sleman. Dengan satuan analis penelitian pada kelompok kerja yang melaksanakan pembuatan sumur resapan. Sedangkan fokus penelitian ini adalah Penelitian ini fokus pada pelaksanaan program sumur resapan yang berbasis masyarakat, peran serta masyarakat dalam program serta faktor - faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat dalam keberlanjutan program sumur resapan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, perlu kami jelaskan bahwa program sumur resapan yang dilakukan dalam usaha konservasi air tanah ini telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dan tetap dilaksanakan tiap tahun oleh tiap pemerintah kota, kabupaten dan provinsi. Keluaran yang ditargetkan oleh pemerintah provinsi dalam program ini adalah terbangunnya sumur resapan, terlaksananya sosialisasi dan penyusunan buku konservasi air tanah, sedangkan hasil atau dampak (out come) dari program yaitu terwujudnya peran serta masyarakat dalam usaha konservasi air tanah 1.6. Keaslian Penelitian Penelitian ini fokus pada pelaksanaan program sumur resapan yang berbasis partisipasi masyarakat, peran serta masyarakat dalam program serta faktor - faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat dalam keberlanjutan program sumur resapan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, penelitian ini dilakukan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta selama tahun 2013. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
12 Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian - penelitian sebelumnya yang memiliki tema mengenai air tanah dan peresapan air hujan lebih banyak membahas tentang alih fungsi daerah resapan, potensi daerah resapan, zonasi daerah resapan dan kerentanan pencemaran air tanah adapun mengenai kebijakan sumur resapan sebagai konservasi air dangkal dilakukan dengan metode kuantitatif dengan lokasi dan fokus penelitian yang berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Sedangkan penelitian mengenai program yang berbasis partisipasi masyarakat tidak ada yang membahas tentang sumur resapan. Berikut di jelaskan beberapa topik penelitian yang dilakukan terkait dengan konservasi air tanah dengan metode, fokus dan lokus yang berbeda. Tabel 1.1 Daftar Penelitian yang Berhubungan dengan Topik Penelitian Peneliti Tahun Lokasi Fokus Metode Perbedaan HUSNI, Mohamad Bagus Setiabudi Wihono 1997 DKI Jakarta Penelitian ini 2004 Sub das metro Kabupaten Malang bertujuan menghitung dan dampak fungsi menganalisa Pergeseran Kawasan resapan air menjadi Pemukiman menggunakan statistik Penelitian dengan data ini bertujuan menentukan Potensi daerah resapan air Hujan dengan cara cara Penelitian empirik, kuantitati f statistik Uji Infiltrasi dan Skoring Beda fokus dan lokus dan metode penelitian Beda fokus dan lokus
13 Zaini 2005 Kabupaten Anwar Sleman Peters 2007 Kota Oktavians Kupang Bako scoring potensi daerah. Evaluasi Kebijakan Metode Beda Sumur Resapan Air deskriptif Lokus dan Hujan Untuk pendekata Metode Konservasi Air Tanah n Penelitian dangkal, penelitian ini Kuantitatif menghitung dampak statistik sumur resapan berdasarkan kebutuhan air bersih Analisa Faktor Analisis Beda lingkungan untuk data fokus dan menentukan dan sekunder lokus zonasi daerah resapan disertai air pada ekosistem survey kawasan khas, lapangan penelitian ini bertujuan menetapkan daerah resapan air Vrita Tri 2010 Lereng Kajian kerentanan Analisis Beda Aryanti Merapi bagian selatan Yogyakarta Pencemaran air tanah bebas, penelitian ini bertujuan menghitung pencemaran air tanah data sekunder disertai survey fokus dan lokus berdasarkan data lapangan sekunder dan pengamatan lapangan (Sumber: Perpustakaan MPKD universitas Gadjah Mada 2013)