BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Adult Basic Life Support

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

REKOMENDASI RJP AHA 2015

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

PROPOSAL

BANTUAN VENTILASI PADA KEGAWATDARURATAN

SEJARAH CPR. Bermula di Baltimore, Amerika pada tahun Teknik mulut ke mulut ditemui oleh Dr. James Elam & Peter Safar

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

RJPO. Definisi. Indikasi

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

MODUL BANTUAN HIDUP DASAR DAN PENANGANAN TERSEDAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Stroke: Pertolongan Pertama

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penyebab Kematian Manusia di Negara dengan Pendapatan Menengah Kebawah (WHO, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

Penanggulangan Gawat Darurat PreHospital & Hospital *

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Henti jantung adalah keadaan saat fungsi jantung secara tiba-tiba dan

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun Pada tahun 2012, 17,5 juta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Emergency First Aid Course

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

Pusat Hiperked dan KK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Melakukan kajian situasi

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR. 1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

KUESIONER PENELITIAN

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

Universita Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR)

NEONATUS BERESIKO TINGGI

PenanggulanganGawatDarurat PreHospital& Hospital *

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.

RESUSITASI JANTUNG PARU. sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANIMASI INTERAKTIF BANTUAN HIDUP DASAR (BASIC LIFE SUPPORT)

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

P3K Posted by faedil Dec :48

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

KONSENSUS GUIDELINE CPR. Inter American Heart Foundation (IAHF) Resuscitation Council of Southern Africa (RCSA) Resuscitation Council of ASIA (RCA) 3

Oleh : DARIEL R SELVARAJAH

PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN HENTI JANTUNG DENGAN MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU YANG TERJADI DI LUAR RUMAH SAKIT.

BAB I PENDAHULUAN.

a. ITD (Independence Threshold Device)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan,

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG

Primary Survey a) General Impressions b) Pengkajian Airway

Sosialisasi Dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar(BHD) Bagi Muballigh Di Kabupaten Kebumen

SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

METODE TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI AMBULANCE

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

EVALUASI PELAYANAN DAN PENENTUAN LOKASI OPTIMUM STASIUN AMBULAN DI KOTA SEMARANG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PANDUAN PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DENGAN BHD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DEMANG SEPULAU RAYA TAHUN 2015 NOMOR 441/ARS.PP/LTD.11/B.

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

(electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara. tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Pengetahuan merupakan respon mental seseorang dalam hubungannya objek tertentu yang disadari sebagai ada atau terjadi. Pengetahuan dapat salah atau keliru, karena bila suatu pengetahuan ternyata salah atau keliru, tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan. Sehingga apa yang dianggap pengetahuan tersebut berubah statusnya menjadi keyakinan saja (Notoatmodjo, 2010). Proses adopsi perilaku, menurut Notoatmodjo S. (1977) dalam Sunaryo (2004) yang mengutip pendapat Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan (akronim AIETA), yaitu: a) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus. b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus. c) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi. d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru. e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu dasar terbentuknya perilaku pada seseorang, sehingga ketika perawat menjalankan salah satu perannya sebagai educator dalam pendidikan kesehatan maka hal yang perlu 9

dilakukan yakni memberikan pengetahuan atau informasi terkait tujuan dari pendidikan kesehatan itu sendiri. 10 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2010) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan sebagai berikut: a) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

11 satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e) Sintesis (synthetic) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Contohnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. f) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. B. Masyarakat 1. Definisi Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, saling berinteraksi (Koentjaraningrat, (1990) dalam Effendy, Nasrul (1998). Masyarakat merupakan kesatuan-kesatuan hidup manusia yang dalam bahasa Inggrisnya dipakai istilah society, yang berarti kawan. Ciri-ciri suatu masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990) adalah sebagai berikut: a) Interaksi antar warga-warganya b) Adat istiadat, norma-norma, hukum-hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga kota atau desa. c) Suatu komunitas dalam waktu. d) Suatu rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.

12 2. Masyarakat sebagai First Responder Orang awam menurut perannya dalam masyarakat dibedakan menjadi dua (Pro Emergency, 2011): a) Orang awam biasa Orang awam biasa atau masyarakat umum biasanya adalah orang yang berada paling dekat dengan lokasi kejadian. Apabila kejadian terjadi di jalan raya maka yang pertama kali menemukan korban adalah pengendara kendaraan, pejalan kaki, anak sekolah, pedagang disekitar lokasi dan lain-lain. Apabila kejadian di lokasi pabrik maka yang menemukan penderita adalah karyawan yang bekerja ditempat tersebut. Secara spontan sebagian dari mereka akan melakukan pertolongan terhadap korban sesuai dengan pengetahuannya. b) Orang awam khusus Orang awam khusus maksudnya adalah orang yang bekerja pada pelayanan masyarakat atau mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakat yaitu Polisi, pemadam kebakaran, Satpol PP, Satuan Pengamanan (SATPAM), Tim SAR dan tentara. Sesuai dengan tanggung jawabnya kepada masyarakat orang awam khususnya seharusnya dilatih khusus untuk melakukan pertolongan kepada penderita gawat darurat dilokasi kejadian. C. Bantuan Hidup Dasar 1. Definisi Bantuan Hidup Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti jantung. Aspek dasar dari BHD meliputi pengenalan langsung terhadap sudden cardiac arrest (SCA) dan aktivasi sistem tanggap darurat, cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat dengan defibrilator eksternal otomatis/automated external defibrillator (AED). Pengenalan dini dan respon terhadap serangan jantung dan stroke juga dianggap sebagai bagian dari BHD (Berg et al, 2010).

13 RJP adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan atau henti jantung (yang dikenal dengan kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis (Muttaqin, 2009). Tujuan pemberian bantuan hidup dasar menurut Pro Emergency (2011) adalah berusaha memberikan bantuan sirkulasi sistemik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung lanjutan. 2. Pelaksana Tindakan Bantuan Hidup Dasar Setiap orang bisa menjadi penolong untuk korban cardiac arrest. Keterampilan RJP dan penerapannya tergantung pada pelatihan, pengalaman, dan keyakinan yang dimiliki penolong. Penekanan dada merupakan dasar dari RJP. Semua penolong meskipun belum pernah mengikuti pelatihan harus memberikan kompresi dada untuk semua korban serangan jantung. Karena pentingnya, penekanan dada menjadi tindakan RJP awal untuk semua korban tanpa memandang usia. Tim penolong yang mampu harus menambahkan ventilasi untuk kompresi dada (Travers et al, 2010). Selama bertahun-tahun, RJP telah berkembang dari teknik yang dilakukan hampir secara eksklusif oleh dokter dan profesional kesehatan. Hari ini keterampilan menyelamatkan nyawa cukup mudah dilakukan bagi siapa saja yang ingin belajar. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa faktor yang menghalangi masyarakat untuk melakukan tindakan, yakni rasa takut bahwa mereka akan melakukan kesalahan saat RJP, takut tanggung jawab hukum dan takut infeksi dari melakukan mulut ke mulut. Keefektifan RJP yang diberikan segera setelah cardiac arrest memiliki dua atau tiga kesempatan korban dapat bertahan hidup, tetapi hanya 32 persen dari korban henti jantung mendapatkan RJP dari penyelamat. Sayangnya, kurang dari delapan persen orang yang menderita henti

14 jantung di luar rumah sakit dapat bertahan hidup (American Heart Association, 2011). 3. Pedoman Bantuan Hidup Dasar pada Dewasa menurut American Heart Association (AHA), 2010. Pedoman AHA (2010) mengatur ulang langkah RJP dari A-B-C menjadi C-A-B, sehingga memungkinkan setiap penolong memulai kompresi dada sesegera mungkin. Pada menit-menit awal korban mengalami henti jantung, dalam darah pasien masih terkandung residu oksigen dalam bentuk ikatan oksihemoglobin yang dapat diedarkan dengan bantuan sirkulasi buatan melalui kompresi dada. Dengan perubahan urutan ke CAB, kompresi dada akan dimulai lebih cepat dan penundaan karena ventilasi menjadi minimal. Pedoman baru ini berisi beberapa rekomendasi yang didasarkan pada pembuktian ilmiah, yaitu: a) Pengenalan segera henti jantung tiba-tiba (suddent cardiac arrest) didasarkan pada pemeriksaan kondisi unresponsive dan tidak adanya napas normal. b) Perubahan pada RJP berlaku pada korban dewasa, anak dan bayi kecuali bayi baru lahir. c) Look, Listen and Feel telah dihilangkan dari algoritme BHD. d) Kecepatan kompresi dada 100 x/menit. e) Kedalaman kompresi dada menjadi 2 inchi (5 cm). f) Penolong terus melakukan RJP hingga terjadi return of spontaneous circulation (ROSC). Algoritma basic life support (BLS) bagi dewasa menurut Berg et al (2010) secara umum adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk semua tingkat penyelamat di semua tempat. Menekankan komponen kunci yang dapat dan harus penyelamat lakukan. Ketika menemui korban serangan jantung mendadak dewasa, penyelamat tunggal pertama harus menyadari bahwa korban telah

15 mengalami serangan jantung, berdasarkan tidak adanya respon dan kurangnya pernapasan normal. Setelah pengenalan, penyelamat harus segera mengaktifkan sistem tanggap darurat (misal:118), mendapatkan AED / defibrillator jika tersedia, dan mulai CPR dengan penekanan dada. Jika AED tidak ada, penyelamat langsung ke CPR. Jika penyelamat lainnya hadir, penyelamat pertama harus mengarahkan mereka untuk mengaktifkan sistem tanggap darurat dan mendapatkan AED / defibrilator; penyelamat pertama harus mulai CPR segera. Ketika AED / defibrillator tiba, pasang bantalan jika mungkin, tanpa mengganggu penekanan dada dan menghidupkan AED. AED akan menganalisis ritme dan langsung memberikan kejutan (yaitu, upaya defibrilasi) atau melanjutkan CPR. Jika AED atau defibrilator tidak tersedia, melanjutkan CPR tanpa henti sampai penyelamat berpengalaman mengambil alih. 4. Langkah Bantuan Hidup Dasar untuk Masyarakat Awam Menurut Resuscitation Council (UK) 2010: a) Pastikan korban, orang disekitar, dan Anda aman. b) Cek respon korban: 1) Jika tidak ada respon 2) Tidak bernapas 3) Napas tidak normal (megap-megap) c) Minta seseorang untuk memanggil ambulan (misal: 118) dan membawa AED jika tersedia. Jika Anda sendirian, gunakan telepon genggam Anda untuk memanggil ambulan. d) Jika Anda belum terlatih atau tidak mampu memberikan bantuan ventilasi, hanya berikan kompresi dada minimal 100 kali per menit (30 kali kompresi). Jika belum terlatih ventilasi dan RJP maka hentikan perdarahan dan bebaskan jalan nafas. e) Lanjutkan pemberian RJP sampai: 1) Penolong terlatih tiba dan mengambil alih,

16 2) Korban mulai menunjukkan kesadaran kembali, misalnya batuk, membuka mata, berbicara, atau bergerak dan mulai bernapas normal, atau 3) Anda sudah lelah. Urutan pemberian bantuan hidup dasar bagi masyarakat umum: Gambar 2.1 Algoritma bantuan hidup dasar dewasa untuk umum. Sumber: American Heart Association, 2010. 5. Saat Untuk Menghentikan RJP menurut Pro Emergency (2011) Ada beberapa alasan kuat bagi penolong untuk mengentikan RJP antara lain: a) Penolong sudah melakukan bantuan secara optimal mengalami kelelahan atau jika petugas medis sudah tiba di tempat kejadian. b) Penderita yang tidak berespon setelah dilakukan bantuan hidup jantung lanjutan minimal 20 menit. c) Adanya tanda-tanda kematian pasti.

17 Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa penderita sudah mati biologis yakni: 1) Kebiruan (livor mortis) Tanda merah tua sampai kebiruan pada bagian tubuh yang terbawah (kalau penderita dalam keadaan terlentang, pada pinggang bagian terbawah). 2) Kekakuan (rigor mortis) Anggota tubuh dan batang tubuh kaku, mulai empat jam, menghilang setelah 10 jam. 3) Pembusukan yang nyata, terutama bau busuk 4) Cedera yang tidak memungkinkan penderita hidup seperti terputusnya kepala, dll. 6. Komplikasi Yang Disebabkan RJP Menurut Pro Emergency (2011) Walaupun dilakukan dengan benar, RJP dapat menyebabkan komplikasi: a) Patahnya tulang iga terutama pada orang tua. b) Pneumotoraks (udara dalam ronga dada, tetapi di luar paru, sehingga menyebabkan penguncupan paru-paru) c) Hemotoraks (darah dalam rongga dada, namun di luar paru, sehingga menyebabkan penguncupan pada paru-paru). d) Luka dan memar pada paru-paru e) Luka pada hati dan limpa f) Distensi abdomen (perut kembung) akibat dari peniupan yang salah. 7. Posisi Pemulihan atau Posisi Mantap (Recovery Position) Menurut NHS (2014) ada beberapa variasi dalam posisi pemulihan, masing-masing memiliki tujuan. Tidak ada satu posisi tunggal yang sempurna untuk semua korban. Posisi harus stabil, setengah lateral dengan kepala dependen dan tidak ada tekanan yang menghalangi pada dada. Untuk menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan: a) Berlutut di lantai di salah satu sisi korban b) Tempatkan lengan terdekat dari Anda ke kanan tubuh korban diluruskan ke arah kepala.

18 c) Selipkan tangan korban yang lain di bawah sisi kepala mereka, sehingga punggung tangan mereka menyentuh pipi mereka d) Menekuk lutut terjauh dari Anda ke sudut kanan e) Memiringkan korban ke arah penolong dengan hati-hati dengan menarik lutut yang ditekuk f) Lengan atas harus mendukung kepala dan lengan bawah akan menahan agar korban tidak bergulir terlalu jauh g) Membuka jalan napas korban dengan memiringkan kepala dan membuka dagu dengan perlahan h) Periksa bahwa tidak ada yang menghalangi jalan napas korban i) Tetap bersama korban sembari memonitor pernapasan dan denyut nadi terus menerus sampai bantuan tiba j) Jika memungkinkan ubah ke posisi miring yang lain setelah 30 menit Gambar 2.2 Recovery Position Sumber: American Heart Association, 2010. 8. Gambaran Pelayanan Kegawatdaruratan dan Pertolongan Pertama menurut International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies 2007: Urutan Layanan Darurat terdiri dari tindakan menyelamatkan nyawa yang diikuti dengan urutan tertentu: peringatan kecelakaan, pertolongan pertama, transportasi dan membawa ke perawatan medis terdekat. Tindakan harus dilakukan dalam hitungan menit setelah kecelakaan karena

19 berpacu dengan waktu. Hal ini membutuhkan sumber daya. Jika salah satu bagian yang hilang, urutan akan rusak dan bantuan darurat tidak akan diberikan dengan benar. Meskipun dedikasi staf emergency medis besar pada negara-negara di dunia, pelayanan kegawatdaruratan tidak bekerja dengan baik, misalnya kesalahan sistem. Nomor telepon gawat darurat yang spesifik harus ada, dimana masyarakat memiiki pengetahuan dan kebebasan menghubungi langsung dengan pelayanan gawat darurat. Semakin mudah dan cepat akses telepon harus disediakan. Kedua, terlalu sedikit orang yang memiliki pengetahuan tentang pertolongan pertama yang tepat. Di jalan-jalan di seluruh dunia, kemungkinan orang yang mampu mengambil tindakan protektif segera dan memberikan bantuan hidup dasar di lokasi kecelakaan sangat rendah. Ada kekurangan penyediaan transportasi ambulans darurat, dengan atau tanpa fasilitas medis. Entah ambulans tidak tiba sama sekali atau mereka tiba di lokasi kecelakaan terlambat. Akibatnya, korban kecelakaan jalan umumnya diangkut ke rumah sakit menggunakan cara lain dan sering dalam kondisi yang sangat buruk. Ketiga, rumah sakit tidak dilengkapi peralatan penunjang dan korban kecelakaan jalan sering tidak diterima untuk mendapatkan perawatan. Bahkan di mana perawatan yang tepat tersedia, banyak korban kecelakaan mungkin tidak dapat memiliki akses ke sana untuk alasan keuangan kecuali teman-teman atau keluarga dapat membayar di muka untuk pelayanan medis. Situasi ini berlaku untuk kedua layanan medis di rumah sakit dan ambulans. Akses ke perawatan kesehatan dasar bagi masyarakat umum tergantung pada keberadaan sistem asuransi sosial. Sistem ini tidak ada di banyak negara. Korban kecelakaan jalan yang tidak sadar, yang mungkin melayang-layang antara hidup dan mati karena kecelakaan yang terjadi sekian mil jauhnya dari rumah mereka, berada pada posisi yang kurang menguntungkan karena mereka mungkin tidak dapat membuktikan bahwa mereka dapat membayar pelayanan medis. Dengan demikian, pada

20 dasarnya meningkatkan layanan pertolongan darurat dan sistem medis merupakan komponen penting untuk mencegah kematian kecelakaan jalan dan cacat jangka panjang di sebagian besar negara di seluruh dunia. Idealnya di dunia, semua orang mengenal teknik dasar pertolongan pertama dan mengikuti pelatihan yang berkala untuk memastikan bahwa pengetahuan ini tetap berjalan. Ini adalah kebijakan yang dipromosikan oleh Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yang menawarkan pelatihan pertolongan pertama kepada masyarakat di seluruh dunia. D. Kerangka Teori Masyarakat: Guru Sekolah Dasar Tingkat Pengetahuan: 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi Notoatmojo (2010) Bantuan Hidup Dasar : 1. Pengertian BHD 2. Tujuan dilakukan BHD 3. Airway 4. Breathing 5. Circulation 6. RJP/CPR untuk masyarakat awam = Tidak diteliti Skema 2.1 Kerangka Teori E. Variabel Penelitian Peneliti akan meneliti bagaimana gambaran tingkat pengetahuan pada guru Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelatihan bantuan hidup dasar di wilayah Puskesmas Petarukan. Variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan yang pengukurannya dapat dilakukan dengan wawancara atau angket, menyatakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

21 1. Pengetahuan baik = 76 100% 2. Pengetahuan cukup = 60 75% 3. Pengetahuan Kurang = < 60% (Arikunto, 2006)