TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

TINJAUAN PUSTAKA. (C curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Gambar 1 : Siklus hidup rayap Sumber :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup perkembangan rayap adalah melalui metamorfosa. pertumbuhan) telur, nimfa, dewasa. Walau stadium dewasa pada serangga

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

Lampiran 1.Karakteristik Bangunan Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Medan. : Jl. Garu I No 28 Medan

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

SEBARAN JENIS RAYAP TANAH DI APARTEMEN TAMAN RASUNA KUNINGAN JAKARTA DAN POTENSINYA SEBAGAI HAMA PADA BANGUNAN TINGGI MIRA YUNILASARI

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM:

Lampiran 1. Karakteristik-Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta. Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Tarsoen Waryono **)

BAB III METODE PENELITIAN

Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No.

TINJAUAN PUSTAKA. Papan Partikel. Sorghum (Shorgum bicolour) merupakan salah satu sumber daya alam

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

TINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

ORGANISME PERUSAK KAYU. 1. Jamur atau Cendawan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Lampiran 1. Kunci Pengenalan Genus dan Spesies (Nandika dkk., 2003)

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

PENGGUNAAN OLI DAN INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN RAYAP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PROYEK

Jojon Soesatrijo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 a) Tumbuhan tuba yang tumbuh di perladangan masyarakat; b) Batang tumbuhan tuba.

BAB V FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN JAMUR PELAPUK PADA BANGUNAN RUMAH SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKANNYA

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

METODOLOGI PENELITIAN

Struktur dan Konstruksi II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat pada gambar:

Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Biologi Rayap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS RAYAP PADA TIPE PENGGUNAAN LAHAN YANG BERBEDA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN TEGUH PRIBADI

PENGUJIAN LABORATORIS EFIKASI UMPAN HEXAFLUMURON 0.5% TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae)

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Dasar Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kelengkapan fasilitas di dalamnya. Saat ini terdapat hampir lebih 805 sekolah dasar yang ada dan tersebar hampir di pelosok kota Medan. Pembagian sekolah dasar di kota Medan adalah 401 bangunan SD milik pemerintah dan 404 bangunan milik pihak swasta yang telah terdaftar di kantor Dinas Pendidikan Kota Medan (Dinas Pendidikan Kota Medan,2008). Tabel 1. Data jumlah Sekolah Dasar di setiap kecamatan di Kota Medan No Kecamatan SD Negeri SD Swasta 1 Medan Tembung 11 27 2 Medan Amplas 22 14 3 Medan Deli 21 28 4 Medan Baru 13 15 5 Medan Kota 20 23 6 Medan Area 27 18 7 Medan Maimun 13 10 8 Medan Johor 23 21 9 Medan Polonia 9 12 10 Medan Tuntungan 21 15 11 Medan Petisah 13 9 12 Medan Helvetia 22 32 13 Medan Timur 25 18 14 Medan Belawan 26 16 15 Medan Perjuangan 13 24 16 Medan Denai 33 33 17 Medan Marelan 28 18 18 Medan Sunggal 17 22 19 Medan Selayang 8 15 20 Medan Labuhan 26 16 21 Medan Barat 10 18 Jumlah 401 404 Sumber : Dinas pendidikan Kota Medan

Rayap Rayap menurut Tarumingkeng (1992) dalam Rakhmawati (1996) adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo, yaitu ordo Isoptera dari kelas Arthropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia sampai tahun 1970 telah tercatat lebih kurang 200 spesies. Menurut Nandika dkk (2003), ada sekitar 200 jenis rayap di Indonesia dan lima persen diantaranya menjadi musuh manusia. Rayap termasuk binatang purba karena sudah ada sejak 200 juta tahun yang lalu. Koloni rayap dan sistem kasta Nandika dkk., (2003) setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu kasta prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Tugasnya adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut dan vertebrata predator. Kasta pekerja umumnya berwarna pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa. Populasinya mencapai 80-90% dalam satu koloni rayap. Kasta ini bertugas memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, membuat sarang, liang-liang kembara, menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Sedangkan kasta reproduksi terdiri atas betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Ukuran ratu pada rayap tingkat tinggi bisa mencapai panjang ukuran lima sampai sembilan cm atau lebih (Nandika dkk., 2003).

Taksonomi rayap dan Daerah penyebaran rayap Taksonomi Rayap Kingdom Fillum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insecta : Isoptera : Rhinotermitidae, Termitidae, Kalotermitidae : Macrotermes, coptotermes : Macrotermes gilvus Hagen, Coptotermes curvignatus,cryptotermes cynocephalus Light Keragaman jenis rayap cukup tinggi karena telah teridentifikasi lebih dari 2.500 jenis yang diklasifikasikan ke dalam 7 tamili, 15 sub-tamili dan 200 genus. Penyebaran rayap berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropika dan hanya sebagian kecil ditemukan di dataran tinggi. Penyebaran ini tidak hanya di daerah tropika tetapi juga mencakup daerah sub tropika bahkan meluas ke daerah temperate dengan batas 50 Lintang Utara dan 50 50 Lintang Selatan. Jenis-jenis rayap di daerah tropika seperti di Indonesia menurut Roonwal dkk dalam Tambunan dkk (1989) termasuk kedalam famili sebagai berikut: Kalotermitidae dengan genus Neotermes Holmgren dan Cryptotermes Banks. Famili Rhinotermitidae memiliki sub famili Coptotermitinae genus Coptotermes dan sub famili,famili Rhinotermitinae genus Prorhinotermes Silvestri dan genus Schledorhinotermes

Silvestri.Family Termitidae memiliki beberapa sub famili diantaranya, sub famili Amitermitinae genus Microcerotermes Silvestri. sub famili Termitinae genus Capritotermes Wasmann, sub famili Macrotermitinae genus Macrotermes Holmgren, genus Odentotermes Holmgren dan genus Microtermes wasmann,sub famili Nasutitermitinae genus Nasutitermes Dudleyi, genus BulbitermesEmerson, genus Lacessititermes Batavus dan genus Hospitalitermes Holmgren. Rayap Perusak Gedung Habitat atau sarang rayap bervariasi antara satu dengan yang lain. Koloni yang sederhana hanya membuat terowongan-terowongan pada kayu yang lembab dan mulai membusuk, lainnya membuat koloni pada kayu kering (Partosoedjono,1984). Menurut Nandika (2003) rayap sendiri memiliki tiga kelompok. Rayap kayu kering, rayap pohon, dan rayap tanah. Pada musim tertentu, rayap menjadi laron dan berterbangan di bawah sinar lampu secara berpasang-pasangan. Setelah melepas sayapnya, pasangan rayap itu melakukan perkawinan dan mencari lokasi untuk membentuk koloni. Bila dia berasal dari kayu kering, biasanya sasarannya mencari kayu kering pula, misalnya mebel. Rayap bias masuk kedalam rumah melalui pondasi atau kayu dinding rumah. Sedangkan laron yang berasal dari rayap tanah akan kembali ke tanah. Kasta inilah yang sering menghancurkan tanaman, kayu, mebel dan bahan berselulosa lainnya.

Tarumingkeng (1971) dalam Jusmalinda (1994) jenis-jenis rayap perusak kayu di Indonesia termasuk dalam famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae. 1. Famili Kalotermitidae Jenis-jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif. Koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan merawat sarang dilakukan oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya dibagi atas tiga golongan: a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp). b. Rayap pohon (Neotermes spp). c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp). 2. Famili Rhinotermitidae Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis-jenis yang terpenting adalah Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travian. Organisasi dari famili ini sedikit lebih maju dari famili Kalotermitidae. 3. Famili Termitidae Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari famili Kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal antara lain Ondototermes, Microtermes, Macrotermes. Namun diantara rayaprayap itu, yang paling menimbulkan masalah pada bangunan gedung adalah jenis Coptotermes curvignathus. Kemampuannya dalam menyerang bangunan sangat ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horizontal maupun vertikal; mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada tempattempat yang tidak secara langsung bersinggungan dengan tanah, dan ukuran

populasinya yang tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus, maupun Microtermes inspiratus, sebaran rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan diduga pola sebaran spasialnya berbeda (Rismayadi, 2002). Menurut Rismayadi (2003) rayap tanah Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasarannya sejauh 90 meter dari sarangnya, yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 centimeter dibawah permukaan tanah bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar enam milimeter. Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda depan. Untuk itu perlu mengenali cara kerja rayap ini agar tidak keliru dalam memperlakukannya (Rismayadi, 2003). Cara Penyerangan Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda depan. Menurut Nandika dkk.,(2003), rayap tanah mampu menyerang bangunan dengan berbagai cara antara lain: 1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan dengan tanah. 2. Masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan pondasi. 3. Dengan cara membuat liang-liang kembara diatas permukaan kayu, beton, pipa dan lain-lain. 4. Menembus objek-objek penghalang seperti plastik, logam tipis, dan lainlain walaupun penghalang tersebut bukan objek makanannya.

Rayap tanah terutama akan menyerang objek-objek yang berhubungan langsung dengan tanah, seperti pada tiang-tiang kayu. Bisa juga melalui retakanretakan atau rongga pada semen, lantai, dan pondasi rumah permanen dan semi permanen, kehadiran rayap tanah ditandai dengan adanya liang kembara pada objek-objek terserang (Jusmalinda, 1994). Sedangkan rayap kayu kering (Nandika dkk., 2003) dapat mencapai sasarannya melalui : (1) laron yang bersialang menemukan objek sasaran dan mampu berkembang karena objek tidak tertutup (misalnya cat tidak toksik, kayu tidak awet atau diawetkan) dan (2) objek sasaran terserang oleh rayap yang berasal dari objek lain yang telah diserang dan letaknya berdekatan. Kerugian Serangan Rayap di Indonesia Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu pada bangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di beberapa kota besar, Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota-kota besar lainnya menunjukkan bahwa umumnya bangunan perumahan sangat rentan diserang oleh organisme perusak kayu. Menurut Rudi (1994) dalam Romaida (2002), tingkat serangan rayap pada rumah di Kotamadya Bandung telah mencapai 90% dengan kerugian pertahun sebesar 1,35 milyar rupiah. Untuk daerah JABOTABEK menurut Siregar (1985) dalam Romaida (2002), rata-rata persentase serangan rayap tanah pada perumahan mencapai 38,20%. Sedangkan total nilai kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Kotamadya Surabaya menurut Rakhmawati (1996) dan nilai investasi per tahun sebesar Rp 8.530.207,29 atau Rp 35.542,53 per rumah per tahun. Untuk Kota Cirebon, Romaida (2002) menghitung kerugian yang diakibatkan oleh rayap kayu

kering sebesar Rp 2.082.591,- dan kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh rayap tanah adalah sebesar Rp 1.565.470,-. Safaruddin (1994) memperkirakan kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur berkisar Rp 67,58 Milyar. Berdasarkan penelitian Pusat Studi Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor (IPB), kerugian rata-rata per tahun yang disebabkan oleh rayap terhadap bangunan publik di Indonesia sekitar Rp 2,8 triliun per tahun. Dari nilai tersebut kerugian terbesar terjadi di Jakarta Rp 2,6 triliun (Tarumingkeng, 2003). Departemen Pekerjaan Umum pada pertengahan tahun 1983 menyatakan kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung pemerintah saja diperkirakan mencapai seratus milyar rupiah setiap tahunnya (Anonim, 1983 dalam Romaida, 2002). Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Serangan Rayap Tindakan pengamanan sudah harus dimulai pada saat pemilihan lokasi bangunan atau sebelum bangunan didirikan (pra konstruksi). Memerangi rayap setelah bangunan berdiri jauh lebih mahal (pasca konstruksi). Tingginya serangan rayap disebabkan oleh pengaruh lahan-lahannya. Oleh karena itu, sebelum mendirikan bangunan perlu diketahui sejarah lahannya. Menurut Rismayadi (2003) jangan mendirikan rumah atau membeli rumah dikawasan bekas hutan karet karena memiliki resiko yang besar terhadap serangan karena lahan bekas perkebunan karet merupakan habitat utama rayap ganas. Pra Konstruksi Tindakan ini dikatakan sebagai tindakan pencegahan, selain lebih murah juga lebih mudah dilakukan. Dengan upaya pencegahan, umur suatu bangunan

akan lebih lama dan tahan terhadap serangan rayap. Berbeda dengan upaya pengendalian dimana komponen yang sudah rusak harus diganti dan kemungkinan untuk diserang kembali lebih besar. Ada beberapa kemungkinan tindakan pencegahan gangguan rayap tanah menurut Lippsmeier (1994), antara lain: a. Memperhitungkan bahaya rayap mulai tahap perancangan hingga detail pekerjaan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan pada perancangan, pemilihan lokasi, drainase efektif, pemisahan bangunan dari tanah dan yang paling efektif adalah dengan memasang perintang mekanis. b. Memakai bahan pelindung kimiawi c. Melakukan tindakan pencegahan pada waktu pembangunan. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, lokasi bangunan harus bersih dari sarang rayap; sisa-sisa akar, potongan kayu, kertas dan lain-lain. d. Menggunakan bahan bangunan yang tahan rayap. Antara lain dengan menggunakan kayu awet atau yang diawetkan. Kayu awet sangat sedikit jumlahnya. Menurut Nandika, (2003) kayu ulin, merbau, sengon laut, kayu jati atau jati merupakan jenis kayu yang tahan terhadap serangan rayap. Menurut Nandika, (2003) ancaman rayap bisa dicegah dengan teknologi anti rayap. Untuk memusnahkan rayap, dapat digunakan produk anti rayap yang menggunakan 0,5 gram Hexaflumuron. Dimana jika dikonsumsi (dimakan) rayap, saat 8 minggu kemudian terjadi penggantian kulit, namun kulit baru tidak terbentuk sehingga rayap mengalami dehidrasi. Tindakan yang umum dilakukan di Indonesia adalah tindakan pemberian bahan pengawet. Tindakan ini bertujuan untuk memperpanjang umur pakai kayu. Pengawetan kayu untuk perumahan dan gedung menurut SNI 03-5010.1-1999 adalah suatu proses memasukkan bahan

pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Bahan-bahan pengawet kayu tersebut terdiri dari campuran dari bahan non-organik, tiosianat, arganofosfat, pyretroid dan campuran lain. Disamping bahan pengawet tersebut, formulasi baru sekarang ini diadopsi dari beberapa negara lain. Melalui Komisi Pengawas Pestisida (KOMPES) antara lain CCB, CCF, FCAP, BFCA (Rudi, 2002). Hambatan penggunaan bahan pengawet menurut Jamali dkk., (1997) adalah jenis bahan baku kayu yang berbeda maka bahan pengawet yang diserap pun akan berbeda. Sehingga diperlukan pengetahuan pengetahuan tentang jenis kayu dan karakteristik bahan pengawet. Pengaplikasian bahan pengawet pada kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengawetan kayu tanpa tekanan (non pressure process) dan pengawetan kayu dengan tekanan (pressure process). Pengawetan kayu tanpa tekanan seperti pelaburan atau penyemprotan, pencelupan, perendaman dingin, dan perendaman panas-dingin. Sedangkan pengawetan dengan tekanan seperti proses vakum-tekan. Dengan vakum tekan retensi dan penetrasi bahan pengawet lebih dalam dan merata (Duljafar, 1996). Pasca Konstruksi Tindakan pasca konstruksi merupakan tindakan pengendalian. Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan rayap pada suatu bangunan untuk meminimalkan kerusakan dan membatasi ruang geraknya. Upaya pengendalian serangan rayap perlu memperhatikan karakteristik rayap yang menyerang, kondisi

objek yang diserang, dan kondisi lingkungan sekitarnya. Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (Prasetyo dan Yusuf, 2004): 1. Pemeriksaan areal, untuk mengetahui jenis rayap perusaknya dan cara menyerang sehingga diketahui lokasi dan teknik pengendalian yang tepat. 2. Perlakuan tanah (soil treatment), dengan memasukkan larutan termisida yang berdaya residual tinggi dengan injektor. 3. Perlakuan pada pondasi bangunan. 4. Fumigasi, sangat efektif untuk membasmi jenis rayap kayu kering. 5. Perubahan struktur bangunan untuk menghilangkan sumber kelembaban. 6. Mengganti atau membakar kayu yang sudah rusak parah. Sedangkan teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan populasi (pengumpanan). Nandika dkk., (2003) menyatakan bahwa penekanan populasi rayap merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini. Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu sifat tropolaksis (saling menjilat) dan grooming (berkumpul) dalam mendistribusikan racun kepada seluruh anggota koloninya. Bahan aktif yang digunakan harus bersifat slow action. Dengan menggunakan termisida yang berefek lambat (slow action), rayap pekerja memakan dan memberi makan sekaligus meracuni koloninya tanpa sadar. Racun ini dapat menghentikan proses ganti kulit rayap yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaannya dan mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi koloni secara total (Nandika

dkk., 2003). Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem konvensional atau sistem injeksi. Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu.. Pengawetan secara rendaman dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara rendaman panas-dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin. Bahan pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak seperti jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan. Pada bangunan yang sudah berdiri penanggulangan serangan organisme perusak- dilakukan baik dengan cara pengawetan kayu bangunan maupun secara injeksi/penyuntikan pada pondasi, lantai dan dinding (Aini, 2005). Teknik pengambilan subjek juga harus diperhatikan oleh pengamat. Jika jumlah subjek kurang dari 100 maka dilakukan sensus terhadap keseluruhan subjek. Dan jika subjek yang akan diteliti melebihi 100 maka dapat diambil antara

10-15 % atau 20-25 % hingga seterusnya tergantung kesanggupan pengamat atau peneliti (Arikunto, 1998). Pemakaian sesuatu kayu menyatakan kecakapan kayu untuk suatu macam konstruksi. Dalam menentukan tingkat pemakaian, tidak dipandang soal mengerjakan kayu serta mudah atau sukarnya pengolahan kayu itu, kayu yang digunakan adalah kayu biasa atau dalam keadaan tidak diawetkan. Ada 5 macam tingkat pemakaian kayu yaitu : 1. Tingkat I dan II Untuk keperluan konstruksi konstruksi berat tidak terlindung dan terkena tanah lembab. Tingkat I diantaranya adalah kayu Jati, Merbau, bangkirai. Tingkat II diantaranya adalah merawan, rasamala dan sebagainya. 2. Tingkat III untuk keperluan konstruksi konstruksi berat terlindung. Diantaranya adalah keruing, kamper, meranti. 3. Tingkat IV untuk keperluan konstruksi konstruksi ringan yang terlindung yang termasuk dalam tingkat ini adalah suren, jeunjing dan lain lain. 4. Tingkat V untuk keperluan pekerjaan sementara.