187 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Di dalam dunia pertunjukan seni peran, monolog berarti hanya ada satu orang untuk melakukan semua adegan atau sketsa (peran sendirian) pada petunjukan tersebut. Kata monolog diambil sebagai analogi dari konsep desain yang akan diterapkan pada gedung pertunjukan ini. Gedung ini berikut dengan desain interiornya diharapkan mampu menceritakan sendiri kebudayaan Indonesia, khususnya budaya Betawi yang ada di Jakarta. Penerapan simbol-simbol dari kebudayaan Betawi dengan cara yang unik bertujuan untuk mengeksplorasi budaya ini menjadi lebih mudah diterima masyarakat dan menjauhkan kesan kuno. Gambar 4.1 Moodboard Konsep Sumber : Penulis
188 4.2 Citra Ruang Dalam kebudayaan Betawi, bentuk-bentuk geometris sangat kental terasa. Bentuk-bentuk segitiga, segiempat, dan lingkaran selalu diterapkan pada elemen dekorasinya. Bangun geometris akan membentuk citra ruang yang tegas, tajam, unik, namun tetap elegan. Penggunaan garis-garis yang lurus, bersudut, hingga zigzag, dan permainan layer membangkitkan keunikan desain, sedangkan sifat elegan akan dihadirkan melalui pencahayaan dan pemanfaatan material. Gambar 4.2 Auditorium Uppsala Concert Hall Sumber : www.woodsafe.se Gambar 4.3 Théâtre de Quat sous Lounge Sumber : www.archdaily.com 4.3 Konsep Material Lantai, Dinding, dan Ceiling
189 Tabel 4.1 Konsep Material Lantai, Dinding, dan Ceiling NO MATERIAL RUANG KETERANGA PEMELI- KELEBIHAN KEKURANG N HARAAN -AN LANTAI 1 Carpet tiles, Auditorium Karpet dengan - - menyerap - perawatan ukuran 50x50cm ukuran tertentu divacuum bunyi agak susah berbentuk - disikat - tidak licin modular, - dicuci - bentuk tiles noda memiliki motif memudahkan beragam. pemasangan 2 Marmer Lobby, Jenis batu - dipoles - ketahanan - mahal foyer, galeri, alam, memiliki dengan tinggi resto, jenis yang cairan - keras lounge beragam, bisa khusus - tahan cairan - butuh dikombinasi- -tahan sirkulasi perawatan kan dan tinggi khusus dibentuk motif. 3 Paras Jogja Lobby, Merupakan -dicoating - berkesan foyer, galeri, jenis batu natural & resto, alam, modren lounge golongan batu - bisa diukir pasir. - perawatan mudah 4 Vinyl Backstage, Bahan buatan - dipel - tidak terlalu - bisa robek wing, control berupa memantulkan room lembaran dan bunyi lentur. - relatif murah - tahan basah & 5 Ceramic tiles, Gudang, Terbuat dari - dipel - licin ukuran 40x40cm toilet, ruang tanah liat dan - disikat - jenis AHU, area zat aditif beragam servis lainnya. - tahan basah lainnya & DINDING
190 1 Gypsum board, Auditorium, Merupakan - dicat - tidak terlalu ukuran 1.2x2.4m kantor, mineral - dilapis kuat dinding kalsium sulfat - ringan partisi yang tekanan ditambang dari - mudah tanah, berisi dibentuk & kristal air dipasang sekitar 20%. - padat dan kering - lebih tahan api 2 MDF Auditorium, Kayu buatan, - dilapis - bisa dibentuk - kurang tahan lobby, foyer, terbuat dari - diveneer - pemasangan resto, galeri serat kayu mudah yang dipres. -menyerap - kurang kuat, hanya untuk - relatif murah dinding dekoratif 3 Acoustic board Auditorium Bahan buatan - dicat - menyerap - tidak bisa yang - dilapis dibentuk diciptakan - ringan - tidak terlalu untuk kuat menyerap - kering. - udah tekanan dipasang - jenis beragam 4 Beton Dinding Material - diplaster - sangat kuat permanen bangunan - dicat - tidak komposit, memantulkan - tidak mampu terbuat dari cahaya menahan gaya kombinasi - tahan basah tarik aggregat dan & - bisa pengikat - tahan api menyusut dan semen. - perawatan mengembang mudah - bersifat getas - bisa di-expose - permukaan rata & halus - datar dan tegak CEILING 1 Gypsum board, Auditorium, Merupakan - dicat - tidak terlalu
191 ukuran 1.2x2.4m kantor, green room, ruang ganti, resto, gudang, dll mineral kalsium sulfat yang ditambang dari tanah, berisi kristal air sekitar 20%. 2 Acoustic board Auditorium Bahan buatan, diciptakan untuk menyerap. - dilapis - ringan - mudah dibentuk & dipasang - padat dan kering - lebih tahan api - dicat - menyerap - dilapis - ringan - kering - mudah dipasang - jenis beragam kuat tekanan - tidak bisa dibentuk - tidak kuat tekanan 4.4 Konsep Warna Sesuai dengan judul perancangan "Monologue", maka konsep warna yang akan digunakan adalah akromatik hitam, abu-abu, putih, dan menggunakan warna analogus dari oranye (red-orange, orange, yellow-orange) sebagai aksen. Gambar 4.4 Color Scheme Sumber : Penulis Akromatik hitam-putih dipilih karena dapat mewakili sisi modern dan elegan dari sebuah desain. Warna-warna ini juga tergolong netral dan akan menjadi latar yang baik untuk aksen-aksen yang diberikan pada ruangan, selain itu warna ini dapat
192 menciptakan efek-efek psikologis dan ilusi mata. Warna oranye dipilih sebagai aksen karena menurut psikologi warna, oranye merupakan warna yang mewakili semangat, menyenangkan, extrovert, optimisme, sosialisasi, percaya diri, dan antusiasme. Sifat-sifat ini sangat dibutuhkan para seniman dalam menunjukan karya mereka. 4.5 Konsep Furnitur Furnitur yang digunakan di dalam auditorium berupa kursi khusus untuk ruang auditorium yang dapat dilipat. Kusi auditorium juga menggunakan warna oranye dan hitam. Gambar 4.5 Auditorium seating C100, by Baldanzi & Novelli Sumber : http://www.sediasystems.com Untuk ruangan lainnya, furnitur yang digunakan merupakan furniture dengan bentuk-betuk yang mendukung gaya kontemporer dengan warna hitam, putih, oranye. Gambar 4.6 Armen living chair Gambar 4.7 Phillipe Starck Masters Stool Sumber : www. Polyvore.com Gambar 4.8 Andromeda chair-orange Sumber : www.homecouturestore.com Gambar 4.9 Kearra by Alvin T
193 Sumber : tiddley-bits.blogspot.com Sumber : www.alvin-t.com 4.6 Konsep Pencahayaan Pencahayaan merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah gedung pertunjukan. Selain untuk penerangan, pencahayaan berperan penting dalam membangun suasana ruang. Gambar 4. 10Auditoium Agora Theater Sumber : rougerougebag.blogspot.com Pada ruang auditorium, pencahayaan tidak perlu terlalu terang namun harus minim bayangan. Untuk area penonton bisa menggunakan downlight sebagai general lighting dengan color temperature yang warm white agar mata tidak lelah, serta menggunakan indirect lighting untuk elemen dekoratif. Pencahayaan pada lorong sebaiknya menggunakan lampu dengan intensitas cahaya yang tidak terlalu terang atau menggunakan dimmer sehingga dapat diredupkan ketika pertunjukan dimulai. Pada ruangan lainnya, jenis lampu dan warna cahaya dapat dibuat sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Misalnya untuk ruang ganti dan green room, bisa menggunakan pencahayaan yang warm seperti yang digunakan pada rumah agar
194 terasa tenang dan nyaman. Berbeda dengan area publik seperti lobby yang menggunakan lampu spotlight jenis halogen dengan pencahayaan alami sebagai general lighting pada siang hari, dan lampu-lampu dekoratif pada malam hari. 4.7 Konsep Penghawaan Penghawaan Gedung Teater Jakarta menggunakan sistem AC central untuk seluruh gedung, sesuai dengan perencanaan arsitekturnya Suhu dijaga pada 18 C-21 C dengan kean 40-50%. 4.8 Konsep Akustik Ruang Persyaratan pada akustik ruang telah dijelaskan pada BAB 2 dan BAB 3. Auditorium merupakan ruangan yang paling membutuhkan penanganan akustik secara khusus. Akustik erat kaitannya dengan bentuk ruang serta pemilihan material interior. Lantainya dibuat menajak dan menggunakan karpet yang dapat menyerap. Dinding dan ceiling dibuat berlayer dan miring dengan sudut tertentu untuk memantulkan. Suara bising dari luar juga tidak boleh sampai masuk ke dalam auditorium. Untuk ruangan lainnya, akustik tidak terlalu menjadi sorotan, yang penting tidak menimbulkan kebisisngan parah yang dapat mengganggu aktivitas pertunjukan. 4.9 Konsep Keamanan dan Signange Untuk fasilitas keamanan, Gedung Teater Jakarta telah dilengkapi dengan 2 buah tangga darurat untuk publik yang terletak di samping kiri dan kanan ruang auditorium besar. Sedangkan auditorium kecil memiliki tangga sendiri di dalam auditorium. Untuk area backstage dan kantor juag memiliki dua buah tangga darurat di sebelah kiri dan kanan. Semua jalur evakuasi dan peralatan keselamatan ditempatkan sesuai dengan perencanaan arsitekturalnya. Desain signage harus selaras dengan desain ruangan agar menghasilkan desain
195 yang terintegrasi. Namun peletakan, warna, serta kejelasan bentuk harus sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai penanda malah tidak terlihat, tidak dapat dimengerti, atau malah menyesatkan. Pada perancangan ini, signage yang digunakan berbahan dasar akrilik yang diberi lampu di bagian belakangnya sehingga berpendar. Signage jenis ini akan digunakan sebagai penanda nama ruang. Ada juga signange yang berupa proyeksi bayangan, yang digunakan sebagai penunjuk arah, seperti penunjuk pintu masuk, penuntuk letak toilet,dsb. Signage pada pintu toilet menggunakan bentuk ondel-ondel untuk membedakan antara ruangan toilet pria dengan wanita. Gambar 4.11 Contoh Signage 1 Gambar 4.12 Contoh Signage 2 Sumber : www.logodesignlove.com Sumber : www.guardian.co.uk Gambar 4.13 Gambar Ondel-ondel untuk signage toilet Sumber : ghozai.deviantart.com