BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Autisme berasal dari kata Yunani autos yang berarti self (diri). Kata. Menurut Handojo (2003: 42) Jenis-jenis Terapi Autisme:

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

Pendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB II LANDASAN TEORI

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

Lampiran 1. Tabel keputusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *)

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan

MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam, budaya,

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KOMUNIKASI ANAK PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

Chapter I AUTISMA Autisma


BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. memberikan beberapa solusi penanganannya dengan melihat gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan di seputar dunia autistik semakin banyak dan semakin

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN ANAK PENDERITA AUTIS BERBASIS EXPERT SYSTEM DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

AUTISM. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS

Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

UPAYA MEMBANTU ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KOMUNIKASI ANAK PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER

Rahmaya Nova Handayani 1, Murniati 2. Phone:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Autisme

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor,

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

-r- BAB I P~NOAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas,

PARTISIPASI ORANG TUA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM TERAPI PADA ANAK AUTISME. Oleh. Edi Purwanta

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pakar atau exspert system merupakan sebuah program komputer

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Autis Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner (1943) dalam bukunya Autistic Disturbances Of Affective Contact dan memberi istilah sebagai Infantile autisan yang menerangkan berbagai gejala yang di dapat pada masa kanak-kanak dengan menggambarkan kesendirian (menikmati bermain seorang diri) pada anak autisme begitu hebat, keterlambatan dalam perkembangan bahasa, menghafalkan sesuatu tanpa berfikir, melakukan aktivitas spontan terbatas, stereotip, obsesi terhadap cemas dan takut akan perubahan, kontak mata dan hubungan dengan orang lainpun buruk, lebih menyukai gambar atau benda-benda mati.[6] Autisme berasal dari kata bahasa Yunani yaitu autis yang berarti self (diri). Kata autisme ini digunakan dalam bidang pskiatri untuk menunjukan gejala menarik diri (Mangunsong, 2009: 168).[9] Anak-anak autis tidak mampu menjalin hubungan emosi dengan orang disekitarnya. Kekurangan kemampuan bahasa dan pola berfikir seringkali membuat mereka sulit berkomunikasi dan bersosialisasi. Mereka pun sulit menerima suatu instruksi tertentu karena rendahnya daya tanggap serta kemampuan mengolah informasi. Selain itu ada beberapa autisme merasa sensitif terhadap bunyi atau suara yang terdengar ditelinga, sentuhan, pandangan mata dan penciuman yang membuat anak tersebut suka bahkan takut secara berlebihan. Penyakit ini merupakan hal yang sangat ditakuti bagi setiap orang tua, karena penyakit ini cukup sulit dihindari bahkan diobati. Beberapa pengalaman penyandang autis yang telah menjalani pengobatan mengakui sudah berperilaku layaknya orang normal, seperti berkomunikasi bahkan berkarya. Tidak sedikit yang telah menjalani pengobatan tidak akan sembuh total seperti anak normal. 8

9 2.1.1 Klasifikasi Autis Menurut Mangunsong (2009: 169) Klasifikasi anak autis antara lain: a. Autisme infantil atau autisme masa anak-anak Autisme masa anak-anak yaitu penarikan diri yang ekstrem dari lingkungan sosialnya, gangguan dalam berkomunikasi, serta tingkah laku yang terbatas dan berulang (strereotipik) yang muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini 3 sampai 4 kali lebih banyak pada anak lelaki daripada perempuan. b. Asperger Syndrome (AS) Asperger Syndrome yaitu abnormalitas yang secara kualitatif sama seperti autisme. Dapat disebut sebagai mild autism, tanpa gangguan yang signifikan dalam kognisi dan bahasa. Individu dengan sindrom asperger memiliki tingkat intelegensi dan komunikasi yang lebih tinggi daripada mereka yang autis masa anak-anak. Namun mereka kesulitan dalam interaksi sosial. Secara umum, dapat dikatakan bahwa Asperger adalah bentuk lebih ringan dari autisme. c. Rett Syndrome Rett Syndrome umumnya dialami anak perempuan. Muncul pada usia 7 sampai 24 bulan, dimana sebelumnya terlihat perkembangan yang normal, kemudian diikuti dengan kemunduran berupa hilangnya kemampuan gerakan tangan serta ketrampilan motorik yang telah terlatih. d. Childhood Disintegrative Disorder Childhood Disintegrative Disorder yaitu perkembangan yang normal hingga usia 2 sampai 10 tahun, kemudian diikuti dengan kehilangan kemampuan yang signifikan dalam ketrampilan terlatih pada beberapa bidang perkembangan setelah beberapa bulan gangguan berlangsung. Terjadi pula gangguan yang khas dari fungsi sosial,

10 komunikasi, dan perilaku. Sebagian penderita mengalami retardasi mental yang berat. e. Pervasive Developmental not Otherwise Specified (PDD-NOS) Pervasive Developmental not Otherwise Specified (PDD-NOS) adalah individu yang menampilkan perilaku autis, tetapi pada tingkat yang lebih rendah atau baru muncul setelah usia tiga tahun atau lebih. [9] Menurut Y. Handojo (2003) penyandang autisme mempunyai karakteristik tersendiri yaitu antara lain : a. Selektif berlebihan terhadap rangsang. b. Kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru c. Respon stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial d. Respon unik terhadap imbalan (reinforcement), khususnya imbalan dari stimulasi diri.[5] 2.1.2 Kriteria Autis Menurut Bonny Danuatmaja (2003) jika orang telah mengetahui karakteristik anak anak autisme sejak dini maka gejala anak autisme dapat dengan mudah dideteksi. Berikut ini kriteria autisme masa kanak-kanak: a. Harus ada minimum dua gejala dari tiga gejala yang muncul di bawah ini : 1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. a. Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang memadai, seperti kontak mata, ekspresi muka kurang hidup, dan gerak-geriknya kurang tertuju. b. Tidak dapat bermain dengan teman sebaya.

11 c. Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. d. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang labil. 2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi a. Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang (tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain selain bicara). b. Jika bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang. d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru. 3. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan a. Mempertahankan suatu permintaan atau lebih, dengan cara yang khas dan berlebihan. b. Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya. c. Ada gerakan -gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang. d. Seringkali sangat terpukau pada benda. b. Adanya keterlambatan atau gangguan dalam interaksi sosial, bicara dan berbahasa, dan cara bermain yang kurang variatif sebelum umur tiga tahun c. Tidak disebabkan oleh sindrom rett atau gangguan disintegratif masa kanak-kanak.[2]

12 Adapun ciri-ciri autis menurut Faisal Yatim (2003) yang menandai anak terkena autis yaitu: a. Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya b. Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya c. Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan mental pada anak = autistic-children) d. Reaksi / pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan tidak padan.[19] 2.1.3 Faktor Penyebab Autisme Faktor penyebab autisme dan diagnosa medisnya menurut Prasetyono (2008:69) adalah : a. Konsumsi obat pada ibu menyusui Obat migrain, seperti ergot obat ini mempunyai efek samping yang buruk pada bayi dan mengurangi jumlah ASI. b. Gangguan susunan saraf pusat Di dalam otak anak autis ditemukan adanya kelainan pada susunan saraf pusat di beberapa tempat. c. Gangguan metabolisme (sistem pencernaan) Ada hubungan antara gangguan pencernaan dengan gejala autis. Suntikan sekretin dapat membantu mengurangi gangguan pencernaan.

13 d. Peradangan dinding usus Sejumlah anak penderita gangguan autis, umumnya, memiliki pencernaan buruk dan ditemukan adanya peradangan usus. Peradangan tersebut diduga disebabkan oleh virus. e. Faktor genetika Gejala autis pada anak disebabkan oleh faktor turunan. Setidaknya telah ditemukan dua puluh gen yang terkait dengan autisme. Akan tetapi, gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen. f. Keracunan logam berat Kandungan logam berat penyebab autis karena adanya sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetis. Beberapa logam berat, seperti arsetik (As), antimon (Sb), Cadmium (Cd), air raksa (Hg), dan timbal (Pb), adalah racun yang sangat kuat.[14] 2.1.4 Karakteristik Anak Autisme Anak Autis mempunyai karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi sebagaimana menurut Suryana (2004: 16) : a. Komunikasi 1. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. 2. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah bicara tapi kemudian sirna. 3. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. 4. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain.

14 5. Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi. 6. Senang meniru atau membeo (echolalia). 7. Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya. 8. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa. 9. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu. b. Interaksi Sosial 1. Penyandang autistik lebih suka menyendiri. 2. Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan. 3. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman. 4. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh. c. Gangguan Sensoris 1. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. 2. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. 3. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda. 4. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. d. Pola Bermain 1. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. 2. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.

15 3. Tidak kreatif, tidak imajinatif. 4. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar. 5. Senang akan benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda. 6. Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana. e. Perilaku 1. Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (deficit). 2. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyanggoyang, mengepakan tangan, berputar-putar dan melakukan gerakan yang berulang-ulang. 3. Tidak suka pada perubahan. 4. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong. f. Emosi 1. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan. 2. Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang tidak diberikan keinginannya. 3. Kadang suka menyerang dan merusak. 4. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri. 5. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang.[18]

16 2.2 Definisi Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata ajar, dimana kata tersebut memiliki pengertian proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar (KBBI). Menurut Gagne dan Briggs (1979), pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkain peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal[4]. 2.3 Definisi Kognitif Konsep kognitif (dalam bahasa Latin cognosore. untuk mengetahui atau untuk mengenali ) merujuk kepada kemampuan untuk memproses informasi, menerapkan ilmu, dan mengubah kencederungan (Nehlig,2010)[12]. Dapat dikatakan sebagai semua proses mental yang digunakan oleh organisme untuk mengatur informasi seperti memeperoleh input dari lingkungan (persepsi), memilih (perhatian), mewakili (pemahaman), dan menyimpan (memori) informasi dan akhirnya menggunakan pengetahuan ini untuk menentukan perilaku (Bostrom & Sandberg, 2009)[1]. Kemampuan kognitif anak autis dapat dilatih dengan menggunakan aplikasi ini yaitu anak dapat mengenali dan menggambarkan bangun datar tersebut dan menyimpan pengetahuan dalam memorinya sehingga dapat diuji kembali ingatannya mengenali bangun datar. 2.4 Definisi Motorik Pengertian kemampuan motorik adalah sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relative melekat setelah masa kanak-kanak (Lutan, 1988)[16]. Menurut Magill Richard A, (1989:11) adalah berdasarkan kecermatan dalam melakukan gerakan keterampilan dibagi menjadi dua keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill)[8].

17 2.4.1 Definisi Motorik Kasar Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya (Sunardi dan Sunaryo, 2007: 113-114) [17]. 2.4.2 Definisi Motorik Halus Menurut Dini P dan Daeng Sari (1996:72) motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak[3]. Kemampuan motorik terutama motorik halus dapat dilatih menggunakan aplikasi ini dengan adanya fitur menggambar maka akan terlatih koordinasi mata dan tangan untuk menghasilkan gambar bangun datar yang tepat. 2.5 Definisi Metode Sensasi Anne Nurfarina (2012:233) menyatakan bahwa Metode sensasi adalah metode belajar alternatif yang memanfaatkan kepekaan anak-anak autis terhadap visual, bunyi atau gerak sebagai mediator untuk mengembangkan kemampuan kognisi, afeksi dan motorik melalui proses kreatif. Kepekaan anak-anak autis terhadap visual, bunyi atau gerak merupakan hal yang paling natural, yang diperoleh melalui panca indera atau sensori dari kejadian sehari-hari dilingkungan subjek. Metode Sensasi merupakan gabungan dua stimulus, yakni stimulus natural dan stimulus bentukan. Stimulus natural adalah sensasi yang mengenai sensori dari kejadian dan pengalaman sehari-hari, bukan karena intervensi atau paksaan, melainkan alamiah sesuai fitrahnya. Misalnya, bapak dan anak lelakinya menyukai acara sepak bola ketimbang ibu dan anak perempuannya yang menyukai acara memasak. Stimulus bentukan adalah pengkondisian sensori yang dikondisikan tersensasi, sehingga suka atau tidak suka subjek menerimanya. Karena itu, metode

18 sensasi merupakan penggabungan keduanya, stimulus bentukan yang bersinergi dengan stimulus natural. Subjek dapat distimulasi sensasinya oleh hal-hal yang dia suka, sehingga materi sensasi dapat diterima dengan baik, menjadi tahu, merangsang ingin tahu, dan berpengetahuan. Proses inilah yang disebut dengan belajar, belajar yang dihayati bukan belajar dengan paksaan. Menggambar dan film anak-anak hanya satu kasus yang mampu memberi sensasi pada penderita autis. Setiap individu berbeda sumber sensasinya, maka jelas sekali sumber sensasi tersebut banyak jenisnya. Karena itu, metode sensasi berbasis pada kondisi, unconditioned stimulus dan conditioned stimulus. Merujuk pada studi kasus dalam penelitian ini, tahapannya adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Tahapan Metode Sensasi (Sumber: Nurfarina, 2012) Keterangan: A. Unconditioned Stimulus (UCS): Memetakan subjek ketika menggambar dengan stimulus natural yakni kondisi terstimulasi sensasi audio atau visual oleh film anak-anak yang ditontonnya tanpa intervensi dari orang lain. B. Unconditioned Respons (UCR): Memetakan respon subjek ketika menggambar dengan stimulus natural melalui tokoh atau karakter dari film anak-anak yang disukai

19 C. Conditioned Stimulus (CS) dan Unconditioned Stimulus (UCS): Memetakan subjek dalam pengembangan objek gambar dengan memanfaatkan stimulus natural untuk bersinergi dengan stimulus bentukan melalui tokoh atau karakter dari film anak-anak yang ditontonnya. D. Conditioned Respons (CR): Memetakan respon subjek dengan memanfaatkan stimulus natural yang bersinergi dengan stimulus bentukan dalam pengembangan objek gambar untuk mengidentifiksi respon komunikasi.[13] 2.6 Pengertian Android Android adalah sebuah sistem operasi untuk perangkat mobile berbasis linux yang mencakup sistem operasi, middleware dan aplikasi. Android menyediakan sistem operasi yang terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi (Nazruddin, 2011)[11]. Menurut Meier (2009), Android adalah sebuah software stack bersifat Open source yang mencakup sistem operasi, middleware, dan key applications beserta sekumpulan Application Programming Interface (API) untuk merancang sebuah aplikasi mobile dengan menggunakan bahasa pemrograman Java[10]. Dari beberapa kutipan diatas dapat dikatakan bahwa pengertian lain dari android adalah sebuah sistem operasi yang dapat diciptakan untuk perangkat mobile yang yang bersifat lengkap terbuka dan bebas serta dapat dengan mudah diunduh dan digunakan sesuai kebutuhan oleh semua kalangan. Adapun pengertian dari lengkap, terbuka dan bebas yaitu : a. Lengkap (Complete Platform) Para designer program dapat melakukan pengembangan pada platform Android dengan lebih luas dan lengkap dengan tools-tools yang tersedia dalam membangun dan mengembangkan software.

20 b. Terbuka (Open Source Platform) Platform Android tersedia dengan lisensi Open Source. Pengembang dapat melakukan pengembangan aplikasi secara bebas. c. Bebas (Free Platform) Android adalah aplikasi yang bebas untuk dikembangkan. Dalam pengembangannya android tidak memiliki lisensi tertentu ataupun tidak dikenakan biaya royalti apapun, tidak ada biaya kenggotaan diperlukan. Tidak diperlukan biaya pengujian, tidak ada kontrak dalam bentuk apapun, android dapat diperjualbelikan dalam bentuk apapun. Saat ini android telah sangat diperhitungkan menjadi pesaing utama merkmerk besar seperti Apple maupun Microsoft dan merk lainnya. Pesatnya pertumbuhan android selain oleh faktor diatas adalah karena android merupakan platform yang sangat lengkap dalam segi sistem operasi, aplikasi, tools, dan didukung oleh perangkat dan teknologi yang serta merta juga ikut tumbuh beriringan. 2.6.1 Versi Android Adapun perkembangan android yang diklasifikasikan dalam beberapa versi adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Versi Android

21 2.6.2 Android Studio Android Studio merupakan salah satu tools dalam perancangan dan pengembangan software berbasis android dengan menggunakan bahasa pemrograman java. Android studio pertama kali dieprkenalkan pada tanggal 16 mei 2013 pada konferensi Google I/O oleh Produk Manajer Goggle, Ellie Powers. Android studi diliris bersifat free dibawah Apache Licence 2.0. Android studi dimulai dengan versi 0.1 pada bulan mei 2013, kemudian terus berkembang dan mulai stabil dimulai dengan versi 1.0. 2.6.3 API Gesture API Gesture merupakan salah satu fungsi pengenalan gesture seperti ketukan, sapuan, klik, dan pola pada sistem operasi android. Pengenalan gesture menggunakan fungsi android gesture dilakukan dengan cara menyimpan pola tertentu pada sebuah file berupa text yang berisi data sebagai berikut : Gambar 2.2 Database gesture store Data yang tersimpan terdiri dari gesture id, nama gesture, jumlah stroke (goresan), dan nilai koordinat pixel yang terlewati oleh goresan pola yang dibuat. Pola yang digambar oleh user akan dikenali dengan menghasilkan nilai prediksi yang dianggap memiliki kemiripan dengan pola yang terdapat pada data pada file penyimpan data gesture dengan menghitung jumlah stroke (jumlah garis), dan bentuk pola dengan membaca koordinat titik x dan y.

22 2.7 Tata Cara Pengujian Pengujian software merupakan tahapan terakhir sebelum dilakukan evaluasi, mengujian memiliki 2 (dua) cara yaitu: 1. Black Box Testing, yaitu metode pengujian dengan memfokuskan pada keperluan fungsional dari software. Pengujian black box dilakukan untuk menemukan kesalahan-kesalahan seperti fungsi yang salah atau hilang, kesalahan tampilan, kesalahan dalam mengakses database, dan kesalahan performa software 2. White Box Testing, yaitu metode pengujian yang dilakukan untuk menguji seluruh independent paths telah dilakukan minimal satu kali, pengujian logika pemisalan dari sisi benar atau salah, menguji perulangan yang terjadi sesuai dengan batasan operasionalnya, dan menguji struktur datanya. Dalam pengujian white box dibagi menjadi 3 tahapan yaitu : desain prosedur program diterjemahkan ke flow chart, selanjutnya diterjemahkan ke flowgraph, dan didefinisikan independent path dari flowgraph tersebut. Pada penghitungan Cyclomatic Complexity, semakin besar nilai yang dihasilkan maka semakin tinggi resiko kesalahan program yang akan terjadi, seperti pada tabel berikut: Tabel 2.2 Parameter Cyclomatic Complexity CC Type of Procedure Risk 1-4 A Simple Procedure Low 5-10 A wel structured and stable procedure Low 11-20 A more complex procedure Moderate 21-50 A complex procedure, alarming High >50 An error-prone, extremely troublesome, untestable procedure Very High