BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kematian ibu akibat preeklampsia di Indonesia adalah 9,8-25% (Schobel et al.,

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2.

VEGF 121 Rekombinan Dapat Memperbaiki Endoteliosis Gromerular pada Mencit Bunting Model Preeeklampsia

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

PENGARUH VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR 121 REKOMBINAN TERHADAP EKSPRESI HEAT SHOCK PROTEIN 70 PADA MENCIT (Musmusculus) MODEL PREEKLAMPSIA

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit betina strain C3H berusia 8

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. terdiri dari dua variabel yaitu variabel ekspresi IL-17 dan TNF- α dan yang

(Z ½α+Zβ ) BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2012 di

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar orang

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB IV METODE PENELITIAN. pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan

BAB V HASIL PENELITIAN. Pembuatan ekstrak etanol Morinda citrifolia L dengan cara mengekstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup (Kemenkes RI,

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest

Rekombinan Vascular Endothelial Growth Factor-121 Menekan Ekspresi Heat Shock Protein-70 pada Plasenta Mencit Model Preeklampsia

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan

EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETHANOL BUAH STRAWBERRY

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERASAN KENTANG (Solanum tuberosum. L ) SEBAGAI TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - Desember Hewan coba

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

ABSTRAK KADAR SOLUBLE FMS-LIKE TYROSINE KINASE-1 (SFLT-1) SERUM YANG TINGGI PADA IBU HAMIL SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA PREEKLAMPSIA

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

Gambar 6. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Hasil 4. 1. 1. Karakteristik Subjek Penelitian Tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisis fungsi VEGF 121 rekombinan sebagai terapi preeklamsia, terutama ekspresi VCAM-1 di plasenta sebagai gambaran perbaikan disfungsi endotel paska preeklamsia. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental analitik dengan rancang bangun Randomized Control Trial (RCT) dan dilakukan di Kandang Hewan Percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Sampel penelitian menggunakan hewan mencit (Mus musculus galur Swiss) betina bunting, umur 3 bulan, sehat, dengan berat badan 20-25 gram. Pengambilan sampel preparat dilakukan dari plasenta mencit yang sebelumnya telah dibedah dan dilakukan blok parafin kemudian dilakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk mengukur ekspresi VCAM-1. Adapun jumlah sampel sebanyak 30 sediaan plasenta mencit yang dibagi menjadi 3 kelompok mencit. Kelompok pertama tanpa diberi perlakuan, kelompok kedua mendapat perlakuan menjadi mencit model preeklamsia, kelompok ketiga mendapat perlakuan menjadi model preeklamsia dan mendapat VEGF 121 rekombinan.

4. 1. 2. Hasil Data Penelitian Hasil penelitian nilai rerata ekspresi VCAM-1 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Deskripsi Nilai Rerata VCAM-1 Su mb er: Out put, SP SS Kelompok N Rerata Standar. Deviasi 95% Confidence Interval for Mean Minimal Maksimal Batas Bawah Batas Atas Kontrol Negatif 10 0.970 0.5355 0.587 1.353 0.3 1.7 Kontrol Positif 10 2.940 0.9571 2.255 3.625 1.3 5.0 Perlakuan 10 2.140 0.6802 1.653 2.627 0.9 3.2 Total 30 2.017 1.0926 1.609 2.425 0.3 5.0 2016. Data yang ditampilkan pada tabel 4.1 untuk kelompok kontrol negatif mempunyai nilai VCAM-1 minimal sebesar 0,3, nilai maksimal sebesar 1,7 dan nilai rerata 0,970±0,5355, kelompok kontrol positif nilai VCAM-1 minimal sebesar 1,3, nilai maksimal 5,0 dan nilai rerata sebesar 2,940±0,9571. Adapun kelompok perlakuan mempunyai nilai VCAM-1 minimal sebesar 0,9, maksimal 3,2 dan rerata sebesar 2,140±0,6802.

Gambar 4. 1. Grafik Nilai Rerata VCAM-1 Pada gambar 4.1 nilai rerata kelompok kontrol negatif lebih rendah dibanding kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan lebih rendah dibanding kelompok kontrol positif. Kelompok Normal dibandingkan Kelompok Preeklamsia Gambar 4.2. Gambaran ekspresi VCAM-1 pada pembuluh darah plasenta. Gambar A. menunjukkan tidak adanya ekspresi VCAM-1 pada pada pembuluh darah plasenta mencit normal dan pada gambar B. menunjukkan adanya ekpresi VCAM-1 pada pada pembuluh darah plasenta mencit model preeklamsia yang ditandai dengan adanya warna coklat chromogen (tanda panah) pada endotel pembuluh darah.

Data yang ditampilkan pada tabel 4.1 untuk kelompok kontrol negatif mempunyai nilai VCAM-1 minimal sebesar 0,3, nilai maksimal sebesar 1,7 dan nilai rerata 0,970±0,5355, kelompok kontrol positif nilai VCAM-1 minimal sebesar 1,3, nilai maksimal 5,0 dan nilai rerata sebesar 2,940±0,9571. Kelompok Preeklamsia dibandingkan Kelompok Perlakuan VEGF 121 Rekombinan Gambar 4.3. Gambaran ekspresi VCAM-1 pada pembuluh darah plasenta. Gambar A. menunjukkan ekspresi VCAM-1 pada pada pembuluh darah plasenta mencit model preeklamsia dan pada gambar B. menunjukkan adanya ekspresi VCAM-1 yang lebih rendah pada pada pembuluh darah plasenta mencit model preeklamsia dengan pemberian VEGF 121 rekombinan. Kelompok kontrol positif nilai VCAM-1 minimal sebesar 1,3, nilai maksimal 5,0 dan nilai rerata sebesar 2,940±0,9571. Adapun kelompok perlakuan mempunyai nilai VCAM-1 minimal sebesar 0,9, maksimal 3,2 dan rerata sebesar 2,140±0,6802. Kelompok Normal dibadningkan Kelompok Perlakuan VEGF 121 Rekombinan

Gambar 4.4. Gambaran ekspresi VCAM-1 pada pembuluh darah plasenta. Gambar A. menunjukkan ekspresi VCAM-1 pada pada pembuluh darah plasenta mencit normal dan pada gambar B. menunjukkan adanya ekspresi VCAM-1 pada pembuluh darah plasenta mencit model preeklamsia dengan pemberian VEGF 121 rekombinan. Kelompok kontrol negatif mempunyai nilai VCAM-1 minimal sebesar 0,3, nilai maksimal sebesar 1,7 dan nilai rerata 0,970±0,5355, adapun kelompok perlakuan mempunyai nilai VCAM-1 minimal sebesar 0,9, maksimal 3,2 dan rerata sebesar 2,140±0,6802. 4. 2. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Kruskall-Wallis. Adapun kelanjutan dari uji Kruskall-Wallis adalah jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc Mann-Whitne, dengan kemaknaan sebesar 5%. 4. 2. 1. Uji Kruskall-Wallis Uji Kruskall-Wallis digunakan untuk mengetahui perbedaan jumlah VCAM-1 kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan secara bersama-sama. Hasil uji Kruskall-Wallis pada nilai chi square sebesar 17,439 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000<0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna nilai rerata VCAM pada ketiga kelompok perlakuan. 4. 2. 2. Uji Post Hoc

Untuk mengetahui letak kemaknaan dari ketiga kelompok jumlah VCAM-1 dilakukan Post Hoc Test dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Rekapitulasi pengujian selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.2. Uji Post Hoc Test Jumlah VCAM-1. No Pasangan Kelompok P Kesimpulan 1.Kontrol negatif - Kontrol positif 0.000* bermakna 2.Kontrol negatif - Perlakuan 0.001* bermakna 3.Kontrol positif - Perlakuan 0.035* bermakna *Signifikan p < 0.05 Sumber: Output SPSS 2016 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa 3 kelompok pembanding berbeda secara bermakna pada nilai rerata VCAM yaitu kelompok kontrol negatif dengan kelompok positif (p=0.000<0.05), kelompok negatif dengan kelompok perlakuan (p=0.001<0.05) dan kelompok positif dengan kelompok perlakuan (0,035<0.05). Dengan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian VEGF 121 rekombinan terhadap ekpresi VCAM-1 di plasenta mencit model preeklamsia yaitu penurunan ekspresi VCAM-1. 4. 3. Pembahasan Hasil penelitian ini dengan uji Kruskall-Wallis diperoleh nilai chi square sebesar 17,439 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000<0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara ketiga kelompok perlakuan (kelompok negatif, kelompok positif dan kelompok perlakuan). Pada uji post hoc antara kelompok kontrol positif (preeklamsia tanpa pemberian VEGF 121 rekombinan) dengan kelompok perlakuan (preeklamsia dengan pemberian VEGF 121 rekombinan) terdapat perbedaan

yang bermakna (p=0,035<0.05) ini menunjukan bahwa mencit preeklamsia dengan pemberian VEGF 121 rekombinan mempunyai nilai rerata VCAM-1 lebih rendah (2,14) dibanding nilai rerata mencit preeklamsia tanpa VEGF 121 (2,94), ini berarti dengan pemberian VEGF 121 rekombinan akan menurunkan ekspresi VCAM-1 pada mencit model preeklamsia. Hasil pengamatan imunohistokimia dan analisis data ekspresi VCAM-1 sesuai dengan kerangka konsep dimana pada mencit model preeklamsia dengan pemberian VEGF rekombinan 121, dimana ekspresi VCAM-1 sebagai salah satu penanda disfungsi endotel yang terjadi pada preeklamsia diharapkan lebih rendah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian lainnya, menurut Sulistyowati et al. (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa jika terjadi disfungsi endotel maka pada permukaan endotel akan diekspresikan molekul adhesi, seperti vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) dan intercellular cell adhesion molecule-1 (ICAM-1). Peningkatan kadar soluble VCAM-1 ditemukan dalam supernatan kultur sel endotel yang diinkubasi dengan serum penderita preeklamsia, tetapi tidak dijumpai peningkatan molekul adhesi lainnya seperti ICAM-1 dan E-selektin. Oleh karena itu diduga VCAM-1 mempunyai peranan pada preeklamsia. Dalam kepustakaan disebutkan bahwa peningkatan VCAM-1 menunjukkan kemungkinan adanya perubahan aktivitas endotel, dengan demikian terdapat kemungkinan adanya kerusakan endotel pada preeklamsia. Peningkatan VCAM-1 menunjukkan adanya aktivasi sel endotel (Anwar Anita et al, 2010). VEGF 121 rekombinan mempunyai reseptor di dinding endotel yaitu VEGFR-1 dan bisa terikat juga dengan ikatan yang lebih kuat pada sflt-1. VEGF 121

rekombinan berikatan dengan VEGFR-1 sehingga memicu proses angiogenesis. Pemberian terapi VEGF 121 rekombinan juga bisa menetralisasi efek dari peningkatan sflt-1 pada preeklamsia sehingga pengikatan sflt-1 ke faktor proangiogenik bisa menurunkan sflt-1 yang beredar dalam sirkulasi dan fungsi angiogenesis kembali normal (Maynard et al, 2011). Pemberian VEGF 121 rekombinan sebagai pengobatan preeklamsia pada hewan coba memiliki kemampuan menurunkan kadar sflt-1 dalam sirkulasi darah, secara klinis menurunkan tekanan darah, secara histopatologis perbaikan fungsi endotel dan mengurangi hipoksia plasenta. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Li et al. (2007), Bergmann et al. (2010), Gilbert et al. (2010), Mateus et al, (2011) dan Woods et al (2011) tentang pemberian VEGF 121 pada hewan coba menunjukkan hasil signifikan yang serupa antara lain menurunkan tekanan darah sistolik dan mengurangi kerusakan ginjal. VEGF 121 juga memperbaiki laju filtrasi glomerulus dan fungsi endotel yang mengalami penurunan tekanan perfusi uterus (RUPP/Reduction Uterine Perfusion Pressure). Penggunaan VEGF 121 rekombinan yang digunakan berasal dari Escherichia coli pada hewan coba menunjukkan hasil penurunan tekanan darah arterial dan mencegah onset hipertensi pada kehamilan lanjut, pemberian secara infus kontinyu juga memperbaiki disfungsi endotelial. Terkait dengan penelitian Agarwal dan Karumanchi (2011) penelitian pada hewan coba tikus model preeklamsia dengan pemberian VEGF-121 menunjukkan perbaikan GFR dan fungsi endotelial, juga menurunkan tekanan darah yang berhubungan kondisi iskemia plasenta dan ekspresi sflt-1 yang tinggi.

Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana pemeriksaan sampel plasenta pada tahapan subklinis preeklamsia dimana sindroma klinis preeklamsia belum tampak jelas dan penilaian perbaikan disfungsi endotel tidak dibandingkan dengan penilaian perbaikan klinis sindroma preeklamsia.