I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TEPUNG BERAS B. TEPUNG BERAS KETAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

TINJAUAN PUSTAKA. dengan klasifikasi sebagai berikut : Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai ton, beras ketan diimpor dari Thailand dan Vietnam, sedangkan

Proses pengolahan dodol susu terbagi atas pengadaan bahan, persiapan bahan, pernasakan, pendinginan, pengirisan, pembungkusan, dan pengepakan.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING PEMPEK

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

: Laila Wahyu R NIM :

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

BAB 1 PENDAHULUAN. Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.).

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Mi Kering Non Terigu Cooking Time

INOVASI PEMBUATAN ANEKA PRODUK OLAHAN DARI BENGKUANG. OLEH : Gusti Setiavani, STP. MP

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung

LOGO BAKING TITIS SARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

TEKNOLOGI PENGOLAHAN CABE MERAH. Oleh: Gusti Setiavani, STP

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan pangan dari waktu kewaktu terus berkembang dan belum dapat diatasi hingga saat ini, terutama bagi negara yang sedang berkembang yang pertumbuhan penduduknya relatif tinggi. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan meningkatkan dan memaksimalkan penggunaan sumber daya alam dan hasil pertanian. Uli ketan atau yang lebih dikenal dengan sebutan ulen (bahasa Sunda) adalah salah satu makanan Khas Sunda diantara banyak makanan tradisional lain yang dikenal di Tanah Pasundan, seperti opak, ranginang, wajit, awug, nagasari, putri noong, dan angling. Ulen ini terbuat dari campuran beras ketan putih, kelapa parut, dan garam. Cara membuatnya dikukus seperti membuat nasi. Setelah matang baru dicampur dengan parutan kelapa, dan garam. Kemudian ditumbuk dan dimasukkan ke dalam cetakan agar bentuknya rapih. Setelah dingin baru kemudian dipotong-potong, dan siap disantap (Ila, 2013). Konsumsi rata-rata per kapita seminggu beras ketan putih di seluruh Indonesia pada tahun 2012 sebesar 1.675 kg, dan di tahun 2013 konsumsi beras ketan mengalami penurunan menjadi 1.642 kg, sedangkan di tahun 2014 kembali mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 1.626 kg (Badan Pusat Statistik, 2015).

Bahan baku yang biasanya digunakan pada proses pembuatan uli ketan adalah beras ketan putih. Beras ketan putih (Oryza sativa glutinosa) merupakan salah satu varietas padi yang termasuk dalam famili Graminae. Butir beras sebagian besar terdiri dari zat pati (sekitar 80-85%) yang terdapat dalam endosperma yang tersusun oleh granula-granula pati yang berukuran 3-10 milimikron. Beras ketan juga mengandung vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral dan air. Komposisi kimiawi beras ketan putih terdiri dari karbohidrat 79,4 % ; protein 6,7 % ; lemak 0,7 % ; Ca 0,012 % ; Fe 0,008 % ; P 0,148 % ; Vit B 0,0002 % dan Air 12 % (Triwitono, 2013). Proses pembuatan uli ketan memakan waktu yang cukup lama, dalan rangka mengefisiensikan waktu dalam pembuatan uli ketan maka dapat digunakan tepung beras ketan sebagai bahan baku utama. Tepung beras ketan sebagai bahan utama penyusun ulen merupakan bahan pangan mengandung pati yang mempunyai sifat mampu mengikat air karena memiliki kandungan amilosa yang rendah yaitu sebesar 1-2 %. Selain itu tepung beras ketan hampir seluruhnya didominasi oleh amilopektin yaitu 99,7% yang bersifat sangat lekat dan lengket, berwarna putih, tidak transparan, dan hampir seluruh patinya adalah amilopektin (Triwitono, 2013). Tepung beras ketan memberi sifat kental sehingga membentuk tekstur makanan semi basah menjadi elastis. Kadar amilopektin yang tinggi menyebabkan sangat mudahnya terjadi gelatinisasi bila ditambah dengan air dan memperoleh perlakuan pemanasan. Hal ini terjadi karena adanya pengikatan hidrogen dan

molekul-molekul tepung beras ketan (gel) yang bersifat kental (Siswoputranto, 1989). Proses pembuatan uli ketan ditambahkan pula dengan tambahan kelapa parut. Hal ini tertujuan untuk memberi cita rasa dan aroma pada pada uli ketan. Daging buah kelapa segar yang tua mempunya kandungan air sekitar 50% dan lemak 30% (Sudarsono, 1981), karena pada proses pemasakan dilakukan pemanasan sehingga air diuapkan maka yang menentukan produk akhir adalah minyaknya. Hal ini lah yang menyababkan bila kelapa atau santan ditambahkan kedalam bahan pangan akan memberi cita rasa yang lebih gurih. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh perbandingan antara tepung beras ketan basah dan tepung beras ketan kering terhadap karakteristik uli ketan (Oryza sativa glutinosa)? 2. Bagaimana pengaruh konsentrasi kelapa parut terhadap karakteristik uli ketan (Oryza sativa glutinosa)? 3. Bagaimana pengaruh interaksi antara perbandingan antara tepung beras ketan basah dengan tepung beras ketan kering dan konsentrasi kelapa parut tehadap karakteristik uli ketan (Oryza sativa glutinosa)?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah mendapatkan komposisi yang tepat dari produk uli ketan (Oryza sativa glutinosa). Sehingga dihasilkan produk dengan karakteristik yang sesuai dengan selera konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara tepung beras ketan bahas dan tepung beras ketan kering, dan konsentrasi kelapa yang optimal pada pembuatan uli ketan (Oryza sativa glutinosa). 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah : Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis dari beras ketan putih umumnya dan uli ketan khususnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman produk makanan dari beras ketan menjadi produk yang siap dikonsumsi. Manfaat lain untuk ilmu pengetahuan adalah dapat memberikan informasi pengembangan teknologi dan pengolahan serta wawasan yang luas dalam membuat uli ketan dengan berbahan dasar tepung beras ketan. 1.5. Kerangka Pemikiran Tepung beras ketan adalah salah satu jenis tepung yang berasal dari beras ketan (Oryza sativa glutinosa) yaitu varietas dari padi (Oryza sativa) famili graminae yang termasuk dalam biji-bijian (cereals) yang ditumbuk atau digiling dengan mesin penggiling (Damayanti, 2000).

Tepung beras ketan memberi sifat kental sehingga membentuk tekstur j menjadi elastis. Kadar amilopektin yang tinggi menyebabkan sangat mudah terjadi gelatinisasi bila ditambah dengan air dan memperoleh perlakuan pemanasan pada suhu 56 o C - 60 o C. Hal ini terjadi karena adanya pengikatan hidrogen dan molekul-molekul tepung beras ketan yang bersifat kental (Haryati, 1994 dalam Hatta, 2012). Menurut Haryadi (2006), pada saat proses pemanasan dengan keberadaan air, pati yang terkandung dalam tepung ketan menyerap air dan membentuk pasta yang kental dan pada saat dingin pati membentuk massa yang kenyal, lenting, dan liat. Kandungan utama tepung adalah pati yang memiliki sifat tidak larut dalam air dingin, tetapi apabila suspensi pati dalam air dingin dipanaskan, kekentalannya akan meningkat dan terbentuk suatu pasta pati. Apabila konsentrasi pati cukup tinggi akibat pemanasan akan terbentuk gel pati. Proses pembentukan gel dari suspensi pati tersebut dinamakan gelatinisasi pati (Meyer, 1973). Sifat kental pati ini biasanya digunakan untuk mengatur tekstur bahan pangan. Pati merupakan karbohidrat terpenting dari jaringan tanaman yang secara umum tersusun atas dua kelompok utama yaitu amilosa dan amilopektin. Pati pada beras ketan tersusun dari dua polimer karbohidrat yaitu, amilosa dan amilopektin dimana amilosa yaitu pati dengan struktur tidak bercabang dan amilopektin merupakan pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket (Juhariah, 2013).

Rasio antara amilosa dan amilopektin berbeda untuk setiap pati. Pada umumnya tergantung pada jenis tumbuhan asalnya. Kandungan amilopektin yang tinggi pada beras akan menyebabkan beras menjadi lebih lekat dari beras yang amilopektinnya kurang (Juhariah, 2013). Apabila kadar amilosa tinggi, maka akan bersifat kering, kurang lekat dan cenderung meresap air lebih banyak atau hidroskopis (Hariyanto, 1992). Amilosa dan amilopektin mempunyai sifat fisik yang berbeda antara lain dalam hal kelarutannya. amilosa lebih mudah larut dalam air dan kurang kental dibandingkan dengan amilopektin. Perbandingan antara amilosa dan amilopektin memberikan karakter tingkat kekenyalan bahan makanan. Semakin tinggi amilopektin maka sifat bahan tersebut semakin kenyal. Menurut Fennema (1985), gelatinisasi, kekentalan larutan dan karakteristik gel pati tidak hanya bergantung pada suhu, tetapi juga pada senyawa senyawa lain yang ada dalam larutan, misalnya gula, protein, lemak, asam, dan air. jika senyawa senyawa seperti itu ada dalam jumlah besar, Aw akan rendah dan gelatinisasi tidak akan terjadi hanya dalam sebatas tertentu saja. Dalam hal ini senyawa tidak akan memperlambat gelatinsasi dalam mengikat air yang seharusnya diikat pati. Proses pembuatan dodol, tepung ketan dapat diperoleh dengan cara perendaman beras ketan selama 2-3 jam. Setelah itu beras ketan dicuci bersih dan ditiriskan. Selanjutnya beras ketan digiling dan diayak dengan ayakan berukuran 80 mesh sampai diperoleh tepung ketan yang halus (Sahutu, 2004).

Menurut masyarakat pada umumnya, proses pembuatan uli ketan secara tradisional dilakukan dengan proses perandaman, pencampuran bahan tambahan seperti garam dan kelapa parut, pemanasan, dan penggorengan atau dibakar. Proses perendaman biasanya dilakukan selama 6-9 jam untuk menghasilkan uli ketan dengan tekstur terbaik yang sesuai dengan yang diharapkan. Resep cara pembuatan uli ketan menurut masyarakat betawi yaitu proses perendaman pada beras ketan dilakukan selama 4-6 jam, selanjutnya dicuci bersih dan dilakukan pengolahan (Hista, 2015). Menurut masyarakat sunda, beras ketan sebagai bahan baku utama proses pembuatan ulen dicuci hingga bersih dan selanjutnya direndam selama 1 malam (Tatang, 2015). Ketupat ketan padang merupakan masakan khas Sumatra yang terbuat dari beras ketan. Pada proses pembuatannya beras ketan dicuci bersih, selanjunya direndam selama 1-2 jam dan ditiriskan (Tim Dapur Demedia, 2010). Beras yang dipilih pada proses pembuatan dodol piknik harus beras yang berkualitas. Beras ketan, bahan baku utama harus benar-benar berkualitas prima, sebagai penentu tingkat kelengketan dodol, beras ketan direndam selama 2 jam, setelah itu ditumbuk hingga jadi tepung. Beras putih kering, bahan pembantu untuk memudahkan agar dalam pengadukan tidak terlalu lengket. (Histi, 2012). Proses pembuatan uli ketan dilakukan penambahan kelapa parut yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa pada pebuatan uli ketan. Penambahan santan berfungsi sebagai pemberi rasa gurih. Santan kelapa merupakan bagian terpenting dari menu masyarakat Indonesia, dan relatif dikonsumsi dalam jumlah besar. Penggunaan santan kelapa adalah sebagai komponan penyedap dalam

masakan tradisional. Disamping itu, santan sering digunakan dalam pembuatan dessert es krim, es puter, dan berbagai roti serta dodol. Adapun penambahan kelapa parut yang ditambahkan konsentrasinya berkisar antara 10%-20%, jika penambahan kelapa terlalu sedikit maka rasa dari uli ketan tidak akan lezat. Sedangkan jika penambahan kelapa parut terlalu banyak, maka produk yang dihasilkan memiliki tekstur yang kasar dan kurang kental, hal ini kurang disukai oleh masyarakat pada umumnya. Menurut Ila (2013), dalam pembuatan ulen bahan yang digunakan adalah satu kilogram beras ketan dan 120 g/ satu butir kelapa muda yang diparut. Pada proses pembuatan uli ketan betawi, untuk 500 g beras ketan yang digunakan, dibutuhkan kelapa yang sudah diparut sebanyak 80 g kelapa parut. 1.6. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diduga bahwa interaksi perbandingan antara tepung beras ketan basah dan tepung beras ketan kering, serta konsentrasi kelapa berpengaruh terhadap karakteristik uli ketan (Oryza sativa glutinosa). 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No. 193 Bandung. Analisis elastisitas dilakukan di laboratorium jasa uji Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Padjajaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor. Mulai bulan Oktober sampai Desember 2016.