HUBUNGAN RITUAL IBADAH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH 2 MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. delinquency (perilaku jahat atau kenakalan anak muda), merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. B. Identifikasi Variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai upaya penggambaran proses perjalanan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DESA PANDUMAN KECAMATAN JILBUK JEMBER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kuantitatif. Metode ini dinamai metode kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Azwar (2000, h. 5) mengatakan bahwametode

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya 1. Dari jenis masalah yang

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penerapan metode penelitian, yang digunakan adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menguji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan kuantitatif yang data-datanya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB V PENUTUP. 1. Langkah persiapan guru dalam pembinaan perilaku keberagamaan siswa. mengadakan rapat untuk membuat perencanaan dan merancang

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP PLUS MAMBAUL ULUM SUKOWONO JEMBER SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional bertujuan

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini memegang peranan penting, sehingga penerapannya memerlukan

BAB III METODE PENELITIAN. Tapa, Kabupaten Bone Bolango Kota Gorontalo. Waktu penelitian diadakan dalam jangka waktu paling kurang tiga bulan,

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA SANTRIWATI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian. Penyusunan desain penelitian merupakan tahap perencanaan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP N 29 PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sekolah Menengah Aatas Negeri 1 Grati Pasuruan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif dengan pendekatan mixed methods. Menurut Sarwono mixed. empiris dan menjawab rumusan masalah 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR BAGAN... xi. DAFTAR LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN...

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berorientasi pada pengembangan, pembelajaran dan pengajaran al-qur an,

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dari kata benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata re dan

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12)

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti kegiatan di sekolah, peduli terhadap orang lain, berkenan membantu

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH RELIGIUSITAS DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOASRI KABUPATEN MADIUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bawah naungan Departemen Agama, dan secara akademik berada di bawah

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet

BAB III METODE PENELITIAN. lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2009). Dalam metode penelitian

HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN RITUAL IBADAH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH 2 MALANG ABSTRAK Rahayu, Rafika Isti. 2015. Hubungan Ritual Ibadah dengan Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 2 Malang. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing : Dr. H. M. Lutfi Mustofa, M.Ag Kata kunci : Ritual Ibadah, Kenakalan Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Pada masa ini merupakan masa pencarian jati diri sehingga mereka cenderung bertingkah laku labil. Dalam keadaan labil, remaja sangat rawan terjerat pengaruh-pengaruh negatif, seperti kenakalan remaja, contohnya perkelahian, pencurian, penyalahgunaan obat, membolos sekolah. Penyebab dilakukannya perilaku kenakalan remaja adalah kurangnya pelaksanaan ritual ibadah pada diri remaja, seperti melaksanakan sholat, puasa, zakat, dan lain sebagainya. Pada dasarnya melaksanakan ritual ibadah dapat mencegah kenakalan remaja terjadi sehingga tercipta solidaritas di antara remaja. Fenomena tersebut memunculkan rumusan masalah yang perlu dikaji dan diteliti secara mendalam yaitu bagaimana tingkat ritual ibadah, tingkat kenakalan remaja, dan hubungan antara ritual ibadah dengan kenakalan remaja di sekolah menengah kejuruan Muhammadiyah 2 Malang? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ritual ibadah, dan untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja, serta untuk membuktikan hubungan antara tingkat ritual ibadah dengan tingkat kenakalan remaja di SMK Muhammadiyah 2 Malang. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif korelasional. Variabel bebas adalah ritual ibadah, sedangkan variabel terikatnya adalah kenakalan remaja. Subyek yang diteliti sebanyak 65 orang. Pengambilan data dengan metode kuesioner. Uji validitas dengan rumus Product Moment, uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach. Menggunakan program software SPSS 20.0 for Windows. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat ritual ibadah siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 45 siswa (69%) dan tingkat kenakalan remaja berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 46 siswa (71%). Korelasi antara ritual ibadah dengan kenakalan remaja di SMK Muhammadiyah 2 Malang yaitu dengan koefisien korelasi (-0,652) dan dengan nilai signifikan 0.000, data tersebut berarti bahwa terdapat korelasi (hubungan) negatif yang signifikan antara ritual ibadah dengan kenakalan remaja. Semakin rendah ritual ibadah maka semakin tinggi kenakalan remaja.

1. PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anaka-angka ke dewasa. Pada masa ini merupakan masa pencarian jati diri sehingga cenderung bertingkah laku labil. Dalam keadaan labil, remaja sangat rawan terjerat pengaruh-pengaruh negatif, seperti kenakalan remaja, Penyebab dilakukannya perilaku kenakalan remaja adalah kurangnya pelaksanaan ritual ibadah pada diri remaja. Pada dasarnya melaksanakan ritual ibadah dapat mencegah kenakalan remaja terjadi sehingga tercipta solidaritas di antara remaja. Fenomena tersebut memunculkan rumusan masalah yaitu: bagaimana tingkat ritual ibadah, tingkat kenakalan remaja, dan hubungan antara ritual ibadah dengan kenakalan remaja di sekolah menengah kejuruan Muhammadiyah 2 Malang? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ritual ibadah, dan untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja, serta untuk membuktikan hubungan antara tingkat ritual ibadah dengan tingkat kenakalan remaja di SMK Muhammadiyah 2 Malang. 2. KAJIAN TEORI Kenakalan remaja menurut Santrock (1995), mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran, hingga tindakan-tindakan kriminal. (Nindya & Margaretha, 2012: 2) Dalam Kamus Lengkap Psikologi, delinquency (delikuensi, kejahatan, pelanggaran) yaitu satu pelanggaran, serangan, kesalahan, atau

kejahatan, yang relatif minor melawan undang-undang legal, khususnya dilakukan oleh anak-anak muda yang belum dewasa. (Chaplin, 2009: 128) Mappiare (1982: 192) mengatakan, bahwa kenakalan remaja adalah pengabaian karena tidak tahu dan tidak mau tahu terhadap peraturan yang ada sehingga menimbulkan pelanggaran. Jenis-jenis kenakalan remaja dipaparkan oleh Jensen (dalam Sarwono, 2001: 200). Terdapat 4 macam jenis kenakalan remaja, yaitu: a. Kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain b. Kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain. d. Kenakalan yang mengingkari status. Menurut Turner, ritual dapat diartikan sebagai perilaku tertentu yang bersifat normal, dilakukan dalam waktu tertentu secara berbeda, bukan sekedar sebagai rutinitas yang bersifat teknis. Melainkan merujuk pada tindakan yang disadari oleh keyakinan religius terhadap kekuasaan atau kekuatan-kekuatan mistis (Soehadha, 2006: 207). Sedangkan menurut Ibnu Katsir, mengartikan ibadah sebagai himpunan kesempurnaan cinta, tunduk, dan takut kepada Allah. (Tono & dkk, 1998: 3) Menurut ulama tauhid, ibadah adalah meng-esakan Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa setunduk-tunduknya kepada-nya. (Hatta 2010: 84a)

Berdasarkan konsep religiusitas Glock & Stark (dalam Ancok 1995: 80) bahwa dalam keberislaman, dimensi ritual atau dimensi peribadatan menyangkut pelaksaaan shalat, puasa, zakat/shadaqah, haji, membaca al- Qur an, do a, zikir, ibadah kurban, i tikaf di masjid, dan sebagainnya. 3. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif korelasional. Variabel bebas adalah ritual ibadah, sedangkan variabel terikatnya adalah kenakalan remaja. Subyek yang diteliti sebanyak 65 orang. Pengambilan data dengan metode kuesioner. Uji validitas dengan rumus Product Moment, uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach. Menggunakan program software SPSS 20.0 for Windows. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Tingkat ritual ibadah pada siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang dari 65 subyek,sebanyak 45 siswa berada pada kategori rendah (69%), 19 siswa pada kategori sedang (29%), dan 1 siswa pada kategori tinggi (2%). Tingkat kenakalan remaja di SMK Muhammadiyah 2 Malang dari 65 subyek, sebanyak 46 siswa pada kategori sedang (71%), 14 siswa pada kategori tinggi (21%), dan 5 siswa pada kategori rendah (8%). Pada korelasi hubungan ritual ibadah dengan kenakalan remaja menggunakan korelasi product

moment pearson didapatkan hasil koefisien korelasi rxy= -0,652; sig= 0.000. b. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, secara umum tingkat ritual ibadah pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Malang berada pada kriteria sedang dan rendah, namun lebih dominan berada pada kriteria sedang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa, masuk pada kriteria rendah yaitu sebesar 45, dan sebesar 19 siswa masuk pada kriteria sedang, serta sisanya 1 siswa masuk pada kriteria tinggi. Artinya bahwa sebagian besar siswa yaitu sebesar 69% siswa sangat kurang dalam menjalakan ritual ibadah agama islam. Ancok menjelasakan bahwa dalam konsep keberislaman Glock & Stark, dimensi ritual atau disebut juga dimensi peribadatan menyangkut pada pelaksaaan shalat, puasa, zakat/shadaqah, haji, membaca al- Qur an, do a, zikir, ibadah kurban, i tikaf di masjid, dan sebagainnya. Kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Malang berada pada kriteria sedang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa masuk pada kriteria sedang yaitu sebesar 46, dan sebesar 14 siswa masuk pada kriteria tinggi, serta sisanya 5 siswa masuk pada kriteria rendah. Artinya bahwa sebagian besar siswa yaitu sebesar 70% siswa kurang mampu menaati segala aturan-aturan tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Kenakalan remaja dalam penelitian ini memiliki empat indikator yaitu kenakalan yang

dapat menimbulkan korban fisik, kenakalan yang dapat menimbulkan korban materi, kenakalan sosial, dan kenakalan melawan status. Hasil analisis tentang hubungan antara ritual ibadah dengan kenakalan remaja pada siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang yang dilakukan uji korelasi didapati kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang negatif. Hubungan kedua variabel tesebut juga signifikan nilai p = 0,000 < 0,05. Koefisien yang diperoleh adalah sebesar 0,652 yang menunjukkan hubungan antara kedua variabel negatif yaitu semakin rendah tingkat ritual ibadah maka semakin tinggi tingkat kenakalan remaja. 5. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Tingkat ritual ibadah pada siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang dari 65 subyek, sebanyak 45 siswa berada pada kategori rendah (69%). Tingkat kenakalan remaja di SMK Muhammadiyah 2 Malang dari 65 subyek, sebanyak 46 siswa pada kategori sedang (71%). Uji korelasi hubungan ritual ibadah dengan kenakalan remaja menggunakan korelasi product moment pearson didapatkan hasil koefisien korelasi rxy= -0,652; sig= 0.000. Kesimpulannya ada hubungan negatif yang signifikan antara ritual ibadah dengan kenakalan remaja pada siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang, maka semakin rendah tingkat ritual ibadah maka semakin tinggi tingkat kenakalan remaja.

b. Saran Bagi sekolah diharapkan agar dapat menyusun, menciptakan dan juga menggalakan program bagi siswa, strategi dan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan keagamaan atau ibadah siswa. Bagi guru hendaknya dapat terus memberikan perhatian khusus dan pembinaan kepada siswa yang sering mengalami masalah pelanggaran tata tertib sekolah. Para siswa diharapkan mampu membentengi diri mereka dari perilaku kenakalan remaja dengan selalu meningkatkan ritual ibadahnya. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian dengan penelitian serupa hendaknya lebih memperhatikan kelemahan pada skala yang disebar pada subyek untuk mengindari faking good yaitu yang memberi kesan ingin dinilai baik oleh orang lain.