Naskah-Naskah Koleksi Merapi-Merbabu Mata Rantai Sejarah Kesusastraan Jawa

dokumen-dokumen yang mirip
SEJARAH KOLEKSI NASKAH MERAPI-MERBABU DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

BAB 1 PENDAHULUAN. Naskah naskah..., Andriyati Rahayu, FIB UI., Universitas Indonesia

NASKAH NASKAH MERAPI MERBABU: TINJAUAN ATAS AKSARA DAN PERKEMBANGANNYA TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 DESKRIPSI NASKAH

KAKAWIN SENA (DALAM TINJAUAN FILOLOGIS)

Prasasti Ciaruteun Suatu teka-teki, Laba-laba atau Lambang Sri? - Esai - Horison Online

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

Daftar Referensi. Coolsma, S Tata Bahasa Sunda (Husein Widjajakusumah dan Yus Rusyana, Penerjemah). Jakarta: Djambatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali

Mencapai Keselamatan: Tinjauan Awal Pengaruh Islam dalam Skriptoria Merapi-Merbabu Abad 16-18

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 4. LAPORAN DAN SURATLatihan Soal 4.1

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

DAFTAR PUSTAKA. Bakker, J. W. M Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah. Budaya IKIP Universitas Sanata Dharma.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

erapl-merbab as anal a es x.arti(a etyawati

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

Daftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka.

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

UNIVERSITAS INDONESIA WAWACAN MAJAPAIT KARYA HAJI HASAN MUSTAPA: SUNTINGAN TEKS, TERJEMAHAN, DISERTAI ANALISIS TEMA DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

SPMB 2007 IPS Terpadu

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskŗta berarti puji-pujian, tergolong dalam dokumen resmi

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) DAN BAHAN FILOLOGI NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra Indonesia bisa diketahui dengan banyaknya karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

Kerajaan Mataram Kuno

MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

23/03/2010 Drs. Sumiyadi, M.Hum./Jurdiksatrasia, FPBS,UPI

DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 423/KMK.06/2003 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

TELAAH EDISI NASKAH "SADJARAH BANTEN" SEBAGAI SUMBER DATA TEKSTUAL BAGI PENGKAJIAN SEJARAH: Tinjauan Disertasi Titik Pudjiastuti

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB 8 PENUTUP. Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL NASKAH KUNA NUSANTARA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI. Jakarta, 5 Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati

2016, No Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tahapan, Prog

LONTAR KAKAWIN BHARATAYUDHA SEBAGAI BAHAN CERITA BERGAMBAR MENUJU INDUSTRI KREATIF ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi museum berasal dari berbagai kelompok pendidikan. Siswa baik dari

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Kedudukan Pujangga Dalam Kesusastraan Jawa 1

SILABUS KAJIAN PROSA FIKSI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Salah satu bentuk peninggalan budaya yaitu aksara nusantara.

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 302/KMK.01/2002 TENTANG

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

oleh Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Bahasa Indonesia untuk Broadcast Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta 2015

Transkripsi:

Naskah-Naskah Koleksi Merapi-Merbabu Mata Rantai Sejarah Kesusastraan Jawa Oleh: Titik Pudjiastuti Makalah disajikan dalam Seminar Naskah-Naskah Merapi-Merbabu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta, 15 Agustus 2001

Naskah-Naskah Koleksi Merapi-Merbabu Mata Rantai Sejarah Kesusastraan Jawa Oleh: Titik Pudjiastuti I. Pengantar Berbicara tentang naskah, apalagi naskah Jawa kita tidak boleh lupa bahwa di dunia ini terdapat sejumlah naskah yang dapat dikatakan masih sebagai hutan belantara. Disebut demikian, karena keberadaan koleksi naskah itu baru diketahui oleh segelintir orang saja dan, informasinya pun masih gelap. Padahal menurut van der Molen (1983) secara histories koleksi naskah tersebut sangat penting, karena dapat mengungkapkan sejarah kesusastraan Jawa yang semula diduga missing link atau hilang (de Casparis, 1975). Beberapa pakar dari dunia naskah Jawa menyebut koleksi tersebut sebagai naskah-naskah koleksi Merapi Merbabu. Mengapa disebut demikian, berapa banyak jumlahnya, dimanakah saat ini disimpan, bagaimana wujudnya, bentuknya, hurufnya, apa saja isinya, apakah sudah ada yang menelitinya, siapa dan bagaimana hasil penelitiannya, dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul jika seseorang diperkenalkan dengan naskahnaskah koleksi Merapi-Merbabu tersebut. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, berikut adalah uraian singkat mengenai hal tersebut.

II. Asal Usul Naskah Merapi-Merbabu Berdasarkan informasi van der Molen (1983) dan Wiryanartana (1990) dapat diketahui bahwa yang disebut Koleksi Merapi- Merbabu adalah kumpulan naskah yang ditemukan pertama kali pada tahun 1822 di lereng sebelah barat Gunung Merbabu, tepatnya di desa Kedakan, Residen Kedu. Naskah-naskah tersebut milik keluarga Pak Kojo, cicit Panembahan Windoesono, seorang pendeta Budha yang ketika Islam masuk ke Jawa Tengah ia menyingkir ke lereng Merapi dengan membawa serta lebih kurang 1000 naskah. Namun, menurut informasi van der Molen (1983), seiring dengan perjalanan waktu naskah-naskah tersebut telah menyusut dan kini hanya tinggal kurang lebih 400 naskah. Informasi pertama mengenai naskah-naskah tersebut ditemukan dalam laporan statistik bertanggal 12 agustus 1923, yakni laporan yang ditulis pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal van der Capellen. Tiga puluh tahun kemudian, Bataviaasch Genootschap berusaha untuk memperolehnya. Usaha ini silakukan dengan susah payah, karena Pak Kojo pemilik naskah-naskah tersebut sangat sulit melepaskan naskah-naskah warisan tersebut. Namun, akhirnya naskah-naskah tersbeut berhasil diambil. Pengambilalihan naskah-naskah tersebut diketahui melalui berita laporan teratnggal 27 April 1952. sejak waktu itu, sebagian besar naskah naskah koleksi Merapi-Merbabu tersimpan di Bataviaasch Genootschap. Dikatakan sebagian naskah, karena sebagian lain naskah-naskah Merapi-Merbabu tersebut juga

ada yang terbawa ke tempat lain, di antaranya di perpustakaan perpustakaan di Paris - Perancis, Berlin - German, dan juga Leiden - Belanda (Pigeaud, 1967). III. Para Peneliti Dua belas tahun setelah naskah-naskah Merapi-Merbabu menjadi milik Bataviaasch Genootschap, Cohen Stuart menyusun daftar naskah koleksi itu. Berdasarkan penyusunan itu dapat diketahui bahwa naskah-naskah Merapi-Merbabu tersebut sebagain besar menggunakan bahan naskah berupa lontar. Adapun tulisannya sangat unik. Berkenaan dengan tulisan pada naskah-naskah tersebut, Bleecker menyebutnya tulisan kuno, sedangkan Cohen stuart menyebutnya tulisan Buda. Alasan penyebutan Cohen Stuart ini tidak diketahui, karena ia tidak menyebutkan pendapatnya. Para peneliti yang juga tertarik dan pernah menyibukkan dirinya dengan naskah-naskah Merapi-Merbabu adalah: 1. Friedirch. Ia berusaha membuat daftar naskah koleksi Merapi-Merbabu. Berdasarkan penelitiannya ia menyatakan bahwa naskah-naskah itu ditulis oleh orang yang bukan Muslim, karena isinya mengenai pengertian-pengertian agama India (Hindu). Bahasanya pun sanagat dekat dengan karya sastra Kawi di Bali. Informari lainnya, adalah semua naskah ditulis dalam prosa dan isinya tentang agama hindu. 2. Cohen Stuart. Dapat dikatakan Cohen Stuart adalah orang pertama yang berusaha menyusun katalog naskah Merapi-Merbabu. Dari pengamatannya atas naskah-naskah itu, ia mengoreksi pendapat Friederich. Dikatakannya bahwa

tidak semua naskah Merapi-Merbabu berisi ajaran agama Hindu, di antaranya ada juga yang berisi tentang pengertian-ajaran agama Islam. Mengenai isinya, ia mengatakan bahwa tidak semua teks Merapi-Merbabu ditulis dalam prosa, karena cukuip banyak juga ditulis dalam tembang. Cohen Stuart juga mengemukakan tentang penanggalan naskah. Ia menyimpulkan bahwa naskahnaskah koleksi Merapi-Merbabu sebagian besar kemungkinannya merupakan karya-karya ditulis pada kurun waktu abad ke 16 dan 17. 3. Willem van der Molen. Ia merupakan peneliti pertama yang megamati salah satu koleksi naskah Merapi-Merbabu secara khusus. Naskah yang dikajinya berjudul Kunjarakarna. Hasil penelitiannya dilahirkan dalam disertasinya yang terbit tahun 1983. Pusat perhatian van der Molen dalam penelitianya adalah paleografi dan penanggalan naskah. Secara khusus ia mengamati perkembangan huruf dan penanggalan yang termuat dalam naskah yang dikajinya. Hasil penelitiannya telah memberi sumbangan yang sangat berarti bagi sejarah kesusastraan Jawa, karena ia memberi gambaran yang tepat mengenai perkembangan huruf Jawa dari masa ke masa dan cara penghitungan penanggalan naskah yang akurat. 4. I. Kuntara Wiryamartana. Ia mengikuti jejak van der Molen, ia juga mengkaji salah satu naskah koleksi Merapi-Merbabu secara khusus. Teks yang dikajinya berjudul Arjunawiwaha. Namun, tidak seperti van der Molen yang mengamati huruf dan penanggalan naskah, Wiryamartana lebih menekankan perhatiannya pada isi teks. Kajiannya adalah masalah transformasi teks. Bahwa melalui perjalanan waktu, isi teks nskah juga dapat mengalami perkembangan

pemahaman sesuai dengan resepsi para pembacanya. Hasil penelitian Wiryamartana juga dilahirkan dalam disertasinya yang terbit tahun 1990. IV. Penutup Dari uraian singakat di atas, kita menyadari bahwa masih banyak hal yang belum kita ketahui mengenai naskah-naskah koleksi Merapi-Merbabu. Oleh karena itu, penyusunan katalog Naskah Merapi-Merbabu yang saat ini dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) melalui bantuan tenaga para pakar naskah Merapi-Merbabu, yaitu Willem van der Molen, Kuntara Wiryamartana, dan Kartika Setyawati adalah suatu langkah yang sangat baik dan tepat. Karena melalui katalog naskah tersebut para peneliti yang masih awam tetapi berminat untuk meneliti naskah-naskah Merapi-Merbabu akan dapat menggunakannya sebagai penunjuk jalan dalam memasuki hutan belantara naskah-naskah Merapi Merbabu. Daftar Bacaan Casparis, J. G. De 1975 Indonesian Paleography. A History of writing in Indionesian from the beginning to c. AD 1500. Leiden/Köln: Brill Molen, W van der 1983 Javaanse Tekskritiek. Een overzicht en een nieuwe benadering geillustreerd aan de Kunjarakarna. VKI 102. Holland/USA: Foris. Wiryamartana, I. Kuntara 1990 Arjunawiwaha. Transformasi teks Jawa Kuna lewat tanggapan dan penciptaan di lingkungan sastra Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana University press.