BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 54

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. dan 2015 dipilih karena merupakan data terbaru. menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel yang dipilih tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk daftar Corporate Governance Perception Index (CGPI) periode tahun

BAB III METODE PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. corporate governance dan budaya perusahaan terhadap corporate risk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. periode dan dipilih dengan cara purposive sampling artinya metode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu metode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang lebih sedikit. Hal ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Berdasarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini objek penelitian dipilh dengan metode purposive

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dengan metode purposive sampling maka diperoleh 143 perusahaan yang. Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Jumlah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Analisis Descriptive Statistics. N Minimum Maximum Mean LDR 45 40,22 108,42 75, ,76969

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, maka diperoleh. Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN sampai tahun 2015, dengan jumlah sampel sebanyak 120 perusahaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Nama : Nurlita NPM : Pembimbing : Rini Tesniwati,SE.,MM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari data-data sekunder berupa laporan keuangan yang telah diperoleh, maka

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selanjutnya akan membahas mengenai penelitian tentang pengaruh komisaris

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode

WIWI WIDIA NINGSIH 2C EB19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia selama periode tahun diperoleh jumlah sampel sebanyak 12

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan hipotesis. Hasil penelitian dan pembahasan ditampilkan secara

BAB IV HASIL PENELITIAN

Fildza Aqmarina Imanda. II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Sampel yang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia (BEI) dan Bursa Efek Malaysia (BEM) pada tahun Sampel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Penggunaan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran data yang akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan ditampilkan secara sendiri-sendiri. Penelitian ini mengunakan alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan. Tabel 4.1.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan publik yang terdaftar berjumlah 393 perusahaan. Sampel dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengaruh penggunaan derivatif keuangan, board of director, return on

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. atau populasi dan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), minimum, Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Deskriptif Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dewan komisaris dan

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

: Fuad Rizky Sandi NPM : : Dr. Lana Sularto, SE., MMSI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh GCG dan Manajemen Risiko

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun dan

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Perusahaan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014 sampai 2015. Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 54 perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria. Berikut perincian proses pengambilan sampel dapat dilihat pada table 4.1 : TABEL 4.1 Proses Pengambilan Sampel Keterangan 2014 2015 Jumlah Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 40 45 85 Perusahaan perbankan yang tidak melaporkan (7) (6) (13) keuangan secara berturut-turut Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan (0) (0) (0) keuangan secara lengkap Perusahaan yang tutup buku tidak pada tanggal 31 (0) (0) (0) Desember Data outlier (6) (12) (18) Jumlah Sampel 27 27 54 33

34 B. Kualitas Instrumen Data 1. Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif pada penelitian ini menyajikan jumlah data, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviation, Adapun dekriptif disajikan dalam tabel berikut : TABEL 4.2 Uji Statistik Deskriptif Model N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation Dewan_Komisaris 54 3,00000 9,00000 5,0925926 1,83538098 Persentase_Rapat 54 0,46400 1,00000 0,8613093 0,15749147 Proporsi_Independen 54 0,40000 0,75000 0,5832830 0,09258589 Komite_Audit 54 3,00000 6,00000 3,8703704 0,99140260 Mandatory_Disclosure 54 0,7725 0,98431 0,9070428 0,05583293 Valid N 54 (listwise) Sumber: Hasil Olah Data Statistik, 2016 Berdasarkan pengujian statistik pada tabel 4.2 akan dijelaskansebagaiberikut: Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 54. Variabel di atas menunjukkan jumlah anggota dewan komisaris memiliki jumlah rata-rata sebesar 5 orang dengan jumlah nilai minimum 3 orang yaitu pada perusahaan PT Bank MNC International Tbk, Bank Capital Indonesia Tbk, Bank Sinarmas Tbk, PT Bank Dinar International Tbk, PT Bank Nationalnobu Tbk, PT Bank Panin Syariah Tbk, Bank Mega Tbk, dan

35 jumlah nilai maksimum 9 orang yaitu pada perusahaan Bank Negara Indonesia Tbk. Variabel persentase rapat dewan komisaris memiliki jumlah ratarata sebesar 86 % dan standar devisi sebesar 0,15749147, dengan jumlah nilai minimum 46% yaitu pada perusahaan Bank Mandiri (Persero) Tbk, jumlah nilai maksimum 100% yaitu pada perusahaan PT Bank MNC International Tbk,Bank Pundi Indonesia Tbk, Bank Permata Tbk, Bank Sinarmas Tbk, PT Bank Dinar International Tbk, Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk, dan Bank Danamon Indonesia. Variabel Proporsi komisaris independen memiliki jumlah rata-rata sebesar 58% dan standar deviasi sebesar 0,09258589, dengan jumlah nilai minimum 40% yaitu pada perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk, dan jumlah nilai maksimum 75% yaitu pada perusahaan PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk, Bank Victoria International Tbk. Variabel jumlah anggota komite audit memiliki jumlah rata-rata sebesar 3 orang standar devisi sebesar 0,99140260, dengan jumlah nilai minimum 3 orang yaitu pada perusahaan Bank Rakyat IIndonesia Agroniaga Tbk, Bank Capita Bank Nusantara Parahyangan Tbk, Bank Pundi Indonesia Tbk, PT Bank QNB Indonesia Tbk, dan jumlah nilai maksimum 6 orang yaitu pada perusahaan Bank Artha Graha International Tbk, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Bank JTrust Indonesia Tbk.

36 Variabel tingkat kepatuhan mandatory disclosure memiliki jumlah rata-rata sebesar 90% dan standar devisi sebesar 0,05583293, dengan jumlah nilai minimum 77% yaitu pada perusahaan PT Bank Dinar International Tbk, jumlah nilai maksimum 98% yaitu pada perusahaan Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 2. Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan model penelitian regresi linear berganda. Model penelitian regresi linear berganda mempunyai syarat-syarat bahwa tidak terdapat autokorelas, multikolinearitas dan homoskedastisitas serta data yang digunakan terdistribusi secara normal. Berikut ini hasil uji masingmasing asumsi klasik : a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang telah dikumpulkan terdistribusi secara normal atau diambil dari populasi normal (Nazaruddin dan Tri Basuki, 2016). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Tabel 4.3 menunjukkan ringkasan dari hasil uji normalitas. Hasil pengujian normalitas disajikan pada table 4.3

37 TABEL 4.3 Hasil Uji Normalitas Sumber: Hasil Olah Data Statistik, Unstandardized 2016 Residual N 54 Kolmogorov-Smirnov Z 0,658 Asym. Sig. (2-tailed) 0,780 Berdasarkan hasil dari uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S), memperlihatkan hasil signifikansi yang berada diatas 5% atau 0,05. Nilai Asymp. Sig (2-tailed) yang diperoleh melalui uji one-sample kolmogorovsmirnov (KS) sebesar 0,780 menunjukkan lebih besar dari alpha 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah antara variabel pengganggu masing-masing variabel saling mempengaruhi. Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson) dengan kriteria D-U < D-W < 4-D-U. TABEL 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Nilai Dubin-Watson Kesimpulan 1 2,003 Tidak Terjadi Autokeralasi S umber: Hasil Olah Data Statistik, 2016

38 Berdasarkan tabel 4.4, hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2,003. Nilai tersebut berada pada daerah du < dw < 4-du yaitu 1,3669<2,003 < 2,2316, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari autokorelasi. c. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam regresi. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Uji Multikolinieritas dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor) dengan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 dan VIF tidak lebih dari 10 (Ghozali, 2011). TABEL 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF Kesimpulan Dewan_Komisaris 0,598 1,674 Tidak terjadi Multikolinearitas Persentase_Rapat 0,906 1,104 Tidak terjadi Multikolinearitas Proporsi_Independen 0,728 1,374 Tidak terjadi Multikolinearitas Komite_Audit 0,740 1,351 Tidak tterjadi Multikolinieritas Sumber: Hasil Olah Data Statistik, 2016 Tabel 4.5 menunjukkan nilai tolerance menunjukkan semua variabel independen dalam penelitian ini memiliki toleransi lebih besar dari 0,10 dan

39 nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk semua variabel kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas dalam penelitian. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variancevariance dari residual pengamatan satu ke pengamatan lain itu tetap pada model regresi. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Dengan menggunakan uji glejser, uji heteroskedastisitas dilihat dari nilai signifikan > 0,05, maka disimpulkan data tidak terjadi heteroskedastisitas. TABEL 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig Kesimpulan Dewan_Komisaris 0,101 Tidak ada Heteroskedastisitas Persentase_Rapat 0,784 Tidak ada Heteroskedastisitas Proporsi_Independen 0,772 Tidak ada Heteroskedastisitas Komite_Audit 0,315 Tidak ada Heteroskedastisitas Sumber: Hasil Olah Data Statistik, 2016 Hasil penelitian menunjukkan tidak satupun variabel bebas yang signifikan secara statistic mempengaruhi variabel terikat. Hal ini terlihat dari

40 tingkat probabilitas signifikan di atas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Uji Hipotesis a. Uji Nilai F Uji F digunakan dalam analisis regresi linear berganda untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen secara simultan atau apakah model ini ini layak atau tidak, yang terdapat dalam tabel annova (Nazaruddin dan Tri basuki, 2016). TABEL 4.7 Hasil Uji Nilai F Model F hitung Sig. Regression 9,581 0,000 Sumber: Hasil Olah Data Statistik, 2016 Berdasarkan hasil analisis di atas terlihat nilai F hitung pada model tersebut sebesar 9,581 dengan signifikansi sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua variabel independen (jumlah anggota dewan komisaris, persentase Rapat dewan komisaris, proporsi komisaris independen, jumlah komite audit) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya mandatory disclosure pada sektor perbankan di Indonesia.

41 b. Adjusted R 2 R square (R 2 ) adalah sebesarapa besar kecocokan variabel atau seberapa besar variabel independen menerangkan variabel dependen (Nazaruddin dan Tri Basuki, 2016). Nilai dari R square ditentukan dengan nilai Adjusted R Square. TABEL 4.8 Adjusted R Square Model Adjusted R Square 1 0,393 Sumber: Hasil Olah Data Statistika, 2016 Pada tabel 4.8 bahwa nilai Adjusted R 2 adalah 0,393, hal tersebut berarti bahwa 39,3% variabel corporate governance maka dapat dijelaskanoleh jumlah anggota dewan komisaris, proporsi komisaris independen, persentase rapat dewan komisaris, jumlah anggota komite audit dan sisanya 60,7% dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain diluar persamaan. c. Uji Nilai t Uji sig digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara individual (parsial) dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian parameter individual masing-masing variabel yaitu jumlah anggota dewan komisaris, persentase rapat dewan komisaris, proporsi komisaris independen, jumlah anggota komite audit seberapa jauh dapat menerangkan variabel tingkat kepatuhan

42 mandatory disclosure. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan nilai signifikan 0,05. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan nilai sig. dan nilai koefisien beta. Jika nilai signifikan > 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh sifnifikan terhadap variabel dependen sehingga hipotesis ditolak. Jika nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, dan nilai koefisien beta harus searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Hasil uji t adalah sebagai berikut: TABEL 4.9. Hasil Uji Nilai t Variabel Unstandardized Coefficients Sumber: Hasil Olah Data Statistik, 2016 B Std. Error Standardized Coefficients Beta (Contant) 0,850 0,070 12,064 0,000 Berdasarkan tabel 4.10 dapat dihasilkan uji nilai t sebagai berikut: t Sig. Kesimpulan Dewan_Komisaris 0,018 0,004 0,590 4,262 0,000 Diterima Persentase_Rapat -0,087 0,040-0,244-2,171 0,035 Ditolak Proporsi_Independen 0,056 0,076 0,092 0,737 0,465 Ditolak Komite_Audit 0,002 0,007 0,037 0,301 0,765 Ditolak Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa jumlah anggota dewan komisarisberpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama yang terdapat dalam tabel 4.9, diperoleh bahwa koefisien regresi untuk variabel

43 jumlah anggota dewan komisaris sebesar 0,018 dan nilai t hitung sebesar 4,262 dengan signifikansi sebesar 0,000 yang nilai signifikansinya lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (α=5%) atau p-value 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah anggota dewan komisarisberpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, H1 diterima. Hipotesis dua dalam penelitian ini menyatakan bahwa persentase rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Berdasarkan hasil uji hipotesis dua yang terdapat dalam tabel 4.9, diperoleh bahwa koefisien regresi untuk variabel persentase rapat dewan komisaris sebesar -0,087 dan nilai t hitung sebesar -2,171 dengan signifikansi sebesar 0,035 yang berarti nilai signifikansinya lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (α=5%) atau p-value 0,035< 0,05. Walaupun hasil signifikansi lebih kecil, namun koefisien regresi memiliki arah negatif, sehingga hasil ini menunjukkan bahwa persentase rapat dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, H2 tidak berhasil didukung. Hipotesis tiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Berdasarkan hasil uji hipotesis tiga yang terdapat dalam tabel 4.9, diperoleh bahwa koefisien regresi untuk variabel proporsi komisaris independen sebesar 0,056 dan nilai t hitung sebesar 0,737 dengan signifikansi sebesar 0,465 yang berarti nilai signifikansinya lebih

44 besar dari tingkat signifikansi 0,05 (α=5%) atau p-value 0,0465 >0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, H3 ditolak. Hipotesis empat dalam penelitian ini menyatakan bahwa jumlah anggota komite audit berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Berdasarkan hasil uji hipotesis empat yang terdapat dalam tabel 4.9, diperoleh bahwa koefisien regresi untuk variabel persentase jumlah anggota komite audit sebesar 0,002 dan nilai t hitung sebesar 0,301 dengan signifikansi sebesar 0,765 yang berarti nilai signifikansinya lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 (α=5%) atau p-value 0,0465 > 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah anggota komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Dengan demikian, H4ditolak. 4. Pembahasan (Interpretasi) a. Pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Penerimaan hipotesis pertama ini mengindikasikan bahwa jumlah dewan komisaris yang besar disuatu perusahaan akan mendorong manajemen untuk mematuhi peraturan sehingga pihak manajemen tidak akan memiliki peluang dalam mencari keuntungan

45 untuk dirinya sendiri. Dengan adanya dewan komisaris menjadikan pengawasan atas kinerja manajemen semakin ketat sehingga akan mencegah pihak manajemen melakukan kecurangan terhadap pengungkapan laporan keuangan dan pengungkapan laporan keuangan akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Supriyono et al. (2014) dan Nafisah (2011) menunjukkan bahwa jumlah anggota dewan komisaris bepengaruh terhadap tingkat pengungkapan mandatory disclosure. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Prawinandi et al. (2012) yang juga tidak menemukan pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan. b. Pengaruh persentase kehadiran rapat dewan komisaris terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa persentase rapat dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Alasan mendasar dari hasil penelitian ini dapat disebabkan karena semakin sering rapat diadakan secara penuh (100%) proses pengungkapan laporan keuangan cenderung kurang berjalan dengan maksimal karena dewan komisaris dalam rapat lebih membahas hasil, pengembangan dan strategik perusahaan saja, tidak membahas proses pengungkapan. Dalam berjalannya rapat juga terkadang terdapat seorang atau lebih komisaris yang mendominasi jalannya rapat dan hanya mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya sehingga

46 mengesampingkan kepentingan perusahaan, padahal proses rapat sangat penting dalam menentukan efektivitas dewan komisaris (Muntoro, 2006). Hal ini didukung oleh penelitian Hafiz et al. (2015) yang menyatakan bahwa rapat dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclsosure. Berbeda dengan penelitian Rahmawati dan Sutiyok (2014), Soehardjanto dan Dewi (2011) yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh positif rapat dewan komisaris terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. c. Pengaruh proporsi komisaris independen terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% belum cukup tinggi untuk membuat komisaris independen tersebut mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris (Sutedi, 2011). Menurut Utami et al. (2012) jika komisaris independen merupakan pihak mayoritas (>50%) mungkin dapat lebih efektif dalam memonitoring perusahaan. Namun dalam penelitian ini rata-rata komisaris independen sebesar 58% belum mampu membuktikan bahwa komisaris independen mempengaruhi tingkat kepatuhan mandatory disclosure karena kekuatan komisaris independen pada perusahaan tidak cukup kuat dan tidak memiliki kuasa penuh, serta komisaris independen juga lebih membahas keputusan strategik perusahaan.

47 Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Hendrawati (2016) dan Utami et al. (2012) yang menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kepatuhan mandatory disclosure.akan tetapi tidak mendukung penelitian Prawinandi et al. (2012) yang menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS. d. Pengaruh jumlah komite audit terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure Hasil pengujian hipotesis ke empat menunjukkan bahwa jumlah anggota komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Penolakan penelitian mengindikasikan bahwa jumlah komite audit yang terlalu besar (>3 orang) maka koordinasi serta komunikasi dalam komite audit menjadi sulit dilakukan sehingga tugas pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan komite audit untuk membantu dewan komisaris menjadi kurang efektif sehingga tidak dapat mendorong manajemen untuk melakukan mandatory disclosure yang lebih tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto et al. (2010) bahwa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh pitasari dan Septiani (2014), Gunawan dan

48 Hendrawati (2016) bahwa jumlah komite audit memiliki pengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure.