I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Peranan usaha milcro dan kecil dalam perekonomian nasional semakin

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan terhadap ekspor menyediakan kesempatan untuk meningkatkan kegiatan perdagangan luar negeri yang memang sering langka dialami negara-negara berkembang. Perluasan terhadap ekspor memungkinkan negara berkembang mencapai economies of scale pada perusahan-perusahannya. Juga perluasan ekspor dapat memberikan stimulus bagi pertumbuhan produktivitas sehingga negara berkembang dapat bersaing dan memasuki pasar internasional. Secara konseptual, faktor perluasan ekspor tersebut begitu potensial mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Namun keberhasilannya bergantung pada inisiatif dan kapabilitas pemerintah dan para pelaku bisnis mengambil kebijakan dan menjalankan proses yang ada sebaikbaiknya. Juga, keberhasilan perluasan ekspor masih tergantung pada keunggulan sumberdaya dan produktivitas serta faktor internal dan eksternal lain yang turut mempengaruhinya pada masing-masing negara berkembang. Secara umum kondisi perekonomian negara berkembang memiliki ciri seperti (1) tingkat income per kapita yang rendah, (2) produksi dan investasi pada berbagai sektor produksi masih rendah, (3) industri-industri yang dimiliki dominan industri kecil dengan teknologi sederhana sementara industri-industri besar dengan high technology relatif belum banyak berkembang, (4) jumlah populasi cukup tinggi dengan konsekuensi angkatan kerja yang besar dan potensi

2 pengangguran, dan (5) ekspor produk masih didominasi oleh produk-produk primer. Kondisi seperti yang disebutkan dapat memotivasi pemerintah negara sedang berkembang untuk memanfaatkan potensi ekspor yang ada di negaranya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Potensi ekspor pada suatu negara berkembang erat terkait dengan potensi sumberdaya dan keunggulan yang dimiliki negara tersebut. Tidak jauh berbeda dengan negara berkembang lainnya, Indonesia juga memiliki kondisi perekonomian sesuai ciri negara berkembang di atas. Hal yang lebih spesifik adalah Indonesia baru saja mengalami krisis ekonomi yang hebat, yang menyebabkan perekonomian terpuruk jauh lebih rendah lagi. Akibat krisis itu, kini Indonesia tengah mengupayakan pemulihan ekonomi dimana sangat diperlukan suatu pendekatan dan strategi pemecahan yang tepat. Dalam hal ini perluasan dan peningkatan ekspor memiliki peluang menjadi sebuah strategi yang tepat. Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah, sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit. Meskipun perekonomian Indonesia didominasi usaha kecil dan menengah, namun sejak semula pemerintah lebih mengandalkan usaha besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baik sektoral maupun nasional. Sementara itu usaha-usaha kecil dan menengah kurang mendapat perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Dalam prakteknya usaha besar mendapat perhatian khusus dan dukungan untuk meningkatkan produksinya baik dari jumlah maupun skalanya.

3 Tambunan (2002) telah menunjukkan sejumlah kasus sebagai bukti adanya kesalahan mengabaikan pengembangan perekonomian yang mengutamakan usaha-usaha berskala kecil dan menengah yang dominan dikerjakan masyarakat Indonesia. Kasus seperti lambatnya pemulihan ekonomi secara total hingga saat ini tidak lain berkaitan dengan kesalahan strategi pembangunan industri yang bias ke Usaha Besar (UB) dan mengabaikan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Fakta yang terjadi saat krisis, Usaha Besar (UB) yang berbasis bahan baku impor mengalami kebangkrutan sementara Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berbasis bahan baku domestik tetap eksis. Secara mendasar, mengandalkan pengembangan industri domestik yang berbasis bahan baku lokal dan merakyat seperti industri kecil dan menengah adalah hal yang potensial untuk meletakkan fundamen industri nasional yang kokoh di masa depan. Hal ini dinilai lebih baik dibanding mengandalkan industri besar berbasis bahan baku luar negeri yang intensif membutuhkan banyak devisa tetapi tidak menjangkau secara luas komunitas usaha masyarakat Indonesia dan pencari kerja domestik. Tambunan (2002) juga menyebutkan bahwa negara-negara seperti Jepang dan Taiwan yang kini memiliki industri maju, pada awalnya mengembangkan industrinya berbasis industri-industri kecil yang berteknologi sederhana. Melalui perjalanan waktu, industri-industri ini kemudian bertumbuh menjadi industri-industri menengah dan besar dengan teknologi yang makin tinggi. Searah dengan hal ini, peletakkan dasar pembangunan industri ke depan di Indonesia sebaiknya berbasis pada industri-industri kecil dan menengah. Jika dilihat, anjuran untuk kembali membangun industri dalam negeri berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tersebut bukan tanpa alasan. Usaha

4 Kecil dan Menengah ini sesungguhnya memiliki peran yang besar di dalam negara yang didominasi usaha berskala kecil dan menengah seperti Indonesia. Peran UKM tersebut secara umum adalah : (1) sebagai lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenagakerja sehingga berpotensi mengurangi pengangguran dan kemiskinan, (2) memberikan kontribusi kepada peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi, dan (3) berkontribusi kepada peningkatan ekspor sekaligus berpotensi memperluas ekspor dan investasi. Kemampuan UKM untuk menyerap banyak tenagakerja merupakan suatu potensi yang besar. Jumlah UKM yang mencapai 49 689 588 unit saat ini dengan kapasitas menyerap tenagakerja masing-masing dua hingga tiga orang akan potensial untuk menurunkan angka pengangguran. Bila hal ini dapat diwujudkan maka secara terstruktur pengangguran dapat teratasi dengan merata di berbagai wilayah Tanah Air. Hal ini dapat terjadi karena UKM diusahakan oleh banyak pelaku bisnis dan menyebar pada berbagai wilayah di Indonesia. Keuntungan lain yang dapat dicapai disini adalah potensi penyerapan tenagakerja oleh UKM menyediakan kesempatan bagi tenagakerja untuk menerima pendapatan dibanding mereka tetap menganggur. Dengan demikian secara otomatis tercipta pengurangan kemiskinan secara permanen bahkan sekaligus tercipta perbaikan dalam distribusi pendapatan di antara penduduk. Kontribusi UKM terhadap peningkatan PDB dan pertumbuhan ekonomi terbuka lebar. Potensi jumlah unit usaha yang besar dari UKM akan menyediakan kontribusi yang lebih besar kepada pembentukan PDB. Lebih dari itu pertumbuhan output pada UKM akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional. Potensi UKM dalam mendukung peningkatan PDB berdiri di atas

5 keunggulannya menggunakan sumberdaya lokal. Penggunaan sumberdaya lokal sudah tentu menghemat devisa dan yang terutama adalah untuk mengoptimalkan sekaligus meningkatkan produktivitas sumberdaya lokal sehingga efisien termanfaatkan. Kontribusi UKM terhadap PDB juga begitu erat terkait dengan perluasan sisi produksinya. Tahap selanjutnya, perluasan produksi membutuhkan ekspansi investasi pada UKM. Peningkatan investasi akan mendorong peningkatan penggunaan sumberdaya alam dan tenagakerja lokal. Hal ini tentu akan efektif mempromosikan growth, menumbuhkan kapasitas produksi nasional, dan menciptakan pemerataan di antara penduduk. Dalam hal peningkatan ekspor, produk-produk UKM memiliki karakteristik unik yang diminati konsumen luar negeri. Produk ekspor UKM berpotensi menembus pasar internasional melalui spesialisasi produk sesuai permintaan pasar dunia. Jika keunikan produk ekspor UKM terus dikembangkan maka berpotensi meningkatkan nilai ekspor UKM, mendorong peningkatan investasi dan kapasitas produksi, kuantitas produksi, peningkatan teknologi, dan nilai tambah dari produk yang tercipta. Secara keseluruhan, begitu besar peranan UKM untuk tujuan peletakan fundamen industri dalam negeri yang kokoh. Juga peranan itu begitu besar dalam meciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil dari waktu ke waktu dalam keragaman tingkatan hidup masyarakat. Dengan peranan seperti ini, bukan tidak mungkin pengembangan terhadap UKM pada masa sekarang akan memberikan hasil maksimal bagi kemajuan perekonomian di masa datang. Sejak semula UKM belum menjadi prioritas di dalam perekonomian nasional dibanding Usaha Besar. Tetapi setelah krisis ekonomi, perhatian dan

6 prioritas diberikan kepada pengembangan UKM. Perkembangan yang ada sekarang menunjukkan bahwa UKM telah memberikan peran positif dalam perekonomian nasional. Tabel 1 berikut menyajikan data tentang kedudukan dan peranan Usaha Kecil dan Menengah dibandingkan dengan Usaha Besar (UB) dalam perekonomian Indonesia. Aspek-aspek kedudukan dan peranan tersebut mencakup perkembangan jumlah unit usaha, penyerapan tenagakerja, kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB), nilai ekspor dan investasi dalam beberapa tahun terakhir. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja, Kontribusi pada PDB, Nilai Ekspor dan Nilai Investasi UKM dan UB Tahun 1999 2005. Uraian dan T a h u n Skala Usaha 1999 2002 2005 1. Unit Usaha (unit) 37.913.608 40.885.207 44.693.759 a. UKM 37.911.723 40.881.584 44.689.588 (99,99 %) (99,99 %) (99,99 %) b. UB 1.885 3.623 4.171 (0,01 %) (0,01 %) (0,01 %) 2. Penyerapan TK (org) 67.536.322 75.819.341 80.268.773 a. UKM 67.169.844 73.278.434 77.678.498 (99,46 %) (99,65 %) (96,77 %) b. UB 366.478 2.540.907 2.590.275 (0,54 %) (3,35 %) (3,23 %) 3. Nilai pad PDB (jt Rp) 1.099.731.637 1.610.564.951 2.729.708.420 a. UKM 647.475.956 915.912.858 1.480.003.067 (58,88 %) (56,87 %) (54,22 %) b. UB 452.255.681 694.652.094 1.249.705.341 (41,12 %) (43,13 %) (45,78 %) 4. Nilai Ekspor (jt Rp) 359.221.604 506.879.985 569.588.387 a. UKM 52.594.121 87.290.034 109.129.334 (14,64 %) (17,22 %) (19,16 %) b. UB 306.627.483 419.589.951 460.460.330 (85,36 %) (82,78 %) (80,84 %) 5. Nilai Investasi (Jt Rp) 226.015.772 326.165.265 599.776.451 a. UKM 89.993.916 137.451.159 275.367.242 (39,82 %) (42,14 %) (45,91 %) b. UB 136.021.857 188.714.106 324.409.325 (60,18 %) (57,85 %) (54,09 %) Keterangan : angka ( ) menunjukkan kontribusi. Sumber : BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM berbagai tahun.

7 Data Tabel 1 menunjukkan jumlah unit usaha UKM sangat besar, rata-rata 99 persen dari total usaha nasional. Usaha Kecil dan Menengah sangat dominan menyerap tenagakerja (rata-rata 98 persen) dibanding UB. Dari sisi kontribusi pada PDB, UKM masih menyumbang dalam persentase lebih besar (rata-rata di atas 50 persen) dibanding UB (di bawah 50 persen). Nilai ekspor UKM masih relatif kecil (di bawah 20 persen), namun terus menunjukkan peningkatan sementara UB cenderung menurun. Nilai investasi baru UKM terus menunjukkan peningkatan sedangkan UB mengalami penurunan. Indikator Makro Ekonomi UKM yang dikeluarkan BPS tahun 2005 menunjukkan belanja barang modal UB terus menurun sedangkan UKM mengalami peningkatan. Data tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Struktur Barang Modal Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2000 hingga 2005 (persen). Tahun Skala Jenis Barang Modal Usaha Bangunan Mesin Kendaraan Lainnya Total UKM 33.10 3.64 3.12 1.13 40.99 2000 UB 42.95 9.70 3.95 2.41 59.01 Total 76.05 13.34 7.07 3.54 100.00 UKM 34.26 3.92 3.25 1.35 42.78 2001 UB 41.04 9.16 4.53 2.50 57.22 Total 75.30 13.07 7.78 3.85 100.00 UKM 34.51 3.69 2.77 1.37 42.34 2002 UB 42.57 9.21 3.82 2.07 57.66 Total 77.08 12.89 6.59 3.44 100.00 UKM 36.23 3.19 2.31 1.15 42.86 2003 UB 46.26 6.88 2.01 1.99 57.14 Total 82.49 10.06 4.32 3.13 100.00 UKM 38.85 3.47 2.65 1.20 44.16 2004 UB 42.45 8.68 2.37 2.34 55.84 Total 79.30 12.15 5.02 3.53 100.00 UKM 38.12 3.80 2.83 1.16 45.91 2005 UB 40.03 9.26 2.59 2.21 54.09 Total 78.15 13.05 5.42 3.38 100.00 Sumber : BPS, 2005. Data-data pada Tabel 1 dan 2 di atas memperlihatkan bahwa UKM memiliki potensi untuk diandalkan dalam peletakan dasar pembangunan ekonomi nasional ke depan.

8 1.2. Perumusan Masalah Terdapat dua aspek mendasar dalam penjelasan latar belakang di atas yaitu (1) perluasan dan pengembangan terhadap bidang ekspor berpeluang meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dan (2) anjuran untuk kembali meletakkan fundamen perekonomian Indonesia berdasarkan pembangunan dan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Kedua aspek tersebut sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini dan ditunjang oleh sumberdaya dan spesifikasi-spesifikasi yang ada di dalam negeri. Dengan demikian upayaupaya untuk menggerakkan dan mengembangkan bidang ekspor UKM dan bahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan bidang UKM secara menyeluruh adalah penting untuk dilaksanakan pada saat sekarang. Data pada Tabel 1 telah menunjukkan bahwa secara fisik UKM dominan dalam perekonomian Indonesia. Dominannya UKM dilihat dari sisi kuantitas unit usaha dan penyerapan tenagakerja dimana keduanya rata-rata mencapai 98 hingga 99 persen setiap tahun. Dari sisi nilai tambah, UKM juga memberikan kontribusi lebih dari 50 persen kepada pembentukan PDB. Bidang ekspor UKM masih memberikan kontribusi lebih rendah dari 20 persen namun memiliki potensi untuk dikembangkan. Investasi belum mencapai 50 persen dan masih di bawah Usaha Besar (UB). Data fisik di atas menunjukkan sebuah ukuran bahwa UKM cukup dominan dan memiliki kontribusi cukup besar di dalam perekonomian nasional, namun belum dapat dijadikan standar bagi tercapainya tujuan pembangunan jangka panjang ke depan. Hal ini didasarkan pada beberapa pertanyaan berikut. Sebesar apakah kapasitas produksi, investasi, dan ekspor dari sektor-sektor produksi UKM? Apakah kapasitas dimaksud makin bertumbuh dan makin kuat

9 pada saat sekarang dan di masa mendatang? Sesungguhnya indikasi bahwa produksi, investasi, ekspor dan penyerapan tenagakerja sektor-sektor UKM yang makin bertumbuh dan kuat kapasitasnya akan menunjukkan UKM dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi nasional. Gambaran tentang perkembangan UKM yang lebih spesifik saat ini dapat diperoleh dengan sedikit mengolah data Tabel 1. Pada Gambar 1 5 dipanelkan secara bersama-sama trend pertumbuhan PDB Nasional dengan beberapa variabel sektor UKM. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDB Nasional dalam enam tahun terakhir (tahun 2000 2005) bergerak searah dengan pertumbuhan PDB dari sektor UKM. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya keterkaitan di antara keduanya. Tetapi pada Gambar 2, pertumbuhan ekspor dari sektor UKM berfluktuasi tidak searah dengan trend pertumbuhan PDB Nasional. Demikian juga pada Gambar 3, pertumbuhan investasi UKM tidak bertumbuh searah dengan pertumbuhan PDB Nasional. Pada Gambar 4, kontribusi ekspor UKM pada pertumbuhan PDB Nasional semula bergerak menurun tajam hingga mencapai angka negatif tetapi kemudian kembali meningkat. Sementara itu panel gabungan antara pertumbuhan PDB UKM dengan pertumbuhan ekspor dan investasi sektor UKM pada Gambar 5 menunjukkan trend pertumbuhan ekspor dan investasi UKM tidak bergerak searah dengan trend pertumbuhan PDB-nya. Ada beberapa indikasi yang dapat dilihat dari data di atas. Pertama, pertumbuhan PDB sektor UKM yang bergerak searah dengan pertumbuhan PDB Nasional menunjukkan pertumbuhan pada UKM menentukan besar kecilnya pertumbuhan pada PDB Nasional. Ini berarti ada kontribusi positif dan keduanya terkait.

10 Persen Gambar 1. Pertumbuhan PDB Nasional dan PDB UKM 30.00 25.44 25.00 25.03 20.09 20.00 16.98 15.02 12.89 15.00 13.55 16.03 16.35 10.00 6.49 9.74 10.71 5.00 0.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun PDB NAS PDB UKM Gambar 3. Pertumbuhan PDB Nasional dan Investasi UKM Persen 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00 Gambar 2. Pertumbuhan PDB Nasional dan Ekspor UKM 43.45 15.02 16.03 25.03 9.74 7.15 7.97-11.68 Tahun 18.92 12.89 Gambar 4. Kontribusi Ekspor UKM pada Pertumbuhan PDB Nasional 20.09 19.03 2000 2001 2002 2003 2004 2005 PDB NAS EKSP.UKM Persen 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 25.83 25.03 16.14 9.74 15.02 16.03 4.52 9.34 50.59 21.67 20.09 12.89 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun PDB NAS INV.UKM Persen 15.00 10.00 5.00 0.00-5.00 13.84 4.51 5.62 2.66 3.82-2.53 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun 60.00 40.00 Gambar 5. Pertumbuhan PDB, Ekspor dan Investasi UKM Persen 20.00 0.00-20.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun PDB UKM EKSP.UKM INV.UKM Sumber : diolah berdasarkan data Tabel 1. Kedua, pertumbuhan ekspor UKM yang tidak bergerak searah dengan pertumbuhan PDB Nasional menunjukkan besar kecilnya pertumbuhan PDB Nasional belum ditentukan secara kuat oleh pertumbuhan ekspor UKM. Indikasi disini adalah keduanya belum terkait erat. Kurang keterkaitan keduanya lebih jelas ditunjukkan oleh Gambar 4 dimana kontribusi ekspor UKM pada

11 pertumbuhan PDB Nasional berfluktuasi dengan penurunan yang tajam. Ketiga, meskipun tidak bertumbuh searah dengan pertumbuhan PDB Nasional dan semula cenderung menurun, namun kemudian pertumbuhan investasi UKM meningkat dengan tajam. Keempat, di dalam sektor UKM sendiri pertumbuhan PDB UKM yang tidak searah dengan pertumbuhan ekspor dan investasinya menunjukkan kemungkinan ketiganya tidak terkait satu sama lain. Meier (1995) menyatakan bahwa prinsip yang fundamental dari ekspor adalah ia merupakan alat yang tidak langsung untuk menjamin kemampuan impor. Melalui ekspor, suatu negara kemudian dapat mengimpor barang-barang intermediate dan barang kapital serta teknologi untuk digunakan dalam proses produksi. Sebagai akibatnya kapasitas produksi dan produksi ekspor mengalami peningkatan. Karena itu produksi ekspor dapat bertumbuh secara cepat jika ada peningkatan di dalam resources dan teknologi yang digunakan. Selanjutnya pertumbuhan cepat dalam produksi ekspor berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara cepat. Secara teoritis peningkatan terhadap investasi dan ekspor akan mendorong peningkatan PDB. Sebaliknya pertumbuhan PDB memiliki efek balik mendorong peningkatan investasi dan perluasan ekspor. Selain meningkatkan PDB, secara spesifik peningkatan ekspor akan turut mendorong peningkatan investasi yang kemudian mendorong pertumbuhan produksi. Selanjutnya pertumbuhan produksi berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Namun berdasarkan kondisi empiris di atas, sektor UKM belum menunjukkan keadaan yang sesuai secara teoritis. Perbedaan antara kondisi empiris dan teoritis ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana sesungguhnya dinamika yang dialami sektor UKM, baik produksi, investasi dan ekspornya? Mengapa investasi dan

12 ekspor UKM tidak bertumbuh searah dengan PDB Nasional maupun PDB UKM? Faktor apakah yang menjadi penyebab ketidaksamaan pertumbuhan tersebut? Secara sektoral UKM terdiri dari 9 sektor yaitu : (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa. Produksi sektoral UKM diperuntukkan bagi konsumsi domestik dan untuk tujuan ekspor. Beberapa sektor memproduksikan output bagi konsumsi domestik dan juga memproduksikan output untuk diekspor. Sektor-sektor tersebut adalah (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, dan (3) industri pengolahan. Enam sektor lainnya hanya menghasilkan produksi bagi konsumsi domestik. Berdasarkan kondisi sektor-sektor UKM tersebut dan untuk kebutuhan analisis, beberapa pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah sisi produksi sektor-sektor UKM potensial bertumbuh dari waktu ke waktu, dan apakah jumlah ekspor UKM berpotensi terus mengalami peningkatan? 2. Faktor-faktor apa saja yang berperan penting dalam potensi pertumbuhan tersebut? Apakah kapital, human capital, labor dan technological progress ataukah perubahan harga-harga dan nilai tukar? 3. Jika produksi dan jumlah ekspor UKM terus mengalami peningkatan, seberapa besar potensi kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi? 4. Sebaliknya, seberapa kuat pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat mendorong peningkatan ekspor dan produksi sektor-sektor UKM?

13 Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan pertanyaan mendasar dalam menjawab seberapa besar peranan UKM di dalam ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu penelitian ini mencoba untuk menjawabnya. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan investasi, teknologi, tenagakerja, produksi dan ekspor Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) di pasar domestik dan ekspor. 2. Menganalisis dampak perubahan faktor eksternal dan alternatif kebijakan terhadap investasi, teknologi, tenagakerja, produksi, dan ekspor UK, UM dan UB serta pertumbuhan ekonomi. 3. Menganalisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap peningkatan input, produksi dan ekspor UK, UM, UB. 4. Menganalisis dampak faktor eksternal dan alternatif kebijakan terhadap peranan UK, UM dan UB dalam pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana tingkat kontribusi ekspor UKM menstimulasi pertumbuhan ekonomi. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis sisi produksi dari Usaha Kecil dan Usaha Menengah serta turut dianalisis Usaha Besar. Analisis terhadap Usaha Besar hanya diperuntukkan sebagai pembanding terhadap hasil-hasil analisis Usaha Kecil dan Usaha Menengah sehingga secara komprehensif dapat diketahui seberapa besar peranan UK dan UM. Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha

14 Besar dicakup dalam sektor-sektor ekonomi yang terdiri dari 9 sektor. Tiga sektor ekonomi masing-masing pertanian, pertambangan dan penggalian, dan industri pengolahan menghasilkan produksi untuk tujuan konsumsi domestik dan ekspor. Dalam penelitian ini ketiga sektor ini disebut sebagai pasar ekspor. Enam sektor lainnya hanya menghasilkan produksi untuk konsumsi domestik dan karena itu disebut sebagai pasar domestik. Jenis data terdiri dari cross section dan berdasarkan tahun (time series 9 tahun dari 1997 2005). Analisis mencakup perilaku pengusaha kecil, menengah dan besar, dan penerapan model dimaksudkan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perdagangan. Variabel-variabel yang dianalisis mencakup (1) investasi, teknologi, tenagakerja, (2) produksi, (3) harga produksi, (4) jumlah ekspor, (5) jumlah impor, (6) harga ekspor, (7) GDP, (8) pertumbuhan ekonomi, dan (9) share masing-masing skala usaha terhadap kenaikan GDP. Melalui pembentukan model, selanjutnya perilaku skala usaha diestimasi dan diteruskan dengan penerapan model untuk melihat perubahan faktor eksternal dan alternatif kebijakan.