BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
LISA AYU LARASATI FORMULASI MIKROEMULSI DL-ALFA TOKOFEROL ASETAT DENGAN BASIS MINYAK KELAPA MURNI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

Formulasi Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.) dan Evaluasi Efektivitasnya sebagai Antikerut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

METODOLOGI PENELITIAN

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

Formulasi dan Evaluasi Mikroemulsi Antikerut Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.)

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

Ponia Andriyanti 1, Dwi Indriati 2, Sri Wardatun 3 Program Studi Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman

3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

BAB III METODE PENELITIAN

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DONNY RAHMAN KHALIK FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA MURNI UNTUK SEDIAAN NUTRISI LENGKAP PARENTERAL

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN HANDBODY LOTION YANG MENGANDUNG KATEKIN GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

Transkripsi:

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh produk yang bermutu. Bahan baku meliputi minyak kelapa murni dan zat aktif dl-alfa tokoferol asetat. Alfa tokoferol asetat dikarakterisasi berdasarkan persyaratan yang terdapat dalam British Pharmacopoea 2002. Pemeriksaan dl-alfa tokoferol asetat memperlihatkan data percobaan yang sesuai dengan data pustaka. Tabel 4.1 Karakterisasi dl-alfa Tokoferol Asetat Pemeriksaan Persyaratan (BP 2002) Hasil Pemerian Cairan berminyak, jernih, kental, Sesuai warna agak kuning kehijauan. Identifikasi Kelarutan Kadar Spektrum serapan ultra violet larutan dl-alfa tokoferol asetat dalam etanol mutlak menunjukkan maksimum pada 284 nm, bahu pada 278 nm, dan minimum pada 254 nm. Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol mutlak, dalam aseton, dalam kloroform, dalam eter, dan dalam minyak lemak, larut dalam etanol. Mengandung tidak kurang dari 96% dan tidak lebih dari 102,0% C 31 H 52 O 3. Spektrum serapan ultra violet larutan alfa tokoferol asetat dalam etanol mutlak menunjukkan maksimum pada 286 nm, bahu pada 280, dan minimum pada 256 nm. Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol mutlak (1 : 2), dalam aseton (1 : 2), kloroform (1 : 2), eter (1 : 3,6), minyak kelapa murni (1 : 1) 98,1% Pemeriksaan minyak kelapa murni memperlihatkan data percobaan sesuai dengan data pustaka. Hal ini menunjukkan bahwa bahan tersebut adalah minyak kelapa murni. Hasil pemeriksaan karakteristik minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 4.2. 19

20 Tabel 4.2 Pemeriksaan Bahan Baku Minyak Kelapa Murni (LIPI) Parameter Hasil Karakterisasi Data Pustaka (SNI-01-2902-1992) Data Pustaka (APCC) Angka Yodium 6,2 8-10 4,1-11 (g yod/100 g) Angka Penyabunan 255,65 255-265 250-260 (mg KOH/ g sampel) Asam lemak bebas 0,41 Maksimal 5 - sebagai asam laurat (% asam lemak) Kadar Air (%) 0,25 Maksimal 5 - Asam Laurat (%) 46,94-43,0-53,0 Berat Jenis (g/cm 3 ) 0,920-0,915-0,920 - : tidak diperoleh data pustaka Formulasi mikroemulsi diawali dengan orientasi formula sediaan mikroemulsi untuk mendapatkan formula yang terbaik dari sisi stabilitas dan kenyamanan dalam penggunaan sebagai sediaan topikal. Formulasi mikroemulsi ini menggunakan emulgator polyoxyl 35 castrol oil atau biasa disebut sebagai Cremophor ELP. Polyoxyl 35 Castrol Oil (Cremophor ELP) terdiri dari konstituen hidrofobik sekitar 83% dari total campuran. Komponen utama termasuk polietilenglikol ricinoleat. Konstituen hidrofobik lainnya antara lain asam lemak ester dari polietilenglikol dan minyak jarak. Bagian hidrofilik (17%) terdiri dari polietilenglikol dan gliserol etoksilat. Cremophor ELP memiliki nilai HLB sekitar 12-14. Kelebihan dari Cremophor ELP adalah sifat kelarutannya yang dapat larut baik di fasa minyak dan fasa air. Pembuatan mikroemulsi diawali dengan melarutkan Cremophor ELP terlebih dahulu di fasa minyak supaya bagian hidrofobik dari Cremophor ELP dapat mengikat fase minyak dengan kuat. Proses Pelarutan Cremophor ELP dibantu dengan pemanasan di atas tangas air pada suhu 60 o C. Pemanasan dilakukan untuk menurunkan viskositas dari fasa minyak dan tegangan antarmuka sehingga memudahkan pencampuran fasa minyak dan fasa air. Formulasi Mikroemulsi diawali dengan orientasi jumlah emulgator Cremophor ELP dan kosurfaktan Etanol yang diperlukan untuk membentuk mikroemulsi minyak kelapa murni. Jumlah minyak kelapa murni yang digunakan ditetapkan sebesar 12% b/b.

21 Tabel 4.3 Orientasi Jumlah Emulgator Mikroemulsi Miyak Kelapa Murni 12% b/b Komposisi (%b/b) FA FB FC FD FE FF FG FH FI Minyak Kelapa Murni 12 12 12 12 12 12 12 12 12 Cremophor ELP 48 48 48 42 36 36 36 30 24 Etanol 95% 16 16 16 14 12 12 12 10 8 Gliserin 0 15 20 20 0 15 20 20 20 Air ad. 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Hv/Ho 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Hasil Pengamatan Jernih, tidak berwarna Putih susu Putih susu Gambar 4.1 Diagram pseudoternary mikroemulsi minyak kelapa murni. ( ) : Daerah terbentuknya mikroemulsi minyak kelapa murni. Pengamatan menunjukkan bahwa mikroemulsi minyak kelapa murni dengan konsentrasi 12% b/b dapat terbentuk dengan jumlah emulgator Cremophor ELP minimal sebesar 36%, dengan perbandingan jumlah Cremophor ELP dan etanol sebesar 3 : 1. Dalam Formulasi mikroemulsi ini digunakan gliserin sebagai emollient, selain itu gliserin juga berfungsi sebagai kosolven yang dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan minyak dan dapat mengurangi tegangan antarmuka dengan menstabilkan lapisan yang terbentuk diantara dua fasa. Formulasi mikroemulsi minyak kelapa murni tersebut dijadikan dasar untuk formulasi mikroemulsi dengan kombinasi fasa minyak dl-alfa tokoferol asetat dan minyak kelapa murni. Dl-alfa tokoferol asetat yang digunakan adalah 1% b/b. Mikroemulsi dengan

22 komposisi minyak kelapa murni 12% b/b dan dl-alfa tokoferol asetat 1% b/b ternyata tidak terjadi dengan komposisi jumlah emulgator dan kosurfaktan yang diperlukan untuk membentuk mikroemulsi minyak kelapa murni. Tabel 4.4 Orientasi Jumlah Emulgator Mikroemulsi Kombinasi Minyak Kelapa dan dl-alfa Tokoferol Asetat Komposisi (%b/b) FG 1 FG 2 FG 3 FG 4 dl-alfa Tokoferol Asetat 1 1 1 1 Minyak Kelapa Murni 12 12 12 6 Cremophor ELP 36 42 48 36 Etanol 12 14 16 12 Gliserin 20 15 10 20 Air ad. 100 100 100 100 Pengamatan Keruh Keruh Keruh Jernih Gambar 4.2 Diagram pseudoternary kombinasi minyak kelapa murni dan dl-alfa tokoferol asetat. ( ) = Daerah terbentuknya mikroemulsi. Komposisi minyak kelapa murni 12% b/b dan dl-alfa tokoferol asetat 1% dengan berbagai variasi surfaktan dan kosurfaktan tidak membentuk mikroemulsi. Oleh karena itu, dilakukan penurunan jumlah minyak kelapa murni yang digunakan. Orientasi dengan dlalfa tokoferol asetat 1% dan variasi minyak kelapa murni yang diturunkan hingga 11, 10, dan 8% telah dilakukan, namun mikroemulsi tidak terbentuk. Orientasi selanjutnya

23 dilakukan dengan komposisi minyak kelapa murni 6% dan dl-alfa tokoferol asetat 1%. Mikroemulsi komposisi minyak kelapa murni 6% dan dl-alfa tokoferol asetat 1% dapat terbentuk dengan jumlah emulgator sebesar 36% pada perbandingan Cremophor ELP dan etanol sebesar 3 : 1. Orientasi jumlah emulgator untuk formulasi mikroemulsi dl-alfa tokoferol asetat 1% tanpa penambahan minyak kelapa murni dilakukan sebagai pembanding dalam uji aktivitas antioksidan. Formulasi mikroemulsi dl-alfa tokoferol asetat 1% b/b tanpa penambahan minyak kelapa murni dapat terbentuk dengan emulgator Cremophor ELP sebesar 20% b/b serta perbandingan Cremophor ELP dan etanol sebesar 2 : 1. Tabel 4.5 Orientasi Formulasi Mikroemulsi dl-alfa Tokoferol Asetat tanpa Penambahan Minyak Kelapa Murni Komposisi (%b/b) FT 1 FT 2 FT 3 dl-alfa Tokoferol Asetat 1 1 1 Minyak Kelapa Murni 0 0 0 Cremophor ELP 10 15 20 Etanol 95 % 5 7,5 10 Gliserin 20 20 20 Air ad. 100 100 100 Hasil Pengamatan Keruh Keruh Jernih Gambar 4.3 Diagram pseudoternary mikroemulsi dl-alfa tokoferol asetat. ( ) = Daerah terbentuknya mikroemulsi.

24 Hasil orientasi-orientasi diatas menjadi dasar untuk pengembangan formula mikroemulsi selanjutnya. Formula akhir dibuat tiga formula yang kemudian dievaluasi stabilitas dan uji aktivitas antioksidan. Pada formula ini juga ditambahkan metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet. Tabel 4.6 Formula Mikroemulsi Akhir Komposisi (%b/b) FG 4 FG 4BL FT 3 dl-alfa Tokoferol Asetat 1 0 1 Minyak Kelapa Murni 6 6 0 Cremophor ELP 36 36 20 Etanol 95 % 12 12 10 Gliserin 20 20 20 Metil Paraben 0,18 0,18 0,18 Propil Paraben 0,02 0,02 0,02 Air ad. 100 100 100 Formula FG 4 merupakan formula mikroemulsi dengan kombinasi dl-alfa tokoferol asetat dan minyak kelapa murni. Formula FG 4BL merupakan kontrol FG 4, yaitu mikroemulsi minyak kelapa murni, sedangkan FT 3 merupakan mikroemulsi dl-alfa tokoferol asetat tanpa penambahan minyak kelapa murni. Ketiga formula tersebut selanjutnya dievaluasi. Tabel. 4.7 Evaluasi ph Sediaan Selama Kurun Waktu 8 Minggu Waktu FG 4 FG 4BL FT 3 Pengamatan (Minggu) 1 5,27±0,17 5,54 5,04±0,32 2 5,69±0,13 5,59 5,10±0,18 3 5,71±0,02 5,59 5,07±0,07 4 5,48±0,07 5,21 5,06±0,07 5 5,58±0,12 5,44 5,17±0,19 6 5,39±0,04 5,26 5,04±0,13 7 5,42±0,09 5,36 5,24±0,11 8 5,58±0,07 5,34 5,05±0,04 n = 3 Nilai ph dapat terlihat pada tabel 4.7, ketiga sediaan memiliki ph sediaan sekitar 5 karena emulgator Cremophor ELP yang digunakan pada pembuatan akan memberikan ph sekitar 5 s.d. 7. Nilai ph yang sekitar 5 ini cocok untuk digunakan dalam sediaan topikal karena ph kulit berkisar 5,5.

25 Gambar 4. 4 Stabilitas ph sediaan dalam kurun waktu 8 minggu. ( ) = FT 3, ( ) = FG 4BL, ( ) = FG 4. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa ph sediaan tetap stabil selama 8 minggu. Berdasarkan perhitungan statistik dua arah degan aras keberartian 95% (p<95%), dapat diketahui bahwa pada sediaan yang dievaluasi ph nya tidak ada perbedaan berarti antara ph minggu ke ke- 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 jika dibandingkan dengan minggu pertama. Hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan stabil secara kimia, tidak terjadi reaksi atau interaksi kimia baik dengan wadah penyimpanan maupun antara bahan-bahan yang terkandung dalam sediaan. Waktu Evaluasi (Minggu) n = 3 Tabel. 4.8 Evaluasi Viskositas Sediaan Viskositas (cps) FG 4 FG 4BL FT 3 1 4840±8,6 3130 20,33±1,9 2 5240±52,9 3400 20,5±1,0 3 6126,7±286,6 3420 33,7±3,8 4 4620±75,5 3470 32,3±4,6 5 6925±91,9 4040 29,3±1,5 6 5580±169,7 3570 22,5±2,5 7 5750±28,3 4940 29,0±1,0 8 5236,7±63,5 4920 27,5±0,5 Viskositas dari FG 4 dan FG 4BL diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield DV I+ pada kecepatan 5 rpm menggunakan spindel S21. Sedangkan FT 3 yang viskositasnya sangat encer diukur pada kecepatan 100 rpm dengan menggunakan spindel S21. Formula FT 3 memiliki viskositas yang rendah dan tidak dapat dioleskan pada kulit. FG 4 memilliki viskositas yang lebih tinggi daripada FG 4BL.

26 Viskositas ( cps) 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Waktu Evaluasi (Minggu) Gambar 4.5 Viskositas sediaan selama kurun waktu 8 minggu. ( ) = FG 4BL, ( ) = FG 4. Stabilitas fisik sediaan mikroemulsi dilakukan dengan metode freeze-thaw. Sediaan mikroemulsi FG 4, FG 4BL, dan FT 3 tetap stabil selama delapan siklus freeze-thaw. Sediaan tidak mengalami perubahan warna dan tetap homogen. Selain itu sediaan tetap jernih dan tidak mengalami pemisahan fasa. Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Setelah Delapan Siklus Freeze-thaw Formula Pengamatan Siklus ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 FG 4 - - - - - - - - FG 4BL - - - - - - - - FT 3 - - - - - - - - - : Sediaan tetap jernih dan tetap stabil. Formula FG 4 diukur diameter globulnya menggunakan alat Zetasizer Nano. Diameter globul mikroemulsi adalah 17,75 nm dengan sebaran data (polydispersity index) 0,032. Pengamatan menunjukkan bahwa sediaan tersebut adalah mikroemulsi karena memiliki ukuaran globul kurang dari 100 nm.

27 Gambar 4.6 Distribusi ukuran globul formula FG 4. Kemudian dilakukan penetapan kadar zat aktif dl-alfa tokoferol asetat dalam sediaan mikroemulsi. Sebelum dilakukan penentuan kadar, dilakukan pengukuran spektrum serapan ultraviolet dl-alfa tokoferol asetat untuk menentukkan panjang gelombang maksimumnya. dl- alfa tokoferol asetat dalam etanol proanalisis memberikan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 286 nm. Hubungan konsentrasi dl-alfa tokoferol baku dalam etanol pro analisis terhadap absorbansinya memberikan kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dengan persamaan fungsi regresi Y = 0,0042x 0,0792 dan koefisien regresi (r 2 ) = 0,9997. Kurva kalibrasi ini digunakan pada penentuan kuantitatif perolehan kembali kadar dl-alfa tokoferol asetat dalam sediaan. Tabel 4.10 Perolehan Kembali Kadar dl-alfa Tokoferol dalam Sediaan Formula Perolehan Kembali (%) Koefisien Variansi (%) FT 3 99,37 ± 2,81 2,83 FG 4 100,01 ± 1,33 1,33 n = 9 Penelitian dilanjutkan dengan uji aktivitas antioksidan dari sediaan mikroemulsi. Pertamatama dilakukan optimasi waktu reaksi dl-alfa tokoferol asetat dengan DPPH. Pengamatan menunjukkan waktu reaksi berkisar 30 menit. Selanjutnya uji aktivitas antioksidan dilakukan setelah sampel uji direaksikan dengan DPPH dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit.

28 Tabel 4.11 Optimasi Waktu Reaksi dl-alfa Tokoferol Asetat 1% b/v dengan Larutan DPPH 50 µg/ml Waktu (Menit) A (519 nm) 5 0,5359 10 0,5339 15 0,5321 20 0,5277 25 0,5266 30 0,5243 35 0,5274 Gambar 4.7 Hubungan waktu reaksi dan absorbansi pada λ = 519 nm. Pemeriksaan aktivitas antioksidan dilakukan dengan mereaksiakan sediaan yang diencerkan dengan etanol, hingga konsentrasi alfa tokoferol asetat dalam etanol sebesar 1000 bpj dengan larutan DPPH 25 µg/ml. Aktivitas diukur dengan menghitung jumlah pengurangan intensitas warna ungu DPPH yang sebanding dengan pengurangan konsentrasi larutan DPPH. Sampel Uji C dl-alfa Tokoferol Asetat (bpj) Tabel 4.12 Uji Aktivitas Antioksidan Absorbansi ( 519 nm) A 1 A 2 A 3 Rata-rata Peredaman DPPH ± SD (%) LE BL 0 0,2750 0,2715 0,2715 0 (Kontrol) LE 1000 0,2478 0,2440 0,2474 9,64 ± 0,77 LG BL 0 0,2788 0,2765 0,2781 0 (Kontrol) FG 4 1000 0,2393 0,2410 0,2388 13,71 ± 0,42 FG 4BL 0 0,2560 0,2635 0,2574 6,78 ± 1,44 LT BL 0 0,2739 0,2719 0,2728 0 (Kontrol) FT 3 1000 0,2597 0,2576 0,2583 5,23 ± 0,39

29 LE FG 4 FG 4BL FT3 Gambar 4.8 Peredaman DPPH pada berbagai sampel uji. Keterangan : LE : Larutan dl-alfa tokoferol asetat dalam etanol FG 4 : Mikroemulsi kombinasi dl-alfa tokoferol asetat dengan basis minyak kelapa murni FG 4BL : Mikroemulsi minyak kelapa murni FT 3 : Mikroemulsi dl-alfa tokoferol asetat. Pemeriksaan aktivitas antioksidan dilakukan dengan mereaksiakan sediaan yang diencerkan dengan etanol, hingga konsentrasi alfa tokoferol asetat dalam etanol sebesar 1000 bpj dengan larutan DPPH 25 µg/ml. Aktivitas diukur dengan menghitung jumlah pengurangan intensitas warna ungu DPPH yang sebanding dengan pengurangan konsentrasi larutan DPPH. Pengamatan menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi dengan kombinasi dl-alfa tokoferol asetat dan minyak kelapa murni meredam radikal bebas DPPH lebih besar jika dibandingkan dengan alfa tokoferol asetat bukan dalam sediaan dan mikroemulsi alfa tokoferol asetat saja. Formula FG 4 dengan konsentrasi dl-alfa tokoferol asetat 1000 ppm dapat meredam DPPH sebesar 13,71±0,42 %. Sedangkan dl-alfa tokoferol asetat bukan dalam sediaan (LE) meredam DPPH sebesar 9,64±0,77 % sedangkan FT 3 meredam DPPH sebesar 5,23±0,39 %. FG 4BL memiliki persen peredaman DPPH sebesar 6,78±1,44 %. Hal ini menunjukkan bahwa minyak kelapa murni memiliki aktivitas antioksidan