BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

Matrik Cascading Kinerja Dinas Tata Bangunan dan Kebersihan tahun 2016

PROPOSAL IZIN PRINSIP

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V STRATEGI PRIORITAS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN CILOSEH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

RENCANA INVESTASI 5.1. INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KELURAHAN LIMUSNUNGGAL

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESESUAIAN LOKASI PERUMAHAN

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

Gampong Jaboi Kec. Suka Jaya Kota Sabang

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN2015

KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN RIIL TAPAK

Pelayanan Pemakaman Meliputi : Potensi :

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN UMUM

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRITERIA TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

Transkripsi:

133 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari studi penelitian dan rekomendasi yang bisa di ambil dalam studi. Selain itu akan dibahas mengenai kelemahan studi dan studi lanjutan yang masih berhubungan dengan studi penelitian. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan kepada serangkaian tahapan penelitian untuk mencapai tujuan di dalam studi ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain: 1. Berdasarkan hasil analisis mengenai kebutuhan taman yang dilihat dari analisis proyeksi kebutuhan taman, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Kebutuhan jumlah dan luasan taman dari masing-masing wilayah di Gedebage pada tahun 2008-2012 setiap tahunnya mengalami peningkatan baik dari segi jumlah maupun luasan taman. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan adanya penambahan jumlah penduduk di wilayah Gedebage (hasil proyeksi penduduk). Berdasarkan hasil analisis, wilayah Gedebage pada tahun 2012 membutuhkan taman sebesar 3.418 taman dengan luas total 182,5 Ha. Dengan rincian untuk taman dengan jenis taman RT sebesar (3.094 taman), taman RW (289 taman), taman kelurahan (26 taman), taman kecamatan (7 taman) dan taman kota sebesar 2 buah taman. Kecamatan / wilayah yang setiap tahunnya membutuhkan jumlah dan luas taman terbesar berada di Kec. Margacinta tepatnya di Kel. Sekejati, dimana pada tahun 2012 kelurahan tersebut mempunyai jumlah taman lingkungan sebesar 728 buah dengan luas 30 Ha. Dan untuk wilayah yang membutuhkan jumlah taman serta luas terkecil terdapat di Kel. Wates dan Mengger dengan jumlah taman lingkungan + 61-76 buah dengan luas 2,2-2,4 ha. Sedangkan untuk kebutuhan taman kota baru diperlukan pada tahun proyeksi 2010 dengan jumlah 1 buah, dan pada tahun 2012 kebutuhanya naik menjadi 2 buah taman dengan luas 288.000 M 2 atau 28,8 Ha. 133

134 2. Berdasarkan hasil analisis mengenai pola penyebaran taman yang dilihat dari hasil analisis overlay peta, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pola penyebaran taman di wilayah Gedebage pada umumnya berlokasi di dekat kawasan permukiman penduduk. Dimana penetapan lokasi-lokasi taman tersebar di seluruh kelurahan yang ada di wilayah Gedebage, lahanlahan yang diperuntukan untuk taman merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan seperti lahan kosong dan lahan pertanian yang didukung oleh adanya jaringan jalan sebagai aksesbilitas untuk masyarakat dalam mencapai tujuan (taman). Hasil analisis pola penyebaran menunjukkan bahwa alokasi lahan yang digunakan untuk taman sebesar 182,5 Ha dengan rincian 0,9 Ha per satu taman untuk taman kelurahan, 2,4 Ha per satu taman kecamatan dan 14,4 Ha per satu taman untuk taman kota. Sedangkan untuk lokasi taman kota, lokasinya berada di Kec. Rancasari dan di Kec. Margacinta. Dasar pertimbangan penetapan lokasi taman kota di Kec. Rancasari yang tepatnya berada di Kel. Cisantren Kidul adalah karena berdasarkan kebijakan RTRW Kota Bandung tahun 2003-2013 merupakan kelurahan yang akan dijadikan sebagai pusat kegiatan primer ke dua untuk Kota Bandung, dengan adanya kebijakan seperti itu maka diperkirakan pusat perkembangan wilayah Gedebage akan terpusat di kelurahan tersebut. Gedebage yang merupakan salah satu wilayah pengembangan Kota Bandung, menurut hasil analisis yang sudah dilakukan diketahui bahwa pada tahun 2012 membutuhkan taman sekitar 3.418 buah taman dengan luas 182,5 ha. Apabila pengadaan RTH taman di Wilayah Gedebage dilakukan oleh pemerintah setempat, maka di perkirakan luasan ruang terbuka hijau di Kota Bandung pada tahun 2012 akan bertambah. Dimana luasan RTH tersebut akan bertambah menjadi 794,86 ha / 4,75 % atau naik 1,15 % dari persentase awal yaitu 3,6 %. Dan terkait dengan luas RTH Kota Bandung, apabila luasannya mengacu kepada standar dari UU Tata Ruang maka untuk mencapai standar yang sesuai, Kota Bandung setidaknya harus menambah luas RTH sebesar 4.290 Ha, dimana dengan luasan RTH tersebut maka persentase luas RTH akan naik menjadi 30%.

135 Salah satu permasalahan yang mendasar mengenai keberadaan taman di wilayah Gedebage adalah, taman-taman di Gedebage cenderung rentan terhadap konversi guna lahan / alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan fungsi utamanya. Sedangkan untuk kondisi fisik taman yang ada saat ini, dibeberapa bagian wilayah kurang terawat bahkan diabaikan. 5.2 Rekomendasi Rekomendasi yang akan diberikan merupakan sebuah masukan untuk pengembangan RTH taman sebagai upaya dalam menjaga dan meningkatkan fungsi atau keberadaan RTH taman di wilayah Gedebage. a) Berdasarkan hasil studi mengenai kebutuhan taman, maka terdapat beberapa hal yang perlu di tindaklanjuti yaitu, sebagai berikut: Untuk memenuhi kebutuhan ideal berdasarkan standar/peraturan yang berlaku, maka setidaknya pemerintah setempat yang dalam hal ini adalah pemerintah Kota Bandung harus membuat taman sebanyak 3.418 taman di Wilayah Gedebage. Untuk memaksimalkan fungsi dan manfaat taman di Wilayah Gedebage, maka setidaknya pemerintah Kota Bandung harus menyediakan lahan sebesar 182,5 Ha, dimana lahan yang dimaksud dapat berupa lahan potensial seperti lahan kosong, lahan pertanian dll. Adanya kerjasama antara pihak swasta dengan pemerintah setempat terkait dengan pengadaan barang (fasilitas/sarana prasarana taman) seperti tempat duduk, permainan anak-anak, alat-alat fitnes dan lain sebagainya. Selain itu adanya kerjasama juga antara pihak pemerintah dan swasta dalam segi investasi (bisnis), dimana pengelolaan diserahkan kepada pihak swasta. Dengan begitu akan terjalin suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan, pemerintah mengambil keuntungan dari pajak yang dihasilkan sedangkan pihak swasta mengambil keuntungan dari hasil pengelolaan yang dilakukan. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peranan fungsi taman sebagai salah satu ruang terbuka hijau, oleh karena itu pemerintah

136 mempunyai peran penting dalam mensosialisasikan tentang pentingnya keberadaan taman sebagai lahan biogenering kota. Membuat desain taman semenarik mungkin dengan unsur vegetasi didalamnya, dimana dengan bagitu masyarakat setempat akan selalu tertarik untuk menggunakan taman sebagai sarana interaksi sosial. Untuk kondisi taman yang kurang terawat (eksisting), hal yang perlu di tindaklanjuti adalah melakukan peremajaan taman dengan cara menambah unsur-unsur vegatasi didalamnya dan memperbaiki sarana dan prasarana taman seperti tempat duduk dll, agar fungsi taman kembali seperti semula. b) Berdasarkan hasil studi mengenai pola penyebaran taman, maka terdapat beberapa hal yang perlu di tindaklanjuti yaitu, sebagai berikut: Membuat rencana pola penyebaran taman dalam berbagai skala pelayanan, yang jelas dan terinci lokasi dan luasannya. Rencana ini di wujudkan dalam bentuk peraturan daerah, sehingga tidak terjadi perubahan menjadi fungsi lain. Tidak memberikan izin lokasi maupun IMB bagi pembangunan perumahan yang tidak menyediakan taman sesuai dengan peruntukannya. Terkait dengan adanya permasalahan konversi guna lahan, seperti perubahan taman menjadi fungsi lain seperti permukiman dan fungsi lainnya harus dicegah dan sedapat mungkin dikembalikan pada fungsi semula yaitu taman.

137 Tabel 5.1 Kesimpulan dan Rekomendasi Kebutuhan dan Pola Penyebaran Taman Di Wilayah Gedebage Komponen Penelitian Permasalahan Hasil Analisis Rekomendasi Kebutuhan Taman Wilayah Gedebage saat ini hanya mempunyai jumlah taman 110 buah taman saja dengan luas sekitar 0,3 atau 10 Ha saja dari luas wilayahnya. Untuk mendapatkan kondisi kota yang sehat dan nyaman, suatu kota seyogyanya harus mempunyai luas taman sekitar 12% dari luas wilayahnya. Taman di WP Gedebage belum memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai sarana interaksi sosial masyarakat. Proporsi jumlah taman yang ada saat ini tidak sebanding dengan kebutuhan jumlah penduduk. Adanya kebijakan bahwa WP Gedebage akan dijadikan sebagai pusat kegiatan primer kedua untuk Kota Bandung, dimana hal ini nantinya akan semakin menggeser keberadaan taman di WP Gedebage sebagai ruang terbuka hijau karena adanya konversi guna lahan dari non terbangun menjadi terbangun. Kurangnya unsur-unsur vegetasi dan kurang terawatnya kondisi sarana dan prasarana taman seperti tempat duduk, alat-alat permainan anak dll. Sehingga masyarakat setempat cenderung enggan untuk menggunakan taman sebagai tempat dalam melakukan interaksi sosialnya. Kebutuhan jumlah dan luasan taman dari masing-masing wilayah di Gedebage pada tahun 2008-2012 setiap tahunnya mengalami peningkatan baik dari segi jumlah maupun luasan taman. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan adanya penambahan jumlah penduduk di wilayah Gedebage (hasil proyeksi penduduk). Berdasarkan hasil analisis, wilayah Gedebage pada tahun 2012 membutuhkan taman sebesar 3.418 taman dengan luas total 182,5 Ha. Dengan rincian untuk taman dengan jenis taman RT sebesar (3.094 taman), taman RW (289 taman), taman kelurahan (26 taman), taman kecamatan (7 taman) dan taman kota sebesar 2 buah taman. Kecamatan / wilayah yang setiap tahunnya membutuhkan jumlah dan luas taman terbesar berada di Kec. Margacinta tepatnya di Kel. Sekejati, dimana pada tahun 2012 kelurahan tersebut mempunyai jumlah taman lingkungan sebesar 728 buah dengan luas 30 Ha. Dan untuk wilayah yang membutuhkan jumlah taman serta luas terkecil terdapat di Kel. Wates dan Mengger dengan jumlah taman lingkungan + 61-76 buah dengan luas 2,2-2,4 ha. Sedangkan untuk kebutuhan taman kota baru diperlukan pada tahun proyeksi 2010 dengan jumlah 1 buah, dan pada tahun 2012 kebutuhanya naik menjadi 2 buah taman dengan luas 288.000 M2 atau 28,8 Ha. Untuk memenuhi kebutuhan ideal berdasarkan standar/peraturan yang berlaku, maka setidaknya pemerintah setempat yang dalam hal ini adalah pemerintah Kota Bandung harus membuat taman sebanyak 3.418 taman di Wilayah Gedebage. Untuk memaksimalkan fungsi dan manfaat taman di Wilayah Gedebage, maka setidaknya pemerintah Kota Bandung harus menyediakan lahan sebesar 182,5 Ha, dimana lahan yang dimaksud dapat berupa lahan potensial seperti lahan kosong, lahan pertanian dll. Adanya kerjasama antara pihak swasta dengan pemerintah setempat terkait dengan pengadaan barang (fasilitas/sarana prasarana taman) seperti tempat duduk, permainan anak-anak, alat-alat fitnes dan lain sebagainya. Selain itu adanya kerjasama juga antara pihak pemerintah dan swasta dalam segi investasi (bisnis), dimana pengelolaan diserahkan kepada pihak swasta. Dengan begitu akan terjalin suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan, pemerintah mengambil keuntungan dari pajak yang dihasilkan sedangkan pihak swasta mengambil keuntungan dari hasil pengelolaan yang dilakukan. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peranan fungsi taman sebagai salah satu ruang terbuka hijau, oleh karena itu pemerintah mempunyai peran penting dalam mensosialisasikan tentang pentingnya keberadaan taman sebagai lahan biogenering kota. Membuat desain taman semenarik mungkin dengan unsur vegetasi didalamnya, dimana dengan bagitu masyarakat setempat akan selalu tertarik untuk 137

138 Komponen Penelitian Permasalahan Hasil Analisis Rekomendasi menggunakan taman sebagai sarana interaksi sosial. Untuk kondisi taman yang kurang terawat (eksisting), hal yang perlu di tindaklanjuti adalah melakukan peremajaan taman dengan cara menambah unsurunsur vegatasi didalamnya dan memperbaiki sarana dan prasarana taman seperti tempat duduk dll, agar fungsi taman kembali seperti semula. Pola Penyebaran Taman Sunber: Hasil Analisis, 2008 Tidak meratanya pola penyebaran taman di Wilayah Gedebage, dimana hal ini terlihat adanya ketimpangan antara proporsi jumlah taman di wilayah satu dengan wilayah lainnya. Belum adanya rencana pola penyebaran taman dalam berbagai skala pelayanan, yang jelas dan terinci lokasi dan luasannya. Pola penyebaran taman di wilayah Gedebage pada umumnya berlokasi di dekat kawasan permukiman penduduk. Dimana penetapan lokasi-lokasi taman tersebar di seluruh kelurahan yang ada di wilayah Gedebage, lahan-lahan yang diperuntukan untuk taman merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan seperti lahan kosong dan lahan pertanian yang didukung oleh adanya jaringan jalan sebagai aksesbilitas untuk masyarakat dalam mencapai tujuan (taman). Hasil analisis pola penyebaran menunjukkan bahwa alokasi lahan yang digunakan untuk taman sebesar 182,5 Ha dengan rincian 0,9 Ha per satu taman untuk taman kelurahan, 2,4 Ha per satu taman kecamatan dan 14,4 Ha per satu taman untuk taman kota. Sedangkan untuk lokasi taman kota, lokasinya berada di Kec. Rancasari dan di Kec. Margacinta. Dasar pertimbangan penetapan lokasi taman kota di Kec. Rancasari yang tepatnya berada di Kel. Cisantren Kidul adalah karena berdasarkan kebijakan RTRW Kota Bandung tahun 2003-2013 merupakan kelurahan yang akan dijadikan sebagai pusat kegiatan primer ke dua untuk Kota Bandung, dengan adanya kebijakan seperti itu maka diperkirakan pusat perkembangan wilayah Gedebage akan terpusat di kelurahan tersebut. Membuat rencana pola penyebaran taman dalam berbagai skala pelayanan, yang jelas dan terinci lokasi dan luasannya. Rencana ini di wujudkan dalam bentuk peraturan daerah, sehingga tidak terjadi perubahan menjadi fungsi lain Tidak memberikan izin lokasi maupun IMB bagi pembangunan perumahan yang tidak menyediakan taman sesuai dengan peruntukannya. Terkait dengan adanya permasalahan konversi guna lahan, seperti perubahan taman menjadi fungsi lain seperti permukiman dan fungsi lainnya harus dicegah dan sedapat mungkin dikembalikan pada fungsi semula yaitu taman 138

139 5.3 Kelemahan Studi Adapun beberapa kelemahan yang terdapat di dalam studi ini terkait dengan kebutuhan dan pola penyebaran taman, adalah sebagai berikut: Kurangnya pendalaman terhadap komponen pengelolaan (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian), kelembagaan, pembiayaan dan peran serta masyarakat. Tidak memperhatikan persepsi dan apresiasi masyarakat terhadap keberadaan RTH taman Kurangnya pendalaman terhadap aspek teknis mengenai taman, karena keterbatasan pengetahun penulis dan jangka waktu studi yang dilakukan. 5.4 Saran Studi Lanjutan Studi lanjutan yang dapat dilakukan oleh calon penulis tugas akhir untuk dapat melengkapi studi ini adalah sebagai berikut: Perlunya studi mengenai manfaat biaya dari adanya taman baik secara fisik, sosial dan ekonomi sehingga dapat memberikan gambaran keuntungan dan kerugian dengan adanya RTH taman. Diperlukannya studi tentang aspek pengelolaan, kelembagaan, pembiayaan dan peran serta masyarakat. Perlunya studi terhadap persepsi dan apresiasi masyarakat terhadap keberadaan RTH taman. Studi ini dapat menjadi masukan dalam upaya pengembangan RTH taman berbasiskan masyarakat.