Cakupan Paparan : Outlook industri pulp dan kertas (IPK) Gambaran luasan hutan di indonesia. menurunkan bahan baku IPK

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

Disampaikan dalam acara Focus Working Group 2017 Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Jakarta, 18 Mei 2017

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT PADA IUPHHK-HTI. Oleh : Dr. Bambang Widyantoro ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

... Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri PULP & KERTAS di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar.

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi

SUMBER DAYA ALAM INDONESIA: DI BAWAH CENGKRAMAN MAFIA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

MEWUJUDKAN HUTAN TANAMAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

Lahan Gambut Indonesia

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

Perkembangan Bisnis Kehutanan Indonesia dan Permasalahannya

LUAS KAWASAN (ha)

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

RINGKASAN EKSEKUTIF AS AT SUPRIYANTO.

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I

Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta, Perusahaan Patungan. BUMN-Swasta, atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanarnan

Perkembangan Bisnis Kehutanan Indonesia dan Permasalahannya

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PENINJAUAN PEMBANGUNAN PABRIK BAHAN BAKU OBAT PT. KALBE FARMA Tbk CIKARANG, JAWA BARAT RABU, 27 JANUARI 2016

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

PENGEMBANGAN INDUSTRI KEHUTANAN BERBASIS HUTAN TANAMAN penyempurnaan P.14/2011,P.50/2010, P.38 ttg SVLK) dan update peta P3HP.

PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU NASIONAL

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara. Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, antara lain potensi

LAND AVAILABILITY FOR FOOD ESTATE. Oleh : MENTERI KEHUTANAN RI ZULKIFLI HASAN, SE, MM

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki

KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN

EKSPANSI PERKEBUNAN KAYU YANG MENGHILANGKAN HUTAN ALAM DAN MENIMBULKAN KONFLIK SOSIAL (Studi Kasus Provinsi Sumatera Utara dan Riau) PRESS BRIEFING

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN. Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan

Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Tantangan dan Hambatan Di Masa Depan. Oleh : Asmar Arsjad APKASINDO

IV. GAMBARAN UMUM. yang yang hanya memiliki luas Ha sampai Ha saja.

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

PUP (Petak Ukur Permanen) sebagai Perangkat Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tentang HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PABRIK PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS, DEPOK, JAWA BARAT RABU, 27 MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 35/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR PRODUK KAYU ULIN OLAHAN

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia,

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

RAPAT ANGGOTA APKI. Jakarta, 12 Januari Direktur Eksekutif Liana Bratasida

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

USAID LESTARI DAMPAK PELARANGAN EKSPOR ROTAN SEMI-JADI TERHADAP RISIKO ALIH FUNGSI LAHAN, LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

LESTARI PAPER NO. 03 PERAN HPH DALAM MENJAGA KEBERLANJUTAN HUTAN ALAM. Nana Suparna

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

Transkripsi:

Cakupan Paparan : Outlook industri pulp dan kertas (IPK) Gambaran luasan hutan di indonesia Kebutuhan bahan baku IPK Pasal-pasal regulasi gambut yang berpotensi menurunkan bahan baku IPK Potensial loss bahan baku Dampak regulasi gambut terhadap : Pembangunan daerah Usulan

Outlook Industri Pulp dan Kertas Indonesia 6 10 Industri pulp Indonesia berada di peringkat 3 Asia, serta peringkat 1 di Asean Kebutuhan kertas dunia sekitar 394 juta ton, dan diperkirakan akan tumbuh rata-rata 2,1% per tahun. Diperkirakan akan meningkat menjadi 490 juta ton pada tahun 2020 Sumber: Poyry 2016 IPK ditetapkan sebagai salah satu industri prioritas berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015 2035. Dimana RIPIN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2015 dan disusun sebagai pelaksanaan amanat Undang-Undang No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian. Jumlah industri pulp dan kertas di Indonesia 84 industri dengan kapasitas terpasang sebesar 7,9 juta ton/tahun untuk pulp dan 12,9 juta ton/tahun untuk kertas pada tahun 2014. Pada tahun 2016 jumlah Industri Pulp 2 (PT Toba Pulp Lestari, PT Tanjung Enim Lestari), 5 Indusri terintegrasi dan 66 Industri Kertas. Terdapat 1 industri pulp yang tidak beroperasi (PT Kertas Nusantara), 1 industri terintegrasi tidak beroperasi (PT Kertas Leces) dan 9 industri kertas yang tutup dan tidak beroperasi (PT Asia Paper Mills, PT Kertas Blabak, PT Kertas Kraft Aceh, PT Sarana Kemas Utama, PT Soear Sakti, PT Sunda Raya, PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas, Tbk, PT Tridaya Kreasi (Gede Karang), PT Wirajaya Packindo ).

Volume (ton) Volume (ton) Ekspor Impor Pulp & Kertas Indonesia Ekspor Trend 2012-2016 Pulp : +2.90 % Kertas : +2.53% 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0 2012 2013 2014 2015 2016* Pulp 3.202.963 3.745.385 3.515.928 3.406.675 3.539.897 Kertas 3.844.810 3.816.043 3.891.769 2.778.544 3.820.709 Trend 2012-2016 Pulp : - 8% Kertas : - 0.6% 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 - Impor 2012 2013 2014 2015 2016* Pulp 3.655.806 3.858.359 3.897.347 3.001.865 2.538.680 Kertas 424.690 396.334 372.931 266.256 369.089 Sumber : Kementerian Perindustrian 2017

Potensi Pengembangan POTENSI PEMANFAATAN HUTAN TUJUAN PENGGUNAAN LUAS (Juta HA) PRODUKSI (Juta m3) 1. HTI Pulp 8,00 200,0 2. HTI Pertukangan 2,62 60,6 3. HTI Energi 0,90 19,6 Saat ini alokasi kawasan HTI yang dialokasikan Pemerintah sampai dengan tahun 2020 yaitu sebesar 11,52 juta ha, dengan proporsi terbanyak diberikan pada HTI untuk pulp sebesar 8 juta ha. Realisasi pembangunan HTI saat ini : 3,836 Juta Hektar Hampir semua jenis kertas sudah dapat diproduksi di Indonesia Konsumsi kertas per kapita di Indonesia masih sangat rendah yaitu sekitar 32.6 kg dibandingkan negara maju antara lain : USA 324 kg, Belgia 295 kg, Denmark 270, Kanada 250 kg, Jepang 242 kg, Singapura, 180 kg, Korea 160 kg, dan Malaysia 106 kg. Industri hilir kertas juga sudah berkembang, antara lain industri Kertas Karton Bergelombang (KKG), percetakan, buku tulis, industri converting, dll. Sumber : Dirjen Bina Usaha Kehutanan, 2013

Gambaran Luasan Hutan di Indonesia Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan, Kementerian Kehutanan tahun 2013, luas hutan di Indonesia mencapai 127,2 juta ha, yang terdiri dari hutan produksi 75,4 juta ha, hutan lindung 30,1 juta ha, dan hutan konservasi 21,7 juta ha. Persentase pembagian luas hutan di Indonesia. Hutan produksi sebesar 75,4 juta ha tersebut terbagi menjadi hutan produksi terbatas (28,4 juta ha), hutan produksi (28,9 juta ha), dan hutan produksi konservasi (18 juta ha).

Kinerja Industri Pulp&Kertas Kinerja Industri Pulp &Kertas Industri HTI (hulu) beserta industri pulp dan kertas (hilir) : 1. Menyerap tenaga kerja sebanyak 2,1 juta orang, terdiri dari 1 juta orang pada sektor industri HTI serta 1, 1 juta orang dari industri pulp serta kertas. Kebijakan pengelolaan lahan gambut akan berdampak terhadap pengurangan tenaga kerja 2. Nilai investasi industri HTI Rp 60 Triliun dan Industri Pulp & Kertas lebih dari Rp 200 Triliyun. Kebijakan pengelolaan lahan gambut akan berdampak terhadap kegagalan pembayaran atas pinjaman investasi tersebut. 3. Nilai ekspor industri pulp dan kertas USD 5,6 Milyar/tahun. Kebijakan pengelolaan lahan gambut akan berdampak terhadap pengurangan pendapatan negara berupa pajak, PNBP, dan devisa.

Kebutuhan Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas Berdasarkan data dari Roadmap IHHP (2017), kapasitas izin produksi pulp sebesar 8.140.000 ton/tahun dan jika dikalikan faktor konversi sebesar 4.17 m3/ton, maka kebutuhan bahan baku pulp adalah sebesar 33.943.800 m3/tahun. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, 6 (enam) perusahaan sebagai berikut : PT. Riau Andalan Pulp and Paper, PT. Tanjung Enim Lestari, PT. Indah Kiat Pulp and Paper Perawang PT Toba Pulp Lestari, PT Lontar Papyrus dan PT OKI Pulp and Paper yang menggunakan bahan baku bersumber dari HTI, dengan total kapasitas produksi 10.057.000 ton/tahun, maka membutuhkan bahan baku sebesar 41.937.690 m3/tahun Daftar Perusahaan yang Menggunakan Bahan Baku dari HTI Nama Perusahaan Kapasitas Produksi (ton/th) Kebutuhan Bahan Baku (m3/th) RAPP 2.800.000 11.676.000 TEL 450.000 1.876.500 IKPP (Perawang) 2.746.000 11.450.820 Toba Pulp Lestari 240.000 1.000.800 Lontar Papyrus 1.021.000 4.257.570 OKI Pulp & Paper 2.800.000 11.676.000 Total 10.057.000 41.937.690 Sumber : Kementerian Perindustrian (2016)

Pasal-Pasal yang Memberatkan dalam Penerapan Regulasi Gambut 1. APKI-Pasal-Pasal yang memberatkan IPK.doc Perhatian khusus APKI 2. APKI-Dampak Penerapan PermenLHK No. 17-2017.doc Pasal 8E, ayat (1) : Pada areal tanaman pokok yang berubah menjadi fungsi lindung ekosistem gambut hanya dapat dimanfaatkan 1 (satu) daur dan tidak dapat ditanami kembali Pasal 8G, ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) : Apabila areal kerja diatas atau sama dengan 40 % ditetapkan menjadi ekosistem gambut dengan fungsi lindung dapat mengajukan land swap

Tiga (3) Point yang Memberatkan IPK 1. Penetapan tinggi muka air tanah di lahan Gambut lebih da ri 0,4 meter sebagai kriteria kerusakan Ekosistem Gambut. 2. Perubahan fungsi budidaya menjadi fungsi lindung berdasarkan PP 57 tahun 2016 Pasal 9 ayat 4, apabila di luar dari 30% dari seluruh luas KHG masih terdapat gambut ketebalan 3 meter atau lebih, maka harus menjadi fungsi lindung (sedikitnya seluas 780.000 ha lahan HTI dari fungsi budidaya berubah menjadi fungsi lindung ). 3. Ketentuan Pasal Peralihan pada Pasal 45 PP No. 71 Tahun 2014, bagi yang izin usaha dan/atau kegiatan untuk memanfaatkan Ekosistem Gambut pada fungsi lindung Ekosistem Gambut yang telah terbit sebelum PP No. 71 Tahun 2014 ini berlaku dan sudah beroperasi, dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu izin berakhir, akan tetapi di PermenLHKnya ditafsirkan harus belaku segera (misalnya tidak boleh menanam kembali setelah penebangan).

Potensial Loss Bahan Baku Data dari APHI (2017), disebutkan bahwa terdapat 3,5 Juta Ha HTI yang telah dikelola dimana maksimal 70% dari luas HTI tersebut atau sekitar 2,45 juta ha yang dapat dijadikan areal tanaman pokok sedangkan 20%nya dijadikan areal tanaman kehidupan dan 10% nya dijadikan kawasan lindung. Dari 2,45 juta ha areal tanaman pokok yang dikelola industri HTI terdapat 50%-60%nya yang terdapat di tanah mineral dan sisanya berada di lahan gambut. Penerapan Regulasi Gambut tersebut akan sangat mempersulit kelangsungan usaha industri pulp dan kertas karena akan mengakibatkan potensial loss sebagai berikut: Potensial loss produksi pulp : 25.162.614 m 3 /tahun ekuivalent 6.034.200 ton pulp/tahun (3,86 milyar USD) dan produksi kertas : 5.430.780 ton/tahun (4,48 milyar USD). Total potensial loss dari industri pulp dan kertas sebesar 8,34 milyar USD. Apabila regulasi gambut ini diterapkan maka terjadi penurunan ketersediaan bahan baku 60% (Data APHI) atau sekitar 25.162.614 m3/tahun ekuivalent 6.034.200 ton pulp/tahun.

Dampak Regulasi Gambut Pembangunan Daerah Dengan diberlakukannya regulasi gambut, akan berpotensi menurunkan / menghilangkan pajak industri sebagai pendapatan daerah; kurang kondusifnya iklim investasi di daerah, serta hilangnya lapangan pekerjaan masyarakat setempat. Beberapa Gubernur telah mengirimkan surat kepada Presiden terkait kekhawatiran Daerah atas pemberlakuan regulasi gambut.

Usulan 1. Pemerintah seyogianya mempertimbangkan mengenai keberlanjutan industri pulp dan kertas dari pemberlakuan regulasi gambut. Pemegang izin HTI di areal gambut masih diizinkan untuk melakukan aktifitas budidaya dengan mengimplementasikan/menerapkan teknologi terbaru atas tata kelola air gambut yang meminimalisasi emisi karbon dan mengantisipasi kebakaran lahan. 2. Merevisi beberapa pasal (pada Lampiran) yang tercantum pada regulasi gambut yang berpotensi menimbulkan penurunan ketersediaan bahan baku industri pulp dan kertas. 3. Implementasi perubahan fungsi budidaya menjadi fungsi lindung gambut agar dilaksanakan setelah dapat dipastikan tersedia Land Swap yang telah terverifikasi. 4. Oleh karena itu, pelaksanaan perubahan fungsi budidaya menjadi fungsi lindung perlu memperhatikan waktu kesiapan bagi Industri agar tidak mengganggu ketersediaan bahan baku.

Sekretariat APKI Jalan Cimandiri No.6 Flat ½ Cikini, Jakarta Pusat Telp/Fax: 021-31926084/ 021-3911351 Email: info@apki.net Web: www.apki.net