BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

dokumen-dokumen yang mirip
EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

REFERAT GANGGUAN BIPOLAR. Disusun oleh: Brigitta Intan P.S Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR, EPISODE KINI MANIK TANPA GEJALA PSIKOTIK

PRESENTASI KASUS GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

REFERAT Penatalaksanaan Pada Gangguan Bipolar

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

PEDOMAN DIAGNOSTIK. Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari penanganan yang tepat. Salah satu masalah kejiwaan yang masih kurang

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DSM V : GANGGUAN BIPOLAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan jiwa terganggu maka akan berdampak pada aktivitas fisik. Salah satu

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

Gangguan Skizoafektif: Penerapan DSM-5 pada Entitas Diagnostik yang Hampir Dihilangkan

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

Tinjauan Kepustakaan

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ

C. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari referat ini adalah : 1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa 2.

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

Gangguan Mood dan Afek ( Suasana Perasaan ) Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ ( K ) Sept 2013

GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD[AFEKTIF])

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

dr.adhi Wibowo Nurhidayat,SpKJ(K),MPH Institute of Mental Health, Addiction,and Neuroscience (IMAN) Soeharto Heerdjan Psychiatric Hospital - Jakarta

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

PANDUAN TATALAKSANA GANGGUAN BIPOLAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

APLIKASI PROBABILITAS BAYES DALAM SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN KEJIWAAN BIPOLAR

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

I. Definisi I. Epidemiologi I I. Etiologi 1. Genetik

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

Terapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Hipomania dan Mania

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bipolar Disorder Clinical Pathway Inpatient Ida Aju Kusuma Wardani Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK JIWA

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

CASE REPORT SESSION. Oleh: Denny Maulana Preseptor: Veranita Pandia, dr., SpKJ (K)

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison et al., 2007). Depresi

Attention-Deficit Disorders ATTE NTION- DE FICIT/HYPE R AC TIVITY DIS OR DE R

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

Transkripsi:

BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.

Epidemiologi Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4% GB II berkisar antara 0,3%-4,8% Siklotimia antara 0,5%-6,3% Hipomania antara 2,6%-7,8%. Total prevalensi spektrum bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6%-7,8%.

Manifestasi klinis GB sesuai dengan DSM-IV 1. Episode Manik 2. Episode depresi mayor 3. Episode campuran 4. Episode hipomanik 5. Siklus cepat 6. Siklus ultra cepat 7. Sindrom psikotik

1. Episodik manik Paling sedikit satu minggu Mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki gejala menetap tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel), yaitu: - grandiositas atau percaya diri berlebihan - berkurangnya kebutuhan tidur - cepat dan banyaknya pembicaraan - lompatan gagasan atau pikiran berlomba

-perhatian mudah teralih - peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor - meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah) - tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang matang).

2. Episode depresi mayor Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat simptom/tanda, yaitu: - mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang - menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan - sulit atau banyak tidur - agitasi atau retardasi psikomotor - fatigue atau berkurangnya tenaga - menurunnya harga diri

- ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi -Pesimis - pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa renacana) atau tindakan bunuh diri. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan atau mengganggu fungsi personal, sosial, atau pekerjaan

3. Episode Campuran Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi secara bersamaan

4. Episode Hipomanik Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan mood, ekspansif atau iritabel yang ringan paling sedikit tiga gejala (empat gejala bila mood iritabel) yaitu: - grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri - berkurangnya kebutuhan tidur - meningkatnya pembicaraan - lompat gagasan atau pikiran berlomba

- perhatin mudah teralih - meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor - pikiran menjadi lebih tajam - daya nilai berkurang Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau perilaku atau pembicaran aneh) Tidak mengganggu fungsi personal, sosial, dan pekerjaan

5. Siklus Cepat Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode depresi, hipomania atau mania dalam satu tahun Seseorang dengan siklus cepat jarang mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan interpersonal atau pekerjaan.

6. Siklus Ultra Cepat Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam beberapa hari Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia dan sangat sulit diatasi

BIPOLAR I Manifestasi klinis utama - satu atau lebih episode manic atau episode campuran - satu atau lebih episode depresi mayor Rekurensi pada gangguan ini diartikan sebagai perubahan polaritas dalam satu episode atau adanya interval antara 2 episode tanpa gejala manic selama minimal 2 bulan

Perubahan polaritas diartikan sebagai perjalanan klinis: 1. episode depresif mayor berkembang menjadi episode manic atau episode campuran, atau 2. episode manic atau campuran berkembang menjadi depresi mayor

DIFERENTIAL DIAGNOSIS Gangguan mood terinduksi zat atau obat Gangguan depresi mayor dan gangguan distimik Gangguan bipolar II Gangguan siklotimik Gangguan bipolar yang tidak dapat diklasifikasikan Gangguan psikotik

MACAM-MACAM GANGGUAN BIPOLAR I MENURUT DSM IV Gangguan bipolar I episode manic saat ini Gangguan bipolar I episode manic tunggal Gangguan bipolar I episode hipomanik saat ini Gangguan bipolar I episode campuran saat ini Gangguan bipolar I episode depresi saat ini Gangguan bipolar I epsode yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini

Episode Manik Tunggal A. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat episode depresi mayor sebelumnya. B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,skizoafektif, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

Episode Manik Saat Ini A. Saat ini dalam episode manik B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik, depresi, atau campuran C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

Episode Campuran Saat Ini A. Saat ini dalam episode campuran B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi, atau campuran C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

Episode Hipomanik Saat Ini A. Saat ini dalam episode hipomanik B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran C. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau hendaya dalam sosial, pekerjaan,atau aspek fungsi penting lainnya. D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

Episode Depresi Saat Ini A. Saat ini dalam episode depresi mayor B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

Episode Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Saat Ini A. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik, campuran, atau episode depresi. B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain. D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan,atau aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan Mood Bipolar II

Epidemiologi Prevalensi gangguan bipolar II kurang lebih sekitar 0,5 %, keturunan pertama dari penderita gangguan bipolar II memiliki resiko lebih tinggi menderita gangguan bipolar II, gangguan bipolar I, dan episode depresi mayor, dibandingkan dengan populasi umum

Manifestasi klinis utama dari gangguan bipolar II Satu atau lebih episode depresi (criteria A), disertai Paling sedikit satu episode hipomanik (criteria B). Adanya episode hipomanik atau campuran dapat menyingkirkan diagnosis gangguan bipolar II (criteria C).

Episode gangguan mood yang diinduksi zat atau obat tidak dimasukan dalam criteria gangguan bipolar II begitu pula apabila ada kecenderungan kearah diagnosis skizoafektif atau memiliki gejala yang tumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan (criteria D). gejala yang timbul harus menyebabkan tekanan atau gangguan pada pekerjaan, kehidupan social, atau aspek fungsi penting lainnya

GANGGUAN MENTAL DAN MANIFESTASI KLINIS YANG BERHUBUNGAN Bunuh diri Tidak masuk sekolah Kegagalan akademik Kegagalan pekerjaan Perceraian Penyalahgunaan obat Anoreksia nervousa Bulimia nervousa ADHD Gangguan panic Fobia social Kepribadian borderline

DIFERENTIAL DIAGNOSIS Gangguan mood terinduksi zat atau obat Gangguan depresi mayor dan gangguan distimik Gangguan bipolar I Gangguan siklotimik Gangguan psikotik

Gangguan Siklotimia A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun. B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu. C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua tahun gangguan tersebut Catatan: Setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manik atau episode campuran (diagnosis GB I dan gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II dan gangguan siklotimia dapat ditegakkan)

D. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

Terapi Farmakologi Episode Mania

Lini I Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR, aripiprazol, litium atau divalproat + risperidon, litium atau divalproat + quetiapin, litium atau divalproat + olanzapin, litium atau divalproat + aripiprazol

Lini II Karbamazepin, TKL*, litium + divalproat, paliperidon *TKL = terapi kejang listrik

Lini III Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat haloperidol, litium + karbamazepin, klozapin

Terapi Farmakologi Episode Depresi Akut GB I

Lini I Litium, lamotrigin, quetiapin, quetiapin XR, litium atau divalproat + SSRI, olanzapin + SSRI, litium + divalproat

Lini II Quetiapin + SSRI, divalproat, litium atau divalproat + lamotrigin

Lini III Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin, litium atau divalproat + venlafaksin, litium + MAOI, TKL, litium atau divalproat atau AA + TCA, litium atau divalproat atau karbamazepin + SSRI + lamotrigin, penambahan topiramat.

Tidak direkomendasikan Gabapentin monoterapi, aripiprazol monoterapi

Intervensi Psikososial Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive behavioral therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagai bentuk terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi psiksosial sangat perlu untuk mempertahankan keadaan remisi.