Potensi penangkapan ikan dari tahun ke tahun cenderung mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHUJAN Wilayah laut Indonesia dengan luas sekitar 5,8 juta KM, memiliki sumber

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

Dalam memasuki millennium ke-tiga, bangsa lndonesia dihadapkan. pada tantangan sekaligus peluang untuk menjadi bangsa yang maju,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN. daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR RIA Seri: PERMENKP NO. 57 Tahun 2014 BALITBANG-KP, KKP

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKTIVITAS ARMADA PENANGKAPAN DAN POTENSI PRODUKSI PERIKANAN UDANG DI LAUT ARAFURA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMlKIRAN DAN HIPOTESIS

MALUKU SEBAGAI LUMBUNG IKAN NASIONAL: TINJAUAN ATAS SUATU KEBIJAKAN

POSITION PAPER KPPU TERKAIT KEBIJAKAN KLASTER PERIKANAN TANGKAP

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ex-situ observation & analysis: catch effort data survey for stock assessment -SCHAEFER AND FOX-

1.2. Latar Belakang Masalah 1.3. Perumusan Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan yang berkaitan dengan

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN LONGLINE DALAM MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN IKAN TUNA MATA BESAR: MUNGKINKAH MEMICU GEJALA OVERFISHING DI LAUT PALABUHAN RATU?

3. METODE PENELITIAN

c----. Lemuru Gambar 1. Perkembangan Total Produksi Ikan Laut dan Ikan Lemuru di Indonesia. Sumber: ~tatistik Perikanan Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan 46 jenis diantaranya merupakan ikan endemik (Syandri, 2008). Salah satu

1.1 Latar Belakang Selanjutnya menurut Dahuri (2002), ada enam alasan utama mengapa sektor kelautan dan perikanan perlu dibangun.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

3 KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Upaya Penangkapan

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1962 dimulai kegiatan komersial untuk perikanan tuna yang pertama

penangkapan (Berkes et a/., 2001 dalam Wiyono dan Wahju, 2006). Secara de

BAB VI ARAHAN DAN STRATEGI

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BIOEKONOMI(MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD DAN MAXIMUM ECONOMIC YIELD) MULTI SPESIES PERIKANAN LAUT DI PPI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi penangkapan ikan dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan dan dikhawatirkan akan terjadi penurunan potensi secara berlanjut manakala kebijakan secara nasional tidak dibenahi. Hasil kajian stok pada tahun 1992 rnenunjukan potensi sebesar 6.7 juta ton per tahun, hasil tahun 1997 sebesar 6.2 juta ton pertahun dan reevaluasi stok pada.tahun 2000 diperoleh angka 6.1 juta ton per tahun (DKP dan PSKPL-IPB 2000). Di sisi lain pendapatan negara dari hasil penangkapan tersebut tidak terlaiu besar. Hal ini dapat dicermati dari berbagai fakta antara lain banyaknya kapal ikan asing ilegal, pungutan hasil tangkapan kecil dan diperkirakan kerugian negara akibat kegiatan ilegal minimal US $ 1.3 Milyar pertahun (Pusinfoyanrnas DKP, 2001). Strategi yang diterapkan Pemerintah dalam manajemen penangkapan ikan saat ini belurn optimal jika dihadapkan kepada sasaran yang diinginkan yaitu tercapainya pengelolaan ikan yang lestari. Kebijakan yang dianut Pernerintah selama ini mengacu kepada pengaturan input atau dikenal dengan pembatasan input (input restriction), di rnana pengaturan perijinan penangkapan ikan diatur berdasarkan jenis kapal dan alat tangkilpnya dan disesuaikan dengan jenis ikan dan daerah penangkapannya. Kebijakan ini berdampak kepada kecenderungan terjadinya keinginan pengusaha atau nelayan untuk selalu meningkatkan peralatan tangkap tersebut baik kapal, alat tangkap seperti jaring, pancing dan lain-lain baik dari kuantitas maupun, -0.L-..,, a, -......

tanoka~ selama ini vana diwuiudkan dalam UU Perikanan 11111 no 5 tah~in http://www.mb.ipb.ac.id persyaratan usaha perikanan, Peraturan Pemerintah no 15 tahun 1984 mengatur pengelolaan sumber daya alam hayati di ZEEl (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia), Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 1990 yang mengatur Usaha Perikanan. Ketiga peraturan tersebut memungkinkan orang atau badan hukum untuk berusaha di bidang penangkapan dengan memenuhi persyaratan kapal dan alat tangkapnya. Akibatnya terjadi peningkatan secara tajam jumlah kapal yang beroperasi di laut dan hasil tangkapan per kapal menjadi semakin menurun. Solusi permasalahan yang timbul harus dimulai dari penerapan kebijakan yang dapat menciptakan situasi kondusif. Untuk mendapatkan kebijakan ini perlu didahului dengan analisa permasalahan yang ada dan formulasi strategi yang tepat. Formulasi strategi dilaksanakan dengan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) sedangkan rekomendasi kebijakan disusun dengan pendekatan PHA (Proses Hirarki Analitik). Rekomdendasi kebijakan tersebut bertumpu kepada pengaturan penangkapan, dimana untuk potensi ikan jenis tertentu dapat diberlakukan pembatasan input dan untuk jenis ikan lain dapat diberlakukan pembatasan hasil (output restriction) berupa quota. 6. ldentifikasi Masalah Strategi Pemerintah dalam penangkapan ikan saat ini belum optimal terutama dalam memaksimalkan potensi dan peluang serta mengatasi berbagai kendala serta tantangan yang dihadapi. Kebijakan perikanan

'1983 dan UU No 9 Tahun 1985) dan berbagai peraturan di bawahnya menggambarkan pembatasan-pembatasan pada input usaha perikanan tangkap yang diberlakukan secara umum untuk semua jenis ikan di sernua daerah penangkapan. Khusus usaha penangkapan ikan Tuna di ZEEl (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) berpeluang diterapkan pembatasan hasil atau "output restriction': Permasalahan yang timbul berkaitan dengan strategi dan kebijakan dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Terjadi perlombaan penangkapan di laut secara besar-besaran dimana Armada kapal ikan sernakin bertarnbah karena didorong oleh keinginan memperoleh tangkapan yang banyak dan masih menguntungkan. Sernentara itu hasil tangkapan per satuan usaha (catch per unit of effort = CPUE) semakin menurun. Sebagai contoh dalam perikanan Tuna, hasil tangkapan per rnata pancing (hook rate atau HR) yang digunakan sebagai indeks kelimpahan relatif rnenunjukan di perairan Samudera Hindia cenderung menurun drastis. Tercatat HR sama dengan 1 pada tahun 1992 yang kemudian menurun rnenjadi 0.65 pada tahun 1998 dan 1999 (PKSPL-IPB, 2000). 2. Pihak Pemerintah tidak dapat rnengontrol secara efektif perijinan yang dikeluarkan. Demikian pula terjadinya kegiatan ilegal dengan pemalsuan atau penggandaan ijin, yang tidak mampu dikontrol secara efektif dikarenakan keterbatasan Sumber Daya Manusia rnaupun sarana dan prasarana yang dimiliki Departemen Kelautan dan Perikanan di pusat maupun Dinas Perikanan dan Kelautan di daerah. 3. Pelaksanaan penegakan hukurn (law enforcement) dengan kebijakan "input restriction" sulit dilaksanakan secara efektif karena terlalu

tertuano dalam oroduk tesebut dan dicari rumusan bar11 knhiiakan vano lnhih http://www.mb.ipb.ac.id banyak peraturan yang harus ditegakkan, sernentara kemampuan aparat penegak hukurn sangat terbatas. 4. Kebijakan yang ada tidak mendorong pengusaha untuk menerapkan rnanajernen operasional yang efisien, karena tidak ditetapkan berapa jumlah maksimal yang boleh ditangkap, namun dibatasi alat tangkapnya. 5. Terjadinya konflik antara kelompok penangkap ikan akibat terjadinya pelanggaran daerah penangkapan. Kelompok nelayan kecil cenderung semakin terdesak oleh kelompok nelayan besar karena kalah mutu dan kapasitas. 6. Tejadinya penurunan stock ikan nasional akibat terjadinya overfishing (penangkapan lebih) baik oleh nelayan Indonesia maupun nelayan asing di daerah tertentu seperti di perairan utara Pulau Jawa. C. Rurnusan perrnasalahan Strategi yang diterapkan Pemerintah dalam pengelolaan perikanan tangkap kurang terfokus untuk mencapai sasaran yang diinginkan yaitu perikanan tangkap yang lestari. Strategi tersebut akan menjadi dasar perumusan kebijakan. Kebijakan perikanan tangkap saat ini secara umum menggunakan pendekatan pembatasan input, dirnana diatur alat tangkapnya, jenis dan besar kapalnya, dan zonasinya. Semua regulasi tersurat dalam berbagai peraturan mulai dari UU, Kepres, Kepmen dan SK Dirjen. Sehubungan dengan ha1 tersebut perlu dikaji secara ilrniah kebijakan yang

~otensi ikan di laut wilavnh R I terrnacltk 7FF 7 http://www.mb.ipb.ac.id baik dan menjamin tercapainya status kelestarian (sustainability) sumber daya ikan, dalam arti potensi ikan tangkap tetap tinggi dan lestari sehingga dapat dijamin niiai dan manfaat jangka panjang. 1. Pertanyaan manajemen Bagaimana formulasi strategi Pemerintah dalam mengelola perikanan tangkap agar tercapai sasaran kelestarian sumber daya serta mendatangkan manfaat maksimal bagi masyarakat?. 2. Pertanyaan riset a. Bagaimana strategi dan kebijakan nasional penangkapan ikan yang selama ini diterapkan dan bagaimana dampaknya bagi potensi ikan serta pendapatan devisa negara?. b. Apakah UU dan peraturan-peraturan pelaksanaan yang ada masih relevan dikaitkan dengan kondisi saat ini?. c. Bagaimana peluang DKP untuk merumuskan strategi dan kebijakan baru agar dicapai perikanan tangkap yang lestari?. d. Apa implikasi strategi dan kebijakan baru tersebut bagi usaha perikanan tangkap?. 3. Pertanyaan investigasi a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perumusan strategi dan kebijakan dalam perikanan tangkap?. b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan stock atau

c. Faktor-faktor apa saja yang rnempengaruhi sistem pengawasan dan pengendalian perikanan tangkap?. d. Faktor-faktor apa saja yang dapat rnenciptakan usaha perikanan tangkap yang menguntungkan?. 4. Pertanyaan pengukuran a. Berapa anggaran yang diperlukan agar strategi dan kebijakan baru dalam bidang penangkapan ikan dapat diimplementasikan secara efektif?. b. Berapa harapan peningkatan devisa negara dari hasil penangkapan ikan dengan strategi dan kebijakan baru tersebut?. c. Berapa perkiraan MSY (Maximum Sustainable Yield) dan MEY (Maximum Economic Yield) yalng harus dijadikan tolok ukur strategi dan kebijakan baru?. Berdasarkan rumusan perrnasalahan tersebut, maka penelitian bertujuan sebagai berikut. 1. Mengkaji strategi dan kebijakan yang diterapkan selama ini berupa berbagai regulasi dalarn bidang perikanan tangkap dan implikasi terhadap potensi ikan serta perolehan devisa negara. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap strategi dan kebijakan perikanan tangkap.

3. Merumuskan strategi dan kebijakan baru perikanan tangkap yang dapat dijadikan acuan bagi penyempurnaan berbagai peraturan. 4. Merurnuskan upaya-upaya DKP untuk menjarnin terlaksananya strategi dan kebijakan baru tersebut. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut. 1. Sebagai sumbangan pernikiran bagi DKP untuk melaksanakan perumusan strategi dan kebijakan nasional dalam rangka pengaturan perikanan tangkap yang lestari. 2. Memberikan pemahaman dan persepsi yang proporsional bagi penentu kebijakan, pengusaha dan pelaku (stakeholders) perikanan akan pentingnya manajemen perikanan tangkap yang lestari.