Pelaksanaan Pembangunan Jalan Cisalatri Bandung Prof. Dr. Ir. Budi Hartanto Susilo, MSc. dan Ivan Imanuel Fakultas Teknik,Universitas Kristen Maranatha, Bandung Abstract Transportation infrastructure is available in Indonesia, yet it is not sufficient to meet the increasing demand. Construction of new infrastructure is needed to support the transportation system. The construction of Cisalatri Road and Bridge project is a construction of a new access road to Gelora Bandung Lautan Api Stadium from Rancanumpang Highway. The type of the constructed road pavement is a rigid pavement. The work includes excavation (using equipment), pile foundation, limestone embankment, geotextile, soil embankment, base course, lean concrete, and concrete pavement work. Based on the result of fatigue and erotion analysis, the concrete pavement thickness with an excess thickness of about 4 cm is eligible. The project has some delays due to change of workplan, large amount of rain, limited materials and human resources, as well as the availability of heavy equipment. Keywords: construction, access road, Gedebage I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Prasarana transportasi yang ada di Indonesia saat ini tidak cukup untuk memenuhi permintaan yang terus bertambah. Kegiatan transportasi di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduknya. Kemacetan yang terjadi di berbagai daerah, terutama di kota-kota besar membuktikan kebutuhan akan transportasi telah melampaui kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang ada. Berbagai upaya pengaturan lalu-lintas yang telah dilakukan juga tidak cukup untuk menyelesaikan masalah kemacetan. Salah satu solusi adalah dengan membangun prasarana yang baru untuk menunjang sistem transportasi yang ada. Infrastruktur yang dibangun perlu memiliki tingkat kekuatan dan keawetan yang dapat menjamin kelangsungan kegiatan transportasi hingga mencapai umur rencana. Membangun prasarana yang baik memerlukan perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan yang baik pula. Perencanaan seharusnya dapat mengukur kemampuan pelaksanaan di lapangan. Pelaksanaan juga seharusnya dapat menerapkan desain dari setiap perencanaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penerapan perencanaan pada pelaksanaan konstruksi di lapangan. Penelitian dilakukan pada proyek Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, yaitu Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Cisalatri yang dikerjakan oleh PT. Adhi Karya (Persero), Tbk. sebagai kontraktor. Proyek Pembangunan Jalan Cisalatri adalah pembangunan jalan baru akses masuk ke stadion Gelora Bandung Lautan Api dari Jalan Raya Rancanumpang, Bandung, Jawa Barat. Pembangunan Jalan Cisalatri dimulai sejak bulan Agustus 2014 dan direncanakan selesai pada akhir bulan Desember 2014. 1.2 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut: pekerjaan pembangunan jalan diamati terbatas hanya pada STA 0+000 sampai STA 1+614 dan tidak termasuk pembangunan jembatan yang melintasi Sungai Cisalatri, analisis perkerasan kaku dilakukan berdasarkan pada Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003) dengan asumsi pertumbuhan lalu-lintas sebesar 8% per tahun dan umur rencana 40 tahun, dan data lalu-lintas diperoleh melalui survey lalu lintas di Jalan Cimencrang. 229
Zenit Volume 3 Nomor 3 Desember 2014 1.3 Lokasi Proyek Lokasi Proyek bertempat di Kelurahan Rancanumpang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Proyek jalan berada di sebelah barat stadion Gelora Bandung Lautan Api yang telah selesai dibangun. Adapun alamat proyek bertempat di Kompleks Perumahan Cempaka Arum Cluster Andalus Blok C No. 18 Bandung. Gambar 1 Peta Lokasi Proyek di Kecamatan Gedebage, Bandung Secara umum, lokasi proyek berada pada daerah persawahan yang berbatasan dengan pemukiman warga. Hanya sedikit perumahan yang ada di sekitar lokasi proyek. Hal ini dikarenakan Wilayah Gedebage masih dalam tahap perkembangan sehingga belum dipadati penduduk. Sarana pendukung kegiatan masyarakat yang ada juga tidak banyak. Mayoritas kegiatan warga sekitar lokasi proyek adalah sebagai buruh lepas dan petani. II. Lingkup Kegiatan Perkerasan 2.2 Galian Biasa (menggunakan alat) Galian tanah dilakukan untuk meratakan tanah dasar. Lapisan atas tanah dasar pada lokasi proyek rata-rata berupa tanah organik bekas persawahan sehingga tidak dapat digunakan. Tebal lapisan atas tanah yang digali adalah kurang lebih sebanyak 50 cm dari permukaan tanah. Penggalian dilakukan menggunakan ekskavator atau back hoe. Tanah hasil galian diangkut oleh dump truck ke luar lokasi proyek. Atas seijin warga, tanah tersebut dibuang ke lahan kosong yang berada di sekitar lokasi proyek. Gambar 2 Foto Kegiatan Proyek, Galian Tanah Biasa (menggunakan alat), diambil tanggal 14 Oktober 2014 230
Pelaksanaan Pembangunan Jalan Cisalatri Bandung (Budi Hartanto Susilo dan Ivan Imanuel) 2.3 Pondasi Cerucuk Tanah dasar pada lokasi proyek berupa tanah lembek sehingga memerlukan pondasi cerucuk. Pondasi cerucuk bertujuan meningkatkan kestabilan tanah sehingga tanah dapat mengalami pergerakan yang relatif sama. Bahan material yang digunakan adalah cerucuk bambu. Jarak antara cerucuk satu dengan yang lain adalah 30 cm dengan kedalaman pemancangan kurang lebih 1,5 m. Gambar 3 Foto Kegiatan Proyek, Pondasi Cerucuk, diambil tanggal 7 Oktober 2014 2.4 Timbunan Batu Kapur (Limestone) Tanah dasar dengan pondasi cerucuk diberi timbunan batu kapur (limestone). Lapisan timbunan limestone direncanakan memiliki tebal 30 cm. Penimbunan limestone dilakukan secara bertahap, 30 cm untuk tahap pertama dan 30 cm untuk tahap kedua. Pada setiap tahap dilakukan pemadatan. Lapisan limestone dipadatkan menggunakan vibro. Hasil pemadatan diperiksa dengan propoiling test, yaitu dengan menguji penurunan lapisan terhadap beban kendaraan. Gambar 4 Foto Kegiatan Proyek, timbunan Limestone di atas pondasi cerucuk, diambil tanggal 21 Oktober 2014 2.5 Pemasangan Geotextile Geotextile diletakkan di antara timbunan limestone dengan timbunan tanah pilihan. Tujuan peletakan geotextile adalah agar limestone tidak bercampur dengan tanah pilihan. Selain itu geotextile juga meningkatkan kuat geser timbunan pada arah horizontal 231
Zenit Volume 3 Nomor 3 Desember 2014 Gambar 5 Foto Kegiatan Proyek, Pemasangan geotextile di atas lapisan limestone, diambil tanggal 1 November 2014 2.6 Timbunan Tanah Pilihan Timbunan tanah pilihan dilakukan di atas geotextile. Tanah dihamparkan menggunakan dozer dan dipadatkan dengan menggunakan vibro. Pemadatan dilakukan 8 kali tanpa getar dan 4 kali dengan getar. Kemudian dilakukan uji propoilling test. Jika belum padat, dilakukan pemadatan kembali. Gambar 6 Foto Kegiatan Proyek, timbunan tanah pilihan di atas geotextile, diambil tanggal 4 November 2014 2.7 Lapis Pondasi Agregat (Base) Kelas B Di atas tanah pilihan diberi lapis pondasi agregat (base). Tebal lapis pondasi rencana adalah 20 cm. Permukaan timbunan lapis pondasi dibuat memiliki kemiringan 2%. Penghamparan agregat di atas tanah pilihan dilakukan dengan bulldozer dan motor grader. Pemadatan agregat dilakukan dengan vibro.. 232
Pelaksanaan Pembangunan Jalan Cisalatri Bandung (Budi Hartanto Susilo dan Ivan Imanuel) Gambar 7 Foto Kegiatan Proyek, Penghamparan lapis pondasi di atas timbunan tanah pilihan oleh motor grader, diambil tanggal 16 Desember 2014 2.8 Lean Concrete (LC) Lantai kerja struktur, baik perkerasan kaku, saluran, maupun DPT menggunakan lean concrete (beton kurus) dengan tebal 5 cm. LC dicor di tempat dengan beton Ready Mix K125 Gambar 8 Foto Kegiatan Proyek, lantai kerja dan lapis pondasi di atas timbunan tanah pilihan, diambil tanggal 16 Desember 2014 2.9 Perkerasan Jalan Beton Pekerjaan perkereasan jalan beton diawali dengan pemasangan bekisting. Bekisting terbuat dari pelat besi dengan lebar 24 cm sesuai dengan ketebalan lapisan beton. Bekisting pada sisi memanjang memiliki lubang untuk tie-bar yang berjarak antar lubang 60 cm. Bekisting pada sisi melintang memiliki lubang untuk dowel yang berjarak antar lubang 30 cm. Tie-bar adalah tulangan baja berulir berdiameter 20 mm sedangkan dowel adalah tulangan baja polos dengan berdiameter 25 mm. Lantai kerja dan bekisting dilapisi oleh plastik agar beton tidak melekat pada lantai kerja maupun bekisting. Di atas plastik tersebut diletakkan sebatang kayu berbentuk segitiga setiap 5 meter. Tujuannya untuk merencanakan keretakan beton. Tulangan pelat, yaitu tulangan baja polos berukuran 12 mm yang telah dirangkai, dipasang di bagian tepi pelat beton. 233
Zenit Volume 3 Nomor 3 Desember 2014 Gambar 9 Foto Kegiatan Proyek, pengecoran pelat beton untuk perkerasan jalan, diambil tanggal 6 Januari 2014 Pekerjaan dilanjutkan dengan pengecoran. Mutu beton untuk perkerasan adalah K350. Alat Gomaco ditempatkan melintang di atas bekisting yang sudah terpasang dengan permukaan bawah silinder tepat berada di ketinggian 24 cm. Permukaan adukan diratakan dan dibentuk oleh Gomaco. Permukaan yang telah rata dihaluskan dan diberi alur agar tidak licin saat dilalui kendaraan. Gambar 10 Foto Kegiatan Proyek, hasil pengecoran pelat beton untuk perkerasan jalan, diambil tanggal 6 Januari 2014 2.10 Survey Lalu-Lintas Data lalu-lintas diperoleh dari hasil survey lalu-lintas di Jalan Cimencrang, Kelurahan Rancanumpang, Kecamatan Gedebage yang dilakukan pada tanggal 11 Desember 2014 selama 2 jam dari pukul 10.00 hingga pukul 12.00. Jalan Cimencrang merupakan jalan yang berada dekat lokasi proyek dan cukup padat dilalui kendaraan. Jalan Cimencrang terdiri atas dua lajur dua arah tanpa median. Tidak ada kendaraan jenis bus maupun truk gandeng yang melalui jalan ini. Dari hasil survey diperoleh jumlah kendaraan yang melewati jalan selama 2 jam pengamatan adalah sebanyak 1638 sepeda motor, 294 mobil, dan 34 truk. 234
III. Analisis Tebal Perkerasan 4.1 Analisis Lalu-Lintas Pelaksanaan Pembangunan Jalan Cisalatri Bandung (Budi Hartanto Susilo dan Ivan Imanuel) Berdasarkan data survey lalu-lintas dan dengan mengasumsikan lalu-lintas harian efektif selama 16 jam, maka lalu-lintas harian rata-rata dapat diperoleh untuk masing-masing kendaraan sebagai berikut.: Sepeda Motor = (1638). 16 / 2 = 13104 kend/hari Mobil = (151 + 143). 16 / 2 = 2352 kend/hari Truk = (17 + 17). 16 / 2 = 272 kend/hari Total LHR adalah 2352 + 272 = 2624 kend/ hari. Total LHR kendaraan niaga adalah 272 kend/hari. Jumlah Kendaraan Niaga Harian = 544 4.2 Parameter Perencanaan Parameter perencanaan yang diperlukan antara lain CBR tanah dasar, kuat tarik lentur beton, bahan pondasi bawah, mutu baja tulangan, dan lain-lain. CBR tanah dasar hasil uji laboratorium diperoleh 7,55%. Dari Pedoman Perkerasan Jalan Beton Semen tahun 2003, diperoleh CBR Tanah Dasar Efektif sebesar 53%. Kuat tarik lentur (f cf ), f' c = 350. 0,83 = 290,5 kg/cm 2 (K-350; silinder). Untuk agregat pecah digunakan K = 0,75, f cf = 3,13. K. (f c ) 0,5 = 40,1 kg/cm 2 = 4,01 MPa. Faktor Pertumbuhan Lalu-Lintas (R) berdasarkan Pedoman Perkerasan Jalan Beton Semen tahun 2003, untuk tingkat pertumbuhan lalu lintas sebesar 8% per tahun selama 40, nilai R = 259,1. Koefisien Distribusi kendaraan (C) yaitu jumlah lajur jalan direncanakan sebanyak 3 lajur ke arah utara dan 3 lajur ke arah selatan. Berdasarkan Pedoman Perkerasan Jalan Beton Semen tahun 2003, nilai C = 0,4. Faktor keamanan Beban (F KB ) berdasarkan Pedoman Perkerasan Jalan Beton Semen tahun 2003, jalan bebas jalan arteri dengan volume kendaraan niaga menengah memiliki faktor keamanan sebesar 1,1. 4.3 Perhitungan Repetisi yang Terjadi Jumlah Kendaraan Niaga Rencana (JSKNR) = JSKNH x 365 x R xc = 2,058.10 7 Jenis Beban (ton) Tabel I Perhitungan repetisi sumbu rencana Jumlah Proporsi Beban Proporsi Lalu-lintas Rencana Repetisi yang terjadi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) STRT 6 272 1 0,5 2,058.10 7 1,029.10 7 5 0 0 0,5 2,058.10 7 0 4 0 0 0,5 2,058.10 7 0 3 0 0 0,5 2,058.10 7 0 2 0 0 0,5 2,058.10 7 0 Total 272 1 STRG 8 0 0 0 2,058.10 7 0 5 0 0 0 2,058.10 7 0 Total 0 0 STdRG 14 272 1 0,5 2,058.10 7 1,029.10 7 Total 272 1 Kumulatif 2,058.10 7 4.4 Perhitungan Tebal Pelat Beton Tebal taksiran beton : 20 mm Berdasarkan Tabel 8 Pedoman Perkerasan Jalan Beton Semen, 2003, faktor tegangan dan erosi untuk tebal perkerasan pelat beton 20 cm dan CBR efektif 53% adalah sebagai berikut: Jenis STRT TE = 0,916 235
Zenit Volume 3 Nomor 3 Desember 2014 FE = 2,189 FRT = TE dibagi dengan f cf = 0,228 Jenis STRT TE = 1,43 FE = 2,789 FRT = TE dibagi dengan f cf = 0,357 Jenis STdRG TE = 1,17 FE = 2,876 FRT = TE dibagi dengan f cf = 0,292 Tabel II Analisis fatik dan erosi untuk tebal perkerasan 20 cm Jenis Beban (kn) Beban Rencana Per roda (kn) Repetisi yang terjadi Faktor Tegangan dan Erosi Analisis Fatik Repetisi ijin Persen Rusak Analisis Erosi Repetisi ijin Persen Rusak (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) STRT 60 33,00 1,029.10 7 TE = 0,916 TT 0 TT 0 50 27,50 0 FRT = 0,228 TT 0 TT 0 40 22,00 0 FE = 2,189 TT 0 TT 0 30 16,50 0 TT 0 TT 0 20 11,00 0 TT 0 TT 0 STRG 80 22,00 0 TE = 1,43 TT 0 2,2.10 7 0 50 13,75 0 FRT = 0,357 TT 0 TT 0 FE = 2,789 STdRG 140 19,25 1,029.10 7 TE = 1,17 TT 0 3.10 7 34,3% FRT = 0,292 FE = 2,876 Total 0 34,3% Hasil analisis fatik dan erosi menunjukkan persen kerusakan lebih kecil dari 100%, maka tebal perkerasan pelat beton 20 cm memenuhi peryaratan. Berdasarkan gambar rencana proyek Jalan dan Jembatan Cisalatri, tebal rencana perkerasan pelat beton adalah 24 cm. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Perbedaan data survey lalu-lintas (jalan mana yang dijadikan sampel, waktu pengamatan, lama pengamatan, jenis pengamatan). 2. Perbedaan asumsi tingkat pertumbuhan lalu-lintas. 3. Perbedaan asumsi CBR tanah dasar rencana. CBR tanah pilihan diuji saat berlangsungnya proyek. 4. Kemungkinan peningkatan jalan menjadi jalan bebas hambatan (tol) oleh PT. Jasa Marga. Gambar 11 Rencana Penampang Melintang Tipikal Jalan 236
Pelaksanaan Pembangunan Jalan Cisalatri Bandung (Budi Hartanto Susilo dan Ivan Imanuel) 4.5 Keterlambatan Realisasi Pekerjaan Proyek mengalami keterlambatan dari rencana awal. Adapun beberapa hal yang memengaruhi pelaksanaan realisasi adalah sebagai berikut. 4.5.1 Perubahan rencana pekerjaan. Pekerjaan pembuatan jalan dari STA 1+614 hingga STA 2+369 yang batal dilaksanakan. Pekerjaan diganti menjadi pembuatan jalan terusan dari Jalan Raya Rancanumpang ke arah timur. Selain itu, perkerasan jalan untuk STA 0+000 hingga STA 1+027 sebelah kiri yang semula direncanakan menggunakan perkerasan lentur berubah menjadi perkerasan kaku. 4.5.2 Tingginya curah hujan pada bulan November dan Desember. Hujan yang turun hampir setiap hari menghambat pekerjaan. Selama hujan turun, pekerjaan berhenti total. Pekerjaan baru dapat dilanjutkan kembali setelah hujan reda. Pasca hujan, kondisi proyek becek dan beberapa tempat tergenang air. Gambar 12 Foto Kegiatan Proyek, Pekerjaan terhambat oleh tingginya curah hujan, diambil tanggal 20 Desember 2014 Pekerjaan timbunan, khususnya penghamparan dan pemadatan, tidak dapat dilakukan dalam keadaan basah karena material timbunan seperti limestone dan tanah merah menggumpal, melekat pada alat berat, serta mengalami penyusutan yang besar jika dipadatkan. Agar proses pemadatan dapat terus berlangsung, sebagian material tanah merah digantikan dengan sirtu. Untuk lapisan base, agregat dicampur dengan semen portland (PC) agar cepat kering. Cara lain yang digunakan adalah penutupan timbunan dengan terpal saat hujan. Terpal mencegah air hujan masuk ke dalam timbunan sehingga timbunan relatif kering dan dapat segera dikerjakan kembali setelah hujan reda. 4.5.3 Keterbatasan material, sumber daya manusia, dan alat berat yang tersedia. Pengiriman material dari lokasi quary seringkali terlambat. Kualitas material dari quary tidak seluruhnya baik, terutama limestone dan agregat base B banyak mengandung tanah. Beberapa bahkan terpaksa tidak diterima karena berbeda dari sampel yang ditawarkan. Akibatnya, pekerjaan menjadi terhambat. Para pekerja sebagian besar berasal dari warga sekitar lokasi proyek. Beberapa pekerja juga tampak tidak terbiasa dengan pekerjaan jalan sehingga pekerjaan lambat dan tidak rapi. Pekerja khusus hanya digunakan saat pekerjaan perkerasan beton. Meskipun demikian, jumlahnya masih kurang dibandingkan dengan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan. Jumlah alat yang gunakan dalam pekerjaan terbatas. Alat berat yang selalu berada di lokasi proyek adalah 2 buah back hoe, 1 vibro, 1 truk, dan 1 buldozer. Beberapa kegiatan pekerjaan seperti pengecoran dan pemasangan saluran air menggunakan bantuan back hoe. 237
Zenit Volume 3 Nomor 3 Desember 2014 IV. Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Hasil analisis tebal perkerasan menunjukkan tebal perkerasan beton yang memenuhi persyaratan analisis fatik dan erosi adalah 20cm. Oleh karena itu, tebal perkerasan beton 24 cm telah memenuhi syarat dengan kelebihan tebal perkerasan 4 cm. Proyek mengalami keterlambatan yang disebabkan oleh perubahan rencana pekerjaan, tingginya curah hujan pada bulan November dan Desember, serta keterbatasan material, sumber daya manusia, dan alat berat yang tersedia. 4.2 Saran Untuk analisis yang lebih mendalam, perlu studi lanjut dalam pelaksanaan survey lalu-lintas secara lebih terperinci sehingga pengaruh perbedaan CBR tanah dasar terhadap tebal perkerasan dapat terlihat. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap geometrik jalan untuk menjamin terciptanya jalan yang nyaman dan berkeselamatan. V. Daftar Pustaka Bowles, J.E., 1997, Foundation Analysis and Design Fifth Editon, The McGraw-Hill Companies, Inc. Wells, G.R., 1993, Rekayasa Lalu Lintas, Jakarta: Penerbit Bhratara. Pd T-14-2003, 2003, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Manual 002-03/BM/2006, 2006, Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan, Buku 3, Lapis Pondasi Agregat, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 029/T/BM/1999, 1999, Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Atas Tanah Lembek Dan Tanah Gambut,Departemen Pekerjaan Umum. http://doddysetiagraha.blogspot.com/2012/09/sirtu-pasir-batu-23.html, diakses tanggal 17 Desember 2014. http://en.wikipedia.org/wiki/geotextile, diakses tanggal 17 Desember 2014. http://en.wikipedia.org/wiki/limestone, diakses tanggal 27 November 2014. 238