PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DISERTAI LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 BATANG ANAI Novia Angraini 1, Siska Nerita 2, Liza Yulia Sari 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat noviavirgo57@gmail.com ABSTRACT The result of students biology learning class of XI SMA N 2 Batang Anai in respiration system material is low and not reaching the minimum completion criteria namely 76. The result of student learning that low cause the spirit and motivation is low, then the students active is low in learning process. This research aims to know the result of students learning with using learning model of two stay two stray completed students discuss sheet toward the result of students biology learning class XI in SMA N 2 Batang Anai. The kind of this research is experiment research with randomized control group posstest only design. The population in this research is all of students class XI SMA N 2 Batang Anai. The sample is taken with using purposive sampling technique. Class XI IPA 3 as experiment class and class XI IPA 1 as control class. Based on the research is taken the average value in affective domain of experiment class namely 62,11 and control class namely 72,05 with the price zhitung=-3,38 and ztable=1,99, it means zhitung<ztable. The cognitif domain average value in experiment class is 70,82 and control class is 60,05 with the price thitung=2,37 and ttable=1,68, it means thitung>ttable. But, in psicomotor domain average value in experiment class is 80,32 and control class is 84,64 with the price thitung=1,71 and ttable=1,71 it means thitung ttable. So, can be concluded the learning model two stay two stray completed students discuss sheet can increase the result of students learning in cognitif and psicomotor domain, but in affective domain can not increase the result of students learning class XI in SMA N 2 Batang Anai. Keywords : Learning Outcomes, Student Discuss Sheet, Cooperative Learning Model. PENDAHULUAN Proses belajar mengajar adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan guru dan guru dengan siswa. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Proses belajar ini bertujuan agar siswa
dapat membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Pada saat proses pembelajaran guru seharusnya mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif baik fisik maupun mental, sehingga siswa dapat termotivasi dalam proses pembelajaran. Menurut Lie (2010:12) alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru. Di samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksudkan adalah adanya interaksi atau komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Dalam proses belajar diharapkan adanya komunikasi banyak arah yang memungkinkan akan terjadinya aktivitas dan kreativitas yang diharapkan (Rusman, 2012:202). Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada bulan September 2016 dengan guru mata pelajaran biologi kelas XI SMA N 2 Batang Anai, didapat gambaran bahwa proses pembelajaran dikelas berlangsung satu arah guru cenderung menyampaikan materi dengan metode ceramah sesekali menggunakan metode diskusi, dalam proses pembelajaran guru belum ada menggunakan model pembelajaran. Interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar masih kurang, siswa hanya menunggu penjelasan dari guru. Semangat belajar dan motivasi siswa masih rendah terlihat dari kerja sama siswa pada saat diskusi kelompok hanya siswa tertentu yang mengerjakan tugas kelompok. Hal tersebut membuat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak terhadap hasil belajar. Solusi yang dapat mengatasi masalah yang ditemukan tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran yang mampu menciptakan daya tarik dan semangat
siswa dalam belajar, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif penting untuk diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran, karena model pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara siswa dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kerja sama dan keaktifan siswa adalah model pembelajaran two stay two stray. Berdasarkan latarbelakang diatas, maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Disertai Lembar Diskusi Siswa (LDS) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Batang Anai. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control-Group Posttest Only Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling dengan menetapkan dua kelas sampel yang nilai rata-rata ulangan hariannya mendekati sama, untuk dijadikan sebagai kelas sampel (eksperimen dan kontrol). Untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen diadakan undian, yang terambil pertama ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan yang terambil kedua sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas XI IPA3 dan kelas kontrol adalah kelas XI IPA 1. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Kemudian pada kedua kelas ini dilakukan tes akhir untuk melihat hasil belajar siswa pada kedua kelas sampel tersebut. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah validitas
soal, reliabilitas tes, daya pembeda, dan indeks kesukaran soal. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Ranah Afektif Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian afektif siswa yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1. Rata-Rata Nilai Afektif 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 99,46 93,9194,01 83,33 A B C Indikator 32,5534,06 Gambar 1.Rata-Rata Nilai Afektif Siswa Kedua Kelas Sampel Keterangan: Eksperimen Kontrol A = Bekerja sama B = Tanggung Jawab C = Berkomunikasi Dari Gambar 1 nilai rata-rata pada indikator bekerja sama untuk kelas eksperimen adalah 83,33 dan kelas kontrol 93,91 (SB) sedangkan nilai rata-rata pada indikator tanggung jawab untuk kelas eksperimen 94,01 (SB) dan kelas kontrol 99,46 (SB) sedangkan nilai rata-rata pada indikator berkomunikasi kelas eksperimen 32,55 (D) dan kelas kontrol 34,06 (D) hasil uji hipotesis pada Ztabel 1,99 sedangkan Zhitung -3,38 berarti Zhitung<Ztabel dengan demikian hipotesis ditolak. Penilaian ranah afektif pada kelas sampel diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Latisma (2011:192) hasil afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak materi pelajaran. Penilaian pada ranah afektif (sikap) indikator yang dinilai adalah rasa bekerja sama, tanggung jawab, dan berkomunikasi. Dilihat dari indikator bekerja sama, berdasarkan hasil analisis pada indikator bekerja
sama nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas eksperimen adalah 83,33 (Baik), sedangkan pada kelas kontrol 93,91 (Sangat Baik). Menurut pengamatan penulis pada kelas eksperimen kerja sama antar siswa dalam kelompok sudah baik namun masih ada beberapa siswa yang memilih diam saat berdiskusi hanya menerima pendapat teman tetapi tidak menanggapi pendapat teman, selain itu masih ada beberapa siswa yang sering izin tidak datang ke sekolah hanya hadir dua kali pertemuan sehingga menyebabkan nilai rata-rata pada indikator bekerja sama lebih rendah daripada nilai rata-rata bekerja sama kelas kontrol. Pada indikator tanggung jawab nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas eksperimen adalah 94,01 (Sangat Baik) dan pada kelas kontrol adalah 99,46 (Sangat Baik). Menurut pengamatan penulis, tanggung jawab pada kelas eksperimen sudah baik semua siswa sudah menulis dan mengumpulkan LDS, namun ada beberapa siswa hanya menyalin jawaban LDS teman tanpa ikut berdiskusi dan mengeluarkan pendapat. Selanjutnya, dilihat dari indikator berkomunikasi, berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada kelas eksperimen adalah 32,55 (Kurang) dan kelas kontrol adalah 34,06 (Kurang). Hasil hipotesis pada ranah afektif yaitu thitung<ttabel dengan demikian hipotesis ditolak. Menurut pengamatan penulis hal ini terjadi karena pada kelas eksperimen masih ada siswa yang sering izin tidak datang ke sekolah yang menyebabkan nilai rata-rata afektif kelas eksperimen siswa menjadi rendah selain itu, masih ada beberapa siswa yang malu-malu dalam bertanya dan memilih diam dan tidak mau bertanya kepada teman pada saat temannya tampil di depan kelas maupun bertanya kepada guru, dan masih ada beberapa siswa yang ribut dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Istarani (2014: 204) bahwa beberapa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yaitu: dapat mengundang keributan ketika siswa bertamu ke kelompok lain, siswa yang kurang aktif akan mengalami kesulitan mengikuti proses pembelajaran seperti ini, model seperti ini ada
kalanya penggunaan waktu yang kurang efektif. 2. Ranah Kognitif Penilaian pada ranah kognitif dilakukan pada akhir penelitian yaitu dengan melakukan tes akhir. Ratarata pada penilaian ranah kognitif dapat dilihat pada gambar 2. Rata-Rata Nilai Kognitif 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 70,82 60,05 XI XI IPA 3IPA 1 Kelas Sampel Gambar 2. Rata-Rata Nilai Kognitif Siswa Kedua Kelas Sampel Eksperimen Kontrol Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa hasil belajar biologi pada penilaian ranah kognitif kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, dimana nilai rata-rata eksperimen 70,82 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 60,05. Hasil uji hipotesis didapatkan ttabel 1,68 dan thitung 2,37, berarti thitung>ttabel dengan demikian hipotesis diterima. Berdasarkan hasil analisis tes akhir belajar siswa pada kelas eksperimen, jumlah siswa yang tuntas atau berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 16 siswa dengan persentase ketuntasan 64% sedangkan siswa yang nilainya di bawah KKM sebanyak 9 orang dengan persentase 36%, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 7 orang siswa yang nilainya di atas KKM dengan persentase ketuntasan 29%, sedangkan siswa yang nilainya di bawah KKM sebanyak 17 orang siswa dengan persentase 71%. Hal ini dapat dikatakan bahwa meskipun hasil belajar meningkat namun belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dimana KKM pada materi sistem pernapasan yaitu 76. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan penelitian terlihat bahwa hasil belajar biologi siswa yang pembelajarannya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray disertai Lembar
Diskusi Siswa (LDS) dikatakan lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah. Hal ini terbukti dari hasil rata-rata kognitif siswa yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dari kelas kontrol, walaupun belum mencapai nilai KKM materi sistem pernapasan yaitu 76. Selain itu, masih ada beberapa siswa yang ribut pada saat proses pembelajaran berlangsung. Meningkatnya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dapat dilihat selama proses pembelajaran, Pada kelas eksperimen, proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray disertai LDS, pada saat siswa berdiskusi siswa saling berbagi ilmu pengetahuan yang didapatnya dalam kelompok, pada saat siswa bertamu, siswa menyatukan ide dan gagasannya terhadap kelompok yang dikunjungi, dan pada saat siswa kembali ke kelompok asal, siswa berani menyampaikan informasi yang mereka dapatkan dari hasil kunjungan. Dengan model pembelajaran two stay two stray ini siswa dapat meningkatkan kerja sama siswa di dalam kelompok maupun di luar kelompok. Pada kelas kontrol, pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 60,05. Pada saat guru menjelaskan pelajaran tidak semua siswa yang mendengarkan penjelasan guru di depan kelas. Di samping itu, siswa kurang bersemangat dalam belajar dan cenderung menerima informasi dari guru saja (satu arah) sehingga interaksi antara guru dan siswa kurang. Pada saat guru bertanya, hanya beberapa siswa yang mampu menjawab dan pada umumnya siswa yang sama, dan pada saat siswa berdiskusi dalam kelompok, hanya siswa tertentu saja yang mengerjakan latihan sementara anggota kelompok lain hanya menyalin jawaban dari teman. Menurut Lufri (2007:1) untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu adanya interaksi edukatif, artinya interaksi ini antara guru dengan anak didik dan antara anak didik sesamanya serta antara anak didik dengan lingkungannya. Silberman (2013:27) mengatakan
ketika kegiatan belajar bersifat pasif, siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terhadap hasilnya. 3. Ranah Psikomotor Penilaian psikomotor dilakukan pada kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dinilai dari hasil laporan Lembar Diskusi Siswa (LDS), sedangkan pada kelas kontrol dinilai dari latihan siswa yang dikerjakan secara berkelompok. Data hasil penilaian psikomotor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 3. Rata-Rata Nilai Psikomotor 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Gambar 3. Rata-Rata Nilai Psikomotor Siswa Kedua Kelas Sampel Keterangan: Eksperimen 98,1897,17 86,46 85,94 84,89 87,25 A B C Indikator Kontrol A= Kelengkapan Komponen Laporan B= Kelengkapan Isi Laporan C= Kerapian dan Kejelasan Dalam Penulisan Berdasarkan gambar 3 terlihat bahwa pada indikator kelengkapan komponen laporan pada kelas eksperimen adalah 98,18 (SB) dan kelas kontrol adalah 97,17 (SB) sedangkan indikator kelengkapan isi laporan pada kelas eksperimen 86,48 (SB) dan kelas kontrol 84,89 (B), dan pada indikator kerapian dan kejelasan dalam penulisan pada kelas eksperimen 85,94 (B) dan kelas kontrol 87,25 (SB). Hasil uji hipotesis didapatkan ttabel 1,71 dan thitung 1,71, berarti thitung ttabel dengan demikian hipotesis diterima. Setelah dilakukan penilaian kognitif dan afektif untuk menentukan berhasil atau tidaknya seseorang diperlukan juga penilaian psikomotor siswa. Penilaian pada ranah psikomotor (keterampilan) indikator yang dinilai adalah kelengkapan komponen laporan, kelengkapan isi laporan, serta kerapian dan kejelasan dalam penulisan laporan. Menurut Anwar
(2009:87) penilaian keterampilan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah mereka memahami proses pembelajaran kognitif dan afektif. Berdasarkan tabel 9 nilai ratarata psikomotor secara keseluruhan diperoleh pada kelas eksperimen 80,32 (Baik) sedangkan nilai ratarata pada kelas kontrol 84,64 (Baik), hal ini berarti rata-rata nilai psikomotor kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Namun, apabila dilihat dari 3 indikator yang dinilai, didapatkan nilai rata-rata pada indikator kelengkapan isi laporan yaitu 98,18 (Sangat Baik) dan pada kelas kontrol di dapatkan nilai ratarata yaitu 97,17 (Sangat Baik). Nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Menurut pengamatan penulis, hal ini terjadi karena siswa pada kelas eksperimen LDS yang dikerjakan oleh siswa rata-rata sudah lengkap, jelas dan sistematis dibandingkan kelas kontrol yang sebagian dari kelengkapan laporan yang mereka kerjakan kurang lengkap. Selanjutnya, dilihat dari indikator kelengkapan isi, berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada kelas eksperimen nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 86,46 (Sangat Baik) dan pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 84,89 (Baik). Dari indikator kelengkapan isi, juga didapatkan rata-rata yang diperoleh pada kelas kontrol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen. Menurut pengamatan penulis, hal ini terjadi karena pada kelas eksperimen LDS yang dikerjakan oleh siswa rata-rata sudah sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran dibandingkan kelas kontrol isi latihan yang mereka kerjakan belum sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran dan masih banyak diantara siswa yang tidak menjawab semua pertanyaan pada latihan yang diberikan guru. Dilihat dari indikator kerapian penulisan, berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada kelas eksperimen didapatkan nilai rata-rata 85,94 (Baik) dan pada kelas kontrol didapatkan nilai rata-rata 87,25
(Sangat Baik). Dari indikator kerapian penulisan, didapatkan ratarata yang diperoleh pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Pada indikator penulisan, menurut pengamatan penulis pada kelas eksperimen dikatakan masih kurang baik karena pada kelas eksperimen masih ada sebagian siswa yang tulisannya kurang jelas, kurang rapi dan kurang bersih. KESIMPULAN Setelah penulis melakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray disertai lembar diskusi siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan psikomotor sedangkan pada ranah afektif tidak terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 2 Batang Anai. Medan: Media Persada Jogjakarta: DIVA Press Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan.Padang : UNP Press. Lie, Anita. 2010. Cooperatif Learning Mempraktikan Cooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo Lufri, dkk. 2007. Strategi Pmbelajaran Biologi. Padang: UNP Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Siberman. 2013. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendikia DAFTAR PUSTAKA Anwar, Syafri. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Padang. UNP Press Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif.