BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer yaitu budaya yang terjadi karena adanya budaya massa. Budaya massa lahir karena adanya masyarakat (massa) yang menggeser masyarakat berbasis tradisi, sehingga budaya populer sering disebut juga dengan budaya massa. Dalam budaya massa, semua bersifat massal yang dikonsumsi oleh semua orang (Strinati, 2007 : 16). Produk budaya populer mempunyai kekuatan promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat. Budaya populer muncul di Jepang setelah media terutama televisi dan radio mulai dikenal. Produk dari media tersebut seperti acara televisi dan radio serta iklan dari produk-produk industri pun kemudian mempengaruhi masyarakat, menjadi tren, digemari, bahkan menjadi konsumsi sehari-hari. Beberapa produk budaya populer Jepang antara lain berupa manga 1, film, musik, anime 2, game, fashion, dan lainnya. Produk-produk budaya populer Jepang mulai menyebar ke seluruh dunia dan memiliki pengaruh dalam banyaknya jumlah pembelajar Bahasa Jepang di seluruh dunia. Ketertarikan dalam budaya populer Jepang meningkat tajam di Amerika, bahkan terdapat artikel dengan judul Learning Japanese, once about resumes, is 1 Komik dalam Bahasa Jepang 2 Animasi dalam Bahasa Jepang 1
now about cool di halaman depan The Wall Street Journal. Ada juga jurnal di tahun 2009 yang menyebutkan bahwa semakin banyak pelajar yang menyebutkan kebudayaan populer Jepang seperti anime, manga, J-Pop dan lainnya sebagai alasan pembelajaran Bahasa Jepang (Kinnen, nihongo gakushuu no keiki ni animeeshon, manga, J-Pop nado no nihon no gendaibunka o ageru gakusei ga zouka shiteiru.). Pengaruh budaya populer Jepang dirasakan di Indonesia setelah produknya seperti film dan musik mulai memasuki media seperti televisi. Media televisi dapat dijangkau oleh siapa saja sehingga budaya populer Jepang ini dapat dinikmati oleh siapa pun, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Hal tersebut memicu produk budaya populer Jepang lainnya semakin berkembang di Indonesia, selain melalui televisi, merambah ke radio, permainan, buku dan sebagainya. Semakin banyaknya produk budaya populer Jepang masuk ke Indonesia, semakin banyak pula penggemarnya di Indonesia. Para penggemar budaya populer Jepang ini mulai membentuk komunitas pencinta budaya populer Jepang yang biasanya dikenal dengan komunitas Jejepangan sehingga mereka bisa saling bertukar informasi, berdiskusi, belajar dan lainnya. Komunitas Jejepangan biasanya hanya mengambil satu budaya populer Jepang sebagai inti dari komunitas tersebut, contohnya komunitas Seigiryu Kenbujutsu Indonesia yang fokus pada olahraga Kendo, komunitas Amanogawa yang fokus pada kegiatan cosplay (berpakaian dan memainkan peran sesuai karakter atau tokoh fiksi anime, komik, film dan lainnya), komunitas Igo yang fokus pada kegiatan Igo (semacam olahraga catur dari Jepang) dan lainnya. 2
Anggota komunitas Jejepangan berasal dari berbagai kalangan meskipun sebagian besar tentu saja berasal dari pelajar dan mahasiswa. Yogyakarta yang merupakan kota pelajar pun tentu saja memiliki komunitas Jejepangan karena banyak sekali mahasiswa yang menyukai kebudayaan populer Jepang. Di Yogyakarta, tepatnya di kampus Universitas Gadjah Mada, komunitas Jejepangan biasanya terbentuk untuk kalangan internal saja, contohnya hanya untuk mahasiswa di satu fakultas atau jurusan tertentu. Mengetahui hal ini, beberapa mahasiswa UGM lintas fakultas pun memiliki ide untuk membentuk komunitas Jejepangan yang meliputi satu universitas agar ruang lingkupnya lebih luas. Pada November 2011 terbentuklah komunitas Gadjah Mada Bunka Taika atau yang biasa disebut GAMABUNTA. Gamabunta beranggotakan mahasiswa UGM dari berbagai jurusan, fakultas dan angkatan, bahkan mahasiswa dari universitas lain di Yogya pun ikut bergabung. Sampai Desember 2014, tercatat anggota Gamabunta lebih dari 750 orang (Gamabunta, 2015). Anggota komunitas Jejepangan tentu saja menyukai Jepang dan banyak dari mereka yang tertarik untuk mempelajari Bahasa Jepang secara lebih mendalam, termasuk anggota komunitas Gamabunta. Sebagian dari anggota Gamabunta berasal dari Bahasa dan Sastra Jepang UGM sehingga belajar Bahasa Jepang melalui pendidikan formal. Sebagian anggota lain belajar saat menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di sekolahnya. Sedangkan anggota lainnya ada yang pernah tinggal di Jepang, ada juga yang belajar melalui pendidikan non formal seperti kursus dan ada juga yang belajar sendiri melalui buku-buku yang dijual di pasaran alias autodidak. Beberapa anggota Gamabunta 3
yang belajar Bahasa Jepang melalui pendidikan non formal bahkan memiliki sertifikat lulus JLPT 3 yang beragam, mulai dari level N5 sampai level N1. Banyaknya anggota Gamabunta yang mempelajari Bahasa Jepang dan memiliki sertifikat JLPT membuat peneliti tertarik untuk mengetahui latar belakang mereka belajar Bahasa Jepang dan pengaruh positif mengikuti komunitas Jejepangan seperti Gamabunta dalam pembelajaran Bahasa Jepang mereka. Tema ini dipilih karena peneliti pernah menjadi bagian dari komunitas Gamabunta sehingga memudahkan komunikasi dan pencarian data. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh positif komunitas Gamabunta dalam pembelajaran Bahasa Jepang non formal untuk anggota Gamabunta. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan, rumusan masalah yang akan dibahas di penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa latar belakang dan motivasi anggota Gamabunta mempelajari Bahasa Jepang melalui pendidikan non formal atau secara autodidak? 2. Apakah ada pengaruh positif dari keikutsertaan komunitas Gamabunta dalam pembelajaran Bahasa Jepang anggota Gamabunta? 3 JLPT adalah singkatan dari The Japanese Language Proficiency Test yang ditawarkan oleh Japan Foundation dan Japan Educational Exchanges and Services sejak 1984 sebagai sarana evaluasi dan sertifikasi tepercaya kemampuan Bahasa Jepang untuk non penutur asli. Sertifikat JLPT adalah bukti resmi pembelajaran Bahasa Jepang sehingga dapat digunakan untuk pengajuan pekerjaan dan pendidikan. JLPT memiliki lima level yaitu N5, N4, N3, N2 dan N1 dimana N5 adalah level yang paling mudah dan N1 adalah level yang paling sulit. Setiap level akan diujikan empat kompetensi yang sama namun berbeda porsi di setiap levelnya yaitu kosakata, tata bahasa, membaca dan mendengar. Setiap level memiliki skor minimal yang harus dipenuhi untuk bisa lulus level tersebut. Sertifikat JLPT bersifat internasional sehingga dapat digunakan hampir di seluruh dunia. 4
1.3 Ruang Lingkup Penelitian Objek penelitian ini dibatasi hanya untuk anggota aktif komunitas Gamabunta yang masih tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Gadjah Mada angkatan 2008 sampai 2014, mempelajari Bahasa Jepang bukan sebagai mahasiswa Bahasa dan Sastra Jepang UGM antara tahun 2009 sampai 2014, dan memiliki sertifikat JLPT melalui pendidikan Bahasa Jepang non formal 4. Lokasi penelitian dibatasi di D.I.Y. Pembatasan penelitian dilakukan agar materi penelitian tidak terlalu luas dan hasil penelitian lebih lengkap dan rinci. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut, 1) Menjelaskan latar belakang dan motivasi anggota Gamabunta mempelajari Bahasa Jepang melalui pendidikan non formal atau secara autodidak, 2) Mengetahui adanya pengaruh positif dari keikutsertaan komunitas Gamabunta dalam pembelajaran Bahasa Jepang anggota Gamabunta. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai pembelajaran Bahasa Jepang di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan studi kasus komunitas Jejepangan telah beberapa kali diteliti oleh Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Pusat Studi Jepang Universitas Gadjah Mada. Penelitian-penelitian tersebut diwujudkan dalam bentuk skripsi dan laporan penelitian. 4 Kegiatan di luar jalur sekolah atau tidak resmi yang membantu meningkatkan keterampilan (http://kbbi.web.id/nonformal) 5
Pada tahun 1994, terdapat laporan penelitian berjudul Perkembangan Bahasa Jepang di Propinsi DIY dan Jawa Tengah oleh Tim Peneliti Pusat Studi Jepang (PSJ) UGM (Salam dkk.). Laporan penelitian tersebut membahas tentang faktor pendorong berkembangnya Bahasa Jepang, motivasi masyarakat yang mempelajari Bahasa Jepang, informasi lembaga-lembaga pengajaran Bahasa Jepang, permasalahan dan prospek pembelajaran Bahasa Jepang serta dampak perkembangan Bahasa Jepang di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah terhadap pembangunan nasional. Penelitian dilakukan dengan cara mewawancarai dan menyebar angket kepada peserta, guru dan pemilik penyelenggara pengajaran Bahasa Jepang, serta observasi langsung di tempat. Penelitian tersebut membantu penulis dalam ide penulisan dan data awal penelitian ini. Penelitian studi kasus komunitas dalam bentuk skripsi dilakukan oleh Prima Nur Cahyaningrum (2009) dengan judul Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Kemunculan Komunitas Pencinta Budaya Populer Jepang di Yogyakarta (Studi Kasus Tiga Komunitas Pencinta Budaya Populer Jepang di Yogyakarta). Penelitian tersebut membahas latar belakang kemunculan komunitas Jejepangan serta dampak yang ditimbulkannya dengan objek penelitian komunitas Shimatta, Hikaru dan Sinyuu di Yogyakarta. Penelitian tersebut membantu penulis dalam mendapatkan informasi dasar tentang komunitas-komunitas Jejepangan yang ada di Yogyakarta. Penelitian mengenai pembelajaran Bahasa Jepang juga sudah banyak diteliti tidak hanya di Indonesia tetapi juga Asia, bahkan di seluruh dunia. Salah satu penelitian tersebut adalah tesis berjudul Japanese Popular Culture As A Major 6
Motivation For Japanese Language Study oleh John Alvan Gale pada tahun 2012. Penelitian tersebut membahas tentang pengaruh budaya populer Jepang terhadap JFL (Japanese Foreign Language) dalam mempelajari Bahasa Jepang. Penelitian tersebut memiliki kemiripan dengan penelitian ini, sehingga membantu penulis dalam penulisan isi penelitian dan sumber-sumber penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian diatas adalah objek penelitiannya. Pada laporan penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti PSJ UGM, permasalahan yang dibahas dan ruang lingkupnya terlalu luas serta objeknya berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian oleh Prima Nur Cahyaningrum, meskipun menggunakan metode penelitian yang sama yaitu studi kasus komunitas, namun rumusan masalah jauh berbeda, objeknya pun berbeda. Pada penelitian oleh John Alvan Gale, secara garis besar sangat mirip dengan penelitian ini namun penelitian tersebut membahas pengaruh dari budaya populer Jepang terhadap pembelajar Bahasa Jepang sedangkan penelitian ini membahas pengaruh dari komunitas yang terbentuk dari budaya populer Jepang tersebut. Penelitian ini menggunakan komunitas Gamabunta sebagai objek penelitian karena komunitas Gamabunta terbilang baru dan sampai tahun 2016 belum pernah digunakan dalam objek penelitian manapun. 1.6 Landasan Teori Untuk mendefinisikan budaya populer kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu budaya dan populer. Definisi budaya menurut Williams yaitu pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode atau kelompok tertentu dan 7
juga bisa merujuk pada karya dan praktik-praktik intelektual (Williams via Supardan, 1983 : 90). Sedangkan kata populer diberi makna yaitu banyak disukai orang dan juga karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang (Williams via Supardan, 1983 : 237). Teori budaya populer dipakai dalam penelitian ini karena merupakan landasan komunitas Gamabunta terbentuk dan juga digunakan untuk menganalisis latar belakang pembelajaran Bahasa Jepang bagi anggota Gamabunta. Psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan (Gleitman, via Syah, 2004 : 8), sedangkan pendidikan didefinisikan sebagai seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan (Tardif, via Syah, 2004 : 10). Melihat definisi psikologi dan pendidikan yang sudah disebutkan, Tardif (1987) mendefinisikan psikologi pendidikan semata-mata sebagai ilmu terapan. Baginya, psikologi pendidikan adalah...sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan. Adapun ruang lingkupnya meliputi situasi atau tempat yang berhubungan dengan mengajar dan belajar, tahapan-tahapan dalam mengajar dan belajar, dan hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajar dan belajar (Syah, 2004 : 13). Penelitian ini menggunakan teori psikologi pendidikan untuk menganalisis pembelajaran Bahasa Jepang anggota Gamabunta. 8
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dalam masyarakat. Setiap manusia sejak lahir telah memiliki hasrat atau keinginan dasar yaitu adanya dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia (Koentjaraningrat, 1979: 124). Oleh karena itu, manusia mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan manusia lain serta lingkungannya untuk membentuk sebuah masyarakat. Manusia adalah jenis makhluk yang juga hidup secara kolektif, yaitu disebut kehidupan berkelompok (Koentjaraningrat, 1990: 137). Penelitian studi kasus komunitas ini mengacu pada definisi komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas (Maciver, Page via Koentjaraningrat, 1979: 162). 1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Universitas Gadjah Mada. UGM dipilih karena peneliti adalah salah satu civitas akademika di UGM, juga karena lokasinya di Yogyakarta yang merupakan salah satu kota pelajar di Indonesia (http://kampuscenter.com/7-kota-pendidikan-di-indonesia/). UGM memiliki Fakultas Ilmu Budaya sehingga kemungkinan besar banyak mahasiswa yang belajar bahasa asing termasuk Bahasa Jepang. 9
1.7.2 Penentuan Informan Dalam penelitian ini, yang dijadikan informan adalah mahasiswa Universitas Gadjah Mada angkatan 2008-2014 yang masih aktif, anggota aktif komunitas Gamabunta sampai Juli 2015, mempelajari Bahasa Jepang tahun 2009-2014 diluar Bahasa dan Sastra Jepang UGM dan memiliki sertifikat JLPT. 1.7.3 Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian yang akan dilakukan penulis adalah studi kasus. Penelitian studi kasus adalah prosedur penelitian terhadap satu kasus secara intensif dan mendalam. Dalam metode studi kasus psikologi pendidikan, studi kasus adalah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu (Syah, 2004 : 30). Data penelitian yang dipakai adalah data primer dan sekunder. Data primer dihasilkan melalui observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder didapat dari data pustaka seperti literatur, majalah, jurnal, terutama hasil-hasil penelitian yang sudah ada (Narbuko, 2003: 138). Penelitian ini akan menggunakan jenis observasi partisipan dan wawancara bebas terpimpin. Dalam penelitian ini pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai (Narbuko, 2003: 85). 10
Data yang dihasilkan akan berbentuk data kualitatif. Data kualitatif umumnya adalah data yang berupa non angka, seperti kalimat-kalimat/catatan foto, rekaman suara dan gambar (Mukhtar, 2007: 92). Dalam penelitian ini, penulis sudah bergabung dengan Gamabunta sejak 2011 namun baru menjadikannya sebagai objek penelitian pada tahun 2013. Penulis berperan aktif sebagai pengurus Gamabunta sampai Januari 2013 sehingga sangat mengenal internal komunitas tersebut dan memiliki hubungan baik dengan pengurus dulu, pengurus sekarang dan anggota aktif Gamabunta yang sangat membantu dalam penelitian ini. Adanya hubungan baik penulis dengan komunitas Gamabunta membuat penulis dengan mudah mendapatkan data-data internal Gamabunta seperti jumlah dan data anggota, rancangan kegiatan, foto kegiatan dan lainnya. Hal pertama yang dilakukan penulis setelah merumuskan masalah adalah mencari pengurus ataupun anggota Gamabunta yang dapat berbahasa Jepang yang sesuai dengan kriteria informan. Dalam hal ini, penulis sedikit menemukan kesulitan. Permasalahannya beberapa pengurus dan anggota Gamabunta memang menempuh pendidikan di Sastra dan Bahasa Jepang UGM ataupun non UGM sehingga tidak sesuai kriteria, juga karena banyak pengurus dan anggota Gamabunta yang bisa berbahasa Jepang, namun hanya sedikit sekali yang mempunyai sertifikat atau lulus JLPT (penulis mengatakan pengurus dan anggota dapat berbahasa Jepang dikarenakan dapat berkomunikasi dengan penulis menggunakan Bahasa Jepang). Adapun beberapa yang memiliki sertifikat atau lulus JLPT tidak bisa diwawancarai dengan berbagai alasan seperti jadwal 11
wawancara yang tidak cocok antara penulis dengan informan, lulus JLPT namun tidak mengambil surat keterangan lulus JLPT (karena malas, jauh, sibuk, lupa, dan lainnya), juga karena memang tidak bersedia untuk diwawancarai. Setelah menemukan pengurus dan anggota Gamabunta yang sesuai kriteria untuk dijadikan informan, penulis mewawancarai informan tersebut dengan pokok-pokok masalah penelitian (daftar pertanyaan terlampir). Hal selanjutnya yang dilakukan penulis adalah mengolah hasil wawancara tersebut (data primer), lalu mengolah data primer bersama dengan data internal Gamabunta yang sudah didapatkan sebelumnya, juga mencari data pustaka melalui literatur, jurnal, website dan hasil penelitian yang sudah ada (data sekunder). Data hasil penelitian ini akan berbentuk kalimat-kalimat hasil olahan data primer dan data sekunder. 1.7.4 Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Menentukan permasalah pokok dan objek penelitian. 2) Mencari data dan mengobservasi komunitas Gamabunta. 3) Mewawancarai empat orang anggota komunitas Gamabunta yang sesuai dengan objek penelitian yang disebut diatas. 4) Mengumpulkan bahan, data dan mengklasifikasikannya. 5) Menganalisis data yang sudah diklasifikasi serta menganalisis hasil wawancara. 6) Membuat kesimpulan. 12
1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini meliputi empat bab. Adapun pembagian masing-masing bab adalah sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan berupa latar belakang penelitian, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisi data tentang Bahasa Jepang dan komunitas Gamabunta. Bab III berisi pembahasan penelitian (analisis wawancara). Bab IV berisi kesimpulan. 13