kegiatan Off Farm seperti Pengolahan Hasil, Pemasaran dan lainlain.

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN LKJ (lampiran selengkapnya dapat dilhat di Kantor Dinas Perkebunan Prov. Sulsel)

KATA PENGANTAR. Makassar, Maret 2014 Kepala Dinas. DR.Ir.BURHANUDDIN MUSTAFA, MS. Pangkat : Pembina Utama Madya NIP :

- Terlaksananya pendampingan 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang Dinas Provinsi. PDF Editor

PROVINSI : SULAWESI SELATAN : DINAS PERKEBUNAN PERIODE : 31 DESEMBER Belanja (Rp) Realisasi (Rp) Kode / No. Rekening.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BERDASARKAN RPJMD TAHUN 2017 DINAS PERKEBUNAN. Indikator

Lampiran 3 Tabel 3. Review terhadap Rancangan Awal RKPD Tahun 2014 Provinsi Sulawesi Selatan

KATA PENGANTAR. Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan

KATA PENGANTAR. Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan

Tabel 2. Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Provinsi Sulawesi Selatan

ALOKASI KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN 2013 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Vol. Sat. Keu (Rp x 1,000) Keu (Rp x 1,000) Vol Sat. %

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

- Terlaksananya pendampingan 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang Dinas Provinsi

Rencana Program & Kegiatan Tahun 2017 SKPD DINAS PERKEBUNAN

, ,56 99, , ,05 96,70

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PERKEBUNAN LAKIP 2011 PROV. JATIM

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

Realisasi (Rp) Tidak Langsung A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN ,00-0,00 0,

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas dan mutu perkebunan serta juga ketersediaan input sarana dan

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

LAKIP 2012 PROV. JATIM DINAS PERKEBUNAN I. PENDAHULUAN.

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

VISI Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto adalah :

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

A. Dinamika Lingkungan Strategis, Permasalahan dan Peluang Pembangunan Perkebunan

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU,

II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2016

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Direktorat Jenderal Perkebunan

DRAFT LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENYUSUNAN NERACA PRODUK TANAMAN PERKEBUNAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH SEMARANG, 24 NOVEMBER 2011

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

KERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH DI SULAWESI SELATAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

WALIKOTA TASIKMALAYA

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sub Sektor Perkebunan di Sulawesi Selatan telah memperlihatkan peranan yang cukup berarti, hal ini ditandai dengan meningkatnya kontribusi terhadap Perekonomian Sulawesi Selatan, terutama peranannya terhadap ekspor. Keberhasilan dan kemajuan Pembangunan yang dapat dicapai tersebut merupakan implementasi dari Pola Pembangunan Perkebunan yang selama ini dilaksanakan dengan kegiatan Pokok Intensifikasi, Diversifikasi, Rehabilitasi dan Ekstensifikasi yang didukung dengan adanya kebijakan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan. Secara nasional sub Sektor Perkebunan memberikan kontribusi peningkatan Devisa Negara dan PDRB terbesar di luar Minyak dan Gas Bumi serta penyerap tenaga kerja yang cukup besar. Sehubungan dengan Strategi dan Kebijakan Pembangunan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka Sasaran Pembangunan Perkebunan adalah peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan serta terbentuknya kawasan Agribisnis Perkebunan yang utuh disebut dengan Pusat Pengembangan Perkebunan di setiap lokasi Pengembangan dan Sentra-Sentra Produksi dengan azas kebersamaan ekonomi masyarakat/kerakyatan. Dengan demikian Petani Perkebunan sebagai anggota masyarakat melalui kelembagaan petani /assosiasi / koperasi, mempunyai peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi baik dalam kegiatan On Farm maupun pada 1

kegiatan Off Farm seperti Pengolahan Hasil, Pemasaran dan lainlain. 1.2. Gambaran Umum Data Organisasi Pemerintah Daerah bersama DPRD Provinsi Sulawesi Selatan menetapkan peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan nomor 10 tahun 2009, tanggal 19 januari 2009, tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan sbb : Tugas dan Fungsi Dinas Perkebunan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perkebunan berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Dinas Perkebunan mempunyai fungsi : Perumusan kebijakan teknis dibidang perkebunan meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan, dan pasca panen dan sistem informasi perkebunan Penyelenggaraan pelayanan dalam bidang perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan dan pasca panen dan sistem informasi perkebunan Pembinaan dan penyelenggaraan tugas dibidang perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, 2

perlindungan perkebunan, pasca panen dan sistem informasi perkebunan Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. 1.3. Susunan Organisasi Susunan Organisasi Dinas Perkebunan terdiri dari : Kepala Dinas Sekretariat Bidang Sub Bagian Seksi UPTD Jabatan Fungsional Sekretariat terdiri atas : a. Sub Bagian Program b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian c. Sub Bagian Keuangan Bidang Pengembangan dan Pembinaan Usaha Perkebunan terdiri atas : a. Seksi Pembinaan Tanaman Tahunan b. Seksi Pembinaan Tanaman Semusim c. Seksi Kerjasama dan Kelembagaan Usaha Bidang Prasarana dan Sarana Perkebunan terdiri atas : a. Seksi Perbenihan b. Seksi Alat dan Mesin c. Seksi Pupuk dan Pestisida 3

Bidang Perlindungan terdiri atas : a. Seksi Pengamatan dan Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman. b. Seksi Pengendalian OPT dan Gangguan Usaha. c. Seksi Konservasi Lahan dan Pemanfaatan Air. Bidang Pasca Panen dan Sistem Informasi terdiri atas : a. Seksi Pengolahan Hasil b. Seksi Pemasaran Hasil c. Seksi Statistik dan Sistem Informasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Kebun terdiri atas : a. Kasubag Tata Usaha b. Seksi Teknis, Bahan Tanaman dan Produksi c. Seksi Pengolahan, Pemasaran dan Pengembangan Usaha Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Proteksi Tanaman dan Pengawasan, Pengujian Mutu Benih Perkebunan (BPTP2MB) terdiri atas : a. Kasubag Tata Usaha Jabatan Fungsional. a. Penyuluh Pertanian / Perkebunan b. Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) c. Pengawas Benih Tanaman d. Arsiparis e. Pustakawan 4

1.4. Aspek Keuangan Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan yang telah ditetapkan melalui program-program strategis yang telah disusun maka setiap Tahun Anggaran dialokasikan dana pembangunan untuk membiayai kegiatan Pembangunan Perkebunan dan kegiatan operasional yang dialokasikan melalui dana APBD. Alokasi Anggaran Pembangunan Perkebunan Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp. 61.639.766.776 yang terdiri dari : Belanja Tidak Langsung Rp. 17.865.148.276 Belanja Langsung Rp. 43.774.618.500 1.5. Lingkungan Strategis Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan adalah faktor SDM Aparatur. Adapun jumlah aparatur/pnsd yang dipekerjakan pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 adalah sebanyak 227 orang dengan uraian sebagai berikut : 5

Sebaran PNSD lingkup Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan menurut golongan dan jenis kelamin : No Gol./ Ruang A B C D JUMLAH P W P W P W P W P W TOTAL 1. I 2-1 - 3-1 - 7-7 2. II 12 2 24 10 10 9 1 3 47 24 71 3. III 8 8 18 35 12 11 12 18 50 72 122 4. IV 9 5 8 3 1 1 - - 18 9 27 Jumlah 31 15 51 48 26 21 14 21 122 105 227 Sebaran PNSD lingkup Dinas Perk. Provinsi Sulawesi Selatan menurut Pendidikan : No Tingkat Pendidikan Klasifikasi Pendidikan Jenis Kelamin Ket. K NK Jumlah P W Jumlah 1. S3 1-1 1-1 K = Kejuruan 2. S2 9 11 20 11 9 20 NK= Non 3. S1 63 58 121 56 65 121 Kejuruan 4. S M 2 4 6 5 1 6 P = Pria 5. SLTA 31 39 70 44 26 70 W = Wanita 6. SLTP - 6 6 6-6 7. SD - 3 3-3 Jumlah 106 121 227 126 101 227 6

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dokumen Rencana Strategi memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategis (cara mencapai tujuan dan sasaran) 2.1. V i s i Visi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan adalah merupakan penjabaran dari visi Provinsi Sulawesi Selatan dan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sbb : Berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Pembangunan Daerah (GBHD) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi Sulawesi Selatan ditegaskan bahwa visi Sulawesi Selatan sampai Tahun 2028 adalah sbb : SULAWESI SELATAN MENJADI WILAYAH TERKEMUKA DI INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KEMANDIRIAN LOKAL YANG BERNAFASKAN KEAGAMAAN Bahwa dengan memperhatikan kewenangan otonomi Provinsi Sulawesi Selatan sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP 25 Tahun 2000, serta memperhatikan analisis perkembangan lingkungan strategis, maka dirumuskan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 2013-2018 sebagai berikut : Sulawesi Selatan Sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan Sejalan dengan kedua rumusan visi tersebut di atas dan dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Perda Nomor 10 tahun 2009 tanggal 19 Januari 2009 tentang Pembentukan Organisasi 7

dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dirumuskan Visi sebagai berikut : TERWUJUDNYA PERKEBUNAN, MAJU, MANDIRI BERBASIS KOMODITI UNGGULAN DALAM MENDUKUNG SULAWESI SELATAN SEBAGAI PILAR UTAMA PEMBANGUNAN NASIONAL Masyarakat perkebunan adalah seluruh petani yang terlibat dalam pengelolaan usaha tani perkebunan baik Perkebunan Rakyat maupun Perkebunan Besar dan Stake Holder lainnya yang dibina melalui wadah kelompok tani, yang diharapkan dari kelompok tani tersebut dapat bergabung bersama-sama kelompok tani lainnya dan membangun kelembagaan ekonomi secara komprehensif sehingga terbentuk apa yang disebut Koperasi Primer/Sekunder, melalui koperasi ini petani dibina menjadi petani maju dan mandiri. Maju dan mandiri adalah kemampuan pengetahuan dan keterampilan SDM petani perkebunan sudah meningkat dan sudah dapat mentransformasikan dan menerapkan teknologi dengan baik serta dengan biaya sendiri, tanpa bantuan dari pemerintah. Dengan demikian maka petani yang sudah dibina melalui kelompok dan telah menjadi anggota koperasi diharapkan telah mempunyai kemampuan untuk dapat bermitra dengan perusahaan (industri) pada setiap kawasan sentra komoditas unggulan. Selanjutnya petani dapat mengintegrasikan dirinya kedalam industri dan dapat memperoleh saham dari perusahaan industri. Demikian pula sebaliknya perusahaan industri menanamkan 8

sahamnya kepada petani, sehingga keuntungan yang diperoleh dapat dibagi secara patungan. Dengan demikian, maka integrasi antara on farm dan off farm akan lebih mudah dilaksanakan. 2.2. M i s i Mengembangkan Perkebunan yang maju, produktif dan berkualitas melalui penguatan komoditi unggulan. Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan yang utuh dari hulu sampai hilir untuk mendukung industri berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Memberdayakan kelembagaan perkebunan untuk mendorong akses penguatan usaha perkebunan melalui kerjasama dan kemitraan usaha. Mengembangkan teknologi untuk mendukung peningkatan produktivitas dan nilai tambah dari produk perkebunan yang berbasis keunggulan kompetitif. 2.3. Tujuan Sejalan dengan visi dan misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka tujuan Pembangunan Perkebunan ke depan dirumuskan sebagai berikut : a. Meningkatkan produktivitas dan kualitas dengan memanfaatkan potensi dan penguatan komoditi unggulan terutama kakao. b. Meningkatkan nilai tambah dan mutu produk hasil perkebunan melalui penyediaan sarana pengolahan. 9

c. Memberdayakan kelembagaan perkebunan agar akses lebih kuat untuk menumbuhkan usaha perkebunan melalui jejaring kerjasama dan kemitraan usaha. d. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana perkebunan serta peningkatan pemanfaatan teknologi untuk mendukung peningkatan produksi dan produktivitas komoditi perkebunan. 2.4. Sasaran Mengacu pada Visi, Misi dan tujuan Dinas serta memperhatikan potensi, kondisi lingkungan strategi, maka sasaran Pembangunan Perkebunan yang ingin dicapai hingga tahun 2018 adalah sebagai berikut : a. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan b. Meningkatnya pasca panen dan pemasaran hasil c. Meningkatnya penguatan kelembagaan perkebunan d. Meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana perkebunan Adapun sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014, merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Gubernur Sulawesi Selatan sebagai berikut : 1. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao,Jambu Mete, Kopi, Tebu,Kelapa, Cengkeh, Lada, Kelapa Sawit, Pala dan Tembakau sebesar 439.644 Ton. 2. Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 1.042 Kg/ha. 3. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar Rp. 8,571 T 10

4. Jumlah Unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang Termanfaatkan 12unit. 5. Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan 104.619 Ton 6. Nilai Ekspor Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 255.525 US$. 2.5. Strategi (Cara Untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran) Untuk mencapai Tujuan Sasaran yang telah ditetapkan, maka dilakukan penetapan Strategi melalui Program dan Kegiatan. Program dan Kegiatan. A. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Kegiatan : 1. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan 2. Pelayanan Barang dan Jasa Administrasi B. Program Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD Kegiatan: 1. Pembinaan Aparatur dan Pengembangan Kehumasan 2. Pengadaan Kendaraan Dinas / Operasional 3. Penyediaan Sarana dan Prasarana BPTP2MB dan Sertifikasi Benih Perkebunan 4. Pembangunan / Rehabilitasi Gedung Kantor 5. Pembangunan Jembatan UPTD Pengelolaan Kebun Dinas C. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Perencanaan dan Sistem Evaluasi Kinerja SKPD Kegiatan : 1. Koodinasi Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan Perkebunan 11

D. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Kegiatan : 1. Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Tahunan 2. Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Semusim 3. Pembinaan dan Pengembangan Bibit Komoditi Unggulan Perkebunan 4. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk dan Pestisida 5. Pembinaan dan Penyediaan Alat dan Mesin Perkebunan 6. Pembinaan dan Konservasi Lahan dan Air 7. Pembinaan dan Pengendalian OPT dan Gangguan Usaha Perkebunan 8. Pengamatan, Peramalan Hama, Penyakit & Gulma Tanaman Perkebunan 9. Penguatan Kelembagaan Petani dan Pembinaan Usaha Perkebunan 10. Proteksi Tanaman, Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih, Sertifikasi Benih Perkebunan 11. Pengelolaan Kebun Bibit Dinas E. Program Peningkatan Pasca Panen dan Pemasaran Hasil perkebunan Kegiatan : 1. Pembinaan Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan 2. Promosi Atas Hasil Produksi Perkebunan Unggulan Daerah 3. Pengembangan Statistik dan Sistem Informasi Perkebunan 12

III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Indikator Kinerja Indikator kinerja yang merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan Tingkat Pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok : Input (Masukan) Output (Keluaran) OutComes (Hasil) Khususnya untuk indikator kinerja Benefit (manfaat) dan Infacts (Dampak) belum dapat diukur. Hal ini disebabkan pengukuran kedua indikator tersebut tidak dapat dilaksanakan hanya pada satu kegiatan saja, akan tetapi erat kaitannya dengan kegiatan lainnya. Selain itu juga untuk melihat hal tersebut di atas dibutuhkan waktu yang lama (jangka panjang). Evaluasi dan Analisis Kinerja Tahun 2014 Evaluasi Kinerja Berdasarkan Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2014 maka dilakukan evaluasi terhadap indikator sasaran outcome dalam rangka memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap hal-hal yang mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : 13

A. Sasaran Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan 439.644 Ton. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao, kopi, cengkeh, kelapa, jambu mete, lada, pala, Kelapa sawit, tebu dan tembakau) tahun 2014 mencapai 368.753Ton. Dengan demikian maka sasaran volume produksi komoditi unggulan sebesar 439.644 ton, hanya mencapai 83,87 % sebagaimana pada tabel 1. Tabel 1. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Tahun 2014 Volume Produksi (Ton) NO KOMODITI TARGET REALISASI (Ton) (Ton) % 1. Kakao 216.602 137.860 63,65 2. K o p i 34.101 28.590 83,84 3. Cengkeh 15.755 18.637 118,29 4. Kelapa 78.020 70.140 89,90 5. Jambu Mete 19.500 16.934 86,84 6. L a d a 5.385 5.682 105,52 7. P a l a 505 464 91,88 8. Kelapa Sawit 33.656 57.176 169,88 9. T e b u 24.055 30.350 126,17 10. Tembakau 2.065 1.788 86,59 439.644 368.753 83,87 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa realisasi volume produksi Komoditi yang terendah capaiannya adalah kakao hanya 137.860 ton (63,65 %) dari target 216.602 ton. Selanjutnya untuk 14

komoditi kopi hanya mencapai 83,84 %, tembakau 86,59 % dan jambu mete hanya mencapai 86,84 %. Hal ini disebabkan adanya anomaly iklim yang tidak mendukung, adanya serangan hama PBK pada kakao dan adanya alih fungsi lahan pada beberapa kabupaten utamanya alih fungsi lahan kakao ke sawit dan pencetakan sawah. volume produksi Komoditi yang tertinggi capaiannya adalah Kelapa Sawit, Tebu dan Cengkeh. Untuk Komoditi Kelapa sawit capaiannya sebesar 57.176 ton ( 169,88 %) dari target 33.656 ton yang berasal dari kabupaten Luwu Utara, Luwu Timur, Luwu, Pinrang dan Sidrap. Selanjutnya untuk komoditi Tebu 30.350 ton (126,17 %) dari target 24.055 ton yang sebagoian besar berasal dari kabupaten Bone, Takalar dan Wajo. Untuk komoditi Cengkeh mencapai 18.637 ton (118,29 %) dari target 15.755 ton yang sebagian besar berasal dari kabupaten Luwu, Bone, Sinjai, Wajo, Sidrap, Bulukumba dan Enrekang. Untuk melihat perkembangan produksi 10 (sepuluh) komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada tabel 2 berikut : 15

Tabel 2. Perkembangan Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan NO. 3 (tiga) Tahun terakhir (2012 s/d 2014) KOMODITI PRODUKSI (TON) 2012 2013 2014 1. Kakao 176.587 146.163 137.860 2. K o p i 34.190 33.075 28.590 3. Cengkeh 17.400 17.468 18.637 4. Kelapa 81.643 79.500 70.140 5. Jambu Mete 32.190 18.480 16.934 6. L a d a 8.943 5.083 5.682 7. P a l a 495 402 464 8. Kelapa Sawit 31.108 44.662 57.176 9. T e b u 32.708 33.155 30.350 10. Tembakau 1.951 1.653 1.788 Jumlah 417.215 379.641 368.753 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang mengalami peningkatan produksi selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah komoditi cengkeh, lada dan kelapa sawit. Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan produksi selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah kakao, kopi, kelapa dan jambu mete. Untuk komoditi Pala, Tebu dan Tembakau mengalami penurunan produksi pada tahun ke dua (2013) tetapi mengalami peningkatan produksi pada tahun ke tiga (2014). Adapun kegiatan yang telah dilakukan ditahun 2014 dalam menunjang peningkatan produksi komoditi unggulan melalui dana APBD adalah sebagai berikut : a. Penerapan intensifikasi tanaman Jambu Mete 100 Ha (Sidrap 50 Ha dan Barru 50 Ha) b. Penerapan intensifikasi tanaman Kopi 200 Ha di kabupaten Enrekang. c. Penerapan intensifikasi tanaman Lada 200 Ha di kabupaten Enrekang. 16

d. Pengadaan bibit komoditi unggulan sebanyak 2.425.779 pohon yang dibagi secara gratis kepada petani pada 22 kabupaten/kota, antara lain : Kakao Sambung Pucuk 1.036.256 pohon (1.000 Ha) Cengkeh 386.470 pohon (1.300 Ha) Karet 35.000 pohon (73 Ha) Pala 140.053 pohon (1.100 Ha) Kopi Arabika 300.000 pohon (1.800 Ha) Kelapa Sawit 50.000 pohon (400 Ha) Lada 300.000 pohon (120 Ha) Kelapa Dalam 70.000 pohon (560 Ha) Jambu Mete 108.000 pohon (380 Ha) e. Pengadaan Pupuk yang dibagi kepada petani secara gratis antara lain : Pupuk NPK 50.000 Kg di kabupaten Soppeng Pupuk Cair 6.250 Liter di kabupaten Sinjai 2.500 Ltr, Enrekang 1.100 Ltr dan Luwu 2.650 Ltr. Pupuk Granular 44.800 Kg di kabupaten Sinjai Pupuk Kompos 50.000 Kg di kabupaten Bulukumba f. Pengendalian OPT tanaman Lada 300 Ha (Bulukumba 50 Ha, Enrekang 50 Ha, Sinjai 50 Ha dan Luwu Timur 150 Ha). Sedangkan kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang peningkatan produksi melalui dana APBN adalah sebagai berikut : a. Intensifikasi tanaman kopi di Kab. Toraja Utara seluas 150 Ha. 17

b. Pemberdayaan petani kakao sebanyak 150 orang (Kabupaten Bone 50 orang, Bulukumba 50 orang dan Sinjai 50 orang). c. Pengembangan tanaman tebu 300 Ha (Kabupaten Jeneponto 100 Ha, Kabupaten Takalar 150 Ha dan Kabupaten Gowa 50 Ha). d. Pemeliharaan (Rawat Ratoon Tebu) 950 Ha (Kabupaten Bone 80 Ha, Kapubaten Takalar 570 Ha dan Kabupaten Gowa 300 Ha). e. Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Kakao di Kabupaten Soppeng 10 Ha, Kabupaten Wajo 300 Ha dan Maros 150 Ha. f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Tebu di Kabupaten Bone 125 Ha dan Kabupaten Takalar 25 Ha. g. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Kelapa di Kabupaten Bone 400 Ha dan Kabupaten Sidrap 200 Ha. B. Sasaran Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan 1.042 Kg/Ha Sasaran Produktivitas rata-rata Komoditi Unggulan Perkebunan tahun 2014 mencapai 1.170 Kg/Ha. Dengan demikian maka sasaran produktivitas komoditi unggulan sebesar 1.042 Kg/Ha, mencapai 112,28 %. Lebih jelasnya sasaran produktivitas masing-masing komoditi unggulan sebagaiman pada tabel 3. 18

Tabel 3. Produktivitas Komoditi Unggulan Tahun 2014 PRODUKTIVITAS NO KOMODITI TARGET REALISASI (Kg/Ha) (Kg/Ha) % 1. Kakao 962 780 81,08 2. K o p i 677 586 86,56 3. Cengkeh 501 564 112,57 4. Kelapa 899 924 102,78 5. Jambu Mete 410 421 102,68 6. L a d a 658 743 112,91 7. P a l a 404 357 88,37 8. Kelapa Sawit 2.475 4.045 163,43 9. T e b u 2.779 2.084 74,99 10. Tembakau 659 1.197 181,64 Produktivitas Rata-rata 1.042 1.170 112,28 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa produktivitas komoditi unggulan tahun 2014 rata-rata mencapai 1.170 Kg/Ha. Produktivitas komoditi tertinggi adalah komoditi Kelapa Sawit yaitu 4.045 Kg/Ha. Sedangkan produktivitas komoditi terendah adalah komoditi Pala, hanya mencapai 357 Kg/Ha (88,37 %). Untuk melihat perkembangan Produktivitas 10 (sepuluh) komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada tabel 4 berikut : 19

Tabel 4. Produktivitas Komoditi Unggulan 3 (Tiga) Tahun Terakhir NO. (2012 2014) KOMODITI PRODUKTIVITAS (Kg/Ha) 2012 2013 2014 1. Kakao 941 802 780 2. K o p i 1.347 1.217 586 3. Cengkeh 499 564 564 4. Kelapa 1.798 1.915 924 5. Jambu Mete 408 398 421 6. L a d a 657 629 743 7. P a l a 402 404 357 8. Kelapa Sawit 2.473 2.302 4.045 9. T e b u 2.775 2.556 2.084 10. Tembakau 654 716 1.197 Jumlah rata-rata 1.195 1.150 1.170 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang mengalami peningkatan produktivitas selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah komoditi Tembakau. Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan produktivitas selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah Kakao, Kopi dan Tebu. Untuk komoditi Cengkeh, Kelapa, Pala, mengalami peningkatan pada tahun ke dua (2013) tetapi menurun pada tahun ke tiga (2014). Komoditi Jambu Mete, Lada, Kelapa Sawit mengalami penurunan di tahun ke dua (2013) tetapi mengalami peningkatan pada tahun ke tiga (2014). Adapun kegiatan yang telah dilakukan di tahun 2014 dalam menunjang peningkatan produktivitas komoditi unggulan melalui dana APBD adalah sebagai berikut : a. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk NPK 50.000 kg di Kabupaten Soppeng. b. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk Cair 6.250 Liter (Kabupaten Sinjai 2.500 liter, Kapubaten Enrekang 1.100 liter dan Kabupaten Luwu 2.650 liter). 20

c. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk Granular 44.800 Kg di Kabupaten Sinjai. d. Pembinaan dan Penyediaan Pupuk Kompos 50.000 Kg di Kabupaten Bulukumba. e. Pembinaan dan Penyediaan Alat dan Mesin Perkebunan (Pengadaan alat tebang dan alat angkut tebu 7 paket di Kabupaten Takalar, 10 paket di Kabupaten Bone, 1 paket di Kabupaten Pinrang, 1 paket di Kabupaten Wajo dan 1 paket di Kabupaten Jeneponto) serta pengadaan mesin pompa air 1 paket di Kabupaten Sidrap. f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Lada 300 Ha (Kabupaten Bulukumba 50 Ha, Kabupaten Enrekang 50 Ha, Kabupaten Sinjai 50 Ha dan Kabupaten Luwu Timur 50 Ha). C. Sasaran Nilai produksi komoditi unggulan perkebunan Rp. 8.571.727.000.000,- Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao, Kopi, Cengkeh, Kelapa, Jambu Mete, Lada, Pala, Kelapa sawit, Tebu dan Tembakau) tahun 2014 mencapai Rp. 10.834.113.010.000,-. Dengan demikian maka sasaran nilai produksi komoditi unggulan sebesar Rp. 8.571.727.000.000,- mencapai 126,40% sebagaimana pada tabel 5. Hal tersebut dipengaruhi oleh peningkatan nilai dollar (US$) pada tahun 2014, sehingga beberapa komoditi unggulan perkebunan yang dieksport utamanya Kakao, Cengkeh, Kopi, Jambu Mete, Tebu dan Kelapa mengalami kenaikan harga dari tahun sebelumnya. 21

Tabel 5. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Rakyat Tahun 2014 NO. KOMODITI PRODUKSI HARGA (Rp) NILAI PRODUKSI 1. Kakao 137.860 30.692 4.231.199.120,00 2. K o p i 28.590 22.350 638.986.500,00 3. Cengkeh 18.637 137.894,00 2.569.930.478,00 4. Kelapa 70.140 4.055,00 284.417.700,00 5. Jambu Mete 16.934 88.357,00 1.496.237.438,00 6. L a d a 5.682 106.513,00 605.206.866,00 7. P a l a 464 83.038,00 38.529.632,00 8. Kelapa Sawit 57.176 7.210,00 412.238.960,00 9. T e b u 30.350 12.500,00 379.375.000,00 10. Tembakau 1.788 100.107,00 178.991.316,00 Jumlah 367.621 592.716,00 10.835.113.010,00 Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai produksi terbesar dari sepuluh (10) komoditi unggulan perkebunan adalah pada komoditi Kakao (39,05%), Cengkeh (23,72%) dan Jambu Mete (13,81%). Sedangkan nilai produksi terkecil adalah komoditi Pala (0,04%). Untuk melihat perkembangan Nilai Produksi 10 (sepuluh) komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada tabel 6 berikut : 22

Tabel 6. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan Tahun 2012-2014 NO. KOMODITI NILAI PRODUKSI (x 1.000) 2012 2013 2014 1. Kakao 3,581,310,810 2,988,802,140 4,231,199,120 2. K o p i 912,972,522 767,129,030 638,986,500 3. Cengkeh 1,341,712,312 2,014,037,390 2,569,930,478 4. Kelapa 417,321,345 222,873,100 284,417,700 5. Jambu Mete 161,560,902 151,097,960 1,496,237,438 6. L a d a 366,616,458 671,592,680 605,206,866 7. P a l a 35,790,975 38,079,216 38,529,632 8. Kelapa Sawit 402,800,000 442,656,000 412,238,960 9. T e b u 31,060,710 99,834,240 379,375,000 10. Tembakau 222,383,205 163,035,390 178,991,316 Jumlah 747,352,924 755,913,715 1,083,511,301 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang mengalami peningkatan nilai produksi selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah komoditi Kakao, Cengkeh, Jambu Mete dan Tebu. Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai produksi selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah Kopi, Cengkeh, Pala, Kelapa Sawit. Untuk komoditi Lada mengalami peningkatan pada tahun ke dua (2013) tetapi menurun pada tahun ke tiga (2014). Komoditi Tembakau mengalami penurunan di tahun ke dua (2013) tetapi mengalami peningkatan pada tahun ke tiga (2014). D. Sasaran Unit pengolahan hasil Perkebunan Yang Termanfaatkan 12 Unit. Jumlah unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang termafaatkan pada Program Peningkatan Pasca Panen dan Pemasaran hasil Perkebunan sebanyak 12 unit pada tahun 2014 mencapai target 100 %. Adapun alat yang termanfaatkan tersebut antara lain : alat pengolahan kopi (pulper), alat panen 23

buah cengkeh, alat pengolahan kopi bubuk alat tersebut dialokasikan masing-masing di Kabupeten : a. Pulper dialokasikan ke Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bone. b. Alat pengolahan kopi bubuk dialokasikan ke Kabupaten Enrekang. c. Alat Panen Cengkeh dialokasikan ke Kabupaten Kabupaten Luwu, Kabupaten Wajo, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Sidrap. E. Sasaran Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan 104.619 Ton Volume Eksport komoditi unggulan perkebunan (Kakao, Kopi, Cengkeh, Kelapa, Jambu Mete dan Tebu) tahun 2014 mencapai Rp. 116.158 Ton. Dengan demikian maka sasaran nilai produksi komoditi unggulan sebesar Rp. 104.619 Ton mencapai 111,85%. Dari sepuluh ( 10 ) komoditi unggulan perkebunan yang merupakan target sasaran kinerja dalam RPJMD komoditi ekspor hanya enam ( 6 ) komoditi yaitu Kakao, Kopi, Cengkeh, Kelapa, Jambu mete dan Tebu, sedangkan empat ( 4 ) komoditi lainnya yaitu Tembakau, pala, Lada dan Kelapa Sawit belum dimasukkan sasaran target kinerja. Data volume ekspor perkebunan sebagaimana pada tabel 7. 24

Tabel 7. Volume eksport komoditi unggulan perkebunan Tahun 2014 NO. KOMODITI VOLUME EKSPOR TAHUN 2014 TARGET CAPAIAN % (Ton) (Ton) 1. Kakao 75.810,00 67.781,00 89,41 2. K o p i 5.219,00 6.661,00 127,63 3. Cengkeh 347,00 68,00 19,60 4. Kelapa 756,00 1.204,00 159,26 5. Jambu Mete 5.460,00 5.468,00 100,15 6. T e b u 17.027,00 34.976,00 205,41 Jumlah 104.619,00 116.158,00 116,16 KET. Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa capaian volume eksport komoditi unggulan perkebunan terbesar dari enam (6) komoditi unggulan perkebunan adalah pada komoditi Tebu (205,41%), Kelapa (159,26%), Kopi (127,63%) dan Jambu Mete (100,15%). Sedangkan capaian volume eksport terkecil adalah komoditi Cengkeh (19,60%) dan Kakao (89,41%). Untuk melihat perkembangan volume ekspor enam (6) komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada tabel 8 berikut : Tabel 8. Volume Ekspor komoditi Unggulan tahun 2012-2014 NO. KOMODITI VOLUME EKSPOR (TON) 2012 2013 2014 1. Kakao 56.620,93 73.204,82 67.781,00 2. K o p i 4.590,01 2.458,71 6.661,00 3. Cengkeh 331,67 96,00 68,00 4. Kelapa 900.554,00 112,54 1.204,00 5. Jambu Mete 1.837,34 4.294,67 5.468,00 6. T e b u 10.058,40 29.408,59 34.976,00 Jumlah 973.992,34 109.575,33 116.158,00 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang mengalami peningkatan volume eksport selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah komoditi Tebu, Jambu Mete dan Kopi. 25

Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai produksi selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah Kakao, Cengkeh. Untuk komoditi Kelapa mengalami penurunan pada tahun ke dua (2013) tetapi meningkat pada tahun ke tiga (2014). Yang mengalami Penurunan volume eksport dari tahun 2013 ke tahun 2014 antara lain : Biji kakao dari 64.011 Ton menjadi 32.809 Ton Kakao butter dari 5.364 Ton menjadi 4.951 Ton Kakao cake dari 1.582 Ton menjadi 1.236 Ton Kakao powder dari 3.551 Ton menjadi 4.135 Ton Kakao residu dari 269 Ton menjadi 91 Ton Ampas minyak kelapa dari 51 Ton menjadi 0 Gagang cengkeh dari 84 Ton menjadi 22 Ton Namun demikian beberapa komoditi mengalami peningkatan volume eksport antara lain : Kakao cell dari 15 Ton menjadi 95 Ton Kakao liquer dari 1.852 Ton menjadi 5.897 Ton Kakao mass dari 4.080 Ton menjadi 14.595 Ton Kakao powder dari 3.551 Ton menjadi 4.135 Ton Kakao shell dari 50 Ton menjadi 1.185 Ton Kopi beans dari 2.553 Ton menjadi 5.761 Ton Buah kelapa dari 0 menjadi 174 Ton Bunga cengkeh dari 0 menjadi 22 Ton Cengkeh dari 12 Ton menjadi 24 Ton Kulit mete dari 51 Ton menjadi 328 Ton Mete kupas dari 3.217 Ton menjadi 4.057 Ton Mete nut shell dari 0 menjadi 21 Ton 26

Mete gelondongan dari 764 Ton menjadi 825 Ton Arang tempurung dari 42 Ton menjadi 650 Ton Minyak mete dari 0 menjadi 237 Ton Sabuk kelapa dari 0 menjadi 33 Ton Tempurung kelapa dari 20 Ton menjadi 337 Ton Tetes gula dari 29.409 Ton menjadi 34.851 Ton Adapun Negara-negara tujuan untuk mengeksport antara lain : Biji kakao Negara tujuan adalah Thailand, Singapura, Rep. Korea, Malaysia, Jepang, India, China, Amerika Serikat. Kopi beans Negara tujuan adalah Amerika Serikat, Australia, Belgia, China, Iceland, Inggris, Israil, Jepang, Jerman, Norwegia, Rep. Korea, Singapura, Swedia, Taiwan. Buah kelapa Negara tujuan adalah Inggris, China, Arab Saudi. Bunga cengkeh Negara tujuan adalah Malaysia. Cengkeh Negara tujuan adalah Malaysia Gagang cengkeh Negara tujuan adalah Malaysia dan India. Kulit mete Negara tujuan adalah Vietnam, Rep. Korea, Malaysia, India. Mete gelondongan Negara tujuan adalah Vietnam dan India. F. Sasaran Nilai eksport mencapai 255.525 US $ Nilai Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao, Kopi, Cengkeh, Kelapa, Jambu Mete dan Tebu) tahun 2014 mencapai 314.095 US$. Dengan demikian maka sasaran nilai produksi 27

komoditi unggulan sebesar 255.525 US$ mencapai 122,72% sebagaimana pada tabel 9. Tabel 9. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Tahun 2014 NO. KOMODITI NILAI EKSPOR (US $) TARGET CAPAIAN % 1. Kakao 187.817,00 254.835,00 135,68 2. K o p i 31.867,00 27.579,00 86,54 3. Cengkeh 1.339,00 339,00 25,32 4. Kelapa 339,00 499,00 147,20 5. Jambu Mete 31.302,00 26.215,00 83,75 6. T e b u 2.861,00 4.628,00 161,76 Jumlah 255.525,00 314.095,00 122,72 KET. Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa volume eksport komoditi unggulan perkebunan terbesar dari enam (6) komoditi unggulan perkebunan adalah pada komoditi Kelapa (135,68%), Tebu (161,76%) dan Kelapa (147,20%). Sedangkan volume eksport terkecil adalah komoditi Cengkeh (25,32%), Jambu Mete (83,75%) dan Kopi (86,54%). Untuk melihat perkembangan Produktivitas enam (6) komoditi unggulan 3 (tiga) tahun terakhir, sebagaimana pada tabel 10 berikut : Tabel 10. Terakhir Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan 3 (Tiga)Tahun NO. KOMODITI NILAI EKSPOR (US $) 2012 2013 2014 1. Kakao 139.947,00 191.342,00 254.835,00 2. K o p i 28.463,00 11.181,00 27.579,00 3. Cengkeh 1.277,00 427,00 339,00 4. Kelapa 129,00 51,00 499,00 5. Jambu Mete 12.613,00 18.703,00 26.215,00 6. T e b u 2.080,00 8.341,00 4.628,00 Jumlah 184.509,00 230.045,00 314.095,00 KET. Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa komoditi yang mengalami peningkatan volume eksport selama 3 (tiga) tahun 28

terakhir adalah komoditi Kakao, Kopi dan Jambu Mete. Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan nilai eksport selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah komoditi Cengkeh. Untuk komoditi Kelapa mengalami penurunan pada tahun ke dua (2013) tetapi meningkat pada tahun ke tiga (2014). Penurunan nilai eksport tahun 2013 ke 2014 didominasi oleh penurunan nilai eksport hasil industri antara lain : Kakao biji dari 149.615 US$ menjadi 95.970 US $ Kakao powder dari 7.883 US$ menjadi 3.941 US $ Kakao residu dari 83.095 US$ menjadi 34.750 US $ Ampas kelapa dari 34.570 US$ menjadi 0 Gagang cengkeh dari 248.400 US$ menjadi 13.519 US $ Tetes gula dari 8.341 US$ menjadi 3.628 US $ Namun demikian beberapa nilai eksport komoditi perkebunan meningkat antara lain : Kakao butter dari 30.417 US$ menjadi 57.476 US $ Kakao cake dari 1.805 US$ menjadi 1.935 US $ Kakao cell dari 7.709 US$ menjadi 13.795 US $ Kakao liguer dari 7.489 US$ menjadi 30.866 US $ Kakao mass dari 19.771 US$ menjadi 58.743 US $ Kakao shell dari 27.393 US$ menjadi 198.047 US $ Kopi beans dari 11.837 US$ menjadi 26.579 US $ Buah kelapa dari 0 menjadi 58.852 US $ Bunga cengkeh dari 0 menjadi 13.719 US $ Cengkeh dari 178.490 US$ menjadi 312.050 US $ Kulit mete dari 5.712 US$ menjadi 60.072 US $ Mete kupas dari 18.552 US$ menjadi 24.897 US $ 29

Mete nut shell dari 0 menjadi 10.692 US $ Mete gelendongan dari 947.646 US$ menjadi 1.168 US $ Residu minyak sawit dari 0 menjadi 29.304 US $ Arang tempurung dari 16.845 US$ menjadi 232.849 US $ Minyak mete dari 0 menjadi 78.897 US $ Sabuk kelapa dari 0 menjadi 186.435 US $ 3.2. Analisis Kinerja Tahun 2014 A. Analisis Kinerja atas pencapaian program dan kegiatan Pencapaian kinerja kegiatan terhadap program dan kegiatan tahun 2014 diperoleh capaian sebesar 99,83% (Lampiran 3) yang ditandai dengan keberhasilan indikator-indikator program sebagai berikut : 1. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Program ini didukung oleh sebelas kegiatan yakni : a). Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Tahunan, b). Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Semusim, c). Pembinaan dan Pengembangan Bibit Komoditi Unggulan Perkebunan, d). Pembinaan dan Penyediaan Pupuk dan Pestisida, e). Pembinaan dan Penyediaan Alat dan Mesin Perkebunan, f). Pembinaan dan Konservasi Lahan dan Air, g). Pembinaan dan Pengendalian OPT dan Gangguan Usaha Perkebunan, h). Pengamatan, Peramalan Hama, Penyakit dan Gulma Tanaman Perkebunan, i). Penguatan Kelembagaan Petani dan Pembinaan Usaha Perkebunan, j). Proteksi Tanaman, Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih, Sertifikasi Benih Perkebunan, k). Pengelolaan Kebun Bibit Dinas. 30

Persentase capaian kinerja program dari kegiatan tersebut mencapai 99,36%. 2. Program Peningkatan Pasca Panen. Program ini didukung oleh tiga kegiatan yakni : a). Pembinaan Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, b). Promosi atas Hasil Produksi Perkebunan Unggulan Daerah, c). Pengembangan Statistik dan Sistem Informasi Perkebunan. Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut mencapai 98,33% 3. Program Pelayanan Admistrasi Perkantoran. Program ini didukung oleh dua kegiatan yakni : a). Penyediaan Jasa Admistrasi Keuangan, b). Pelayanan Barang dan Jasa Administrasi Perkantoran. Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata mencapai 100%. 4. Program Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD. Program ini didukung oleh lima kegiatan yakni : a). Pembinaan Aparatur dan Pengembangan Kehumasan, b). Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional, c). Penyediaan Sarana dan Prasarana BPTP2MB dan Sertifikasi Benih Perkebunan, d). Pembangunan Jembatan Kebun UPTD Pengelolaan Kebun Bibit Dinas. Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut rata-rata mencapai 98,80%. 5. Peningkatan Pengembangan Sistem Perencanaan dan Sistem Evaluasi Kinerja SKPD. 31

Program ini didukung oleh satu kegiatan yakni : a). Koordinasi Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan Perkebunan. Persentase capaian kinerja program kegiatan tersebut mencapai 100%. Dari 5 program yang dilaksanakan tersebut, 2 program diantaranya yang mencapai kinerja 100%, sedangkan 3 program lainnya capaian kinerjanya rata-rata mencapai 98,83%. Capaian Kinerja terendah adalah Program Peningkatan Pasca Panen yaitu hanya mencapai 98,33%, Program Peningkatan Kapasitas dan Kinerja SKPD 98,80% dan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan mencapai 99,36%. B. Analisis Kinerja Terhadap Pencapaian Sasaran. Pencapaian kinerja kegiatan terhadap sasaran tahun 2014 diperoleh capaian sebesar 109,35% (Lampiran 5 dan 6) yang ditandai dengan keberhasilan indikator-indikator sasaran sebagai berikut : 1. Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 439.644 Ton. Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran : Persentase peningkatan volume produksi dan produktivitas komoditi unggulan perkebunan sebesar 12,20% Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 83,87% 2. Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 1.042 Kg/ha. Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran : Persentase peningkatan produktivitas komoditi unggulan perkebunan sebesar 0,39%. Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 112,28% 32

3. Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar Rp. 8,571 T Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran yakni : Persentase peningkatan nilai produksi komoditi unggulan perkebunan sebesar 14,69%. Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 126,40% 4. Jumlah Unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang Termanfaatkan sebesar 12 Unit Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran : Persentase peningkatan jumlah unit pengolahan hasil perkebunan yang termanfaatkan sebesar 33,33% Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 100% 5. Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 104.619 Ton Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran : Persentase volume eksport komoditi unggulan perkebunan sebesar 6,25% Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 111,85% 6. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan sebesar 255.525 US$. Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran : Persentase peningkatan nilai ekspor komoditas perkebunan sebesar 24,53% Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 122,72% Dengan demikian maka Pencapaian Sasaran Kinerja tahun 2014 mencapai 109,35%. Untuk lebih jelasnya penjelasan capaian kinerja masing-masing komoditi unggulan sebagaimana pada lampiran 6. 33

3.3. Akuntabilitas Keuangan Total Dana APBD yang dikelolah oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dalam Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp. 61.639.766.776 yang terdiri dari: Belanja Tak langsung sebesar Rp. 17.865.148.279 dan Belanja langsung sebesar Rp. 43.774.618.500. Khusus untuk belanja tidak langsung dialokasikan untuk belanja pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 sebanyak 227 orang. Sedangkan untuk Belanja Langsung dialokasikan untuk biaya operasional 22 (dua puluh dua) kegiatan dari 5 (lima) program. Keseluruhannya dapat diukur kinerjanya dengan tingkat keberhasilan pencapaian kinerja program dan kegiatan. Realisasi untuk Belanja Tidak langsung mencapai 98,95% (Rp. 17.677.348.483) dan Belanja Langsung mencapai 98,34% (Rp. 43.049.755.031), sebagaimana pada lampiran. Dengan demikian maka sisa anggaran total sebesar Rp. 912.663.262,- yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp. 187.799.793,- dan belanja langsung sebesar Rp. 724.863.469,- Sisa anggaran yang terbesar pada Belanja Tidak Langsung adalah anggaran tambahan penghasilan, tunjangan beras, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan fungsional. Untuk lebih jelasnya realisasi penggunaan dana dapat dilihat pada lampiran 7. 34

IV. P E N U T U P Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan yang terkait dengan Akuntabilitas Kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 sebagai berikut : 1. Secara umum pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan telah diselenggarakan secara optimal dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada tanpa mengabaikan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pada umumnya kegiatan yang dilaksanakan di tahun 2014 ini mengacu pada Renstra Dinas Perkebunan 20013-2018, ditambah dengan kegiatan yang berdasarkan kebijakan yang ada. 3. Dalam pencapaian sasaran pada umumnya mencapai Indikator Kinerja yang diharapkan. 4. Capaian kinerja Tahun 2014 dari 7 indikator sasaran mencapai 109,35%, dengan uraian sebagai berikut : a. Sasaran Volume Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan (Kakao,Jambu Mete, Kopi, Tebu,Kelapa, Cengkeh, Lada, Kelapa Sawit, Pala dan Tembakau sebesar 439.644 Ton, mencapai 368.753 Ton (83,87 %). b. Sasaran Produktivitas Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar 1.042 Kg/ha, mencapai 1.170 Kg/Ha (112,28 %) c. Sasaran Nilai Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan sebesar Rp. 8,571 T, mencapai 10,834 T (126,40%) 35

d. Jumlah Unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang Termanfaatkan 12unit, mencapai 12 unit (100 %) e. Volume Eksport Komoditi Unggulan Perkebunan 104.619 Ton, mencapai 116.158 Ton (111,85 %) f. Nilai ekspor komoditi Unggulan perkebunan 255.525 US $, mencapai 314.095 US $ (122,72 %). 5. Keberhasilan yang dicapai tahun 2014 antara Lain : Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan mendapat Penghargaan dari Ombudsman Republik Indonesia berupa predikat kepatuhan standard pelayanan public, pada tanggal 18 Juli 2014. Petani Kakao Sulawesi Selatan berhasil menemukan varietas baru yaitu varietas kakao klon MCC 01 dan klon MCC 02 yang telah diuji/diteliti oleh Pusat Penelitian Kakao (Puslitkoka) Jember. Klon tersebut telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tanggal 20 Agustus 2014 di Kabupaten Luwu Utara, sehingga Sulawesi Selatan sudah dapat menjadi sumber Benih Kakao Klon MCC 01 dan Klon MCC 02. Dinas Perkebunan memperoleh penghargaan Gubernur pada akhir tahun 2014 atas keberhasilan mencapai Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang melampaui target yaitu sebesar 2.423.243.979 atau sebesar 106 % dari target 2.300.000.000, yang bersumber dari : Hasil Retribusi Jasa Usaha (Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah)/Laboratorium sebesar Rp. 800.000.000 dan Hasil Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah (Hasil Kebun Dinas) sebesar Rp. 1.903.329.029. 36

Dinas Perkebunan Pada tahun 2014 telah memfasilitasi bibit komoditi unggulan sebanyak 2. 425.779 Pohon yang dibagi secara gratis pada petani sehingga areal perkebunan dapat bertambah seluas sebagai berikut : Kakao sambung Pucuk 1.036.656 pohon ( 1.000 Ha), Cengkeh 386.470 pohon (1.300 Ha), Karet 35.000 pohon (73 Ha), Pala 140.053 pohon (1.100 Ha), Kopi Arabika 300.000 pohon ( 1.800 Ha),Kelapa sawit 50.000 pohon ( 400 Ha), Lada 300.000 pohon (120 Ha), Kelapa Dalam 70.000 pohon (560 Ha) dan Jambu mete 108.000 pohon ( 380 ha) yang dialokasikan pada 22 kabupaten / kota di Sulawesi Selatan. Untuk mendukung Program Swasembada Gula Nasional telah dilakukan Peningkatan Akselerasi Produksi dan Produktivitas Tebu di Sulawesi Selatan telah dilakukan kegiatan Kajian Ketahanan Pangan Tebu dan Percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan sebanyak 2 paket yang dilaksanakan di kabupaten Gowa dan Takalar. Juga telah dilaksanakan pengadaan alat tebang dan alat angkut tebu sebanyak 20 paket di kabupaten Takalar,Gowa, Bone, Wajo dan Pinrang. Untuk mendukung perbaikan peningkatan produksi dan produktivitas komoditi perkebunan masih tetap dilanjutkan dengan kegiatan penerapan intensifikasi tanaman kopi seluas 200 Ha yang dilaksanakan di kabupaten Enrekang. Penerapan intensifikasi tanaman Jambu Mete seluas 100 ha yang dilaksanakan di kabupaten Sidrap dan Kabupaten Barru, Penerapan intensifikasi tanaman Lada seluas 200 ha yang dilaksanakan di kabupaten Enrekang. 37

Dalam rangka pembinaan dan pengembangan tanaman semusim maka telah dilaksanakan Demplot peningkatan kualitas tembakau berkadar nikotin rendah seluas 12 ha yang berlokasi dikabupaten Jeneponto seluas 1 ha, Bantaeng 1 ha, Bulukumba 1,5 ha, Bone 1,5 ha, Soppeng 1,5 ha, Wajo 1,5 ha, Luwu 1 ha dan Sinjai 1,5 ha. Serta pengadaan alat mesin rajang tembakau sebanyak 13 buah yang tersebar dikabupaten Jeneponto 1 unit, Bantaeng 1 unit, Bulukumba 1 unit, Sinjai 3 unit, Bone 2 unit, Soppeng 2 unit, Wajo 1 unit, Luwu 1 unit, dan Barru 1 unit. Telah dilaksanakan pengadaan pupuk NPK sebanyak 50.000 kg di kabupaten Soppeng,pupuk cair 6.250 ltr di kabupaten Sinjai, Enrekang dan luwu, pupuk granular 44.800 Kg di kabupaten Sinjai dan kompos 50.000 kg di kabupaten Bulukumba. Pada kegiatan pembinaan dan konservasi Lahan dan Air telah dilaksanakan demplot konservasi lahan terintegrasi ternak sebanyak 100 ekor di kabupaten Jeneponto dan Bantaeng, serta demplot konservasi air dan antisipasi anomali iklim 2 embung di Kabupaten Jeneponto dan Bulukumba. Proteksi Tanaman, Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih, Sertifikasi Benih Perkebunan telah dilaksanakan bimbingan teknis kebun sehat percontohan pada kelompok tani, komoditi kakao, kopi dan cengkeh di kabupaten Jeneponto, Bantaeng dan Sinjai. Pengelolaan Kebun Bibit Dinas telah melaksanakan pemeliharaan kebun dinas seluas 314 Ha, membangun kebun kelapa sawit di kebun dinas Seriti, Katulungan, dan Tirowali seluas 20 ha serta telah melaksanakan pembinaan pengelolaan kebun dinas sebanyak 21 kebun dinas. 38

Untuk meningkatkan mutu hasil pengolahan perkebunan maka telah disediakan alat pengolahan panen buah cengkeh, alat mesin pulper dan alat pengolahan kopi bubuk sebanyak 238 unit. Untuk memperkenalkan hasil produk perkebunan maka telah dilaksanakan promosi produk unggulan melalui pameran / ekspo 9 kegiatan di provinsi, Malang, Bali, Jakarta da Jogjakarta. Pengendalian hama penyakit tanaman perkebunan diarahkan pada penggunaan agensi pengendali hayati dan pestisida nabati dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia, agensi pengendali hayati berupa fero PBK dan kakao, fero rhino pada kelapa, fero tab pada tebu mampu menekan perkembangan hama 38 80% dan tidak berdampak negative baik terhadap musuh alami, hewan ternak, manusia, lingkungan dan air karena bersifat non persistensi sehinggah dapat mempertahankan system pertanian berkelanjutan. 6. Permasalahan/hambatan yang masih berpengaruh dalam pelaksanaan program dan kegiatan antara lain : Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan pada tahun 2014, belum dapat dicapai utamanya kakao disebabkan antara lain adanya anomali iklim/cuaca yang kurang mendukung, adanya serangan Hama dan Penyakit, rata-rata umur tanaman tua serta adanya alih fungsi lahan Kakao ke Kelapa Sawit. Mutu hasil produksi Perkebunan belum optimal dimana sarana pengolahan hasil produksi perkebunan masih terbatas dan SDM petani belum memadai. 39

Masalah benih di sektor perkebunan belum tersedia secara optimal khususnya komoditi kapas dan tebu. Mutu hasil produksi Perkebunan belum optimal dimana sarana pengolahan hasil perkebunan masih terbatas dan SDM Petani masih terbatas. 7. Upaya mengatasi masalah/hambatan yang masih berpengaruh dalam pelaksanaan program dan kegiatan antara lain : Tetap mengupayakan usaha pengendalian hama dan Penyakit tanaman perkebunan dan tetap mengusulkan biaya yang dibutuhkan untuk peningkatan produksi melalui dana APBD dan APBN. Upaya peningkatan produksi melalui kegiatan Intensifikasi, Peremajaan, Rehabilitasi dan pemeliharaan yang intensif serta menggunakan sumber bahan tanaman yang unggul. Untuk meningkatkan kualitas/mutu hasil perkebunan dilakukan upaya penyediaan sarana pengolahan yang memadai dan pembinaan yang intensif pada petani serta diperlukan keterlibatan pelaku usaha dalam peningkatan iklim investasi yang kondusif. Mengupayakan ketersediaan benih secara optimal dalam jumlah dan mutu yang sesuai kebutuhan. 40