KATA PENGANTAR. perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU,"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Dokumen ini memuat tentang gambaran umum pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau, isu-isu strategis, visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan serta program dan kegiatan dalam periode 5 tahun ( ). Penyusunannya berdasarkan analisis dan pencermatan dinamika lingkungan strategis atas potensi, kelemahan, peluang tantangan yang dihadapi selama kurun waktu serta mempertimbangkan kebijakan perkebunan secara nasional dan menjangkau lintas bidang, lintas sektor, lintas program, lintas pelaku dan lintas satuan kerja dan mengacu kepada Rencana Pembangunan Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun Berdasarkan hasil evaluasi dalam 2 (dua) tahun pelaksanaan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun menunjukkan adanya ketidak sesuaian dengan perkembangan keadaan yang meliputi asumsi kerangka ekonomi daerah, kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan dan lain-lain. Untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan pengganggaran, maka dilakukan review terhadap Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Hasil dari review tersebut berupa dokumen Revisi (perubahan) Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun untuk dijadikan landasan dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD tahunan selanjutnya. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses penyusunan Revisi Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Semoga dokumen ini bermanfaat untuk perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU, Ir. MUHIBUL BASYAR, MSi Pembina Utama Muda Nip

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi. iii Daftar Tabel... Daftar Gambar... iv v I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Landasan Hukum I.3. Maksud dan Tujuan. 4 I.4. Sistematika Penulisan... 4 II. GAMBARAN PELAYANAN Tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi Sumberdaya Dinas Perkebunan Provinsi Riau Kinerja Pelayanan SKPD Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Perkebunan 2.6. Provinsi Riau III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Indikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih Telaahan Renstra Kementerian dan Lembaga Telaahan RTRW dan KLHS Penentuan Isu-Isu Strategis IV. PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN Visi Pembangunan Perkebunan Tujuan dan Sasaran Strategi dan Kebijakan V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Program dan Kegiatan Indikator Kinerja VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun iii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Riau memiliki luas ,71 Km 2 atau setara dengan Ha dengan luas daratan Ha dan sisanya berupa lautan/perairan. Sesuai dengan kondisi kesuburan lahan, jenis lahan dan kesesuaian lahan serta sosial budaya, maka sebagian besar lahan non kawasan hutan khususnya lahan budidaya, umumnya diusahakan untuk budidaya tanaman perkebunan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pertanian yang didalamnya termasuk Perkebunan merupakan urusan pilihan, yaitu urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Mengingat potensi pengembangan perkebunan di Provinsi Riau yang cukup besar dan secara nasional perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis secara ekonomi, ekologi dan sosial budaya dalam pembangunan maka dibentuk Dinas Perkebunan Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Daerah No.2 tahun Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi kepemerintahan di daerah yang lebih berdaya dan berhasil guna serta untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas instansi pemerintah dalam pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan secara umum dan khususnya pembangunan perkebunan, maka disusun dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Penyusunan dokumen Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau merupakan dokumen perencanaan pembangunan perkebunan Riau 5 (lima) tahunan yang memuat target-target pembangunan perkebunan selama 5 tahun untuk mengembangkan potensi serta menangani permasalahan perkebunan di Riau. Penyusunan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau ini dilakukan secara berjenjang mulai dari RPJPD tahun , kemudian dijabarkan dalam RPJMD Dalam RPJMD dituangkan visi dan misi pembangunan daerah yang merupakan visi dan misi Gubernur terpilih Provinsi Riau. Visi dan misi ini menunjukkan Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

5 arah pembangunan yang mecerminkan upaya pengembangan potensi maupun penanganan permasalahan pembangunan sehingga mampu meningkatkan peran dan menguatkan posisi strategis Provinsi Riau. Berdasarkan hasil evaluasi dalam 2 (dua) tahun pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun menunjukkan adanya ketidak sesuaian dengan perkembangan keadaan yang meliputi: 1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah 2. Pergeseran pagu kegiatan, penambahan atau pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan. Untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan pengganggaran, maka dilakukan perubahan (revisi) Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun untuk dijadikan landasan dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD tahunan selanjutnya. Perubahan Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun ini memuat visi, misi, tujuan sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau yang akan dilaksanakan dalam sisa waktu periode 5 (lima) Tahun ( ) Landasan Hukum Dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Perkebunanan Provinsi Riau Tahun sebagai payung hukum yang dijadikan acuan adalah: UU N0. 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 No.112) UU N0. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4421) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 59, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4844) UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 126) Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Dearah Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

6 Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 82, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4737) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 89, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4741) Peraturan Pemerintah no 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Permendagri no. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri no. 13 Tahun 2006 Permendagri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Peraturan Daerah No.4 Tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Riau Peraturan Daerah No. 9 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Provinsi Riau (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2009 No. 9) Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Organisasi Dinas Daerah Provinsi Riau Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Riau Peraturan Daerah No... Tahun... tentang Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Riau Peraturan Gubernur Riau No.28 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Peraturan Gubernur Riau No.29 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau adalah tersedianya dokumen perencanaan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan di Provinsi Riau untuk jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan ( ) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

7 Tujuan dari penyusunan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau adalah sebagaii berikut: 1. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana kerja tahunan program dan kegiatan pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2. Menjamin terwujudnya konsistensi antara perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan pengawasan 3. Memberikan arahan dan pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. 4. Sebagai acuan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun terdiri dari 6 (enam) bab. Secara Garis besar tiap-tiap bab menguraikan hal-hal sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini meliputi tentang Latar belakang, Landasan Hukum Penyusunan Maksud dan Tujuan, dan Sistematika Penulisan. BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD Bab ini memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) SKPD dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah, mengulas secara rinci sumberdaya yang dimiliki, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan pada periode sebelumnya. BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Bab ini menjabarkan tentang persoalan-persoalan yang memiliki dampak signifikan, yang menjadi tugas pokok dan fungsi SKPD yang mungkin untuk diselesaikan dalam kurun waktu perencanaan. BAB IV PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SKPD Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

8 Bab ini meliputi Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran serta Kebijakan dan Strategi Pembangunan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun BAB V BAB VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Bab ini menjabarkan Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Bab ini menjelaskan Indikator Kinerja SKPD yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

9 BAB II GAMBARAN PELAYANAN 2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Perkebunan Pembentukan Dinas Perkebunan Provinsi Riau berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Organisasi Dinas Daerah Provinsi Riau. Pada pasal 19 Peraturan Daerah ini dinyatakan bahwa Susunan Organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Riau terdiri dari: 1. Kepala Dinas 2. Sekretariat, terdiri dari: - Subbagian Perencanaan Program; - Subbagian Keuangan dan Perlengkapan; - Subbagian Umum. 3. Bidang Perlindungan Perkebunan, terdiri dari: - Seksi Pengamanan Kebun; - Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun; - Seksi Perlindungan Perkebunan. 4. Bidang Pengembangan Perkebunan - Seksi PembinaanPerkebunan Rakyat; - Seksi Pembinaan Perkebunan Besar; - Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan. 5. Bidang Sarana dan Prasarana - Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air; - Seksi Pupuk dan Pestisida; - Seksi Peralatan dan Mesin. 6. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil perkebunan - Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan; - Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan. 7. UPT Bagan Susunan Organisasi Dinas Perkebunan provinsi Riau dapat dilihat pada Lampiran 1 Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

10 Gambar 1. BAGAN ORGANISASI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU KEPALA DINAS Sekretariat KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Subbagian Perencanaan Program Subbagian Keuangan dan Perlengkapan Subbagian Umum Bidang Perlindungan Ng Perkebunan Bidang Pengembangan Perkebunan Bidang Sarana dan Prasarana Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Seksi Pengamanan Kebun Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan masara Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun Seksi Pembinaan Perkebunan Besar Seksi Pupuk dan Pestisida Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan Seksi Perlindungan Perkebunan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan Seksi Peralatan Mesin Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan UPT Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

11 Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 Peraturan Gubernur Riau No. 28. tahun 2014 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan kebijakan, koordinasi, fasilitasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada Sekretariat, Bidang Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan serta menyelenggarakan kewenangan yang dilimpahkan Pemerintah kepada Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Gubernur Riau No.2 tahun 2014, maka sesuai dengan Pasal 3 dari peraturan tersebut Dinas Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan pada Sekretariat, Bidang Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan; b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pada Sekretariat, Bidang Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan; c. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada Sekretariat, Bidang Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan; d. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pelayanan umum yang diberikan kepada masyarakat mengacu pada tugas pokok dan fungsi sesuai dengan Peraturan Gubernur Riau No.28 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Adapun tugas dan fungsi masing-masing unit Eselon III pada Dinas Perkebunan sebagai berikut: a. Sekretariat Dinas Perkebunan Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan dan Perlengkapan dan Subbagian Umum. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi: 1. Penyelenggaraan perencanaan pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan dan Perlengkapan serta Subbagian Umum; Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

12 2. Penyelenggaraan pengelolaan perencanaan program, Keuangan dan Perlengkapan serta Umum; 3. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan dan Perlengkapan serta Subbagian Umum; 4. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan dan Perlengkapan serta Subbagian Umum; 5. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengantugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan. b. Bidang Perlindungan Bidang Perlindungan Perkebunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, Bidang Perlindungan Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan; 2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan; 3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan; 4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan. c. Bidang Pengembangan Perkebunan Bidang Pengembangan Perkebunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, Bidang Pengembangan Perkebunan menyelenggarakan fungsi : Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

13 1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan; 2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan; 3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan; 4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan. d. Bidang Sarana dan Prasarana Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, Bidang Sarana dan Prasarana menyelenggarakan fungsi : 1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin; 2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin; 3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin; 4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan. e. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil perkebunan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 24, Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunanmenyelenggarakan fungsi : Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

14 1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan; 2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan; 3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil Perkebunan; 4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan. f. Unit Pelaksana Teknis Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Gubernur No. 10 Tahun 2014 tentang Organisasi Unit Pelaksana Teknis pada Dinas dan Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau, terdiri dari 6 UPT yaitu : 1).UPT Benih Perkebunan, 2).UPT Pelatihan dan Pengembangan Sumberdaya Perkebunan, 3). UPT Laboratorium Hayati, 4) UPT Mekanisasi, 5).UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan dan, 6) UPT Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan. Adapun rincian tugas, fungsi dan tata kerja UPT pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau diatur dalam Peraturan Gubernur No.29 Tahun 2015, sebagai berikut : a. UPT Benih Perkebunan Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang benih perkebunan Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT Benih Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1. Mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan; 2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan; Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

15 3. Mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan; 4. Pelaksanaan pengawasan teknis operasional UPT Benih Perkebunan; 5. Pelaksanaan kegiatan teknis benih perkebunan, pembinaan dan pengembangan benih perkebunan; 6. Penyusunan kebijakan benih antar Kabupaten/Kota; 7. Identifikasi dan Pengembangan Varietas Unggul Lokal; 8. Pemantauan Benih Impor Wilayah Propinsi; 9. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan; 10. Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah bagian Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan; 11. melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan Perundang -undangan b. UPT Pelatihan Pengembangan Sumberdaya Perkebunan Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya perkebunan. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi : 1. Mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan; 2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan; 3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan; 4. Mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan; 5. Pelaksanaan kegiatan teknis dan non teknis operasional Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Perkebunan; 6. Pelaksanaan pelatihan kultur teknis budidaya tanaman perkebunan; 7. Pelaksanaan pengembangan dan pemantapan kelembagaan petani/pekebun; 8. Pelaksanaan koordinasi dengan Instansi terkait pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau; Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

16 9. Pelaksanaan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait dengan Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Perkebunan; 10. Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah bagian Subbagian Tata Usaha dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan; 11. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan Perundang undangan c. UPT Laboratorium Hayati Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Laboratorium Hayati. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati: 1. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati; 2. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati; 3. mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati; 4. penyusunan perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana untuk operasional laboratorium hayati; 5. pelaksanaan kegiatan teknis operasional pengelolaan laboratorium hayati; 6. pelaksanaan identifikasi dan pemetaan areal serangan hama penyakit tanaman perkebunan; 7. penyusunan peta potensi serangan hama dan penyakit tanaman perkebunan; 8. pelaksanaan pengembangan dan penerapan pengendalian hama dan penyakit dengan Agensia Pengendali Hayati (APH) spesifik; 9. pengawasan mutu dan peredaran APH dan pestisida nabati; 10. pelaksanaan sosialisasi pengendalian hama dan penyakit dengan APH, pestisida nabati dan penggunaan pupuk organik; 11. penyusunan bahan rekomendasi penerapan musuh alami di suatu daerah pengembangan komoditas perkebunan binaan yang akan dikeluarkan oleh kepala dinas; Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

17 12. pelaksanaan koordinasi dengan perusahaan dan lembaga penelitian hama penyakit tanaman perkebunan; 13. pelaksanaan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Kaupaten/Kota; 14. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah bagian Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati; 15. melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan Perundang undangan d. UPT Mekanisasi Perkebunan Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Mekanisasi Perkebunan. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi: 1. mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan; 2. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan; 3. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan; 4. mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan; 5. mengendalikan dan Mengkoordinir pelaksanaan teknis operasional Mekanisasi Perkebunan; 6. pelaksanaan perumusan kebijakan dibidang alat dan mesin perkebunan serta perbengkelan; 7. pelaksanaan perancangan pelaksanaan teknis operasional Mekanisasi Perkebunan; 8. pelaksanaan pengembangan dan perekayasaan rancang bangun, modifikasi desain, model serta prototipe alat mesin perkebunan; 9. pelaksanaan penerapan dan pengawasan terhadap standar mutu alat dan mesin perkebunan; 10. pelaksanaan sosialisasi, bimbingan teknis dan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan alat dan mesin perkebunan; 11. pelaksanaan analisis kebijakan mekanisasi perkebunan; Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

18 12. pelaksanaan kerjasama penelitian dan pendayagunaan hasil penelitian, perekayasaan dan pengembangan mekanisasi perkebunan; 13. pengawasan pelaksanaan teknis operasional Mekanisasi Perkebunan; 14. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah bagian Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan; 15. melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan Perundang undangan e. UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan. Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi : 1. mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih; 2. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih; 3. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih; 4. mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih; 5. pelaksanaan kegiatan operasional pengujian, pengawasan peredaran dan sertifikasi benih tanaman perkebunan; 6. pelaksanaan bimbingan teknis penyiapan kemurnian benih, varietas, daya kecambah, klon, kualitas dan kesehatan tanaman yang dhasilkan; 7. pelaksanaan bimbingan teknis dan pengawasan sumber benih, penangkar benih dan pengedar benih; 8. pelaksanaan pemeriksaan kemurnian benih, klon, varietas dan kualitas benih; 9. pelaksanaan kegiatan bimbingan dan pelayanan teknis serta penarikan retribusi untuk PAD; 10. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengawasan dan sertifikasi benih tanaman perkebunan; Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

19 11. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah bagian Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih; f. UPT Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan; Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi : 1. Mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan; 2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan; 3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan; 4. Mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan; 5. Penyusunan perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana untuk operasional Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan; 6. Penyusunan potensi, sasaran pengujian dan pengembangan metode-metode teknologi perkebunan; 7. Pelaksanaan pengkajian, Pengujian dan Penerapan Teknologi perkebunan dan pendayagunaan hasilnya; 8. Pelaksanaan kerjasama pengkajian, Pengujian dan Penerapan Teknologi perkebunan dan pendayagunaan hasilnya; 9. Penyusunan bahan rekomendasi yang akan dikeluarkan oleh Kepala Dinas terkait dengan pemilihan bahan tanaman, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pemanenan hasil dan penyimpanan; 10. Pelaksanaan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota; 11. Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah bagian Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan; Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

20 12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan Perundang -undangan 2.2. Sumberdaya Dinas Perkebunan Provinsi Riau Sumberdaya Manusia (Kepegawaian) Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Dinas Perkebunan didukung dengan sumberdaya manusia yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan dibantu dengan tenaga tidak tetap (honorer). Berdasarkan data kepegawaian Dinas Perkebunan Provinsi Riau tahun 2014, jumlah PNS sebanyak 151 orang dengan komposisi 99 orang laki-laki dan 52 orang perempuan serta tenaga honorer/operator sebanyak 54 orang. Keadaan sumberdaya manusia berdasarkan kualifikasi pangkat/golongan, pendidikan dan jabatan sebagai berikut: a. Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan pegawai tingkat sarjana dan sarjana muda sebanyak 79 orang (52,31 %), setingkat SLTA sebanyak 44 orang (29,13 %), tingkat pasca sarjana sebanyak 24 orang (15,89 %), tingkat SLTP sebanyak 2 orang (1,32 %) dan setingkat SD sebanyak 2 orang (1,32 %). Secara rinci kualifikasi pendidikan pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat pendidikan Pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1. Pasca Sarjana (S2) Sarjana (S1) Sarjana Muda (D1,2,3) 3 4. SLTA SLTP 2 6. SD 2 Jumlah 151 b. Pangkat dan Golongan Berdasarkan pangkat dan golongan, pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau terdiri dari 20 orang berpangkat Pembina/golongan IV, 111 orang berpangkat Penata/ golongan III, 18 orang berpangkat Pengatur/golongan II dan 7 orang berpangkat Juru/ golongan I. Secara rinci jumlah pegawai Dinas Perkebunan berdasarkan pangkat dan golongan dapat dilihat pada Tabel 2. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

21 Tabel 2. Tingkat Pangkat/Golongan Pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 No. Golongan / Pangkat Jumlah 1. IV / Pembina III / Penata II / Pengatur I / Juru 2 Jumlah 151 b. Jumlah Pejabat Struktural Formasi jabatan struktural pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau sebanyak 53 orang dan sudah terisi semua. Sedangkan jumlah pejabat fungsional sebanyak 2 orang. Secara rinci pejabat struktural dan fungsional Dinas Perkebunan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pejabat Struktural dan Fungsional pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 No. Pejabat Struktural/Fungsional Jumlah 1. Eselon II 1 2. Eselon III Eselon IV Fungsional 2 Jumlah 55 Dengan diberlakukannya Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 dan Peraturan Gubernur No. 29 Tahun 2015, maka formasi jabatan struktural pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau terdiri dari 1 Eselon II, 11 Eselon III dan 27 Eselon IV. Terjadi pengurangan formasi eselon III sebanyak 5 dan Eselon IV sebanyak Asset/Modal Berdasarkan Laporan Tahunan Barang Daerah tahun 2014, barang milik Dinas Perkebunan Provinsi Riau dapat dikelompokkan dalam 19 bidang barang terdiri dari tanah, gedung dan bangunan, alat-alat berat, alat-alat angkutan, alat-alat pertanian, alat-alat kantor dan rumah tangga, alat-alat studio, perpustakaan, barang bercorak kesehatan dan kebudayaan dan aset tetap lainnya dengan nilai Rp (sembilan puluh empat milyar tujuh ratus lima puluh dua juta dua ratus lima puluh tujuh ribu tujuh ratus delapan puluh enam rupiah). Kondisi barang bervariasi mulai dari yang baik, sedang dan rusak berat. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

22 2.3. Kinerja Pelayanan SKPD Pencapaian Kinerja Pencapaian kinerja pelayanan SKPD dapat diukur dari beberapa indikator, antara lain 1) Kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja perekonomian suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Selama periode tahun , pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau tanpa migas mengalami peningkatan. Tabel 4 menggambarkan nilai dan kontribusi PBRB perkebunan terhadap PDRB sektor pertanian dan PDRB Riau tanpa migas atas harga berlaku dan harga konstan. Tabel 4. Nilai dan Kontribusi PDRB Perkebunan terhadap PDRB Pertanian dan PDRB Riau Tanpa Migas No. Lapangan Usaha Tahun (Rp Juta) Atas Harga Berlaku 1. Pertanian , , ,71 2. Perkebunan , , , , , , ,60 3. PDRB TANPA MIGAS , , , , ,49 Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB 50,58 49,34 49,81 50,41 50,17 Pertanian (%) Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB 18,03 16,72 16,02 TANPA MIGAS 15,53 14,44 (%) Atas Harga Konstan 1. Pertanian , , , , ,97 2. Perkebunan , , ,06 3. PDRB TANPA MIGAS Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB Pertanian (%) Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB TANPA MIGAS (%) , , , , , , ,14 39,18 40,10 41,39 43,39 14,25 14,19 14,22 14,41 44,37 14,01 Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

23 Secara umum perekonomian Riau tanpa migas tahun didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi rata-rata sebesar 32 %, dan perkebunan memberikan kontribusi pada sektor pertanian rata-rata sebesar 50 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian terutama subsektor perkebunan memegang peranan yang penting dalam perekonomian Riau. 2) Nilai Tukar Petani Perkebunan Salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani dan keadaan perekonomian pedesaan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian. NTP diperoleh dari persentase rasio indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB). NTP > 100 menunjukkan kemampuan/daya beli (kesejahteraan) petani lebih baik dibandingkan keadaan pada tahun dasar, NTP = 100 berarti kemampuan /daya beli petani sama dengan keadaan pada tahun dasar, dan NTP < 100 menunjukkan kemampuan daya beli (kesejahteraan) petani menurun dibandingkan keadaan pada tahun dasar. Data pada Tabel 5 menunjukkan perkembangan NTP Perkebunan Provinsi Riau selama periode 5 (lima) tahun terakhir. Dari data yang disajikan pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa petani perkebunan (pekebun) di Provinsi Riau dapat dikatakan belum sejahtera dengan nilai NTP < 100 dan masih dibawah NTP Perkebunan secara Nasional. Tabel 5. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Tahun No. Uraian Tahun Riau 93,13 101,78 103,57 99,91 95,47 2. Nasional 105,46 106,50 109,58 108,34 106,38 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

24 3) Perkembangan Luas Areal Tanaman Perkebunan Luas pembangunan perkebunan wilayah Provinsi Riau berdasarkan data statistik perkebunan Provinsi Riau tahun 2013, areal perkebunan yang telah terbangun mencapai seluas Ha, luas areal perkebunan tersebut meliputi: Perkebunan Rakyat : Ha, (68,33 %) Perkebunan Besar Negara : Ha, (2,57 %) Perkebunan Basar Swasta : Ha, (29,08 %) Dari areal pembangunan perkebunan seluas Ha di wilayah Provinsi Riau tersebut terdapat 10 komoditi perkebunan yang berkembang, namun komoditi yang dominan dengan luas areal > Ha ada 5 (lima) yaitu Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Sagu dan Kakao. Dari 5 komoditi tersebut, karet dan kelapa sawit yang merata penyebarannya pada 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau, sedangkan kelapa dan sagu terdapat di daerah pesisir terutama di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kepulauan Meranti. Pada Tabel 6 menggambarkan perkembangan luas areal dari tahun 2009 sampai dengan tahun Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Tahun Komoditi Luas (Ha) Kenaikan (+/_ ) % 1. Kelapa Sawit ,69 2. Kelapa ,30 3. Karet ,53 4. Sagu ,3 5. Kakao ,68 6. Tanaman ,32 Lainnya Jumlah ,53 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (Statistik Perkebunan Tahun ) Dari Tabel 6. menunjukkan bahwa luas areal perkebunan selama periode tahun mengalami peningkatan dari Ha pada tahun 2009 menjadi Ha pada tahun 2013 atau rata-rata pertumbuhan luas areal sebesar 3,53 %. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

25 4) Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2013 produksi perkebunan di wilayah Provinsi Riau mencapai sebesar ton, hasil produksi perkebunan tersebut berasal dari: Perkebunan Rakyat : ton, (53,01 %) Perkebunan Besar Negara : ton, (4,03 %) Perkebunan Besar Swasta : ton, (42,95 %) Dari data luas areal dan produksi perkebunan yang telah diuraikan, kita dapat melihat perbandingan antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar baik swasta maupun BUMN. Dari segi luas areal, perkebunan rakyat lebih luas dari perkebunan besar yaitu Ha, sedangkan perkebunan besar (PBS dan PBN) mempunyai luas areal Ha dilain sisi produksi keduanya hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa produktivitas perkebunan rakyat masih rendah. Oleh karenanya diperlukan upayaupaya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat. Tabel 7. Perkembangan Produksi Perkebunan Tahun Komoditi Produksi (ton) Kenaikan (+/_ ) % 1. Kelapa Sawit ,33 2. Kelapa ,70 3. Karet ,24 4. Sagu ,90 5. Kakao ,37 6. Tanaman ,47 Lainnya Jumlah ,69 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (Statistik Perkebunan Tahun ) Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi perkebunan selama periode tahun mengalami peningkatan dari ton pada tahun 2009 menjadi ton pada tahun 2013 atau rata-rata kenaikan produksi sebesar 4,69 %. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

26 2.4. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Program dan Anggaran Program pembangunan perkebunan Provinsi Riau mengacu pada Permendagri No. 13 tahun 2006 serta program pada Kementerian Pertanian. Program pembangunan perkebunan terdiri dari 5 program utama, yaitu: 1. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan 2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan 3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 4. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 5. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Dalam rangka menyelenggarakan aspek manajerial, maka Dinas Perkebunan didukung dengan program: 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur 4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Untuk membiayai program dan kegiatan pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau, maka Dinas Perkebunan mendapatkan alokasi anggaran belanja yang terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Besarnya alokasi anggaran program dan kegiatan pada Dinas Perkebunan yang dituangkan dalam belanja langsung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, namun demikian rata-rata per tahunnya sebesar Rp yang secara rinci disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Perkembangan Alokasi Anggaran Dinas Perkebunan Provinsi Riau N0 URAIAN BELANJA TIDAK LANGSUNG 18,088,067,921 16,654,542,153 16,622,706,768 17,320,135, ,478,320, BELANJA LANGSUNG 41,598,558,216 43,039,932, ,900,247,038 43,703,480,540 86,741,975,000 JUMLAH 59,686,626,137 59,694,474,472 47,522,953,806 61,023,615, ,220,295,405 Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

27 Dari 5 program utama, selama periode tahun lebih difokuskan pada program peningkatan produksi pertanian/perkebunan dengan mendapatkan alokasi anggaran yang paling besar. Tabel 9. Perkembangan alokasi anggaran per program utama dapat dilihat pada Tabel 9. Perkembangan Alokasi Anggaran Per Program NO TAHUN PROGRAM ALOKASI ANGGARAN (Rp) Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Ketahanan Pangan Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Ketahanan Pangan Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Ketahanan Pangan Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Ketahanan Pangan Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Ketahanan Pangan Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

28 Realisasi Anggaran Dari pagu anggaran yang ditetapkan pada periode tahun , realisasi anggaran baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung rata-rata 67,37 %. Pada setiap tahun dari anggaran yang telah dialokasikan terdapat sisa anggaran baik dari Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung. Pada Belanja Langsung, anggaran yang tidak digunakan merupakan anggaran dari kegiatan yang tidak terlaksana, adanya efisiensi penggunaan anggaran terutama pada kegiatan yang pekerjaannya dilaksanakan oleh pihak ke-3 karena adanya selisih penawaran pada belanja modal dan efisiensi dalam pelaksanaan perjalanan dinas. Realisasi keuangan per kegiatan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Realisasi Anggaran Dinas PerkebunanTahun N0 URAIAN BELANJA TIDAK LANGSUNG (84,96 %) (88,24 %) (90,25 %) (93,06 %) (94,66 %) 2. BELANJA LANGSUNG (14,11 %) (35,80 %) (72,62 %) (80,27 %) (86,84 %) BELANJA DAERAH (35,58 %) (50,43 %) (78,79 %) (83,90 %) (88,16 %) 2.5. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Pada tingkat kabupaten/kota, kinerja pembangunan perkebunan juga diukur dengan indikator peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, terutama 2 komoditas perkebunan utama perbunan yaitu kelapa sawit dan karet. Selama 5 tahun terakhir menunjukkan kenaikan produksi rata-rata kelapa sawit 3,04 % dan karet 4,34 %. Sasaran utama pembangunan perkebunan pada tingkat provinsi adalah peningkatan produksi tanaman perkebunan, yaitu kelapa sawit, karet dan kelapa. Hasil yang dicapai selama 5 tahun terakhir kurang memuaskan, hanya kelapa sawit yang menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 0,78 % sedangkan karet dan kelapa cenderung menurun produksinya. Penyebab menurunnya produksi karet dan kelapa, antara lain terus Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

29 bertambahnya tanaman tua/rusak, adanya konversi ke tanaman lain (terutama kelapa sawit) yang lebih menjanjikan secara ekonomi. Sementara itu produksi kelapa sawit juga tidak begitu menggembirakan karena produktivitas yang masih rendah pada perkebunan rakyat yakni + 15 ton TBS/Ha/tahun. Kinerja pembangunan perkebunan secara nasional selama 5 tahun terakhir menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Indikator ekonomi makro sub sektor perkebunan, seperti pendapatan domestik bruto, neraca perdagangan, dan penyerapan tenaga kerja rakyat menunjukkan trend positif. Pada tataran mikro, kinerja pembangunan perkebunan juga cukup baik yang ditunjukkan antara lain melalui kenaikan produksi 15 komoditi nasional rata-rata sebesar 3,38 %, terutama untuk kelapa sawit, karet, dan kakao. Rencana tata ruang wilayah merupakan produk perencanaan ruang yang digunakan sebagi pedoman didalam melaksanaan kegiatan yang menggunakan ruang, sehingga segala bentuk perencanaan pembangunan harus mengacu pada rencana tata ruang yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau yang disesuaikan dengan potensi wilayah maka ditetapkan arahan pembangunan perkebunan adalah seluas Ha atau 33,14 % dari luas wilayah daratan Provinsi Riau Ha. Dalam draft revisi Peraturan Daerah No 10 tahun 1994, kawasan untuk pengembangan perkebunan adalah Ha. Dari arahan luas kawasan peruntukan perkebunan, berdasarkan data statistik perkebunan Provinsi Riau tahun 2013 yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan seluas Ha. Dengan demikian lahan yang masih tersisa untuk dimanfaatkan bagi pengembangan perkebunan seluas Ha. Dengan potensi ketersediaan lahan yang semakin kecil, maka arahan untuk pembangunan perkebunan pada periode 5 (lima) tahun ke depan lebih difokuskan pada optimasi penggunaan lahan dan memanfaatkan inovasi teknologi. Dokumen perencanaan pembangunan masih perlu sinergi terhadap kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) agar kebijakan pembangunan bidang perkebunan menjadi salah satu ujung tombak penciptaan green economy yang tentu selaras dengan isu-isu lingkungan hidup. Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya, menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

30 kepentingan yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan. Dalam KLHS terdapat 6 aspek kajian, yaitu: 1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untk pembangunan 2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup 3. Kinerja layanan/jasa ekosistem 4. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam (SDA) 5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim 6. Tingkat ketahanan dan potensi keragaman hayati Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan perkebunan terkait dengan 6 aspek tersebut, antara lain sebagai berikut: 1. Karekteristik lahan, kondisi fisik kimia tanah, ketersediaan dan suplai air, aspek topografi, geomorfologi, pola hidrologi maupun aksesibilitas menjadi faktor yang perlu diperhitungkan untuk merancang kawasan. 2. Penanganan budidaya dan produksi serta tata kelola teknologi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 3. Penanganan pasca panen dan aplikasi teknologi pasca panen yang ramah lingkungan jika tidak diterapkan akan berdampak pada menurunnya mutu, rendahnya nilai jual, turunnya nilai kompetitif. 4. Layanan pengaturan ekosistem melalui optimalisasi pemanfaatan lahan dan pengaturan pola tanam. 5. Layanan kultural melalui aplikasi pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat dalam mengelola SDA. 6. Penggunaan lahan sesuai dengan jenis peruntukan lahan, potensi SDA yang tersedia dan SDM yang terlibat. 7. Efisiensi dalam pengadaan produk pendukung (pupuk, pestisida, benih), teknologi infrastruktur pendukung (alat/mekanisasi), SDA pendukung (air, media tanah) yang akan diterapkan 8. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perkebunan akan membentuk ekosistem buatan, terjadinya perubahan ekosistem alami secara terus menerus berdampak pada meningkatnya kerentanan ekosistem, dan kondisi ini mempengaruhi tingkat adaptasi terhadap perubahan iklim. 9. Pola budidaya monokultur ditinjau dari aspek keseimbangan ekosistem akan mengancam keanekaragaman hayati. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

31 Berdasarkan analisis hal-hal tersebut di atas, maka tantangan dan peluang pengembangan pelayanan Dinas Perkebunan sebagai berikut: 1. Tantangan Produktivitas tanaman perkebunan yang masih rendah Terbatasnya lahan untuk pengembangan perkebunan. Kurangnya infrastruktur, sarana dan prasarana produksi Isu lingkungan hidup dan globalisasi Kesejahteraan petani/pekebun masih rendah (NTP < 100) 2. Peluang Potensi sumberdaya perkebunan masih dapat ditingkatkan untuk pengembangan industri hilir (bioindustri dan bioenergi) Meningkatnya permintaan pasar domestik dan luar negeri Iklim investasi terhadap produk perkebunan kondusif Meningkatnya kebutuhan terhadap bahan pangan Mitigasi dan antisipasi perubahan iklim sudah menjadi komitmen pemerintah Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

32 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada Bab ini berisikan tentang isu-isu strategis yang diperoleh dari identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau, telaahan terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah terpilih, dan telaahan terhadap Renstra Kementerian/Lembaga serta telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tugas pokok Dinas Perkebunan Provinsi Riau adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan bidang perkebunan serta dapat ditugaskan untuk melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi dan menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis bidang perkebunan; penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang perkebunan; pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perkebunan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsi. Dalam penyelenggaraan pelayanan sesuai tugas pokok dan fungsi tersebut, terdapat permasalahan-permasalahan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil analisis dari aspek gambaran pelayanan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Rendahnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan Pada dasarnya, produksi perkebunan dipengaruhi oleh produktivitas dan luasan areal tanam. Produktivitas tanam ini juga harus diimbangi dengan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pengembangan produktivitas. Hal-hal yang menyebabkan produktivitas yang rendah antara lain: a. Kebun dengan kondisi tanaman tua dan rusak (TTR) cukup luas; b. Belum optimalnya peggunaan benih unggul bermutu/bersertifikat serta sarana produksi lainnya c. Kurang tersedianya benih bermutu di masyarakat; Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

33 d. Belum terpenuhinya standar populasi tanaman per hektar; e. Pengendalian OPT belum dilakukan secara terpadu dan ramah lingkungan; f. Adanya gangguan usaha dan konflik perkebunan; g. Dukungan penerapan teknologi budidaya yang rendah; h. Terbatasnya SDM petani dan petugas lapangan; i. Budaya dan perilaku petani lokal yang tidak kompetitif; j. Perubahan iklim. 2. Ketersediaan dan pemanfaatan lahan Peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan distribusinya yang tidak merata mengakibatkan daya dukung lahan terlampaui. Kondisi demikian menimbulkan terjadinya kompetisi pemanfaatan yang kurang sehat bagi kepentingan multi sektoral yang seringkali menjadi pemicu terjadinya kasus gangguan usaha perkebunan. Disisi lain, sebagian lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman perkebunan belum diusahakan dalam usaha dan hamparan yang ekonomis sehingga dapat mengurangi efisiensi dan efektifitas usaha yang pada gilirannya mengurangi nilai tambah bagi petani. Hal-hal yang perlu dicermati berhubungan dengan ketersediaan dan pemanfaatan lahan, meliputi: a. Perubahan RTRW yang belum tuntas; b. Sebagian lahan masih berstatus dalam hutan; c. Komitmen pengusaha yang masih perlu didukung kebijakan. 3. Rendahnya nilai tambah dan daya saing produk Salah satu permasalahan yang dialami oleh perkebunan yang dikelola oleh masyarakat adalah mutu hasil produk rendah yang disebabkan terkontaminasi dengan kotoran dan benda-benda asing lainnya serta pengeringan kurang sempurna. Hal ini menyebabkan harga yang diterima petani rendah sehingga merugikan petani dan kalah bersaing di pasar internasional. Hal-hal yang perlu dicermati berhubungan dengan nilai tambah dan daya saing produk adalah penanganan pasca panen, pembinaan mutu dan pemasaran hasil perkebunan. 4. Akses Pekebun Terhadap Sumber Permodalan Lemahnya permodalan masih merupakan kendala yang dihadapi petani dalam memulai atau mengembangkan usahanya sehingga harus meminjam ke pihak lain. Sulitnya mengakses permodalan kepada perbankan atau lembaga keuangan resmi Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

34 lainnya menyebabkan petani mencari pinjaman modal kepada para pemilik modal yang umumnya adalah pedagang hasil perkebunan dengan sistem ijon sehingga petani tidak leluasa menjual hasil panennya. Sebagian pekebun meminjam modal kepada rentenir dengan bunga pinjaman yang tinggi. Meskipun Pemerintah telah menyediakan kredit melalui skim kredit program kredit program Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RE), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit komersial lainnya, namun fasilitas kredit tersebut pada kenyataannya masih sulit diakses oleh pekebun. Hal ini disebabkan, antara lain: a. Petani belum dapat memenuhi persyaratan administrasi perbankan; b. Resiko agribisnis perkebunan yang cukup tinggi; c. Belum tersedianya lembaga keuangan dan perbankan yang khusus bergerak dibidang perkebunan; d. Belum tersedianya lembaga penjamin resiko usaha perkebunan. 5. Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan Jumlah dan kualifikasi sumberdaya manusia yang menangani bidang perkebunan masih sangat terbatas dan kurang memadai ditambah kurangnya pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas lapangan perkebunan sehingga akan menghambat perkembangan perkebunan ke depan. Masalah kelembagaan juga menjadi tantangan yang serius karena belum optimalnya kemitraan antara perusahaan perkebunan besar dengan kelompok petani dan belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat. 6. Isu Lingkungan Hidup dan Globalisasi Isu lingkungan hidup dan globalisasi yang menjadi perhatian, antara lain: a. Perubahan iklim Berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan manusia menghasilkan produk sampingan yang disebut dengan gas rumah kaca khususnya dari kegiatan yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak) seperti proses industri dan transportasi. Gas rumah kaca yang utama yang dihasilkan dari kegiatan tersebut adalah gas CO 2, Metan (CH 4 ), dan Nitrogen Dioksida (N 2 O). Sebagai akibat terakumlasinya gas rumah kaca di dalam atmosfir maka dapat meningkatkan suhu rata-rata atmosfir. Meningkatnya suhu mengakibatkan terjadinya perubahan pola tekanan sirkulasi udara, laju penguapan serta pergeseran musim hujan dan musim kemarau. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

35 Terjadinya perubahan iklim akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap sektor pertanian. Perubahan iklim tidak hanya berpengaruh dalam proses produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian, tetapi juga akan mempengaruhi keseimbangan alam yang menyebabkan berubahnya populasi dan tingkat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tertentu. Dampak perubahan iklim juga mengakibatkan kebakaran, kekeringan dan kebanjiran. Kebakaran lahan dan kebun merupakan kejadian yang berulang setiap tahun karena kurangnya kesadaran masyarakat dan tingginya biaya untuk membuka lahan tanpa bakar. b. Liberalisasi pasar global Sebagai salah satu fenomena globalisasi, isu liberalisasi pasar global atau liberalisasi perdagangan semakin marak setelah disetujui dan ditandatanganinya kesepakatan General Agreement on Tariff and Trade (GATT)-putaran Uruguay oleh 122 negara anggota termasuk Indonesia pada tanggal 15 April Pada pertemuan tersebut disetujui pula perubahan nama GATT menjadi World Trade Organization (WTO). Pentingnya perdagangan bebas antar negara, maka negaranegara pada suatu kawasan dengan kesamaan potensi dan kebutuhan maupun hubungan geografis dan tradisional terdorong untuk membentuk kelompok/kawasan perdagangan bebas (free trade area) seperti AFTA (Asean Free Trade Area), NAFTA (North America Free Trade Area), APEC (Asia Pasific Economic Cummunity), Uni Eropa (European Union), ACFTA (Asean-China Free Trade Area). Sebagai bagian dari tatanan perekonomian dunia, Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka harus ikut melaksanakan perdagangan bebas. Komitmen mengenai hal itu dimanifestasikan dalam bentuk keikutsertaan Indonesia pada AFTA, APEC, ACFTA dan WTO. Secara umum komitmen negara-negara yang terlibat liberalisasi pasar global adalah menghilangkan secara bertahap hambatan tarif dan sebagai gantinya menerapkan hambatan non tarif dalam mekanisme ekspor-impor. Meskipun hambatan tarif dapat diatasi secara bertahap, namun Agribisnis Indonesia akan menghadapi masalah yang lebih berat, yaitu hambatan non tarif berupa hambatan teknis seperti isu mutu produk, isu lingkungan, isu intelectual property right, isu Hak Asasi Manusia (HAM) dan isu ketenagakerjaan. Liberalisasi pasar global juga berimplikasi pada hilangnya batas-batas geografis suatu negara sehingga memungkinkan penguasaan sumberdaya oleh pihak Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

36 asing/negara lain melalui perusahaan global, aliansi strategis dan perusahaan multi nasional Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Visi, misi dan program Kepala Daerah (KDH) dan Wakil Kepala Daerah (Wakil KDH) Terpilih dituangkan ke dalam Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD merupakan dokumen pembangunan daerah 5 (lima) tahunan. RPJMD periode tahun juga merupakan tahap ketiga pembangunan jangka panjang daerah (RPJP) Provinsi Riau Dengan mempertimbangkan tahapan pembangunan jangka panjang daerah, potensi, permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi serta isu-isu strategis, maka dirumuskan visi pembangunan jangka menengah daerah tahun : Terwujudnya Provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera, berbudaya Melayu dan berdaya saing tinggi, menurunnya kemiskinan, tersedianya lapangan kerja serta pemantapan aparatur. Untuk mencapai visi tersebut, maka ditetapkan 9 misi pembangunan jangka menengah daerah tahun sebagai berikut: 1. Meningkatkan pembangunan infrasturktur 2. Meningkatkan pelayanan pendidikan 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan 4. Memberantas kemiskinan 5. Mewujudkan pemerintahan yang handal dan terpercaya serta pemantapan kehidupan politik 6. Pembangunan masyarakat berbudaya Melayu, beriman dan bertaqwa 7. Memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan 8. Meningkatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta pariwisata 9. Meningkatkan peran swasta dalam pembangunan Dalam rangka mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi, dan sesuai dengan tugas dan fungsinya, maka Dinas Perkebunan Provinsi Riau akan mendukung terlaksananya Misi 7, yaitu : Memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan. Tujuan dan sasaran yang hendak dicapai melalui misi 7 adalah sebagai berikut: Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

37 1. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang, dengan sasaran: optimalisasi lahan dan diversifikasi 2. Meningkatkan nilai tambah produksi pertanian dan perkebunan, dengan sasaran: meningkatkan jumlah industri olahan produk pertanian dan perkebunan. 3. Meningkatkan kesejahteraan petani, dengan sasaran: meningkatkan nilai tukar petani. Secara umum strategi yang diterapkan untuk mencapai sasaran pembangunan jangka menengah daerah Provinsi Riau, dengan pendekatan sebagai berikut: 1. Pendekatan Pembangunan yang terpusat pada rakyat (people centererd development) dalam mengangkat harkat dan martabat masyarakat Provinsi Riau; 2. Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat (partisipatory base development) melalui pendidikan dan ketrampilan yang dilandasi IPTEK dan IMTAQ untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Riau; 3. Pendekatan pertumbuhan ekonomi inklusif (Pro Growth) dengan mengembangkan investasi dunia usaha; 4. Pendekatan Pro Job; menciptakan investasi yang mapan untuk menjamin kesempatan kerja permanen, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan membuka peluang kerja; 5. Pendekatan kewilayahan dan lingkungan, sebagai wujud dari kepedulian terhadap lingkungan dengan melaksanakan dengan melaksanakan pengembangan wilayah secara terpadu dan seimbang melalui penguatan fungsi pusat-pusat pelayanan dan pengembangan prasarana wilayah, pemulihan kawasan lindung dan kawasan hutan, penguatan fungsi dan pengembangan pemanfaatan kawasan pesisir dan kelautan, menjaga dan mengawasi luas kawasan hutan yang sudah ditetapkan pemerintah dan meningkatkan mutu kawasan hutan. Strategi khusus dalam rangka memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan (misi 7) adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan penguatan pangan, peningkatan produksi dan keanekaragamanan pangan; 2. Mewujudkan kemandirian desa melalui kedaulatan pangan; 3. Peningkatan diversifikasi dan konsumsi melalui sumberdaya lokal; 4. Mengembangkan industri hilir pertanian/kehutanan; Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

38 5. Meningkatkan nilai tukar petani. Untuk mewujudkan sasaran dan strategi dari misi 7 maka ditetapkan 27 program pembangunan daerah, namun program yang menjadi tanggungjawab Dinas Perkebunan ada 5 (lima) program, yaitu: 1. Program peningkatan ketahanan pangan 2. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan 3. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan 4. Program peningkatan kesejahteraan petani 5. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan Dalam melakukan pelayanan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Riau untuk mewujudkan tercapainya sasaran melalui 5 (lima) program yang menjadi tanggung jawab Dinas Perkebunan, dihadapi berbagai permasalahan sebagai berikut: 1. Peningkatan jumlah tanaman perkebunan yang tua/rusak; 2. Peningkatan jumlah petani marjinal/gurem; 3. Sumberdaya lahan yang makin terbatas; 4. Perubahan iklim global; 5. Kondisi infrastruktur yang kurang menunjang; 6. Masih kurang memadainya sumberdaya manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas, terutama tenaga teknis; 7. Penyediaan sarana dan prasarana produksi yang belum optimal; Meskipun demikian terdapat faktor pendorong untuk tercapainya sasaran misi ke-7, antara lain: 1. Tersedianya norma, standar, prosedur, kriteria, pedoman umum, pedoman teknis, kebijakan; 2. Tersedianya Teknologi; 3. Tersedianya anggaran, baik APBD maupun APBN Telaahan Renstra Kementerian dan Lembaga Pelaksanaan pembangunan pertanian periode tahun merupakan tahap ke-3 dari pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Nasional (RPJP) tahun Oleh karena itu diarahkan untuk menyelesaikan dan melanjutkan kegiatan pembangunan periode sebelumnya serta menjawab isu-isu terkini, serta mengacu pada Strategi Induk Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

39 Pembangunan Pertanian (SIPP) tahun Selama 5 tahun ke depan ( ), dalam membangun pertanian di Indonesia, Kementerian Pertanian mencanangkan 4 sasaran strategis, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, dalam rangka pemenuhan permintaan pangan nasional melalui produksi komoditas pangan utama yaitu padi, jagung, kedelai, gula, daging unggas, daging sapi/kerbau. Sebagai indikator kinerja utama dari sasaran ini adalah tingkat produksi padi, jagung, kedelai, gula dan daging. 2. Pengembangan ekspor dan substitusi impor produk pertanian, dalam rangka meningkatkan mutu dan memberikan nilai tambah bagi produk pertanian melalui kegiatan ekspor, mengurangi impor produk pertanian melalui substitusi impor. Pengembangan ekspor difokuskan pada produk segar dan olahan dari komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kopi, lada, teh dan lainnya, sedangkan penurunan impor atau substitusi impor difokuskan pada produk segar dan olahan dari kedelai, gula, daging, sorgum, gandum dan susu. Sebagai indikator kinerja utama dari sasaran ini adalah neraca perdagangan internasional produk pertanian. 3. Pengembangan penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi, dalam rangka penyediaan bahan baku bioindustri dan energi terbarukan dari komoditas pertanian untuk memberikan nilai tambah dari suatu produk, komoditas yang dikembangkan mencakup kelapa sawit, kemiri sunan, ubi kayu, sapi potong dan lain-lain. Sebagai indikator kinerja utama dari sasaran ini adalah tingkat produksi tanaman bahan baku industri dan produksi bahan bakar nabati. 4. Pengembangan infrastruktur pertanian, terfasilitasinya sarana dan prarsarana yang diperlukan dalam kegiatan prasarana lahan, prasarana air, alat pra panen, panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Sebagai indikator kinerja utama dari sasaran ini adalah jumlah sarana dan prasarana produksi pertanian. Untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan 5 strategi, yaitu: 1. Menjadikan basis produksi komoditas pangan, komoditas ekspor, penyedia bahan baku bioindustri dan bioenergi dengan pendekatan kawasan. Pendekatan ini dimaksudkan memadukan serangkaian program dan kegiatan pembangunan pertanian menjadi suatu kesatuan yang utuh, baik dalam persepektif sistem maupun kewilayahan, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing komoditas, wilayah serta pada gilirannya peningkatan kesejahteraan petani. 2. Meningkatkan kualitas, nilai tambah dan daya saing produk pertanian. Terdapat berbagai langkah untuk meningkatkan mutu produk pertanian seperti pembinaan Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

40 petani dan pelaku agribisnis, pengembangan infrastruktur, teknologi serta sarana dan prasarana pertanian untuk merespon tuntutan pasar produk pertanian bermutu, baik untuk pasar domestik maupun internasional. 3. Menyediakan prasarana dan sarana dasar pertanian. Prasarana dan sarana dasar pertanian terdiri dari prasarana dan sarana dasar hulu dan hilir. Prasarana dan sarana dasar hulu pertanian merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk meningkatkan hasil pertanian dan berperan merangsang pertumbuhan ekonomi, misalnya jaringan irigasi. Sedangkan Prasarana dan sarana dasar hilir pertanian merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, misalnya pasar desa. Prasarana dan sarana dasar biasanya diselenggarakan oleh pemerintah karena sifatnya dibutuhkan masyarakat luas. Namun dalam penyediaanya, pemerintah dapat bekerjasama dengan badan usaha sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. 4. Memberikan perlindungan dan pemberdayaan petani. Perlindungan petani yang perlu mendapatkan perhatian, yakni sarana dan prasarana produksi pertanian serta kepastian usaha, perlindungan harga komoditas pertanian, penghapusan praktek ekonomi biaya tinggi, ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa, sistem peringatan dini dan penanganan dampak pendperubahan iklim serta asuransi pertanian. Sementara di bidang pemberdayaan, pemberdayaan, pemerintah wajib melakukan pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian, penyediaan fasilitas pembiayaan dan permodalan, kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi serta penguatan kelembagaan petani. Strategi ini dalam rangka implementasi dari amanat UU 19/2103 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. 5. Meningkatkan tatakelola pemerintahan yang baik. Dalam rangka meningkatkan kinerja birokrasi, pemerintah telah menetapkan prioritas pembangunan pada penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Salah satu instrumen penting untuk mewujudkan tata pemerintah yang bersih dan berwibawa adalah melalui Reformasi Birokrasi. Tujuan akhir dari Reformasi Birokrasi adalah terwujudnya pelayanan publik yang prima (cepat, tepat, murah, transparan dan akuntabel) serta peningkatan kinerja birokrasi yang semakin baik. Tata kelola Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

41 pemerintahan yang transparan dan bersih merupakan dasar mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan petani pada khususnya. Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan untuk melaksanakan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran ditetapkan kebijakan pembangunan pertanian sebagai berikut: 1. Kebijakan peningkatan ketahanan pangan (padi, jagung, kedelai, tebu, sapi, cabai dan bawang merah) yang berdampak bagi perekonomian. Sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia, cukup wajar kalau ketahanan pangan selalu menjadi fokus perhatian kebijakan pemerintah. Ditambah dengan harga pangan dunia yang cenderung berfluktuasi, berbagai kebijakan, program dan investasi mulai lebih banyak diarahkan untuk memperkuat ketahanan pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia, dan sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Sejalan dengan perubahan paradigma dari sistem pertanian konvensional menuju sistem pertanian bioindustri berkelanjutan, periode pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan fokus pada pengembangan 7 bahan pokok strategis, yaitu: padi, jagung, kedelai, gula (tebu), daging sapi, cabai dan bawang merah. Terkait cabai dan bawang merah merupakan komoditas tambahan dan dianggap strategis karena berpengaruh terhadap gejolak perekonomian nasional. Dari 7 bahan pokok tersebut, hanya padi yang ditargetkan untuk pencapaian swasembada, selebihnya diprioritaskan untuk peningkatan produksi dan produktivitas. 2. Kebijakan pengembangan komoditas ekspor dan substitusi impor serta komoditas penyedia bahan baku bioindustri dan bioenergi. Sebagai salah satu negara utama yang memproduksi dan pengekspor komoditas, Indonesia lebih rentan terhadap efek dari volatilitas harga di pasar komoditas global. Keadaan tersebut memerlukan kebijakan yang efektif pada saat harga komoditas turun maupun naik. Pada saat ini neraca perdagangan hasil pertanian yang surplus dari subsektor perkebunan, yaitu kelapa sawit, karet, kakao dan kopi. Sebagian besar produk diekspor dalam bentuk primer atau produk mentah, artinya tidak memiliki nilai tambah pengolahan hasil. Langkah strategis yang dilakukan berupa 50 % dari produk primer pertanian diolah di dalam negeri dan produk yang dihasilkan berbasis sumberdaya lokal. Keuntungan yang diperoleh dari meningkatnya kegiatan ekspor antara lain: (1) meningkatnya sumber pendapatan negara dan pajak, (2) menekan pengangguran, (3) Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

42 berkembangnya usaha pertanian off-farm, (4) tumbuhnya pusat ekonomi baru, dan (5) meningkatnya daya beli masyarakat. Teknologi berperan penting di dalam penginovasian produk sehingga dapat memiliki nilai tambah. Oleh karena itu perlu industrialisasi dengan memanfaatkan teknologi yang dibangun di pedesaan. Namun dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan akan komoditas pangan meningkat sementara di dalam negeri belum mampu mencukupinya. Akhirnya impor tak dapat dielakkan. Kebijakan yang diambil untuk menekan laju impor diperlukan strategi peningkatan produksi melalui: (1) peningkatan produktivitas, (2) perluasan areal tanam, (3) peningkatan effisiensi produksi, (4) penguatan kelembagraan petani, (5) peningkatan kualitas produk, (6) peningkatan nilai tambah, (7) perbaikan akses pasar, (8) perbaikan sistem permodalan, (9) pengembangan infrastruktur, serta (10) pengaturan tata niaga dan insentif usaha. Sedangkan pengembangan komoditas bahan baku bioindustri dan bioenergi (Bahan Bakar Nabati) masih relevan dengan Inpres No. 1 tahun Untuk itu Kementerian Pertanian melanjutkan program tersebut dengan berbagai kebijakan, antara lain: (1) kebijakan jangka pendek berupa penyediaan bahan baku untuk mengembangkan dan mengintensifkan komoditas yang sudah ditanam secara luas, (2) kebijakan jangka menengah dengan mengkaji dan mengembangkan komoditas potensial penghasil bioenergi, dan (3) kebijakan jangka panjang ditekankan pada pemanfaatan biomassa limbah pertanian (generasi kedua). Untuk mendukung kebijakan tersebut, perlu mengedepankan berbagai aspek seperti riset bioteknologi (pengembangan bibit varietas unggul bahan baku BBN untuk menghasilkan jenis BBN biodiesel, bioetanol, biooil dan biogas), dukungan infrastruktur yang meliputi akses dari petani ke industri pengembangan BBN dan pasar, penciptaan pasar 3. Kebijakan peningkatan daya saing produk pertanian melalui standarisasi produk dan proses, peningkatan rantai pasok (supply chain) dan rantai nilai (value chain), mutu dan keamanan pangan. 4. Kebijakan pengembangan infrastruktur (lahan, air, sarana dan prasarana) dan agroindustri di perdesaan sebagai dasar/landasan pengembangan bioindustri berkelanjutan. 5. Kebijakan reorientasi produksi dari 1 jenis produk menjadi multi produk (produk utama, bioenergi, produk sampingan, produk dari limbah, zerro waste dan lainnya). 6. Kebijakan pengembangan kawasan/klaster, yaitu pada kawasan tertentu yang mengungkit pencapaian target nasional. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

43 Pembangunan pertanian pada periode diarahkan pada pembangunan berbasis kawasan yang tidak terpisahkan oleh administrasi. Kawasan dapat dikelompokkan menjadi kawasan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Dalam membangun sebuah kawasan tidak harus dimulai dari awal tetapi juga bisa memanfaatkan kawasan yang sudah ada. Pembangunan pada kawasan baru lebih dominan pada pembangunan infrastruktur pertanian (mulai jalan usaha tani sampai penyediaan benih), sedangkan pengembangan kawasan yang sudah ada lebih dominan pada penguatan kelembagaan dan sumberdaya manusianya sehingga mampu untuk melakukan perluasan usaha. Pendekatan pengembangan kawasan dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan mendorong keberlanjutan kawasan komoditas unggulan dengan pendekatan agroekosistem, sistem agribisnis, partisipatif dan terpadu. Khusus kawasan perkebunan selain ke-4 pendekatan tersebut ada 1 lagi pendekatan yang digunakan, yaitu diversifikasi integratif. 7. Kebijakan sistem perbenihan/pembibitan, perlindungan petani, kelembagaan ekonomi petani, inovasi dan diseminasi teknologi, penyuluhan, dan kebijakan sistem perkarantinaan pertanian. 8. Kebijakan pendukung program tematik: MP3EI, MP3KI, Pengarusutamaan Gender (PUG), Kerjasama Selatan-Selatan (KSS), ketenagakerjaan, percepatan daerah tertinggal, kawasan khusus dan wilayah perbatasan serta Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. 9. Kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sertai penanganan pasca bencana alam. 10. Kebijakan subsidi Subsidi pertanian merupakan subsid dari pemerintah yang dibayarkan kepada petani dan pelaku agribisnis untuk melengkapi sumber pendapatan mereka, mengelola suplai komoditas pertanian dan mempengaruhi permintaan dan penawaran komoditas tertentu. Subsidi pertanian terdiri dari subsidi pupuk dan subsidi benih. Subsidi pupuk difokuskan untuk mengurangi pupuk tunggal dan menaikkan pupuk majemuk. Sedangkan subsidi benih difokuskan pada subsidi penyediaan benih sumber dan kegiatan pemberdayaan penguatan penangkar memproduksi benih sebar. 11. Kebijakan kredit Kredit sektor pertanian pada umumnya adalah kredit program yang bersifat kredit massal atau bersifat kelompok dengan dana dari kredit Likuiditas Bank Indonesia. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

44 12. Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati Kebijakan yang terkait dengan keanekaragamam hayati meliputi: (1) peningkatan pemahaman tentang pengelolaan keanekaragaman hayati dalam kegiatan pembangunan pertanian berkelanjutan, (2) perlindungan, pelestarian dan rehabilitasi keanekaragaman hayati, (3) memberi manfaat dan nilai ekonomi dari kekayaan hayati melalui peningkatan keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan baru lokal dalam mendukung diversifikasi pangan, biofarmaka, kosmetika, dan pemanfaatan lainnya, serta (4) dukungan pengembangan Iptek dan peningkatan kapasitas pengelolaan keanekaragaman hayati. 13. Kebijakan tatakelola kepemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi Tatakelola pemerintahan yang baik merupakan tatanan pengelolaan pemerintahan dengan penerapan prinsip-prinsip antara lain keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, supremasi hukum, keadilan serta partisipasi. Reformasi birokrasi diperlukan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan kepemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi) ketatalaksanaan dan sumberdaya manusia aparatur. Nomenklatur program pembangunan pertanian merupakan penyempurnaan terhadap nomenklatur program pembangunan pertanian tahun dan mengacu kepada 4 sasaran strategis tersebut, yaitu: 1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. 2. Program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Pertanian. 3. Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil produksi tanaman pangan 4. Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman hortikultura ramah lingkungan 5. Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan 6. Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat 7. Program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian 8. Program penciptaan teknologi dan inovasi pertanian bioindustri berkelanjutan 9. Program peningkatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan pertanian 10. Program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

45 11. Program peningkatan kualitas pengkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati Setiap program disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Eselon I lingkup Kementerian Pertanian sehingga setiap eselon I bertanggungjawab terhadap 1 program. Kemudian program dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan dan selanjutnya dirinci menjadi komponen-komponen kegiatan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, program Kementerian Pertanian, yang berkaitan secara langsung dengan Dinas Perkebunan adalah: Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan yang merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam rangka mendukung Visi Kementerian Pertanian tahun untuk mewujudkan sistem pertanian bio-industry berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis sumber daya lokal untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan Visi Pembangunan Perkebunan tahun yaitu meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal untuk memperkokoh fondasi sistem pertanian bio-industry berkelanjutan, dengan misi sebagai berikut: 1) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran dan kerjasama teknis yang berkualitas; pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas; memberikan pelayanan umum, organisasi, tata laksana, kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas; melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas. 2) Mendorong upaya peningkatan produksi dan produktivitas usaha budidaya tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan. 3) Menfasilitasi terwujudnya integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan pendekatan kawasan; memotivasi petani/pekebun dalam penerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi lokal/ wilayah setempat; serta mendorong pemberdayaan petani dan penumbuhan kelembagaan petani. 4) Menfasilitasi ketersediaan teknologi, sistem perlindungan perkebunan, pengamatan, pemantauan dan pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) dan penanganan dampak perubahan iklim. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

46 5) Menfasilitasi peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pascapanen budidaya tanaman semusim, tanaman rempah penyegar dan tanaman tahunan. 6) Menfasilitasi peningkatan bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan seperti ISPO (Indonesia Suistainable Palm Oil), PIR (Perkebunan Inti Rakyat), Rekomtek (Rekomendasi Teknis) dan lain-lain. 7) Menfasilitasi peningkatan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan. Dalam rangka mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional tahun dan kebijakan Kementerian Pertanian tahun , maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan arah kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun sebagai dasar pelaksanaan strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Arah kebijakan pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang ditetapkan menjadi Arah Kebijakan Umum dan Arah Kebijakan Khusus. A. Arah Kebijakan Umum Arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun yaitu peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, yaitu: 1. Pengembangan komoditas perkebunan strategis; 2. Pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan perkebunan; 3. Pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan; 4. Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan; 5. Pengembangan dan penguatan sistem pembiayaan perkebunan; 6. Pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur pendukung usaha agribisnis perkebunan; 7. Perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup; 8. Peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlindungan perkebunan; 9. Penguatan tata kelola kepemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi sebagai dasar pelayanan prima. B. Arah Kebijakan Khusus Arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan perkebunan tahun yang ditetapkan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun , yaitu: Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

47 1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2. Pengembangan penyediaan bahan baku bio-energy dalam mewujudkan fondasi sistem pertanian bio-industry; 3. Peningkatan komoditas berorientasi nilai tambah serta komoditas andalan dan potensial/prospektif ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan. Salah satu arah kebijakan umum pembangunan perkebunan adalah Pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan, arah kebijakan ini dimaksudkan sebagai implementasi Peraturan Menteri Pertanian No. 50/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian yang mengamanatkan penetapan kawasan pertanian nasional termasuk kawasan perkebunan melalui pengembangan komoditas unggulan nasional. Kawasan perkebunan adalah wilayah pembangunan perkebunan sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan serta usaha agribisnis perkebunan yang berkelanjutan. Kawasan tersebut disatukan oleh faktor alamiah, kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan infrastruktur pertanian serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha perkebunan. Kawasan perkebunan dapat berupa kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru yang sesuai dengan persyaratan bagi masing-masing jenis budidaya tanaman perkebunan, dan lokasinya disatukan oleh agroekosistem yang sama. Kriteria khusus kawasan perkebunan diantaranya: 1. Pengusahaannya dilakukan sebagai usaha perkebunan rakyat dan/atau sebagai usaha perkebunan besar dengan pendekatan skala ekonomi; 2. Usaha perkebunan besar bermitra dengan usaha perkebunan rakyat secara berkelanjutan, baik melalui pola perusahaan inti-plasma, perkebunan rakyat dengan perusahaan mitra (kemitraan), kerjasama pengolahan hasil dan bentukbentuk kerjasama lainnya; 3. Arah pengembangannya dilaksanakan dalam bingkai prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, diantaranya: kelapa sawit menerapkan sistem ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

48 Pada tahun untuk komoditas perkebunan yang akan dikembangkan adalah: kelompok pangan: kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, tebu, sagu dan non pangan: karet, kapas, tembakau, cengkeh, nilam, kemiri sunan dan pala. Berdasarkan sasaran jangka menengah Kementerian Pertanian, maka pembangunan perkebunan di Riau ke depannya juga diarahkan untuk mendukung terwujudnya pengembangan kawasan berbasis komoditi, pengembangan komoditi perkebunan untuk bahan baku bioindustri dan bioenergi, antara lain kelapa sawit, karet, kelapa, sagu dan lain-lain, pengembangan infrastruktur pertanian serta peningkatan mutu hasil perkebunan. Namun demikian untuk pelaksanaannya terdapat berbagai permasalahan dan hambatan, antara lain: 1. Berkenaan dengan penyediaan lahan perkebunan, antara lain: 1) perubahan RTRW yang belum tuntas, 2) sebagian lahan masih berstatus dalam hutan; 2. Penanganan pengembangan budidaya, antara lain: 1) ketersediaan benih unggul, 2) ketersediaan sarana dan prasarana, 3) sumberdaya manusia 3. Kondisi kebun pada saat ini sebagian besar tanamannya dalam keadaan tua/rusak sehingga memerlukan investasi yang cukup besar untuk peremajaan sementara anggaran pemerintah (pusat dan daerah) terbatas. 4. Sistem standarisasi pertanian belum optimal sehingga petani masih menjual produk yang beragam kualitasnya Telaahan RTRW dan KLHS Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTR) Provinsi Riau yang disesuaikan dengan potensi wilayah maka ditetapkan arahan pembangunan perkebunan adalah seluas Ha atau 33,14 % dari luas wilayah daratan Provinsi Riau Ha. Dalam draft revisi Peraturan Daerah No 10 tahun 1994, kawasan untuk pengembangan perkebunan adalah Ha. Dari arahan luas kawasan peruntukan perkebunan, berdasarkan data statistik perkebunan Provinsi Riau tahun 2013 yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan seluas Ha. Luas areal perkebunan tersebut terdiri dari: Perkebunan Rakyat : Ha, (68,84 %) Perkebunan Besar Negara : Ha, (2,55 %) Perkebunan Basar Swasta : Ha, (28,60 %) Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

49 Pada umumnya komoditi perkebunan yang dikembangkan oleh masyarakat di daerah Riau adalah karet, kelapa sawit, kelapa, sagu, kakao, kopi, pinang, lada, gambir dan enau. Namun komoditi yang paling dominan adalah kelapa sawit dengan luas Ha, karet dengan luas Ha, kelapa (kelapa dalam dan kelapa hibrida) dengan luas Ha serta sagu seluas Ha. Penyebaran areal perkebunan tersebut meliputi 12 kabupaten/kota, secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Luas Areal Perkebunan dan Penyebarannya di Provinsi Riau Tahun 2013 No Kabupaten Luas Areal (Ha) TBM TM TTR Total 1. Kampar Rokan Hulu Pelalawan Indragiri Hulu Kuantan Singingi Bengkalis Rokan Hilir Dumai Siak Indragiri Hilir Pekanbaru Kep. Meranti Perkebunan Rakyat PBN PBS Total Riau Dari data luas areal perkebunan pada Tabel 11, maka luas kawasan peruntukan untuk perkebunan berdasarkan arahan RTRW Provinsi Riau yang masih tersisa Ha yang berpotensi untuk perluasan perkebunan. Dengan semakin berkurangnya sumberdaya lahan untuk pengembangan perkebunan, maka di masa depan untuk peningkatan produksi perkebunan diarahkan pada intensifikasi, diversifikasi dan inovasi teknologi. Sampai dengan saat ini RTRW revisi Provinsi Riau ini belum tuntas. Hal ini menjadi faktor penghambat dalam melakukan pengembangan perkebunan. Disamping itu terdapat faktor pendorong dalam upaya pengembangan perkebunan, yaitu adanya Undang-Undang Perkebunan dan peraturan lainnya. Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

50 Gambar 1.Peta Sebaran perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Padang, September 2016 Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat

Kata Pengantar. Padang, September 2016 Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Kata Pengantar Puji dan syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat Periode 2017 2021

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 126 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 126 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 126 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA STRATEGIS 2010-2015 http://kehutanan-mura.eu5.org Lampiran Keputusan Bupati Musi Rawas Nomor : 106/KPTS/KEHUT/2012 Tanggal : 13 Februari 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas :

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas : DINAS PERKEBUNAN Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Sekretaris mempunyai tugas : a. Menyusun rencana dan program kerja kesekretariatan; b. Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bagian; c. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Renstra Dinas Pertanian Kab. Soppeng KATA PENGANTAR

Renstra Dinas Pertanian Kab. Soppeng KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Kabupaten Soppeng Tahun 2016-2021 i KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 15 Ayat

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii BAB. I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Maksud..... 1 1.3. Tujuan....

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011 KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR 050.07/2033 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2015 Bappeda

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. LANDASAN HUKUM 4 C. MAKSUD DAN TUJUAN 6 D. SISTEMATIKA PENULISAN 6 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id -1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 28 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015 Dinas Provinsi Jawa Barat 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global, antara lain berperan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PERHBUBUNGAN

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PERHBUBUNGAN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PERHBUBUNGAN JALAN RAYA Jakarta KM. 50. CIMANDALA KEC SUKARAJA Perubahan Renstra 2013-2018

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA PEKANBARU DENGAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun 2014 1 PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN

PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN 2016-2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah subhanallahu wa ta ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-nya, sehingga penyusunan Rencana

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Padang, 22 Agustus 2016 Plt. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Ir. Besli NIP

Kata Pengantar. Padang, 22 Agustus 2016 Plt. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Ir. Besli NIP Kata Pengantar Puji dan syukur kami ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Periode 2016 2021 yang merupakan acuan

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1 Kota Prabumulih 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Keinginan Pemerintah dan tuntutan dari publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan negara. Dasar dari

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN

KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN 206-202 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG 206 PROVINSI BALI BUPATI BADUNG KEPUTUSAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28h dan Undang-Undang nomor 26 tahun 2009 tentang Kesehatan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkenaan dengan telah disusunnya Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019, maka Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN. PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA SKPD ) TAHUN ANGGARAN

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA SKPD ) TAHUN ANGGARAN RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2010-2015 DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR B erdasarkan Pasal 5 Ayat 2 Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 113 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Landasan Hukum

BAB I PENDAHULUAN Landasan Hukum PENDAHULUAN BAB I 1.1 Latar Belakang Potensi Usaha di lingkup Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kabupaten Purworejo memiliki peluang yang cukup besar untuk berkembang karena ketersediaan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013 GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 21 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 43 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 21 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 43 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 21 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2014

DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2014 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2014-2018 DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Pembangunan Tanaman Pangan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN KATINGAN

Lebih terperinci

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D 29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2003 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2017 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG i V I S I Terwujudnya perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas, partisipatif dan akuntabel untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat dua kali lipat Tahun 2018 M I S I 1. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011-2015 DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah tak henti hentinya

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang KATA PENGANTAR Dengan Mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2015 Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang telah selesai disusun.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1 [Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Pertanian ]

1.1 Latar Belakang. 1 [Rancangan Akhir Rencana Strategis Dinas Pertanian ] 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Edaran Bupati Nomor 050/190/408.46/2016 tentang Penyusunan Rancangan Rencana Strategis Satuan Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Kabupaten Pacitan Tahun 2016-2021 bahwa

Lebih terperinci

.000 WALIKOTA BANJARBARU

.000 WALIKOTA BANJARBARU SALINAN.000 WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA BANJARBARU DENGAN

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 1 Kedudukan Satuan Kerja Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2008 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

VISI Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto adalah :

VISI Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto adalah : VISI Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto adalah : Terwujudnya Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam, Produktivitas Perkebunan yang Berwawasan Agribisnis dan Pemberdayaan Sumber Daya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUNGAI

Lebih terperinci