MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu dasar yang memegang peranan penting

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap

menyelesaikan soal pembuktian pada topik trigonometri untuk jumlah dan selisih dua sudut kelas XII IA MA Masyhudiyah Giri Kebomas Gresik, maka dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Alvi Chusna Zahara 1), Ratri Candra Hastari 2), HM. Farid Ma ruf 3)

PROGRAM TAHUNAN. Sekolah : MTs... Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Semester : VII / 1 dan 2 Tahun pelajaran : Target Nilai Portah : 55

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

BAB V PEMBAHASAN. kognitif peserta didik kelas VIII materi pokok fungsi di MTs Darul Falah

PROGRAM TAHUNAN MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ANALISIS KESALAHAN KONSEP MATEMATIKA DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI KELAS IV SDN LAWANG 05 SKRIPSI

KISI KISI UJIAN SEKOLAH TULIS

PENJABARAN KISI-KISI UJIAN NASIONAL BERDASARKAN PERMENDIKNAS NOMOR 75 TAHUN SKL Kemampuan yang diuji Alternatif Indikator SKL

JURNAL Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

ABSTRAK. Kata Kunci: guided inquiry, hasil belajar, kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

13. Menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika atau bidang lain yang penyelesaiannya menggunakan konsep aritmetika sosial dan perbandingan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses

Yaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penalaran merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam kehidupan sehari-hari, matematika juga

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang diberikan sejak pendidikan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Abstrak. Kata kunci : Efektivitas, PMC, TGT, Prestasi, Gaya Kognitif.

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Utama, 2008), hlm Bumi Aksara, 2008), hlm. 37

Wakhidatun Nurul Istiqomah Novisita Ratu Tri Nova Hasti Yunianta

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

15. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMP/MTs

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS IX SMP NEGERI 5 KOTA TASIKMALAYA

BAB II KAJIAN TEORI. bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DESKRIPSI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT

DAFTAR PUSTAKA. Afifudin Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Solo: Harapan Masa.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

KI dan KD Matematika SMP/MTs

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

P - 51 DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FAKTORISASI BENTUK ALJABAR

DESKRIPSI LETAK KESALAHAN BERDASARKAN NEWMAN ERROR HIERARCHY PADA PENYELESAIAN SOAL CERITA SISWA REFLEKTIF DAN IMPULSIF

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Nasional Secara Nasional

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI MEDIA BALOK PADA ANAK KELOMPOK B TK 03 SEPANJANG TAWANGMANGU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PROFIL PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN GAYA KOGNITIF

LAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir : Penelitian Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN April 2018 Penguasaan Materi Matematika SMU Mahasiswa Semester 1 Program Studi Pendidikan Matematika

AYUNI DIANA Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Profil kesulitan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal fisika materi cahaya ditinjau dari gaya belajar di SMPN 2 Wungu

ANALISIS PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BULUKUMBA

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DIKELAS VII SMP NEGERI 2 LIMBOTO JURNAL OLEH

DESKRKIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BERBAHASA INGGRIS PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

ANALISIS KESALAHAN BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA

Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali

BAB III METODE PENELITIAN

TIPE BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI SISTEM PERSAMAANLINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 PACET

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. kemajuan suatu bangsa. Hal ini menjadi tujuan utama dalam meningkatkan

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

BAB V PEMBAHASAN. peneliti memberikan masalah tentang matriks, siswa menemui kesulitan-kesulitan

A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MELAKUKAN OPERASI ALJABAR. Arini Fardianasari ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV SD DALAM MENYELESAIKAN SOAL BILANGAN PECAHAN SENILAI DAN MENYEDERHANAKAN BILANGAN PECAHAN

STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

PROSES BERPIKIR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN GAYA KOGNITIF PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Nurul Istiqomah (S1 Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya) e-mail : prof.istie@gmail.com Endah Budi Rahaju (Dosen Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya) e-mail : endah_math_unesa@yahoo.com Abstrak Setiap siswa memiliki proses berpikir yang berbeda yaitu proses berpikir, proses berpikir semi dan proses berpikir komputasional. Selain berbeda pada proses berpikir, siswa juga dapat berbeda pada gaya kognitifnya. Pada penelitian ini, Field Dependent dan Field Independent merupakan gaya kognitif yang dianggap mampu menanggulangi efek pengecoh pada soal cerita. Oleh karena itu penelitian ini mencoba mendeskripsikan proses berpikir siswa SMP dalam menyelesaikan soal cerita pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung ditinjau dari gaya kognitif Field Independent dan Field Dependent. Dengan mengetahui gaya kognitif dan proses berpikir siswa, diharapkan dapat memilih metode pengajaran yang tepat bagi tiap siswa sesuai dengan gaya kognitif dan memberikan perhatian pada tiap siswa sesuai dengan proses berpikir yang dimiliki. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah kelas IX SMP Negeri 1 Babat pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 30 siswa. Pengambilan data ini dilakukan selama dua kali pertemuan dengan 2 instrumen penelitian yaitu GEFT dan tes soal cerita matematika. GEFT dan tes soal cerita matematika dilakukan pada pertemuan pertama. Sedangkan pada pertemuan kedua dilakukan wawancara terhadap 4 subjek terpilih dengan kriteria 1 siswa Field Dependent berkemampuan tinggi, 1 siswa Field Independent berkemampuan tinggi, 1 siswa Field Dependent berkemampuan sedang, dan 1 siswa Field Independent berkemampuan sedang. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa (1) Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika berdasarkan gaya kognitif Field Dependent pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung cenderung semi. Subjek dikatakan cenderung memiliki proses berpikir semi apabila dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak menggunakan proses berpikir semi, (2) Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika berdasarkan gaya kognitif Field Independent pada pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung adalah dan semi. Subjek dikatakan cenderung memiliki proses berpikir apabila dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak menggunakan proses berpikir. Sedangkan subjek dikatakan cenderung memiliki proses berpikir semi apabila dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak menggunakan proses berpikir semi. Kata kunci : Proses Berpikir, Gaya Kognitif, Field Dependent, Field Independent PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas. Diungkapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.22 Tahun 2006 menetapkan Standar Isi Matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu: (1) Membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, (2) Memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif, (3) Mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan media yang lain. Secara rinci, tujuan khusus pembelajaran matematika pada masing-masing satuan pendidikan 144

diungkapkan dalam pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas. Diungkapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.23 Tahun 2006 menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tentang tujuan pembelajaran matematika di SMP adalah: (1) Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-sifatnya (komutatif, asosiatif, distributif), barisan bilangan sederhana (barisan aritmetika dan sifatsifatnya), serta penggunaannya dalam pemecahan masalah (2) Memahami konsep aljabar meliputi: bentuk aljabar dan unsur-unsurnya, persamaan dan pertidaksamaan linear serta penyelesaiannya, himpunan dan operasinya, relasi, fungsi dan grafiknya, sistem persamaan linear dan penyelesaiannya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah, (3) Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran dan pengukurannya, meliputi: hubungan antar garis, sudut (melukis sudut dan membagi sudut), segitiga (termasuk melukis segitiga) dan segi empat, teorema Pythagoras, lingkaran (garis singgung sekutu, lingkaran luar dan lingkaran dalam segitiga dan melukisnya), kubus, balok, prisma, limas dan jaringjaringnya, kesebangunan dan kongruensi, tabung, kerucut, bola, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah, (4) Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel, gambar, diagram, grafik), rentangan data, rerata hitung, modus dan median, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah, (5) Memahami konsep ruang sampel dan peluang kejadian, serta memanfaatkan dalam pemecahan masalah, (6) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan, (7) Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Tugas pokok dalam pengajaran matematika di sekolah adalah menjelaskan proses berpikir siswa dalam mempelajari matematika dengan tujuan memperbaiki pengajaran matematika di sekolah. Dengan demikian mengetahui proses berpikir siswa merupakan yang sangat penting dalam belajar matematika terutama dalam menyelesaikan masalah. Dengan mengetahui proses berpikir siswa maka guru dapat merancang model pembelajaran yang efisien yang memudahkan siswa dalam memahami konsep matematika sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Banyak ahli yang membedakan proses berpikir, salah satunya adalah Chasanah (2010: 17) yang membedakan proses berpikir menjadi tiga yaitu (1) proses berpikir, (2) proses berpikir semi, dan (3) proses berpikir komputasional. Setiap siswa memiliki karakteristik yang khas dalam proses berpikir, yang tidak dimiliki oleh siswa lain. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa setiap siswa berbeda satu dengan yang lain. Selain berbeda dalam tingkat kecakapan memecahkan masalah, taraf kecerdasan, atau kemampuan berpikir, siswa juga dapat berbeda dalam cara memperoleh, menyimpan serta menerapkan pengetahuan. Mereka dapat berbeda dalam cara pendekatan terhadap situasi belajar, dalam cara mereka menerima, mengorganisasikan dan menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka, dalam cara mereka merespons metode pengajaran tertentu. Perbedaan-perbedaan antarpribadi yang menetap dalam cara menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalaman ini dikenal gaya kognitif (Slameto, 2003: 160). Gaya kognitif merujuk pada cara seseorang memproses, menyimpan maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya, disebut sebagai gaya dan bukan sebagai kemampuan karena merujuk pada bagaimana seseorang memproses informasi dan memecahkan masalah dan bukan merujuk pada bagaimana proses penyelesaian yang terbaik. Ada beberapa pengertian tentang gaya kognitif (cognitive style) yang dikemukakan oleh beberapa ahli, namun pada prinsipnya pengertian tersebut relatif sama. Banyak ahli yang membedakan jenis gaya kognitif namun gaya kognitif Field Dependent dan Field Independent yang dikemukakan oleh Witkin yang akan menjadi fokus pada penelitian ini (Mallala, 2003). Hal ini dikarenakan gaya kognitif Field Dependent dan Field Independent adalah gaya kognitif yang mampu menanggulangi efek pengecoh pada soal cerita. Seseorang dikatakan mempunyai gaya kognitif Field Dependent jika seseorang yang menerima sesuatu lebih secara global dan mengalami kesulitan untuk memisahkan diri dari keadaan sekitarnya atau lebih dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan seseorang dikatakan mempunyai gaya kognitif Field Independent jika seseorang yang cenderung menyatakan sesuatu gambaran lepas dari latar belakang gambaran tersebut, serta mampu membedakan obyek-obyek dari konteks sekitarnya. Mereka memandang keadaan sekitarnya lebih secara analitis. Perbedaan proses berpikir siswa Field Dependent (FD) dan Field Independent (FI) akan terlihat saat menyelesaikan soal-soal matematika, terutama soal cerita matematika (Chasanah, 2010: 17). Sugondo (dalam 145

Rosyidi, 2005: 13) mengatakan soal cerita dalam matematika adalah soal-soal matematika yang menggunakan bahasa verbal dan umumnya berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Haji (dalam Syamsuddin S., 2001: 24) mengemukakan bahwa soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang studi matematika dapat berbentuk soal cerita dan soal bukan cerita/soal hitungan. Soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Cerita yang diungkapkan dapat berupa masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita. Makin besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan panjang cerita yang dapat disajikan. Menurut Syamsuddin, S. (2001: 24) soal cerita adalah soal matematika yang disajikan dalam bentuk verbal atau rangkaian kata-kata (kalimat) dan berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan definisi para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa soal cerita matematika adalah modifikasi soal hitungan dalam bentuk verbal (cerita) yang diangkat dari kegiatan sehari-hari serta di dalamnya terkandung masalah yang berkaitan dengan konsep matematika. Rosyidi (2005: 13) mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan soal cerita dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut : 1. Membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat 2. Memisahkan dan mengngkapkan a. Apa yang diketahui dalam soal b. Apa yang ditanyakan c. Operasi/pengerjaan apa yang diperlukan 3. Membuat model matematika 4. Menyelesaikan model 5. Mengembalikan jawaban model matematika ke jawaban soal Soal cerita dapat berkaitan dengan semua topik/materi bahan ajar di sekolah. Namun soal cerita dalam penelitian ini membahas topik tentang geometri. Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang diajarkan di setiap jenjang, mulai dari pendidikan dasar sampai menengah atas, untuk itu geometri merupakan salah satu bagian yang esensial dan vital untuk dipelajari. Hal ini sejalan dengan Moeharti (dalam Fikrati, 2006: 2) karena geometri dapat digunakan sebagai alat untuk mempelajari topik lain dalam matematika dan sains. Salah satu materi geometri yang diajarkan di kelas IX semester ganjil adalah materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. Bangun Ruang Sisi Lengkung adalah bangun ruang yang memiliki minimal satu sisi berupa sisi lengkung. Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung memiliki banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya mengenai luas permukaan dan volume, sehingga saat memungkinkan untuk dibuat soal cerita. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah kelas IX SMP Negeri 1 Babat pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes soal cerita matematika dan wawancara. Hasil tes soal cerita matematika digunakan sebagai acuan untuk mengetahui kecenderungan proses berpikir siswa yang memiliki gaya kognitif Field Dependent atau Field Independent dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. Wawancara dilakukan terhadap 4 subjek terpilih dengan kriteria 1 siswa Field Dependent berkemampuan tinggi, 1 siswa Field Independent berkemampuan tinggi, 1 siswa Field Dependent berkemampuan sedang, dan 1 siswa Field Independent berkemampuan sedang. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut. (1) Analisis data dari hasil tes GEFT yaitu jika subjek menjawab benar maka diberi skor 1 dan jika jawaban salah maka diberi skor 0. Skor maksimal yang akan diperoleh subjek penelitian apabila menjawab dengan benar semua adalah 18. (2) Analisis data dari hasil tes soal cerita matematika. Subjek dengan gaya kognitif Field Dependent dan Field Independent dikelompokkan berdasarkan kemampuannya yaitu kelompok berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan ini berdasarkan pada penetapan Kriteria Ketuntasan Miniminum (KKM) dengan kriteria sebagai berikut : KKM Kelompok 49 Rendah 50 74 Sedang 75 100 Tinggi (3) Analisis data dari hasil wawancara, dan (4) Analisis KKM Kelompok proses berpikir. Subjek penelitian memiliki proses 49 Rendah berpikir jika subjek penelitian mampu 50 74 Sedang mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam 75 soal, 100 mampu Tinggi mengungkapkan dengan KKM Kelompok 49 Rendah 50 74 Sedang 75 100 Tinggi 146

kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal, dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang sudah dipelajari, serta mampu mengungkapkan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal. Subjek penelitian memiliki proses berpikir semi jika subjek penelitian kurang mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal, kurang mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal, dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang sudah dipelajari walaupun tidak lengkap, serta tidak sepenuhnya mampu menjelaskan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal. Subjek penelitian memiliki proses berpikir komputasional jika subjek penelitian tidak mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang diketahui dalam soal, tidak mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri apa yang ditanya dalam soal, dalam menjawab cenderung lepas dari konsep yang sudah dipelajari, serta tidak mampu menjelaskan langkahlangkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal. Apabila subjek dalam menyelesaikan satu soal banyaknya indikator proses berpikir, semi atau komputasional yang digunakan sama maka proses berpikir subjek pada butir soal tersebut disimpulkan berdasarkan indikator dominan yang dipenuhi oleh subjek. Indikator dominan untuk proses berpikir adalah 1.3 dan 1.4 untuk proses berpikir semi adalah 2.3 dan 2.4 sedangkan untuk proses berpikir komputasional adalah 3.3 dan 3.4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pengambilan Data Data diperoleh dari tes soal cerita matematika dan wawancara terhadap 4 subjek. Proses berpikir siswa dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu proses berpikir, semi dan komputasional. Setelah setiap siswa dianalisis proses berpikirnya berdasarkan hasil tes soal cerita matematika maka diambil 2 subjek dari masing-masing kelompok berkemampuan tinggi dan sedang dengan gaya kognitif FD dan FI sebagai subjek wawancara. B. Pengkodean Berikut adalah pengkodean yang digunakan peneliti untuk 4 subjek terpilih. 1. Subjek 1 yang selanjutnya akan diberi kode S1, yang memiliki gaya kognitif Field Independent pada kelompok tinggi. 2. Subjek 2 yang selanjutnya akan diberi kode S2, yang memiliki gaya kognitif Field Independent pada kelompok sedang. Soal 3. Subjek 3 yang selanjutnya akan diberi kode S3, yang memiliki gaya kognitif Field Dependent pada kelompok tinggi. 4. Subjek 4 yang selanjutnya akan diberi kode S4, yang memiliki gaya kognitif Field Dependent pada kelompok sedang. Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi proses berpikir hingga dalam menyelesaikan tes soal sisi lengkung. Rekapitulasi Proses Berpikir S1 hingga S4 dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Materi Bangun Tabel Ruang 4.1 Sisi Lengkung FI S 1 S 2 S 3 S 4 1 Konseptual 2 Konseptual Konseptual Konseptual Konseptual 3 Konseptual 4 Konseptual Kompu tasional 5 Proses Berpikir Konseptual FD Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat : 1. Proses berpikir siswa dengan gaya kognitif Field Independent dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung dideskripsikan sebagai berikut. a. Proses berpikir siswa Field Independent dari kelompok tinggi dalam menyelesaikan soal sisi lengkung cenderung. b. Proses berpikir siswa Field Independent dari kelompok sedang dalam menyelesaikan soal sisi lengkung cenderung semi. 2. Proses berpikir siswa dengan gaya kognitif Field Dependent dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung dideskripsikan sebagai berikut. a. Proses berpikir siswa Field Dependent dari kelompok tinggi dalam menyelesaikan soal sisi lengkung cenderung semi. b. Proses berpikir siswa Field Dependent dari kelompok sedang dalam menyelesaikan soal 147

PENUTUP sisi lengkung cenderung semi. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1. Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika berdasarkan gaya kognitif Field Dependent pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung cenderung semi. Subjek dikatakan cenderung memiliki proses berpikir semi apabila dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak menggunakan proses berpikir semi. 2. Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika berdasarkan gaya kognitif Field Independent pada pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung adalah dan semi. Subjek dikatakan cenderung memiliki proses berpikir apabila dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak menggunakan proses berpikir. Sedangkan Subjek dikatakan cenderung memiliki proses berpikir semi apabila dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak menggunakan proses berpikir semi. Saran Dari hasil yang diperoleh, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Membacakan petunjuk pengerjaan soal sebelum melakukan tes. Hal ini dikarenakan dua dari empat subjek tidak menuliskan data yang diketahui dan atau yang ditanya dalam soal secara lengkap meskipun pada lembar soal sudah diberikan petunjuk pengerjaan soal. 2. Guru perlu memberikan perhatian yang lebih kepada siswa yang memiliki gaya kognitif Field Dependent dengan kemampuan sedang dalam menyelesaikan soal cerita. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa mampu mengatasi efek latar belakang soal. Sehingga siswa dapat memahami soal dan menetahui konsep apa yang digunakan dalam menyelesaikan soal, dengan begitu kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dapat teratasi secara bertahap. DAFTAR PUSTAKA Agus, Nuniek Avianti. 2007. Mudah Belajar Matematika untuk kelas IX Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : BSE Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Badan Standar Nasional Pendidikan. http://bsnpindonesia.org/id/ diakses pada 28 April 2014 Chasanah, Anis F. 2010. Identifikasi Proses Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Gaya Kognitif pada Materi Kubus dan Balok. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya : Perpustakaan UNESA Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Fikrati, Ama Noor. 2006. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Laboratorium Mini untuk Pokok Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Jombang. Tesis. Tidak Hudojo, H. 1997. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya Ismanoe. 1988. Hubungan antara Gaya Kognitif dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Kabupaten Jayapura. Tesis. Tidak Khoriyah. 2009. Proses Berpikir Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008 dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada Materi Operasi Hitung Aljabar. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya : Perpustakaan UNESA Loudursamy, A. 1994. Perbedaan Gaya Kognitif Individu dan Implikasinya Terhadap Pendidikan. University Sains Malaysia (online) http://www.penerbit.usm.my/pen2006/ssu/lo urd/index.html. Diakses pada tanggal 20 November 2013 Mallala, Syamsudin. 2003. Pengaruh Gaya Kognitif dan Berpikir Logis Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2 SMU di Kota Samarinda. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya : Perpustakaan Marpaung, Yansen. 1986. Proses Berpikir dalam Pembentukan Konsep Algoritma Matematis Pidato Dies Natalies XXXI. Yogyakarta : IKIP Sanata Darma Maulana Eka, Kharisma. 2008. Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita di SMU kelas X. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya : Perpustakaan UNESA 148

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Musser, Gary L. & Burger, William F. 1994. Mathematics for Elementary Teachers. USA : Prantice-Hall, Inc Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara Rahaju, E. B. 1997. Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika, Gaya Kognitif, dan Kemampuan Penalaran Dalam Matematika Dengan Prestasi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I SMA Negeri 1 Surabaya. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya : Perpustakaan Rosyidi, Abdul Haris. 2005. Analisis Kesalahan Siswa Kelas II Mts. Al Khoiriyah dalam Menyelesaikan Soal Cerita Terkait dengan System Persamaan Linear Dua Peubah. Tesis. Tidak S, H. Syamsuddin. 2001. Kesulitan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Menggunakan Langkah-Langkah Penyelesaian Soal Cerita. Tesis. Tidak Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia Soedjadi. 2000. Kiat-Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstansi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sudrajat, Akhmad. 2008. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal. http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/20 08/08/penetapan-kkm.pdf. Diakses pada 27 Desember 2013. Sugiarti, Inuke. 2008. Mengidentifikasi Gaya Kognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika dengan Menggunakan Masalah Polya. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya : Perpustakaan UNESA Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya : Srikandi Suherman, Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : UPI Press Suparni. 2001. Proses Berpikir Siswa SLTP dalam Menyelesaikan Soal-soal Operasi Hitung Pecahan Bentuk Aljabar. Tesis. Tidak Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara Witkin, C. A. More, D. R. Goodenough, P. W. Cox. 1977. Field Dependent and Field Independent Cognitive Style and Their Educational Implication. Review of Education Research Suparno. 2000. Langkah-langkah Penulisan Artikel Ilmiah dalam Saukah, Ali dan Waseso, M.G. 2000. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang: UM Press. UNESA. 2000. Pedoman Penulisan Artikel Jurnal, Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Surabaya. 149