BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB VI PENUTUP. Meskipun perpustakaan oleh masyarakat secara umum disadari sebagai

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah,

BAB IV KESIMPULAN. A. Kesimpulan Dalam kaitannya dengan dimensi content dan context, maka implementasi

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut dan mempertanyakan kembali segala bentuk tradisi dan aturan agama

Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

AGENDA BESAR PEMBAHASAN PEREMPUAN DAN ISLAM DI INDONESIA

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi di umat agama lain yang tersebar di berbagai belahan dunia 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

PERJUANGAN EMANSIPASI MELALUI BAHASA PEREMPUAN

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pertama Kedua

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB VI KESIMPULAN. masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

PENGANTAR KULIAH GENDER KH. HUSEIN MUHAMMAD

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB IV PENUTUP. Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

ATAU BERKEPERCAYAAN. Nicola Colbran Norwegian Centre for Human Rights. Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

SEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

Beberapa pemikiran tentang pentingnya melibatkan laki-laki dalam penghapusan kekerasan terhadap per

1Konsep dan Teori Gender

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Sebelum diturunkannya al-quran perempuan kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan dunia. Kemudian praktik ini, dalam perjalanan historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta bagaimana agama menolak segala bentuk kekerasan, pemerkosaan, seks bebas yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Kekerasan menimbulkan pihak-pihak teraniaya, seperti halnya praktik poligami hadir dalam berbagai kepentingan, dan situasi yang sangat pragmatis (Ali Engineer, 1999). Hal ini, dibuktikan melalui representasi solidaritas pemeluk Islam dan Koptik dalam menolong dan melindungi korban kekerasan seksual dan eksploitasi atas tubuh perempuan. Kehormatan kaum laki-laki dan perempuan dalam menjaga hubungan seksual menjadi essensial dan menjadi basis perjuangan pemeluk agama. Pertentangan ideologi kekerasan dan anti kekerasan (solidaritas) merupakan temuan kontestasi dalam wacana relasi keluarga dan sosial. Ideologi kekerasan ini merupakan representasi ideologi kapitalisme, yang mana setiap individu dianggap sebagai alat yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna yang memiliki kekuatan modal. Penguasa modal merupakan kelas atas yang mendominasi budaya masyarakat luas (Bourdieu, 1998). Selanjutnya, ideologi 365

366 anti kekerasan direpresentasikan melalui rasa empati dan pemberian proteksi kepada korban kekerasan terhadap perempuan. Selanjutnya, strategi pengarang menggunakan dialog antar agama, yaitu Islam dan Koptik, yang akan memproduksi pola hubungan saling rasa simpati, dan sekaligus membingkai gagasan poligami. Wacana kebolehan pemukulan kepada istri tidak lepas juga dengan wacana poligami dalam Islam. Kedua wacana ini kontrovesi baik di dunia Barat maupun di dunia Islam sendiri, yaitu kelompok pemikiran konservatif dengan kelompok muslim modernis. Wacana pemukulan ini tampak sekali tetap pada kerangka kebolehan, walaupun tetap merujuk pada pembatasan dan menonjolkan perlakuaan baik kepada perempuan. Dalam konteks ini, wacana pemukulan kepada istri dan poligami menjadi benang merah ideologi patriarki dominan dalam produksi teks Ayat-Ayat Cinta. Persoalan modalitas yang dimiliki oleh perempuan akan berpengaruh kepada relasi politiknya. Oleh karenanya, perempuan aktif akan berubah atas variabel kekuasaan ekonomi dan budaya, bukan pada jenis kelamin sebagai acuan dasarnya, tetapi lebih ditonjolkan pada aspek filosofi perempuan. Gagasan pengarang tentang relasi perempuan kelas sosial atas memproduksi posisi lakilaki subordinat karena laki-laki tidak memiliki kemampuan modalitas ekonomi ketika mendapatkan tawaran untuk menikah dengan perempuan kaya raya. Situasi ini menjadikan perempuan dominan atas laki-laki. Sikap pengarang ini sangat jelas berkeinginan menempatkan gagasan kepemimpinan konservatif

367 sebagai basis produksi teks novel Ayat-Ayat Cinta dan melakukan counter gagasan kepemimpinan yang dikembangkan oleh pemikiran muslim feminis, yang mempertanyakan relasi perempuan dan laki-laki dalam Islam. Muslim feminis berpandangan, bahwa al-qur an berpihak pada pemberdayaan kaum lemah, yang termasuk di dalamnya adalah perempuan, sebagaimana diungkapkan oleh Wadud (1999), Barlas (2003), Abu Zayd (2003),dan Engineer (1999) spirit al-qur an adalah kesetaraan dan keinginan ideologisnya, berupa pemberdayaan perempuan. Persimpangan issu kelas sosial dan gender atas filosofi alon-alon asal kelakon dijadikan alasan sikap hidup yang menyebabkan kegagalan untuk menyampaikan keinginan rasa cintanya, merupakan bentuk dominasi laki-laki di satu sisi, sedangkan pada sisi yang lain ia terdominasi karena struktur keyakinan keagaman melalui mediator institusi keluarga yang paternalistik, Oleh McCall (2001) persimpangan terjadi karena proses politik dan institusi memproduksi kesadaran bagi diri perempuan. Di samping kepentingan-kepentingan kekuasaan patriarki menjadi dominan dalam proses relasi sosialnya atau yang disebut dengan kekuasaan laki-laki diproduksi melalui proses kesadaran perempuan dalam memproduksi otoritas poligami dalam bentuk kekuasaan simbolik (Bourdieu,1991). Laki-laki pada posisi dominan disebabkan oleh ideologi patriarki, namun di sisi lain pada posisi subordinat disebabkan oleh kondisi miskin, status sosialnya berasal dari negara berkembang. Sementara perempuan juga pada

368 posisi dominan disebabkan oleh kekayaan yang dimilikinya, status sosialnya sebagai pengusaha besar dan berasal dari negara maju, namun di sisi lain perempuan tetap pada posisi subordinat disebabkan ideologinya atas otoritas kepemimpinan laki-laki. Seberapa besar kekayaan perempuan, tetapi ia tetap tersubordinasi oleh ideologi keagamaan atas kepemimpinan laki-laki. Situasi perempuan tersebut berakibat pada keterbatasan opsi perempuan, sehingga poligami dijadikan solusi pemecahan atas kepentingan keluarganya, proses ini oleh Collins (1999) merupakan bentuk intersectionality. Situasi subordinat dan dominasi kedua belah pihak, antara situasi laki-laki dan perempuan ini memproduki matrik dominasi dan subordinasi. Gagasan pengarang berkaitan kontestasi baru dalam poligami, adalah kesaksian perempuan dan perbedaan agama yang memenangkan pertarungan dalam proses peradilan dalam persoalan hukum pidana menjadi perspektif baru yang berbeda dengan tradisi hukum Islam klasik, kesaksian Maria menjadi penting karena ia dianggap sebagai ahli kitab dan di pihak yang dimenangkan oleh pengarang Ayat-Ayat Cinta. Upaya-upaya pengarang melalui Aisha yang meyakini keislaman Maria menjadi acuan pengetahuan tentang kreteria kesaksian perempuan. Selanjutnya, kontestasi dua pemaknaan konsep darurat antara lain: Pertama, aspek psikologis-individual dijadikan formulasi konsep darurat atas kebolehan praktik poligami. Argumentasi ini ditolak oleh pengarang Ayat-Ayat Cinta, karena hanya didasarkan oleh kepentingan subjektif dan tidak bertujuan untuk memecahkan persoalan makro.

369 Kedua, formulasi konsep darurat direpresentasikan melalui beberapa kepentingan, yaitu kepentingan perlindungan anak yatim, janda, dan kepentingan nyawa manusia, kesaksian atas tuduhan pemerkosaan dalam proses pengadilan, kehormatan laki-laki dan perempuan, gagasan pluralisme, dan kepentingan kemanusiaan sebagai argumentasi atas kebolehan berpoligami. Argumentasi ini didukung oleh pengarang karena untuk memecahkan persoalan-persoalan sosial. Gagasan poligami dalam novel Ayat-Ayat Cinta tidak lepas dari pengaruh wacana yang berkembang, baik perubahan hukum keluarga dalam KHI-Inpres dan Counter Legal Draft (CLD)-KHI, serta pro dan kontra berbagai ormas Islam di Indonesia. Diskursus poligami yang menjadi perdebatan masyarakat terkait problematikanya, mencakup (1) perkawinan beda agama dalam tradisi hukum Islam tidak diperbolehkan, sedangkan novel Ayat-Ayat Cinta memberikan peluang. Walaupun tidak tegas, tetapi tampak terdapat batasan-batasan teologis sebagai parameternya; (2) persoalan kesaksian perempuan; kesaksian perempuan merupakan suatu kasus yang tidak lazim dalam konteks persoalan pidana/hukum Islam, khususnya persoalan tuduhan permerkosaan bagi laki-laki, sedangkan tradisi hukum Islam, pihak perempuan yang menghadirkan dua orang saksi laki atau empat saksi perempuan; (3) persoalan kepemimpinan laki-laki; perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin; sementara di ruang publik terjadi perbedaan atas kebolehannya dengan pertimbangan kompetensi dan kemampuan

370 perempuan. Problematika keagamaan melandasi produksi teks sebagai representasi keunikan gagasan novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El- Shirazy pada posisi gelombang kebangkitan sastra Islam dan sekaligus merupakan bentuk counter ideologi yang berkembang di era 2000-an 6.2 Saran Berdasarkan temuan penelitian di atas, maka diperlukan beberapa saran baik secara kajian akademik maupun kepentingan praksis di masyarakat, antara lain: 1. Poligami dalam level wacana masih dominan pada kepentingan-kepentingan sepihak dan berimplikasi pada kecenderungan bentuk kekerasan yang merugikan perempuan dan anak-anaknya. Oleh karena itu, dibutuhkan kajian teks-teks keagamaan maupun novel dari perspektif perempuan, sehingga dapat diharapkan suara perempuan memberikan kekuatan terhadap tafsir-tafsir keagamaan dan karya sastra, khususnya yang berkaitan dengan relasi kuasa perempuan dan laki-laki. 2. Peran pemerintah dalam perubahan masyarakat sangat strategis, terutama dalam wilayah kebijakan yang melibatkan kaum perempuan baik dalam kategori kelas menengah atas maupun kelas bawah. Oleh karena itu, dibutuhkan pelibatan pakar keagamaan dan aktivis perempuan yang seimbang dalam merevisi Undang-Undang Perkawinan dan implementasinya.

371 3. Penelitian ini masih terbatas pada analisis tekstual dengan pendekatan intersectionality theory dan Agency & Social Structure Pierre Bourdieu, dan keislaman. Oleh karena itu, agar dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan lain, sehingga dapat memperkaya khasanah keilmuan intelektual yang lebih komprehensif.