BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencapai kesejahteraan (Lusardi & Mitchell, 2007). Literasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Di era moderen saat ini, masyarakat cenderung berperilaku boros. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim di

BAB I PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan perilaku konsumsi masyarakat. Bagi individu yang

BAB I PENDAHULUAN. mengelola keuangan pribadinya. Menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Survey Tingkat Financial Literacy

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai tujuan hidup yang ingin dicapai. Tujuan hidup ini

BAB I PENDAHULUAN. seseorang harus mempunyai perencanaan keuangan yang baik dalam pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perencanaan sangat diperlukan untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan.

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini. Perilaku financial management sangat erat kaitannya dengan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. non tunai yang saat ini sedang digemari adalah kartu kredit dan e-money.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dihadapi agar dapat memenuhi kebutuhannya. Meningkatnya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup setiap orang. Seseorang akan berusaha memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. target pasar potensial bagi perusahaan - perusahaan baik perusahaan bidang

Pemahaman Kelompok Ibu Rumah Tangga Di Kota Palembang Terhadap Literasi Keuangan Dan Penggunaan Produk Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mereka mengalami kerugian, baik akibat penurunan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan dalam mengelola aset keuangan pribadi (personal financial

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan setiap orang bekerja adalah memperoleh pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, tingkat pengetahuan keuangan atau financial knowledge dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring berjalannya waktu, finansial literacy (literasi finansial) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ilmu ini mutlak

BAB I PENDAHULUAN. ketahui untuk mencapai pengelolaan keuangan yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pedidikan

Strategi Volume 6, No. 10, April 2016 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Cude, B. J, Lawrence (2006), melakukan penelitian dengan judul College

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang menghadapi ASEAN Economic Community atau

BAB I. membuat perencanaan keuangan sehingga menimbulkan permasalahan seperti. perencanaan investasi untuk menghindari masalah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Namun kebanyakan masyarakat di Indonesia pada saat ini sudah tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Tempat di mana terjadinya

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menggunakan enam variable yaitu financial literacy, jenis

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat memberikan penekanan lebih besar untuk aspek perilaku keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Pada Gerakan Nasional Cinta (GeNTa) Pasar Modal Istora Senayan, Jakarta, 12 Npvember 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan penekanan lebih besar untuk aspek financial behavior. Financial behavior

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin besar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penelitian kembali serta menjadi rujukan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mencegah kelemahan dari penggunaan uang tunai tersebut, kini

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian dan untuk memperkuat penelitian yang dilakukan. Teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan di dalam persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB I PENDAHULUAN. asuransi bagi anggota keluarga memungkinkan kita untuk meminimalkan risiko

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna

BAB I PENDAHULUAN. fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. januari tahun 2016, salah satu isu yang banyak di bahas sekarang adalah isu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal tahun 1990 terdapat fenomena di negara negara pengutang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat tingkat pemahaman masyarakat tentang keuangan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ketidakpastian. Ketidakpastian ini dapat berbentuk banyak hal, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di negara-negara Asia Tenggara, yakni kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dana masyarakat secara baik dan benar. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus

BAB I LATAR BELAKANG. perusahaan untuk memiliki laporan keuangan semakin meningkat dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. the World Bank, IMF, ADB, dan ASEAN, pembahasan mengenai isu sosial

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku keuangan atau yang kita kenal dengan personal financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme dari personal pencari kerja. Dari tahun-ketahun selalu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tidak mempunyai uang. Dapat dikatakan bahwa semua orang membutuhkan uang

BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi saat ini, kehidupan perekonomian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa dimana seseorang memiliki kebebasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya (Krishna, 2010). Menurut President s Advisory Council dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan investasi. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Menurut data yang diperoleh dari Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

LAMPIRAN. Kuesioner Penelitian Analisis Financial Literacy, Financial Behavior dan Financial Attitude Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan informasi perusahaan dan reformasi corporate governance

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

LITERASI KEUANGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERILAKU KEUANGAN MASYARAKAT KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu studi yang masih menimbulkan kontroversi hingga saat ini,

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, setiap individu perlu untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti saat ini, khususnya Indonesia mencoba untuk bersaing dan menjalin kerjasama dengan Negara-negara di ASEAN. Untuk mengimbangi globalisai tersebut, saat ini pemimpin Negara ASEAN mulai merintis Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). MEA harus dipersiapkan untuk menyongsong globalisasi keuangan, selektif dalam memilih jasa atau produk yang nantinya akan ditawarkan dan menambah informasi mengenai financial literacy. Salah satu faktor penentu meningkatnya perekonomian suatu negara adalah berkembangnya sektor keuangan. Dalam beberapa waktu ini terjadi berbagai gejolak pada kondisi keuangan seperti meningkatnya kompleksitas produk dan jasa keuangan, dampak teknologi terhadap produk dan jasa keuangan, meningkatnya akses terhadap kredit dan meluasnya sumber-sumber kredit. Dengan kondisi perekonomian tersebut peran financial literacy sangat penting bagi masyarakat agar bisa menjadi sukses dan berkompetitif. Financial literacy diartikan sebagai pengetahuan keuangan, dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan (Lusardi et al, 2009). financial literacy individu dimaksudkan untuk membantu individu menghindari kegagalan dalam masalah keuangan. Kesulitan keuangan bukan hanya fungsi dari pendapatan semata, namun kesulitan keuangan dapat muncul ketika terjadi kesalahan dalam

pengelolaan keuangan (miss-management) antara lain kesalahan penggunaan kredit, dan tidak adanya perencanaan keuangan (Rasyid, 2012). Brushhan dan Medury (2013) menjelaskan financial literacy menjadi semakin kompleks selama beberapa tahun terakhir dengan pengenalan banyak produk keuangan baru. Dalam rangka untuk memahami resiko dan keuntungan yang terkait dengan produk keuangan, tingkat minimum financial literacy sudah menjadi suatu keharusan. Individu yang memiliki financial literacy yang tinggi dapat menggunakan produk dan jasa keuangan secara efektif sehingga individu tersebut tidak mudah ditipu oleh orang-orang yang menjual produk-produk keuangan. Financial literacy dapat meningkatkan kualitas pelayanan keuangan dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara. Semakin meningkatnya kompleksitas ekonomi, kebutuhan individu dan produk keuangan maka individu harus memiliki financial literacy untuk mengatur keuangan pribadinya. Oleh karena itu, setiap orang harus mempunyai financial literacy yang memadai agar dapat menggunakan produk-produk keuangan yang ada secara optimal dan dapat membuat keputusan keuangan yang tepat. Perekonomian nasional tidak akan berpengaruh pada krisis keuangan global jika masyarakatnya memahami sistem keuangan dengan baik. Indonesia adalah negara berkembang yang terkena dampak dari krisis global. Selain karena sistem keuangan yang masih kurang baik, tingkat financial literacy yang rendah dari masyarakat Indonesia juga turut mempengaruhi perekonomian Indonesia. Tingkat financial literacy masyarakat Indonesia masih

rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal tersebut dibuktikan melalui survei yang dilakukan VISA sepanjang Februari-April 2012 terhadap 25.500 partisipan mengenai Visa International financial literacy Barometer bahwa Indonesia menempati peringkat ke-27 dari 28 negara yang diteliti. Posisi Indonesia berada dibawah Vietnam dan diatas Pakistan. Rendahnya tingkat financial literacy masyarakat Indonesia disebabkan oleh produk keuangan yang semakin berkembang tetapi tidak diiringi dengan keinginan masyarakat untuk berinvestasi. Hal ini dapat dilihat dari survei bank dunia pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa hanya 20 persen orang dewasa Indonesia memiliki rekening dilembaga keuangan resmi. Kenyataan itu membuat Indonesia berada dibawah Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura (Stabilitas, 2015). Sebagaimana dijabarkan Kusumaningtuti (2014) mengutip survei nasional financial literacy Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2013 di 20 provinsi dengan 8000 responden, secara umum tingkat financial literacy masyarakat Indonesia baru 21,8 persen dengan tingkat utilisasi 59,7 persen. Sektor perbankan mendominasi tingkat financial literacy dan utilisasi tersebut. Data Bank Dunia menyebutkan, tingkat financial literacy Indonesia terendah di kawasan Asia Tenggara. Tingkat financial literacy masyarakat Filipina 27 persen, Malaysia 67 persen, dan Thailand 73 persen (Koestanto, 2014). Rendahnya tingkat financial literacy masyarakat di Indonesia membuat lembaga keuangan seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuat beberapa program untuk meningkatkan financial literacy masyarakat di Indonesia. Program

yang dilaksanakan seperti melakukan program edukasi langsung kepada masyarakat. Selain mengedukasi secara langsung, OJK juga bermitra dengan pelaku usaha untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Tujuannya sama, demi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap produk keuangan. Memberikan program edukasi kepada masyarakat tidaklah mudah. Terlebih jika masyarakat tersebut tidak pernah mengenyam pendidikan. Tingkat pendidikan yang berbeda mungkin akan menghasilkan tingkat financial literacy yang berbeda pula pada masyarakat. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah maka tingkat financial literacy rendah dan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka financial literacy tinggi. Pendidikan sangat berperan penting dalam pembentukan financial literacy baik pendidikan informal di lingkungan keluarga maupun pendidikan formal di lingkungan perguruan tinggi. Di dalam lingkungan keluarga, tingkat financial lietacy ditentukan oleh peran orang tua dalam memberikan dukungan berupa pendidikan keuangan dalam keluarga, Melalui pendidikan keluarga, dengan caracara sederhana anak dibawa ke suatu sistem nilai atau sikap hidup yang diinginkan dan disertai teladan orang tua yang secara tidak langsung sudah membawa anak kepada pandangan dan kebiasaan teretentu. Mahasiswa adalah salah satu komponen masyarakat yang tergolong berpendidikan tinggi, maka sudah seharusnya mahasiswa memiliki tingkat financial literacy yang baik. Namun fenemona yang ada saat ini tidak mencerminkan mahasiswa memiliki tingkat financial Literacy yang baik. Hal ini terlihat dari tidak adanya pembentukan skala prioritas atas kegiatan ekonominya.

Mereka semakin konsumtif dalam melakukan pembelian tanpa pertimbangan kedepan padahal sebagaian besar dari mereka belum memiliki pendapatan karena masih bergantung pada orang tuanya. Cadangan dana yang mereka miliki setiap bulannya juga terbatas. Selain itu keterlambatan uang kiriman dari orang tua atau uang bulanan habis sebelum waktunya juga menjadi masalah dalam hal pengelolaan keuangan mereka. Terkadang pula keadaan lingkungan pertemanan didukung dengan banyaknya fasilitas hiburan dan kuliner yang menggiurkan memberi dampak terhadap pengaturan keuangan dan pola konsumsi mahasiswa pada umumnya. Masa kuliah adalah saat pertama bagi sebagian besar mahasiswa untuk mengelola keuangan secara mandiri tanpa pengawasan penuh dari orang tua (Sabri et.al, 2010). Mahasiswa berada dalam masa yang sangat berpengaruh selama belajar di universitas karena mereka harus belajar untuk mandiri secara finansial dan bertanggung jawab atas keputusan yang mereka buat. Mahasiswa berada dalam masa peralihan dari ketergantungan menuju kemandirian secara finansial dan di masa perkuliahan jugalah mahasiswa harus membuat rencana yang akan mempengaruhi kesejahteraan dan keberhasilan masa depan. Mahasiswa memiliki masalah keuangan yang kompleks karena sebagian besar mahasiswa belum memiliki pendapatan, cadangan dana juga terbatas untuk digunakan setiap bulannya. Masalah-masalah yang dihadapi bisa karena keterlambatan uang kiriman dari orang tua, atau uang bulanan habis sebelum waktunya, yang bisa disebabkan oleh kebutuhan tidak terduga, ataupun disebabkan pengelolaan

keuangan pribadi yang salah (tidak adanya penganggaran), serta gaya hidup dan pola konsumsi boros. Bukti empiris rendahnya financial literacy juga terjadi pada kalangan mahasiswa seperti yang diungkapkan oleh Chen dan Volpe (1998) bahwa rendahnya financial literacy mahasiswa terjadi karena kurangnya edukasi personal finance di universitas. Lebih lanjut, Nidar dan Bestari (2012) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa level financial literacy yang dimiliki oleh mahasiswa masih dikategorikan rendah. Akan tetapi, Nidar dan Bestari (2012) dalam penelitiannya hanya menggunakan satu universitas sebagai sampel. Selain itu, penelitian ini tidak mengkorelasikan financiallliteracy dengan perilaku keuangan mahasiswa yang diduga memiliki korelasi dengan pengambilan keputusan. Dari berbagai latar belakang pengetahuan yang dijadikan dasar pengetahuan akan financial literacy, terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi financial literacy mahasiswa baik internal maupun eksternal. Diantaranya Faktor demografi menurut Keown (2011) meliputi usia, jenis kelamin, status imigrasi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan regional. Penelitian Nidar & Bestari (2012) menyebutkan banyak elemen yang dikategorikan menjadi karateristik demografi mahasiswa yaitu jenis kelamin, usia, status, tingkat pendidikan, tahun masuk, fakultas, IPK, tempat tinggal, pengalaman kerja, pengalaman usaha, pendaftaran khursus, pengetahuan keuangan pribadi dari orang tua, pengetahuan keuangan pribadi dari perkuliahan, partisipasi dalam kelompok usaha, mengikuti seminar tentang keuangan pribadi,

pendapatan per bulan, kepemilikan kartu kredit, hutang, penggunaan produk perbankan, tingkat saldo tabungan, asuransi, dan produk investasi. Monticone (2010) menjelaskan bahwa tingkat financial literacy seseorang dipengaruhi oleh karakteristik demografi (gender, etnis, pendidikan), latar belakang keluarga, kekayaan serta preferensi waktu. Capuano dan Ramsay (2011) menjelaskan bahwa faktor personal ( intelegensi dan kemampuan kogniti), sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi financial literacy seseorang. Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini dengan mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi beberapa kategori yaitu berdasarkan demografi, sosial dan ekonomi, dan kemampuan kognitif (Nidar dan Bestari, 2012) Universitas andalas merupakan salah satu Universitas Negeri di Kota Padang. Jumlah mahasiswa Universitas Andalas telah mencapai 24.604 orang pada tahun 2014 (www.antarasumbar.com). Universitas Andalas memiliki lima belas fakultas yaitu fakultas pertanian, fakultas kedokteran, fakultas MIPA, fakultas hukum, fakultas ekonomi, fakultas peternakan, fakultas teknik, fakultas ilmu budaya, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, fakultas farmasi, fakultas teknologi pertanian, fakultas kesehatan masyarakat, fakultas keperawatan, fakultas kedokteran gigi, dan fakultas teknologi informasi. Fakultas ekonomi adalah salah satu fakultas yang memiliki jumlah mahasiswa yang cukup besar diantara fakultas lain yang ada di Universitas Andalas Padang. Sebagian besar mahasiswa ini sedang berada dalam masa peralihan dari ketergantungan orang tua menuju kemandirian secara finansial. Dan dimasa perkuliahan mahasiswa harus membuat rencana yang akan mempengaruhi

kesejahteraan dan keberhasilan di masa depan (Khairani, 2016). Sedangkan Fakultas non ekonomi tidak terfokus kepada pembelajaran mengenai financial Literacy sebagai bekal dalam mengelola dan mengambil keputusan keuangan. Mahasiswa tersebut hanya berpedoman kepada pengalaman yang mereka punya atau berdasarkan realita yang mereka lihat, sehingga dibutuhkan adanya financial Literacy sebagai bekal dalam mengelola dan mengambil keputusan keuangan. Mengingat pentingnya Financial literacy dikalangan mahasiswa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Financial Literacy Mahasiswa Universitas Andalas Padang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran financial literacy mahasiswa S1 Universitas Andalas Padang secara umum? 2. Bagaimana gambaran financial literacy mahasiswa S1 Universitas Andalas Padang berdasarkan latar belakang sosioekonomi dan sosiodemografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, fakultas, tahun angkatan, IPK, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, spending, serta saving? 3. Bagaimana gambaran spending behavior mahasiswa S1 Universitas Andalas Padang berdasarkan tingkat financial literacy yang dimilikinya? 4. Bagaimana gambaran saving behavior mahasiswa S1 Universitas Andalas Padang berdasarkan tingkat financial literacy yang dimilikinya?

1.5 Pembatasan Masalah Adapun batasan operasional penelitian ini adalah pada mahasiswa S1 Universitas Andalas Padang tahun angkatan 2010 sampai dengan 2016 yang masih aktif bertujuan untuk melihat gambaran financial literacy mahasiswa berdasarkan usia, jenis kelamin, fakultas, tahun angkatan, IPK, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, spending, serta saving. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis secara deskriptif tingkat financial literacy mahasiswa S1 Universitas Andalas Padang secara umum. 2. Untuk menganalisis secara deskriptif gambaran financial literacy mahasiswa S1 Universitas Andalas Padang berdasarkan latar belakang sosioekonomi dan sosiodemografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, fakultas, tahun angkatan, IPK, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, spending, serta saving. 3. Untuk menganalisis secara deskriptif spending behavior mahasiswa S1 Universitas Andalas Padang berdasarkan tingkat financial literacy yang dimilikinya. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Bagi mahasiswa, dapat mengukur financial literacy bagi mahasiswa di Universitas Andalas Padang.

2. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menambah informasi dan bahan bacaan serta untuk menambah pengetahuan mahasiswa dengan hasil yang ditemukan dalam penelitian. 3. Bagi penulis, penelitian ini dapat digunakan sebagai media untuk mengaplikasikan dan menambah ilmu pengetahuan yang diperoleh semasa kuliah dan menambah pengalaman penelitian khususnya bidang financial literacy. 1.6 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan ini berisi penjelasan tentang isi yang terkandung dari masing-masing bab secara singkat dari keseluruhan skripsi ini. Skripsi ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang yang menampilkan landasan pemikiran secara garis besar alasan dibuatnya penelitian ini. Perumusan masalah berisi mengenai pernyataan tentang keadaan, fenomena dan atau konsep yang memerlukan jawaban melalui penelitian. Tujuan dan manfaat penelitian yang merupakan hal yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini. Selanjutnya pada bab ini yaitu sistematika penulisan yang menjelaskan ringkasan materi yang akan dibahas pada setiap bab yang ada dalam skripsi. Bab II Tinjauan Literatur Bab ini menguraikan landasan teori yang berisi jabaran teori-teori dan menjadi dasar dalam perumusan hipotesis serta membantu dalam analisis hasil

penelitian. Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Kerangka pemikiran adalah skema yang dibuat untuk menjelaskan secara singkat permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis adalah pernyataan yang disimpulkan dari tinjaun pustaka serta merupakan jawaban sementara atas masalah penelitian. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional yang mengemukakan variabel yang digunakan dalam penelitian sekaligus melakukan pendefenisian secara operasional. Penentuan sampel berisi mengenai masalah yang berkaitan dengan jumlah populasi, jumlah sampel yang diambil dan metode pengambilan sampel. Jenis dan sumber data adalah gambaran tentang jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode analisis mengungkapkan bagaimana gambaran model analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab ini menjelaskan tentang objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis data dan pembahasan hasil penelitian merupakan bentuk yang lebih sederhana yang mudah dibaca dan mudah diinterpretasikan meliputi deskripsi objek penelitian, analisis penelitian, serta analisis data dan pembahasan. Hasil penelitian meungkapkan interpretasi untuk memaknai implikasi penelitian. Bab V Penutup Bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran dari pembahasan. Saran yang diajukan berkaitan dengan penelitian dan merupakan

anjuran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam penelitian ini.