BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kerangka penelitian ilmu humaniora, lebih khusus dalam penelitian sastra terdapat tiga poin penting yang harus diperhatikan.ketiga point tersebut adalah subjek penelitian, objek penelitian, dan sarana atau peralatan penelitian (Ratna, 2011:359). Subjek penelitian adalah manusia yang melakukan proses meneliti itu sendiri, sementara yang dimaksud objek penelitian adalah karya sastra. Menurut Pradopo (2002:118) karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling terikat, saling berkaitan, saling bergantung, dan saling menentukan. Sementara sarana atau peralatan penelitian merupakan serangkaian metode atau teknik yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian itu. Sastra memiliki banyak fungsi, di antaranya untuk memberikan gambaran mengenai sebuah fenomena dalam kerangka waktu dan ruang tertentu. Tujuan daripada karya sastra tidak lain adalah untuk mengungkapkan hal-hal yang dipikirkan pengarang sebagai gambaran atas realita kehidupan yang dilihat, dibaca, didengar, atau dialami (Djojosuroto, 2006:9). Dari sebuah sastra, pembaca dapat memperoleh gambaran mengenai sebuah fenomena lengkap dengan serangkaian kebudayaannya. Dari sekian banyak jenis sastra yang menarik untuk dicermati adalah cerpen. Karya 1
2 sastra yang berupa cerpen merupakan karya fiksi yang menawarkan dunia dengan model kehidupan yang diidealkan. Dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2013:30). Salah satunya adalah cerpen Lā Tażbahū al-firākh dalam antologi cerpen Ulbatun min as-safῑh yang menceritakan tentang salah satu fenomena kehidupan di Timur Tengah, khususnya di Mesir, mengenai perjalanan kehidupan seorang manusia. Meskipun menceritakan kehidupan seorang saja, bukan berarti tidak bisa menggambarkan kehidupan masyarakat secara umum karena karya sastra adalah gambaran kehidupan ruang dan waktu dari masyarakat yang diceritakan dalam cerpen. Kondisi ruang dan waktu tersebut menjadi gambaran untuk sebuah kebudayaan, yakni keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuankemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Identifikasi sebuah kebudayaan dapat dilihat dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra adalah sebuah totalitas yang dibangun oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Nurgiyantoro, 2010a:36). Dengan demikian, menarik untuk dikaji lebih dalam, tentang unsur pembangun cerpen Lā Tażbahū al-firākh dalam antologi cerpen Ulbatun min as-
3 Safῑh. Keseluruhannya tentu akan membentuk sebuah makna yang memberikan gambaran tentang salah satu fenomena kebudayaan di Mesir. Hal tersebut, tentu akan semakin memperkaya wacana dan pengembangan keilmuan Sastra Asia Barat UGM. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik yang terkandung pada cerpen Lā Tażbahū al-firākh dalam antologi cerpen Ulbatun min as-safῑh dan bagaimana keterkaitan antarunsurnya dalam menghasilkan makna. 1.3 Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjabarkan unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen Lā Tażbahū al-firākh dalam antologi cerpen Ulbatun min as-safῑh karya Ihsan Abdu al-quddus dan keterkaitan antarunsurnya dalam menghasilkan makna. 1.4 Tinjauan Pustaka Berdasakan pengamatan peneliti, kajian struktural untuk menganalisis cerpen sudah banyak dilakukan, diantaranya oleh Maulida (2013) dalam skripsinya yang berjudul Unsur-Unsur Instrinsik Cerita Anak ar-rā ī asy-syujā karya Muḥammad Aṭiyyah al-ibrāsyī: Analisis Struktural. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa unsur-unsur intrinsiknya adalah moral dan tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, stile dan nada, dan keterkaitan antarunsur. Moral dan tema yang disampaikan oleh pengarang adalah kebaikan akan dibalas dengan kebaikan.
4 Rossi (2013) juga melakukan penelitian sastra melalui kajian struktural.dengan judul Unsur-Unsur Instrinsik al-ḥubbu aṣ-ṣagῑru Dalam Kumpulan Cerpen al- Ᾱlamu aḍ-ḍayyiqu karya Najῑb al-kailānῑ Analisis Struktural. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa unsur-unsur intrinsiknya adalah tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan keterkaitan antarunsur. Tema yang disampaikan oleh pengarang adalah cinta dapat menjadi sumber kekuatan bagi seseorang dalam melakukan sesuatu. Setiap unsur dalam cerpen ini memiliki keterkaitan sehingga membentuk makna yang utuh. Selain itu, ada beberapa karya ḥsān A u al- u ūs yang telah dibahas, diantaranya, Mulyanor (2009) dengan judul al-qiṣṣah al-qaṣῑrah "Zabakwi" li Najῑ Maḥfūz, Farokhah (2009) engan ju ul Musykilātu Tarjamah al-afadz al-alfādz Lātῑniyyah ad-dakhilati 'ala al- Arabiyyah Ila al-indūnῑsiyyah fi Riwāyah "Bāi u al- Ḥubb" li ḥsān A u al-quddūs, Chamid (2005) dengan judul Taḥwil al-ʻalam Alajamiyyah fi Riwāyah Sayyidah fi Khidmatik li ḥsān A u al-quddūs. Sejauh pengamatan peneliti, terkait dengan cerpen yang berjudul Lā Tażbahū al-firākh dalam antologi cerpen Ulbatun min as-safῑh belum pernah diteliti oleh pihak manapun atau instansi manapun,baik mengacu pada daftar penelitian kajian Sastra Asia Barat UGM sepuluh tahun terakhir, dari fakultas adab UIN Sunan Kalijaga maupun dari penerbit, seperti Navila, sehingga terbuka kesempatan untuk melakukan penelitian pada cerpen Lā Tażbahū al-firākh dalam antologi cerpen Ulbatun min as-safῑh.
5 1.5 Landasan Teori Sesuai engan tujuan ari penelitian ini, aitu mengungkapkan unsur-unsur intrinsik erpen ā aż aḥū al-firākh alam antologi erpen Ulbatun min aṣ-ṣafῑḥ dan hubungan antarunsurnya, maka teoti yang dipakai adalah teori struktural. Teori struktural adalah teori yang memandang karya sastra sebagai sebuah struktur. Sebagai sebuah struktur, unsur-unsurnya dapat dibongkar dan dipaparkan secermat dan sedetail mungkin serta dapat dicari keterjalinan antarunsurnya yang dipandang dapat menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Teori strukturalisme merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks itu dapat berdiri sendiri tidaklah penting karena unsur-unsur tersebut memperoleh artinya di dalam relasi. Relasi inilah yang membentuk unsur-unsur teks menjadi terstruktur sehingga setiap unsur senantiasa berkaitan satu sama lain (Endraswara, 2013:51). Stanton (2012:20) membagi unsur intrinsik fiksi menjadi tiga bagian, yaitu fakta cerita, tema, dan sarana sastra. Pertama fakta cerita,yang terdiri dari tokoh dan penokohan, alur, dan latar, yang kedua tema, dan yang terakhir sarana cerita yang meliputi judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada, simbolisme, dan ironi. Akan tetapi, sarana cerita yang akan dibahas hanya dibatasi pada sudut pandang dan judul saja karena keduanya dipandang menonjol dalam cerpen. Beberapa unsur seperti gaya bahasa dan nada, simbolisme, dan ironi tidak dianalisis, karena keterbatasan cerpen dalam segi panjang cerita. Ketiga unsur tersebut memiliki sifat yang saling
6 berhubungan dan saling berkaitan erat antara unsur satu dengan unsur yang lain. Ketiga unsur tersebut juga membentuk satu kesatuan yang padu (Stanton, 2012:25). Unsur-unsur tersebut dimungkinkan untuk diidentifikasi masing-masing bagiannya. Identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan mengenali, mengkaji, dan mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita, yakni tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, judul, sudut pandang, stile dan nada, dan hubungan antarunsurnya (Nurgiyantoro, 2010a:37). Analisis struktural memiliki tujuan memaparkan secara detail setiap unsur karya sastra dan merangkainya menjadi sebuah sistem yang menyeluruh. Sebagai sebuah sistem yang menyeluruh untuk dipahami setiap detail bagian yang akan menjadi pokok kajian penelitian ini. Dengan mengacu pada teori struktural di atas, halyang akan dibahas adalah sebagai berikut. Unsur intrinsik yang pertama dalam cerpen Lā Tażbahū al-firākh dalam antologi cerpen Ulbatun min as-safῑh yang akan dikaji adalah tokoh dan penokohan. Tokoh cerita adalah seorang pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya lewat alur, baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 2010b:222). Ada dua cara dalam mendeskripsikan tokoh, yaitu teknik uraian dan teknik ragaan. Dua teknik ini walau terdapat perbedaan istilah, tapi secara esensial tidak berbeda, menyaran pada pelukisan secara langsung dan pelukisan secara ridak langsung (Abrams, 1999:33-34 dalam Nurgiyantoro, 2013:179).
7 Unsur intrinsik yang kedua adalah alur, yaitu rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa yang terhubung secara kausal. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari peristiwa lainnya. Peristiwa ini tidak saja dalam ukuran fisik seperti tindakan tetapi juga mencangkup perubahan karakter maupun kilasan pandangan (Stanton, 2007:26). Unsur intrinsik yang ketiga adalah latar. Menurut Stanton (2007:35) latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita. Latar dapat berwujud sebuah dekor seperti pegunungan ataupun jalan-jalan, serta melingkupi pula waktu yang mengarah kepada hari, jam, tanggal dan periode sejarah. Selain dari ketiga pembahasan mengenai unsur instrinsik di atas, akan dibahass pula mengenai tema cerpen yang berjudul ā aż aḥū al-firākh dalam antologi cerpen Ulbatun min aṣ-ṣafῑḥ. Tema sendiri memiliki arti aspek cerita yang sejajar engan makna alam pengalaman manusia; sesuatu ang menja ikan suatu pengalaman begitu diingat (Stanton, 2007:36). Secara singkat, tema merupakan pernyataan generalisasi, dapat pula diibaratkan dengan maksud yang merujuk dalam sebuah fungsi dan bukan makna. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan teori struktural, maka metode yang digunakan adalah metode analisis struktural. Dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi, Nurgiantoro (2013:59) menjelaskan bahwa analisis struktural, dipandang
8 sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungaan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan. Metode analisis struktural dilakukan melalui metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendiskripsikan fakta-fakta yang menyangkut unsur-unsur intrinsik yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2011:53). 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan pada penelitian ini terbagi menjadi empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin.Bab II memuat biografi Ihsan Abdu al-quddus dan sinopsis cerpen Lā Tażbahū al-firākh. Bab III berisi analisis struktural cerpen Lā Tażbahū al-firākh yang berisi tokoh dan penokohan, alur, dan latar, tema, sudut pandang, judul, dan hubungan antarunsur. Adapun bab 1V adalah kesimpulan dan diikuti oleh daftar pustaka serta ringkasan skripsi dalam bahasa Arab. 1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin Transliterasi huruf Arab ke Latin yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan keputusanbersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no: 158 th.1987 dan nomor 0543/b/u/1987.
9 a. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan ا Alif tidak tidak dilambangkan dilambangkan ب bā` B Be ت tā` T Te ث Ṡā` ṡ es (dengan titik diatasnya) ج Jīm J Je ح hā` ḥ ha(dengan titik di bawahnya) خ khā` Kh Ka dan ha د Dal D De ذ Żal Ż zet (dengan titik di atasnya) ر rā` R Er ز Zai Z Zet س Sīn S Es ش Syīn Sy es dan ye ص ṣād ṣ es (dengan titik di bawahnya) ض Dād ḍ de (dengan titik di bawahnya) ط ṭāˋ ṭ te (dengan titik di bawahnya)
10 Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan ẓāˋ ẓ zet (dengan titik di ظ bawahnya) atas) ain koma terbalik (di ع Gain G Ge غ fāˋ F Ef ف Qāf Q Ki ق Kāf K Ka ك Lām L El ل Mīm M Em م Nūn N En ن Wāwu W We و Hāˋ H Ha ه Hamzah apostrof, tetapi lambang ini ء tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata Yā` Y Ye ي b. Vokal Vokal bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong, dan vokal panjang. Vokal tunggal Vokal rangkap Vokal panjang Tanda Latin Tanda Latin Tanda Latin Ā...ا...ى Ai...ي A ـ Ī ـ...ي Au...و I ـ
11 Vokal tunggal Vokal rangkap Vokal Panjang Tanda Latin Tanda Latin Tanda Latin Ū... و U ـ c. Tā` Marbūṭah Transliterasi untuk tā` marbūṭah ada dua.pertama, tā` marbūṭah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, atau ḍammah, transliterasinya adalah /t/.kedua, tā` Marbūṭah mati atau mendapat sukūn, transliterasinya adalah /h/.kalau pada kata yang terakhir dengan tā` marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta kedua kata itu terpisah, maka tā` marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. al-madinatul-munawwarah. al-madinah al-munawwarah atau :ادلدينة ادلنو رة d. Syaddah Tanda Syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. : nazzala نز ل
12 e. Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /I/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. : asy-syamsu الش مس Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /I/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. : al-qamaru القمر f. Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah dan akhir kata. Bila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. inna, : إن ya`khużu, : يأخذ : syai`un شيء
13 g. Penulisan Kata Pada dasarnya, setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya. Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn atau Wa :وإن اهلل ذلو خ ت الر ازق ت innallāha lahuwa khairur-rāziqīn h. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya, huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Wa mā Muḥammadun illā rasūl :و ما زلمد إال رسول