BAB III KESIMPULAN Skripsi ini membandingkan antara penataan informasi pada bahasa Prancis sebagai BSu dan bahasa Indonesia sebagai BSa yag bersumber dari dua novel berbahasa Prancis dan terjemahannya. Novel sebagai objek penelitian dipilih karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel mengkomunikasikan cerita dengan menggunakan bahasa. (Hoed, 1992: 7). Perbedaan bahasa dan budaya mempengaruhi perbedaan pemikiran atau persepsi dari masing-masing penutur bahasa tersebut. Dengan demikian, dari perbedaan itu dapat terlihat perbedaan pola pikir. Data pada skripsi ini berupa kalimat tunggal, kalimat majemuk dan wacana. Hasil analisis pola kalimat tunggal bahasa Prancis dan terjemahannya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut. Tabel 16. Status Informasi dan Urgensi Informasi Kalimat Berstruktur SN+SVi pada bahasa Prancis dan terjemahannya Pola kalimat SN SVi Status Informasi Urgensi Informasi Tabel 16 menunjukkan bahwa pada pola kalimat SN+SVi, status informasi pada BSu adalah -, pada BSa atau terjemahannya juga sama -. 73
Sementara itu urgensi informasi pada BSu adalah - dan pada BSa juga sama -. Tabel 17. Status Informasi dan Urgensi Informasi Kalimat Berstruktur SN+SV Kop+Adj pada bahasa Prancis dan nya Pola kalimat SN SV Kop Adj Status Informasi Urgensi Informasi Tabel 17 menunjukkan bahwa pada pola SN+SV Kop+Adj, status informasi pada BSu adalah -, begitu juga pada BSa yang berpola sama -, sedangkan urgensi informasi pada BSu berpola -, begitu juga pada BSa yang berpola +. Tabel 18. Status Informasi dan Urgensi Informasi Kalimat Berstruktur SN+SV Kop+SN pada bahasa Prancis dan nya Pola kalimat SN SV Kop SN Status Informasi Urgensi Informasi Tabel 18 menunjukkan bahwa pada pola kalimat SN+SV Kop+SN status informasi pada BSu adalah --, sedangkan status informasi pada BSa adalah - karena terjemahan verba kopulatif pada BSa tidak ditampakkan. 74
Sementara itu urgensi informasi pada BSu polanya adalah -, dan pada BSa juga sama -. Tabel 19. Status Informasi dan Urgensi Informasi Kalimat Berstruktur SN+SV Kop+SP pada bahasa Prancis dan nya Pola kalimat SN SV Kop SP Status Informasi Urgensi Informasi Pada tabel 19, status informasi dengan pola kalimat SN+SVKop+SP pada BSu adalah -, sedangkan status informasi pada BSa juga sama -. Sementara itu urgensi informasi pada BSu adalah -, sedangkan pada BSa juga sama -. Tabel 20. Status Informasi dan Urgensi Informasi Kalimat Berstruktur SN+SV Kop+Adv pada bahasa Prancis dan nya Pola kalimat SN SV Kopulatif Adv Status Informasi Urgensi Informasi Tabel 20 menunjukkan bahwa pada pola kalimat SN+SV Kop+Adv, pola status informasi pada BSu dan BSa sama yaitu -, sedangkan pola urgensi informasi pada BSu dan BSa juga sama yaitu -. 75
Tabel 21. Status Informasi dan Urgensi Informasi Kalimat Berstruktur SN+SV(V+SN/SP) SV Pola kalimat SN V SN/SP Status Informasi Urgensi Informasi Tabel 21 menunjukkan pola kalimat SN+SV(V+SN/SP). Pola status informasi BSu dengan pola kalimat tersebut adalah -, sedangkan pada BSa juga sama -. Pola urgensi informasi pada BSu dengan pola tersebut adalah -, sedangkan pada BSa polanya juga sama -. Tabel 22. Status Informasi dan Urgensi Informasi Kalimat Berstruktur SN+SV(V+SN+SP) Pola kalimat SN SV V SN SP Status Informasi Urgensi Informasi Tabel 22 menunjukkan bahwa pada pola kalimat SN+SV (V+SN+SP), status informasi pada BSu adalah -, begitu juga pada BSa yang berpola -. Sementara itu pola urgensi informasi pada BSu adalah - dan pola urgensi informasi pada BSa juga sama -. 76
Berdasarkan tabel-tabel di atas, status informasi pada pola kalimat bahasa Prancis setelah diterjemahkan polanya status informasinya sama kecuali pada pola kalimat SN+VKopulatif+SN karena verba kopulatif pada BSu tidak diterjemahkan ke BSa sehingga polanya menjadi berbeda, pada BSu polanya --, sedangkan pada BSa polanya -, sementara urgensi informasi pada BSu dan BSa polanya sama yaitu -. Perbedaannya hanya ada pada nomina dari masing-masing bahasa tersebut. Nomina bahasa Prancis harus selalu disertai oleh determinan (penentu). Determinan itu merupakan penanda jenis dan jumlah yang digunakan sebagai penyerta nomina bahasa Prancis, sedangkan dalam bahasa Indonesia, determinan tidak selalu diperlukan dalam suatu nomina. Determinan itu berkaitan dengan ketakrifan karena determinan berfungsi sebagai penanda nomina takrif atau tak takrif. Oleh karena itu, penanda nomina takrif dan tak takrif pada bahasa Prancis lebih jelas dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Bahasa Prancis menggunakan strategi kala atau penanda waktu pada sistem pelatarannya dalam wacana. Peristiwa latar depan ditandai dengan kala passé simple atau passé composé. Peristiwa ini menggambarkan peristiwa yang bersifat perfektif atau peristiwa yang sudah selesai, sedangkan peristiwa latar belakang ditandai dengan kala imparfait yang bersifat imperfektif. Bahasa Indonesia menggunakan cara lain pada sistem pelatarannya karena bentuk kala pada bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Prancis. Pada terjemahan bahasa Indonesia, peristiwa yang merupakan latar depan menggunakan afiks di-/-nya untuk menonjolkan peristiwa yang menjadi latar depan, sedangkan peristiwa yang merupakan latar belakang menggunakan bentuk 77
non-pasif yaitu dengan menggunakan afiks me- untuk menonjolkan pelaku cerita yang menggambarkan aktivitas atau keadaan tanpa mementingkan urutan waktu. 78