BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah penekanan multifungsionalitas arsitektur sebagai konsep besar perancangannya. Konsep multifungsionalitas arsitektur diterapkan melalui pencapaian rancangan youth center sebagai sebuah karya arsitektural yang utuh dan berkualitas, melalui kemampuan bangunan untuk berfungsi sebagai environmental filter, container activities, capital investment, symbolic function, behavior modifier, dan aesthetic function. Masing-masing fungsi tersebut dielaborasikan sebagai konsep perancangan, di mana setiap konsep memiliki keterkaitan, sehingga terkadang satu unsur perancangan dapat mengemban beberapa konsep sekaligus. Aplikasi keenam konsep itu dibahas pada perancangan secara makro, messo, dan mikro di bawah ini. Diagram 6.1. Diagram Konsep Perancangan 78
6.2. Konsep Makro 6.2.1. Penentuan Lokasi Tapak Gambar 6.1. Konsep Penentuan Lokasi Tapak Konsep untuk menentukan lokasi tapak perancangan dijelaskan sbb. 1. Konsep container activity melalui luas fisik lahan yang cukup untuk mewadahi kegiatan yang nyaman sesuai dengan kebutuhan dan besaran ruang yang direncanakan. 2. Konsep capital investment bersifat profit oriented melalui pemilihan tapak yang terbengkalai, sehingga keberadaan youth center kelak diharapkan dapat meningkatkan nilai lahan secara material. Selain itu juga, keberadaan youth center diharapkan dapat menjadi dinamo bagi keaktifan Jalan Sultan Agung yang masih relatif sepi dibandingkan jalan penghubung Bantul-Parangtritis lainnya. Konsep capital investment bersifat beneficial oriented melalui sawah produktif yang direncanakan untuk area taman agro, di mana dapat meningkatkan pengetahuan pemuda di bidang pertanian. Meskipun secara keseluruhan tipologi bangunan youth center sendiri sudah berorientasi pada keuntungan benefit dikarenakan tujuannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. 3. Konsep symbolic function melalui posisinya yang berada di perempatan jalan besar, di mana perempatan jalan sering dijadikan acuan pengarah jalan oleh masyarakat. Dengan keberadaan bangunan youth center, diharapkan perempatan Palbapang juga mendapat perhatian dari masyarakat. 4. Konsep behavior modifier melalui aksesibilitas tapak yang tinggi bagi pedestrian serta letaknya yang dekat dengan terminal, mendorong perilaku dan kebiasaan masyarakat untuk berkendaraan umum dan berjalan kaki. 79
6.2.2. Pencapaian Menuju Tapak Gambar 6.2. Konsep Pencapaian Menuju Tapak Tapak dapat dicapai melalui dua arah, di mana dua-duanya dijadikan jalur utama bagi pengunjung. Meskipun Jalan Sultan Agung memiliki lebar jalan yang lebih sempit dibandingkan Jalan Bantul, tapi tetap dijadikan sebagai jalur utama dengan tujuan untuk mengarahkan pengunjung untuk melewati Jalan Sultan Agung (konsep capital investment), peningkatan aksesibilitas (konsep behavior modifier), serta perwujudan keterbukaan bagi semua masyarakat dari seluruh Kabupaten (konsep symbolic function). 6.3. Konsep Messo 6.3.1. Pencapaian Menuju Bangunan Gambar 6.3. Konsep Pencapaian Menuju Bangunan Pencapaian menuju bangunan didasarkan pada pertimbangan pencapaian yang diterapkan pada bangunan publik lain yang merupakan kebanggaan Bantul (konsep symbolic function). Pencapaian yang paling sesuai untuk perancangan ini adalah pencapaian tersamar, di mana memberikan pengalaman ruang yang baik, yang dapat menciptakan rasa kepemilikan pada bangunan (konsep behavior modifier). Pencapaian tersamar juga membangun kesan nonformal pada bangunan (konsep symbolic function). 80
Di samping itu, pencapaian tersamar juga memungkinkan bangunan memiliki jarak dengan kedua sisi jalan untuk mengurangi kebisingan (konsep environmental filter). 6.3.2. Orientasi dan Tata Massa Bangunan + Gambar 6.4. Konsep Orientasi dan Tata Massa Bangunan Tata massa bangunan yang diaplikasikan adalah tata massa radial. Tata massa ini memungkinkan bangunan untuk berorientasi ke luar dan ke dalam bangunan. Lengan radial bersifat ekstrovert untuk menjangkau unsur lain di tapak yang menciptakan rasa keterbukaan, sehingga pengunjung di luar bangunan pun merasa terlibat. Hal tersebut membentuk kebiasaan masyarakat untuk menjadi perhatian dan peduli atas keberadaan youth center ini (konsep behavior modifier). Orientasi bangunan merupakan perpaduan antara orientasi perempatan jalan yang sesuai dengan konsep symbolic function, dengan pertimbangan terhadap arah datang matahari (konsep environmental filter). 6.3.3. Sirkulasi Ruang Luar Gambar 6.5. Konsep Sirkulasi Ruang Luar Sirkulasi luar bangunan memisahkan akses pedestrian dengan akses kendaraan. Akses kendaraan bagi pengunjung dan pengelola digabung dengan pertimbangan efisiensi 81
pengawasan. Penggabungan akses kendaraan juga memaksimalkan efektivitas lahan yang fokus pada kegiatan utama (konsep container activity). Pemisahan akses pedestrian dan kendaraan sebagai wujud prioritas atas perancangan jalur yang nyaman dan aman bagi pejalan kaki. Selain itu juga jalur pejalan kaki yang baik dapat membentuk perhatian dan kecintaan pemuda terhadap kebiasaan berjalan kaki (konsep behavior modifier), di mana implikasinya besar terhadap kehidupan bermasyarakat secara luas. Misalnya, peningkatan kesehatan melalui berjalan kaki, membentuk pola pikir untuk mendahulukan pejalan kaki, pemahaman akan pentingnya jalur pedestrian yang nyaman, dan sebagainya. Semuanya itu berangkat dari pemahaman beneficial oriented dalam konsep capital investment. 6.3.4. Tata Lansekap Gambar 6.6. Konsep Tata Lansekap (Sumber : Analisis Penulis, 2014) Tata lansekap yang sesuai untuk diterapkan adalah tata lansekap tersebar. Konsep tata lansekap ini berangkat dari studi perempatan lain di kabupaten yang mendapat perhatian masyarakat. Pada studi tersebut didapati bahwa perempatan tersebut berkontribusi melalui penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) bagi publik. Berangkat dari hal tersebut, konsep tata lansekap ini juga bercita-cita untuk berkontribusi melalui penyediaan RTH publik (konsep symbolic function). RTH publik juga secara visual dapat menambah keindahan di perempatan tersebut melalui tanaman hias yang ada (konsep aesthetic function). 82
Pertimbangan yang lain adalah adanya kebutuhan taman agro untuk mewadahi aktivitas edukasi pemuda (konsep container activity). Sawah yang ada di dalam tapak bagian bart akan dimanfaatkan sebagai lokasi taman agro. Untuk menciptakan tata lansekap yang berkesinambungan antara RTH publik (bagian barat tapak) dengan taman agro (bagian timur tapak), maka dibentuk vegetasi yang menghubungkan keduanya. Lansekap penghubung diposisikan mengelilingi tapak agar dapat berfungsi sebagai buffer kebisingan dan cahaya matahari berlebih (konsep environmental filter). 6.3.5. Bentuk Bangunan Gambar 6.7. Konsep Bentuk Bangunan Bentuk bangunan yang dipilih adalah bentuk tak beraturan. Bentuk ini bersifat dinamis yang dapat menjadi pemicu kreativitas dan jiwa ekspresif pemuda (konsep behavior modifier). Bentuk tidak beraturan ini juga menciptakan citra atraktif dan nonformal di mata masyarakat, dengan orientasi ke arah perempatan (konsep symbolic function). Selain itu bentuk dinamis ini memungkinkan pengembangan rancangan untuk menyesuaikan dengan arah edar matahari dan arah angin (konsep environmental filter), serta memungkinkan pengaplikasian beragam asas order visual untuk menghasilkan bentuk yang indah (konsep aesthetic function). 83
6.3.6. Wujud Bangunan Gambar 6.8. Konsep Wujud Bangunan Konsep container activity yang menuntut ruang yang aman dan nyaman menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan persegi menjadi wujud bangunan. Hal tersebut dikarenakan wujud persegi memungkinkan efisiensi gerak dan sirkulasi yang baik. Selain itu, sifat fleksibilitas tinggi yang dimiliki wujud persegi, diharapkan mendorong rasa kebersamaan dan kepemilikan ruang yang tinggi terhadap setiap ruang yang ada, sehingga diharapkan pengguna bangunan dapat selalu ikut menjaga keberlangsungan bangunan (konsep behavior modifier). Pada pengembangan rancangan, transformasi wujud persegi akan disesuaikan dengan asas-asas order visual untuk membentuk estetika bangunan (konsep aesthetic function). 6.3.7. Warna Gambar 6.9. Konsep Warna Pemilihan warna bangunan merupakan perpaduan antara konsep symbolic function dan behavior modifier. Integrasi dari kedua konsep tersebut menjadikan warna hijau, kuning, dan merah mendominasi bangunan, baik secara interior dan eksterior. Secara simbolis bagi masyarakat Bantul, warna hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran, warna kuning melambangkan kemasyuran dan keagungan, dan warna merah melambangkan keberanian. Secara psikologis, warna hijau memberikan kesan 84
kesegaran dan keterbukaan, warna kuning memberi kesan hangat dan bersahabat, dan warna merah memberi kesan berani dan berenergi, yang diterapkan untuk tujuan pembentukan suasana ruang dan pembentuk perilaku. 6.3.8. Zonasi Ruang Luar Gambar 6.10. Konsep Zonasi Ruang Luar Konsep environmental filter membentuk pembagian zonasi ruang privat, semipublik, dan publik. Zona public terletak mengelilingi zona semipublik dan privat untuk membuat buffer atas kebisingan jalan raya. Dari sisi pencahayaan, zona semipublik yang berisi kegiatan utama, diapit dari sisi timur oleh servis (zona privat) dan dari sisi barat oleh zona publik. Zona publik yang berbatasan langsung dengan jalan raya juga dimaksudkan untuk memberi rasa kepemilikan bersama kepada masyarakat (konsep symbolic function). 6.4. Konsep Mikro 6.4.1. Zonasi Ruang Dalam Zonasi ruang dalam dikategorikan ke dalam klaster berdasarkan jenis kegiatan dan tingkat privasinya (konsep container activity). Zona publik terhubung langsung dengan ruang luar, sekaligus sebagai area transisi dari ruang luar ke ruang zona semipublik yang butuh terhindar dari kebisingan (konsep environmental filter). Fungsi pengelompokan ruang berdasarkan klaster agar ruang dalam dapat didesain menurut karakteristik kegiatan 85
di tiap klaster, misalnya melalui warna, pencahayaan, akustik, yang ditujukan agar membentuk suasana ruang sesuai dengan kebutuhan aktivitas (konsep behavior modifier). Gambar 6.11. Konsep Zonasi Ruang Dalam Setiap ruangan dikonsepkan memiliki akses visual yang maksimal ke luar ruangan. Hal ini untuk menciptakan komunikasi tidak langsung antara pengguna di dalam bangunan dengan pengguna luar bangunan, bahkan dengan masyarakat secara luas sekalipun tidak berada dalam tapak. Akses visual juga didesain dari ruangan lantai 2 ke arah auditorium. Dari auditorium terdapat skylight yang berasal dari roof garden di atasnya. Area hijau lain, yaitu taman agro, terintegrasi dengan lab. agro karena kesamaan karakteristik kegiatan. Gambar 6.12. Potongan Konsep Ruang Dalam 86
Konsep visual ruangan lantai 2 ke arah auditorium memungkinkan penambahan kapasitas penonton apabila auditorium tidak cukup menampung penonton. Selain itu, akses visual juga penting untuk menciptakan kesan keterbukaan antarruang dan mendukung konsep keamanan yang dituntut dalam standar perancangan. Gambar 6.13. Konsep Visual Auditorium Zonasi klaster ditata seimbang dan memusat. Ruang-ruang dalam klaster edukasi, seni, dan ilmiah yang menghadap ke arah klaster olahraga akan menjadi area display. Pada area display akan dipamerkan hasil karya masing-masing klaster, yang diharapkan dapat dilihat oleh publik sekalipun dari luar tapak. Di samping itu, area olahraga diletakkan paling depan terintegrasi dengan RTH publik, dimana seluruh kegiatannya merupakan kegiatan luar ruang, yang memungkinkan akses visual langsung ke jalan. Gambar 6.14. Konsep Zonasi Klaster 87
6.4.2. Sirkulasi Ruang Dalam Sirkulasi ruang dalam didasarkan pada konsep container activity, behavior modifier, dan environmental filter. 1. Hubungan Jalan dengan Ruang Sirkulasi yang menembus ruang diterapkan pada zona publik dan zona transisi publik-semipublik, hal ini dimaksudkan agar kegiatan publik dapat menjadi lebih fleksibel dan memiliki keterbukaan antarruang. Selain itu, zona publik juga relatif tidak mengharuskan ketenangan sehingga ruang yang saling menembus lebih mampu membuat suasana ruang publik lebih ramah. Sirkulasi yang melalui ruang diterapkan pada sirkulasi di dalam tiap klaster kegiatan. Jenis sirkulasi ini dapat menjaga kesatuan tiap ruang yang memiliki jenis kegiatan yang berbeda, di mana berpengaruh dalam kontrol akustik di masing-masing ruang. Setiap ruas sirkulasi ini berujung pada zona privat. Jenis sirkulasi yang berakhir dalam ruang menciptakan privasi tinggi bagi zona privat. Gambar 6.15. Konsep Sirkulasi Ruang Dalam 88
2. Bentuk Ruang Sirkulasi Sirkulasi zona privat dan semiprivat pada umumnya memiliki ruang sirkulasi tertutup, untuk kontrol akustik dan penghawaan yang efisien. Ruang-ruang publik dan ruang semipublik sebagai transisi dari ruang publik memiliki ruang sirkulasi terbuka di satu sisi atau dua sisi, untuk memberi kesan ramah dan terbuka. Tabel 6.1. Konsep Bentuk Ruang Sirkulasi R. Sirkulasi Tertutup R. Kelas R. Lukis Lab. Bahasa Lab. Komputer Lab. Agro R. Serbaguna R. Tari R. Musik R. Sirkulasi Terbuka Salah Satu Sisi Retail Kantin R. Kerajinan R. Pameran Ruang Sirkulasi Terbuka Kedua Sisi Lobby Perpus 89
6.5. Penerapan Multifungsionalitas Arsitektur Dalam Konsep Perancangan Tabel 6.2. Penerapan Multifungsionalitas Arsitektur Dalam Konsep Perancangan Unsur Konsep Perancangan Penentuan Lokasi Tapak Pencapaian Menuju Tapak Pencapaian Menuju Bangunan Orientasi dan Tata Massa Bangunan Sirkulasi Ruang Luar Tata Lansekap Bentuk Bangunan Wujud Bangunan Warna Zonasi Ruang Luar Zonasi Ruang Dalam Sirkulasi Ruang Dalam Tabel 6.2. menunjukkan konsep multifungisonalitas arsitektur yang diterapkan pada konsep makro, messo, dan mikro. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua aspek multifungsionalitas arsitektur telah tercapai dalam konsep perancangan bangunan youth center di Bantul. 90