BAB I PENDAHULUAN. Hearing loss atau kurang pendengaran didefinisikan sebagai kurangnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bayi dengan faktor risiko yang mengalami ketulian mencapai 6:1000 kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center

BAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit. infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir

BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. bulan terbukti dapat mencegah segalakonsekuensi tersebut. The Joint

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sensorineural Hearing Loss (SNHL) merupakan gangguan kurang

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. (BBLR) atau Low Birth Weight (LBW) sebagai bayi dengan berat badan lahir yang kurang

HEARING DISORDERS ON NEWBORN WITH PREMATURE RISK FACTORS AT GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN FAKTOR

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN

Karakteristik Gangguan Dengar Sensorineural Kongenital pada Anak yang Dideteksi dengan Brainstem Evoked Response Audiometry

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Pengembangan Sentra Diagnostik dan Gangguan Pendengaran dan Komunikasi di RSUP Fatmawati Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

BULAN. Oleh: J DOKTER

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

Skrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah

Berdasarkan Data Survei Kesehatan Indera

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hearing loss atau kurang pendengaran didefinisikan sebagai kurangnya pendengaran lebih dari 40 desibel (db) dari pendengaran normal orang dewasa (lebih dari 15 tahun) dan lebih dari 30 db dari pendengaran normal anak-anak (0-14 tahun). 1 Kurang pendengaran secara umum dibagi menjadi tiga tipe, yaitu conductive hearing loss (CHL) atau kurang pendengaran tipe konduktif, sensorineural hearing loss (SNHL) atau kurang pendengaran tipe sensorineural, dan mixed hearing loss (MHL) atau kurang pendengaran tipe campuran. SNHL merupakan gangguan kurang pendengaran yang diakibatkan oleh kerusakan pada koklea, saraf vestibulokoklearis (N.VIII), atau jalur persarafan yang menghubungkan telinga dengan otak. 2,3 Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa sekitar 5,3% dari populasi dunia atau sekitar 360 juta penduduk di dunia menderita kurang pendengaran. Dari jumlah tersebut, 328 juta (91%) penderita adalah orang dewasa (183 juta pria dan 145 juta wanita) sedangkan 32 juta (9%) penderita lainnya adalah anak-anak. WHO menyebutkan bahwa 3,4 juta anak-anak (2%) di wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, mengalami kurang pendengaran. 1 Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993 sampai 1996 yang dilakukan di tujuh provinsi oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia juga menunjukkan bahwa prevalensi kejadian kurang pendengaran kongenital mencapai sekitar 0,1%. 4 1

2 Kejadian kurang pendengaran tipe sensorineural atau SNHL ini dapat memengaruhi tumbuh kembang anak, terutama perkembangan bicara dan bahasa. Speech delay atau keterlambatan bicara merupakan salah satu manifestasi yang paling sering terjadi pada anak dengan SNHL. Speech delay ini dapat menyebabkan gangguan proses belajar dan kesulitan dalam berkomunikasi. Dampak dari hal tersebut adalah anak dapat mengalami penurunan dalam pencapaian prestasi akademik serta melakukan penarikan diri dari kehidupan sosialnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain anak tersebut tidak dapat mengembangkan minat dan bakatnya sejak dini. 5,6 Oleh karena itu, Joint Committee on Infant Hearing (JCIH) 2007 menghimbau untuk dilakukan perhatian khusus terhadap bayi dan anak berisiko tinggi guna menghindari manifestasi dari kurang pendengaran yang terjadi. Bayi dan anak berisiko merupakan bayi dan anak dengan infeksi sitomegalovirus (CMV), gangguan neurodegeneratif, trauma, infeksi postnatal dengan hasil kultur positif, bayi yang mendapatkan kemoterapi, serta bayi dan anak dengan riwayat keluarga menderita SNHL. 7 Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian SNHL tersebut secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu faktor prenatal, faktor perinatal, dan faktor postnatal. 8 Faktor-faktor prenatal dipengaruhi oleh keadaan maternal pada saat mengandung janin. Penelitian Dewi YA (2005) menyebutkan bahwa infeksi sitomegalovirus (CMV) 9 dan rubela 10,11 mempunyai risiko tinggi untuk menyebabkan kerusakan koklea yang berakibat pada berkurangnya pendengaran. Penggunaan obat yang bersifat ototoksik juga dapat menyebabkan kerusakan

3 koklea. Faktor-faktor perinatal yang memiliki hubungan dengan kejadian SNHL pada bayi baru lahir antara lain asfiksia pada neonatus 10 12, prematuritas 10,13,14, bayi dengan berat lahir rendah 10,11,14,15, dan hiperbilirubinemia 10. Keempat keadaan tersebut mempunyai pengaruh penting terhadap fungsi auditoris pada awal kehidupan bayi. Sedangkan faktor postnatal yang diketahui berperan penting terhadap kejadian SNHL onset lambat antara lain pemakaian ventilator mekanis selama lebih dari 5 hari 16, infeksi bakteri atau virus postnatal, serta trauma kepala. 17 Program Sound Hearing 2030 menyatakan pentingnya deteksi dini kurang pendengaran pada setiap bayi berisiko yang dilahirkan. Deteksi dini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kurang pendengaran yang bersifat berat dan sangat berat serta bilateral pada umur enam bulan pertama untuk dilakukan re/habilitasi sedini mungkin. 18 Deteksi dini yang direkomendasikan oleh Early Hearing Detection and Intervention (EHDI) adalah melakukan pemeriksaan pendengaran dengan otoacoustic emission (OAE) dan auditory brainstem response (ABR) atau brainstem evoked response audiometry (BERA). 19 Dalam hal ini pemeriksaan BERA dianjurkan untuk dilakukan karena merupakan pemeriksaan objektif yang paling akurat dan sensitif pada pasien yang sulit dilakukan pemeriksaan fungsi pendengaran lainnya, misalnya pada bayi dan balita. 20 Penelitian mengenai faktor-faktor risiko yang memengaruhi SNHL pada penderita speech delay masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dokter Kariadi Semarang menggunakan otoacoustic emissions (OAE) dan timpanogram didapatkan faktor risiko terbanyak yang memengaruhi kejadian SNHL pada bayi baru lahir adalah prematuritas dan

4 bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR). Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor risiko SNHL pada penderita speech delay yang dilakukan pemeriksaan BERA di bagian Clinical Diagnostic Center (CDC) RSUP Dokter Kariadi. 1.2 Permasalahan Penelitian Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap SNHL pada penderita speech delay di RSUP Dokter Kariadi Semarang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh faktor-faktor risiko terhadap SNHL pada penderita speech delay. 1.3.2 Tujuan khusus 1) Menilai pengaruh infeksi prenatal terhadap SNHL pada penderita speech delay. 2) Menilai pengaruh penggunaan obat-obat ototoksik dengan SNHL terhadap penderita speech delay. 3) Menilai pengaruh bayi berat lahir rendah terhadap SNHL pada penderita speech delay. 4) Menilai pengaruh prematuritas terhadap SNHL pada penderita speech delay. 5) Menilai pengaruh asfiksia neonatorum terhadap SNHL pada penderita speech delay.

5 6) Menilai pengaruh ikterus neonatorum terhadap SNHL pada penderita speech delay. 7) Menilai pengaruh infeksi postnatal terhadap SNHL pada penderita speech delay. 8) Menilai pengaruh pemakaian ventilator mekanis terhadap SNHL pada penderita speech delay. 9) Menilai pengaruh trauma kepala terhadap SNHL pada penderita speech delay. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat dalam aspek ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor risiko SNHL pada penderita speech delay. 1.4.2 Manfaat dalam aspek pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya penanganan terhadap SNHL pada penderita speech delay. 1.4.3 Manfaat dalam aspek kesehatan masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor risiko SNHL pada penderita speech delay sehingga dapat dilakukan deteksi dan intervensi dini terhadap SNHL. 1.4.4 Manfaat dalam aspek penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya, khususnya penelitian tentang faktor-faktor risiko SNHL pada penderita speech delay.

6 1.5 Keaslian Penelitian Penulis telah melakukan upaya penelusuran pustaka dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko prenatal, perinatal, dan postnatal yang berhubungan dengan kejadian SNHL pada penderita speech delay menggunakan pemeriksaan BERA. Penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 1. Keaslian penelitian Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Herwindo B, dkk. Faktor risiko gangguan pendengaran sensorineural pada anak. Program Pascasarjana Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Univeritas Gadjah Mada. 2015 21 - Desain penelitian: analitik observasional dengan casecontrol design. - Subjek penelitian: 31 pada kelompok kasus dan 31 pada kelompok kontrol. - Cara kerja: pemeriksaan fungsi pendengaran dengan OAE dan BERA. - Variabel bebas: hiperbilirubinemia, infeksi TORCH, berat badan lahir, asfiksia, dan prematuritas. - Variabel terikat: kejadian SNHL pada anak. - Anak dengan faktor risiko infeksi TORCH lebih berperan terhadap terjadinya SNHL dibanding faktor risiko non infeksi.

7 Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Martina AA, dkk. Association between low birth weight and speech delay related sensorineural hearing loss: A Study in RSUP Dokter Sardjito Yogyakarta from 2009-2013. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. 2015. 15 - Desain penelitian: analitik observasional dengan casecontrol design. - Subjek penelitian: 83 pada kelompok kasus dan 83 pada kelompok kontrol. - Cara kerja: melakukan analisis pada catatan medis. - Variabel bebas: berat badan lahir. - Variabel terikat: kejadian SNHL pada speech delay. - Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai hubungan dengan kejadian SNHL pada speech delay. Muyassaroh, dkk. Faktor risiko kejadian kurang pendengaran tipe sensorik pada bayi baru lahir. Media Medika Indonesiana. 2011. 45. 3. 158-162. 14 - Desain penelitian: analitik observasional dengan case control design. - Subjek penelitian: 112 pada kelompok kasus dan 117 pada kelompok kontrol. - Pemeriksaan: DPOAE dan timpanogram tipe A. - Variabel bebas: asfiksia, berat badan lahir, prematuritas, kadar bilirubin indirek, dan sepsis pada bayi baru lahir. - Variabel terikat: kejadian kurang pendengaran tipe sensorik. - Prematuritas dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) memengaruhi kejadian SNHL pada bayi baru lahir. - BBLSR secara independen memengaruhi kejadian SNHL pada bayi baru lahir.

8 Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Rahman A, dkk. Hubungan antara riwayat prenatal dan perinatal dengan kejadian SNHL berat-sangat berat pada anak di RSUP Dokter Kariadi Semarang. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Universitas Diponegoro. 2010. 11 - Desain penelitian: analitik observasional dengan case control design. - Subjek penelitian: 168 pada kelompok kasus dan 168 pada kelompok kontrol - Pemeriksaan: BERA, OAE, dan timpanometri. - Variabel bebas: riwayat prenatal dan riwayat perinatal. - Variabel terikat: kejadian SNHL berat-sangat berat. - Infeksi rubela prenatal, BBLR, dan riwayat tidak menangis spontan segera setelah lahir dapat berhubungan secara independen dengan kejadian SNHL beratsangat berat. Penelitian ini dikatakan berbeda dari penelitian sebelumnya dalam hal subjek penelitian, variabel terikat, dan lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di bagian CDC RSUP Dokter Kariadi dengan melakukan observasi terhadap penderita speech delay yang datang untuk melakukan pemeriksaan BERA. Data faktor-faktor risiko didapatkan dari data sekunder rekam medis pasien dan hasil pemeriksaan BERA serta dilakukan aloanamnesis terhadap ibu penderita speech delay. Variabel terikat yang diteliti meliputi faktor-faktor risiko prenatal, perinatal, dan postnatal.