BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Masalah utama dalam persalinan prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya (Saifuddin, 2009). Kelahiran prematur yaitu bayi lahir hidup kurang dari 37 minggu kehamilan, menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi yang lahir prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, risiko penyakit, disabilitas dalam hal motorik jangka panjang. Kognitif, visual, pendengaran, sikap, emosi, sosial, kesehatan, dan masalah pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi normal (Zhang et al, 2002). Angka kematian bayi baru lahir dipengaruhi oleh berat badan lahir dan usia gestasi, semakin rendah berat badan lahir dan usia gestasionalnya maka semakin tinggi mortalitasnya (Wong, 2008). Setiap tahun dilaporkan ada sekitar 15 juta bayi lahir prematur di dunia, lebih dari satu dalam 10 kelahiran, kelahiran prematur meningkat tiap tahun hampir di semua negara. World Health Organization (WHO) menargetkan bahwa hingga tahun 2015, 16 juta bayi dapat diselamatkan. Namun, pada kenyataanya tingkat penurunan untuk pengurangan angka

2 2 kematian masih tidak mencukupi untuk mencapai target yang ditetapkan, khususnya disub-sahara Afrika dan Asia Selatan. Salah satu hambatan penting untuk kemajuan MDGs 4 sehingga gagal untuk mengurangi kematian bayi yaitu kematian akibat penyebab tunggal, prematuritas (WHO, 2012). Setiap tahun di Indonesia diperkirakan bayi lahir prematur kelahiran bayi prematur dikarenakan 30 juta wanita usia subur dalam kondisi kurang energi kronik (Manuaba, 2008). Bayi prematur masih merupakan masalah yang penting dalam bidang perinatologi di dunia karena berkaitan dengan kejadian mortalitas dan morbiditas masa neonatus. Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan di bawah 37 minggu (Lubetzky et al, 2009). Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran di Indonesia diperkirakan sebesar orang per tahun. Penyebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%) (Kurniasih, 2009). Rekap data kelahiran hidup di kota Semarang bulan Januari- September 2011, jumlah bayi lahir dengan BBLR sebanyak 129. Bayi lahir prematur sebanyak 34 dan angka kematian bayi prematur sejumlah

3 3 20, berarti angka kematian bayi prematur sebanyak 58,8%(8). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, pada data RSUD Kota Semarang bulan Januari Agustus 2012, terdapat 16,6% bayi dengan BBLR dari kelahiran total sebanyak 147 bayi BBLR dari 881 kelahiran bayi. Angka kematian bayi mencapai 10 per 881 kelahiran hidup, dan keseluruhannya prematur. Bayi prematur berisiko mengalami masalah kesehatan pada awal kehidupannya. Masalah yang sering terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan imaturitas organnya, di antaranya adalah ketidakstabilan suhu, ketidakstabilan berat badan, sindroma aspirasi, hipoglikemi, serta hiperbilirubin (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen 2004). Berat badan pada bayi prematur mengalami ketidakstabilan yang terjadi akibat bayi tidak mempunyai atau hanya memiliki timbunan lemak subkutaneus sedikit, reflek menghisap dan menelan bayi masih lemah. Bayi prematur dengan BBLR berisiko mengalami keterlambatan pertumbuhan, khususnya berat badan (Bobak L, 2004). Menurut Price dan Kalhan (1998) bayi prematur fungsi organnya masih belum berkembang secara lengkap. Kemampuan menghisap dan menelan telah ada sebelum lahir, namun koordinasinya baru terbentuk pada usia gestasi minggu dan sinkronisasi secara lengkap pada usia gestasi Usia gestasi yang semakin kecil dapat memberikan gambaran bahwa perkembangan organ pencernaan semakin imatur hal ini dapat menghambat penerimaan nutrisi pada bayi. Menurut Sudarwanto (2012) perawatan bayi prematur diantaranya adalah inkubator, ventilator

4 4 mekanik, pemberian obat pematangan paru, pemberian cairan dan nutrisi, pemantauan ketat pertumbuhan dan perkembangan bayi, kebutuhan psikososial, dan terapi non farmakologis. Banyak penelitian tentang terapi untuk menaikan berat badan pada bayi prematur, diantaranya adalah terapi sentuhan, terapi pijat bayi, metode kanguru, terapi musik Lullaby, terapi Murottal Al-Qur an, terapi musik klasik dapat menaikan berat badan bayi dan risiko penurunan berat badan. Penelitian Standley et al (2010) mengemukakan bahwa kemampuan menghisap bayi akan meningkat dengan pemberian terapi musik. Musik merupakan salah satu terapi non-farmakologis yang telah lama diterapkan. Musik dapat mengurangi stres, menurunkan denyut nadi dan kadar kortisol dalam saliva, meningkatkan saturasi oksigen, meningkatkan tingkat menghisap, serta meningkatkan berat badan pada bayi prematur. Musik menghasilkan rangsangan ritmis yang di tamgkap oleh organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang merorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritmi internal pendengar. Oleh karena itu musik bersifat terapeutik dan bersifat menyembuhkan (Campbel, 2001). Hariati (2010) melakukan penelitian mengenai dampak terapi musik terhadap berat badan dan suhu badan bayi prematur. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terapi musik mempengaruhi status berat badan bayi prematur. Penelitian lain mengenai berat badan bayi prematur dilakukan oleh Kemper dan Halminton (2008), menunjukkan bahwa terapi musik

5 5 harpa berpengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi prematur. Hasil penelitian wahyu ningsri (2014) menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi musik klasik terhadap peningkatan berat badan pada bayi prematur, Adanya peningkatan berat badan dimungkinkan karena terapi musik klasik dapat memberikan perasaan tenang kepada bayi sehingga bayi lebih banyak tidur, Apabila bayi lebih banyak tidur akan dapat mengurangi pengeluaran energi sehingga dapat mempertahankan kestabilan berat badan.

6 6 B. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengaplikasikan terapi musik untuk menaikan berat badan pada bayi prematur di Ruang Perinatologi. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengertian bayi prematur, manifestasi klinik, penatalaksanaan serta intervensi pada bayi prematur di RSUD Kota Semarang. b. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan pengkajian pada bayi prematur di RSUD Kota Semarang. c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah yang ditemukan pada asuhan keperawatan bayi prematur di RSUD Kota Semarang. d. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperaawatan pada asuhan keperawatan bayi prematur di RSUD Kota Semarang. e. Mahasiswa mampu mengevaluasi outcome pemberian terapi musik pada asuhan keperawatan bayi prematur di RSUD Kota Semarang. C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan tentang ilmu keperawatan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan tentang pemberian terapi musik

7 7 serta menjadikan referensi khususnya tentang penerapan terapi musik pada asuhan keperawatan bayi prematur dengan berat badan lahir rendah 3. Bagi Profesi Keperawatan Karya tulis ini diharapkan mampu menjadi sumber rujukan atau informasi mengenai penerapan terapi musik klasik pada asuhan keperawatan bayi prematur dengan berat badan lahir rendah 4. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu alternatif terapi non-farmakologis yaitu Terapi Musik untuk meningkatkan berat badan serta membantu mempercepat proses pemulihan bayi prematur. 5. Bagi Lahan Praktik Memberikan informasi dan masukan kepada pihak rumah sakit mengenai penerapan terapi musik pada asuhan keperawatan bayi prematur dengan berat badan bayi lahir rendah 6. Bagi Masyarakat Memberi informasi mengenai Terapi Musik untuk meningkatkan status kesehatan bayi prematur.

8 8

9 9