BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir
|
|
- Doddy Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir dengan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran yang terjadi pada bayi baru lahir sebagian besar merupakan tuli sensorineural, bilateral dan permanen dengan derajat ringan sedang sampai sangat berat. Gangguan pendengaran pada masa bayi akan menyebabkan gangguan bicara, berbahasa, kognitif, gangguan personal sosial, dan emosional. Oleh karena itu diperlukan deteksi dini dalam 3 bulan setelah lahir pada kejadian gangguan pendengaran kongenital atau perinatal sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan atau intervensi yang optimal sebelum usia 6 bulan. Penatalaksanaan yang cepat dan tepat sangat penting dikarenakan tahun pertama kehidupan sangat penting dalam perkembangan proses bicara dan bahasa serta pertumbuhan emosional dan intelektual, dimana dari semua hal tersebut pendengaran yang normal memiliki peranan yang besar (Thompson et al., 2001; Joint Comittee on Infant Hearing, 2000; Bielecki et al., 2011). Beberapa literatur medis menyebutkan beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran pada neonatus misalnya kelainana kongenital, bayi lahir prematur, asfiksia, obat-obatan ototoksik, hiperbilirubinemia, pemakaian ventilator dalam waktu lama, infeksi Toxoplasmosis Rubella Cytomegalovirus dan Herpes simplex (TORCH) pada kehamilan, berat badan lahir sangat rendah, meningitis, dll (Martinez-cruz et al., 2008; Bielecki et al., 2011). Jarangnya bayi yang hanya mengalami satu faktor 1
2 2 risiko yang tersebut diatas menyebabkan kesulitan menentukan mana yang menjadi faktor risiko tersering terjadinya gangguan pendengaran. Selain itu masih sering didapatkan hasil yang berbeda dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam penilaian faktor risiko gangguan pendengaran tersebut (Ohl et al., 2009). Kejadian bayi yang lahir prematur mencapai 12,5% setiap tahunnya di Amerika Serikat (Martin et al., 2008). Di Indonesia sendiri prevalensi kelahiran prematur sebesar 7,44 persen di RS Sanglah pada tahun 1996, 14 persen di Purworejo, dan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2005 mencapai 109 kasus (12,5 persen). Kelahiran prematur ini menjadi salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir, peningkatan kejadian gangguan neurologis, keterlambatan dalam tumbuh kembang anak, gangguan pendengaran serta gangguan dalam tingkah dan perilaku. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi serta penatalaksanaan di ruang rawat intensif neonatus, ventilator khusus neonatus, serta penggunaan surfaktan dan steroid antenatal menyebabkan peningkatan angka keselamatan hidup bayi yang lahir prematur (Shapiro- Mendoza & Lackritz, 2012). Deteksi dini gangguan pendengaran pada bayi baru lahir memerlukan penggunaan alat yang noninvasif dan tidak membahayakan bayi, pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh lingkungan, pemeriksaan singkat, dan dapat menilai status fungsi pendengaran secara akurat. Auditory Brainstem Response (ABR), Transient Evoked Otoacoustic Emissions (TEOAE) dan Distortion Product Otoacoustic Emission (DPOAE) merupakan tiga alat pemeriksaan yang memenuhi kriteria
3 3 diatas dan dipergunakan untuk deteksi dini gangguan pendengaran pada bayi baru lahir (Gorga et al., 2000). Deteksi gangguan pendengaran dapat dilakukan oleh orang tua secara sederhana dengan memperdengarkan sumber bunyi ke bayi dan diamati ada tidaknya respons bayi terhadap suara, namun pemeriksaan ini bersifat subyektif. Otoacoustic Emission (OAE) merupakan suara yang muncul di liang telinga ketika membrana timpani mendapatkan vibrasi yang ditransmisikan oleh koklea melalui telinga tengah sebagai akibat adanya amplifikasi koklea yang berasal dari gerakan sel rambut luar telinga dalam (Kemp, 2002; Kemp, 2008). Pemeriksaan OAE pada bayi dapat menunjukkan proses aktif di koklea dan maturasinya (Jedrzejczak et al., 2007). Proses aktif koklea yang dimaksud menunjukkan gambaran dari fungsi sel rambut luar. Pada bayi yang lahir prematur dapat terjadi gangguan pendengaran oleh karena belum sempurnanya pembentukan anatomi dan fungsi dari telinga yang berperan dalam pendengaran baik telinga luar, tengah, dalam ataupun maturitas dari syaraf pendengaran (Brienesse et al., 1996). Organ korti yang berperan dalam fungsi sensori pendengaran telah terbentuk dan berfungsi pada usia kehamilan minggu (Pujol, 1999; Hall, 2000). Telinga tengah dan luar terbentuk pada minggu ke-34 dan berfungsi setelah lahir. Terdapat banyak penelitian terutama yang menilai bagaimana prematuritas berpengaruh terhadap syaraf pendengaran dimana terjadinya pemanjangan masa laten antar puncak gelombang pada ABR. Penelitian yang menilai bagaimana hubungan antara prematuritas sebagai faktor risiko terjadinya gangguan dari fungsi koklea juga telah ada namun hasilnya masih berbeda pada tiap-tiap
4 4 penelitian terutama dikarenakan perbedaan dari data yang dianalisis. Sampai saat ini belum ada penelitian di RSUP Dr. Sardjito yang meneliti bagaimana gambaran fungsi sel rambut luar pada bayi prematur yang dinilai dengan pemeriksaan OAE. B. Perumusan Masalah 1. Prematuritas merupakan permasalah global dimana diperlukan penanganan khusus dan lebih dibanding bayi yang lahir cukup bulan. Bayi yang lahir prematur memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. 2. Prevalensi kelahiran prematur di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2005 mencapai 109 kasus (12,5 %) dan cenderung meningkat setiap tahunnya. 3. Prematuritas merupakan faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran, gangguan tumbuh kembang, dan gangguan intelektual. 4. Koklea merupakan bagian dari sistem pendengaran dengan inti organ korti yang memiliki struktur sel rambut luar dan sel rambut dalam. Koklea menerima vaskularisasi dari arteri yang sangat kecil (arteri koklearis) tanpa sistem kolateral dan stria vaskularis yang merupakan sumber energi untuk sel-sel rambut. 5. Immaturitas dari struktur di koklea menyebabkan gangguan dari fungsi koklea. 6. Bayi yang lahir prematur fungsi surfaktan paru belum sempurna sehingga bayi sering mengalami distress pernafasan, hipoksia bahkan apnea yang dapat menyebabkan gangguan fungsi koklea. 7. Emisi otoakustik adalah hasil dari proses aktif koklea yang dihasilkan oleh sel rambut luar saat fungsi organ korti bekerja dengan baik. Pemeriksaan
5 5 OAE merupakan alat pemeriksaan noninvasif untuk menilai fungsi sel rambut luar. 8. Telah banyak penelitian mengenai hubungan prematuritas dengan fungsi syaraf pendengaran dan terdapat hubungan yang signifikan. Namun masih terdapat hasil yang tidak konsisten pada beberapa literatur mengenai hubungan prematuritas sebagai faktor risiko gangguan fungsi sel rambut luar. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas maka disusun pertanyaan penelitian: Apakah prematuritas berperan sebagai faktor risiko terhadap gangguan fungsi sel rambut luar koklea? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran prematuritas sebagai salah satu faktor risiko terhadap gangguan fungsi sel rambut luar. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang THT-KL khususnya neurootologi agar dapat dijadikan bahan asupan untuk memahami lebih jauh mengenai prematuritas dan gangguan fungsi sel rambut luar koklea, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan lebih dini. F. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang menilai hubungan antar prematuritas dengan gambaran fungsi sel rambut luar. Smurzynski et al. (1993) melakukan penelitian pada 118 telinga bayi prematur dibandingkan dengan 33 telinga bayi
6 6 cukup bulan tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara hasil pemeriksaan DPOAE dan CEOAE (Smurzynski et al., 1994). Morlet et al. (1995) pada penelitiannya menilai bagaimana gambaran emisi otoakustik pada bayi prematur dibandingkan dengan cukup bulan menggunakan SOAE dan EOAE, juga tidak didapatkan perbedaan yang bermakna dalam munculnya gelombang emisi otoakustik (Morlet et al., 1995). Jedrzejczak et al. (2007) pada penelitiannya dengan TEOAE didapatkan hasil perbedaan yang signifikan pada mulai munculnya masa laten gelombang OAE di frekuensi Hz antara bayi lahir prematur usia minggu (diukur pada usia 40 minggu masa konsepsi) dibandingkan dengan bayi lahir cukup bulan (Jedrzejczak et al., 2007). Pourarian et al. (2012) pada penelitiannya dengan menggunakan DPOAE didapatkan perbedaan yang signifikan antara bayi lahir prematur dengan cukup bulan (Pourarian et al., 2012). Penelitian ini berbeda dengan penelitian Smurzynsky et al. (1994), Morlet et al. (1995), Jedrzejczak et al. (2007) dan penelitian oleh Pourarian et al. (2012). Penelitian ini dilakukan pada tempat, dan target populasi yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional kasus kontrol (case control study) dengan jumlah sampel sebanyak 124 sampel dengan pembagian 62 neonatus pada kelompok kasus dan 62 neonatus kontrol. Sampel diambil dari data rekam medis pasien OAE di bagian neurootologi THT-KL untuk dikelompokkan sebagai kelompok kasus dan kontrol dan dilanjutkan dengan pengambilan data
7 7 secara retrospektif dari rekam medis pasien yang dirawat di ruang NICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk mencari faktor risiko prematuritas. Tabel 1. Keaslian penelitian NO PENELITI JUDUL METODE ALAT SAMPEL HASIL 1 Smurdzynski, et al (1993) 2 Morlet, et al (1995) 3 Jedrzejczak, et al (2007) 4 Pouranian, et al (2012) Distortionproduct and click-evoked otoacoustic emissions of preterm and full-term infants Spontaneous otoacoustic emissions in preterm neonates: prevalence and gender effects Otoacoustic emissions latency difference between fullterm and preterm neonates Prevalence of hearing loss in newborns admitted to neonatal intensive care unit Cohort Cohort DPOAE & CEOAE EOAE & SOAE 33 Matur dan 118 Prematur 93 Prematur dan Matur Cohort TEOAE 50 Matur, 32 PCA 33 dan 14 PCA 40 Cross sectional DPOAE 69 Matur dan 55 Prematur p>0,05 p>0,05 p<0,05 p<0,05
BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. US Preventive Service Task Force melaporkan bahwa prevalensi gangguan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pendengaran dapat terjadi pada neonatus. Prevalensi gangguan pendengaran bilateral kongenital sedang sampai sangat berat pada neonatus berkisar antara 1 dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bulan terbukti dapat mencegah segalakonsekuensi tersebut. The Joint
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan pendengaran pada masa bayi akan menyebabkan gangguan berbicara, berbahasa, kognitif, masalah sosial, dan emosional. Identifikasi gangguan pendengaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi. Kesehatan indera pendengaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hearing loss atau kurang pendengaran didefinisikan sebagai kurangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hearing loss atau kurang pendengaran didefinisikan sebagai kurangnya pendengaran lebih dari 40 desibel (db) dari pendengaran normal orang dewasa (lebih dari 15 tahun)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bayi dengan faktor risiko yang mengalami ketulian mencapai 6:1000 kelahiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tuli kongenital merupakan masalah yang cukup serius dalam dunia kedokteran saat ini. Diperkirakan dalam 1000 bayi baru lahir terdapat 1 bayi menderita tuli kongenital
Lebih terperinciHEARING DISORDERS ON NEWBORN WITH PREMATURE RISK FACTORS AT GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN FAKTOR
HEARING DISORDERS ON NEWBORN WITH PREMATURE RISK FACTORS AT HOSPITAL OF PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN FAKTOR RISIKO PREMATUR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan indera pendengaran merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah membuat
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak subbagian Perinatologi dan Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala
Lebih terperinciFaktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Faktor Risiko Gangguan Pendengaran pada Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hearing Impairment Risk Factors of Newborn Hearing Screening at PKU Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menyebutkan angka kematian bayi di Indonesia sebesar 32 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju maupun negara berkembang. 1 Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis
Lebih terperinciUKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara global, sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatorum, yaitu 40 % dari kematian balita di dunia dengan kematian
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum
FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP SENSORINEURAL HEARING LOSS (SNHL) PADA PENDERITA SPEECH DELAY Studi di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit. infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan khusus untuk infeksi rubela. Virus rubela bersifat teratogen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penurunan berat badan neonatus pada hari-hari pertama sering menjadi kekhawatiran tersendiri bagi ibu. Padahal, hal ini merupakan suatu proses penyesuaian fisiologis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher, Ilmu Kesehatan Anak, serta Ilmu Kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa, sklera dan organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin dalam darah sehingga menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan preterm (prematur) merupakan persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan Kesehatan Dunia
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR RISIKO TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PEMERIKSAAN DISTORTION PRODUCT OAE
PENGARUH FAKTOR RISIKO TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PEMERIKSAAN DISTORTION PRODUCT OAE Oleh : Andi Dwi Saputra Pembimbing: Dr. Luh Made Ratnawati, Sp.THT Dr. Made Tjekeg, Sp.THT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94
BAB VI PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Karakteristik neonatus pada penelitian ini: berat lahir, usia saat pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94 gram) lebih berat daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran seorang anak atau bayi merupakan dambaan setiap keluarga. Setiap keluarga menginginkan anak yang dilahirkannya mampu tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002). Di Amerika Serikat, angka mortalitas neonatus dan bayi kulit hitam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi derajat kesehatan di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator derajat kesehatan. Indikator yang dinilai dan telah disepakati secara nasional sebagai
Lebih terperinci12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN
YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN 1 Skala vestibuli, berisi perilimf Helikotrema Skala tympani, berisi perilimf Foramen rotundum bergetar Menggerakkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan pendengaran atau tuli merupakan salah satu masalah yang cukup serius dan banyak terjadi di seluruh negara di dunia. Gangguan pendengaran adalah hilangnya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BBLR penting diperhatikan karena sangat erat berkaitan dengan kelangsungan hidup bayi tersebut selanjutnya. BBLR akan meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan harapan masa depan bangsa yang perlu dipersiapkan agar menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun sehat mental dan sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan karena
Lebih terperinciPengembangan Sentra Diagnostik dan Gangguan Pendengaran dan Komunikasi di RSUP Fatmawati Jakarta
Pengembangan Sentra Diagnostik dan Gangguan Pendengaran dan Komunikasi di RSUP Fatmawati Jakarta Rully Ferdiansyah 1 Heditya Damayanti I 2 Diana Rosalina 3 Sjafruddin 1 1 Divisi Neurootologi, 2 Divisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan matur (cukup bulan) adalah kehamilan yang berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari) (Manuaba, 2007). Maturitas kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi yang dilahirkan sebelum masa gestasi 38 minggu dianggap sebagai bayi prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran prematur, beberapa faktor seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga adalah organ penginderaan yang berfungsi ganda untuk pendengaran dan keseimbangan dengan anatomi yang kompleks. Indera pendengaran berperan penting dalam
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya subbagian Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko mengalami permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Diperkirakan sekitar sembilan juta pekerja di Amerika mengalami penurunan pendengaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran prematur adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. 1 Kelahiran prematur merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sensorineural Hearing Loss (SNHL) merupakan gangguan kurang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensorineural Hearing Loss (SNHL) 2.1.1 Definisi SNHL Sensorineural Hearing Loss (SNHL) merupakan gangguan kurang pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan pada telinga dalam
Lebih terperinciMEDIA MEDIKA INDONESIANA
Media Medika Indonesiana M Med Indones MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2011 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Faktor Risiko Kejadian Kurang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asfiksia neonatal merupakan masalah global yang berperan dalam meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Insidensi asfiksia di negara maju 1,1 2,4 kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diawali dari proses konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan calon bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta meningkatnya pendapatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta meningkatnya pendapatan dan akses ke pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan peradangan dan infeksi kronis pada telinga tengah dan rongga mastoid yang ditandai dengan adanya sekret yang keluar terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ibu hamil mempunyai peran yang sangat besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Nosokomial menjadi masalah yang cukup berdampak di negara berkembang seperti Indonesia. Infeksi nosokomial ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan abnormal dari sel-sel neuron di otak. Manifestasi klinis dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang adalah suatu manifestasi klinis sebagai akibat dari cetusan yang berlebihan dan abnormal dari sel-sel neuron di otak. Manifestasi klinis dapat berupa fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, infeksi susunan saraf pusat menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit (Saharso dan Hidayati, 2000). Inflamasi yang terjadi pada sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan preterm menurut The American College of. Obstreticians and Gynecologists (ACOG), 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm menurut The American College of Obstreticians and Gynecologists (ACOG), 2014 didefinisikan sebagai kontraksi teratur dari uterus yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia. Hal tersebut merupakan tanggung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendengaran yang bersifat progresif lambat ini terbanyak pada usia 70 80
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses penuaan organ pendengaran yang terjadi secara berangsur-angsur, dan simetris pada kedua sisi telinga.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin. Salah satu indikasi perkembangan janin yang baik adalah berat badan. Rerata berat bayi normal pada usia
Lebih terperinciPENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan
PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus merupakan komponen utama penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih
Lampiran 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prematuritas merupakan persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 2499 gram. Kejadiannya masih tinggi dan merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit membran hialin (PMH) atau dikenal juga dengan hyaline
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit membran hialin (PMH) atau dikenal juga dengan hyaline membrane disease (HMD) adalah penyakit pernafasan akut yang diakibatkan oleh defisiensi surfaktan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 2007). Persalinan prematur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189 Negara, yang bertujuan membangun manusia menjadi paradigma landasan pembangunan Negara
Lebih terperinciDETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA ANAK
DETEKSI DINI GANGGUAN PENDENGARAN PADA ANAK Azwar Abstrak. Gangguan pendengaran pada anak perlu dideteksi sedini mungkin mengingat pentingnya peranan fungsi pendengaran dalam proses perkembangan bicara.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum 37 minggu usia kehamilan), dan angka ini terus meningkat. Persalinan prematur merupakan kelainan
Lebih terperinciCAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009
CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI DiajukanOleh: DENTA ADITYA EPISANA J 500 060
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Leukemia Mieloid Akut (LMA) adalah salah satu kanker darah yang ditandai dengan transformasi ganas dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid. Bila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. (BBLR) atau Low Birth Weight (LBW) sebagai bayi dengan berat badan lahir yang kurang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut WHO (2006), Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) atau Low Birth Weight (LBW) didefinisikan sebagai bayi dengan berat badan lahir yang kurang dari 2.500 gram atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari kelahiran prematur dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang signifikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Klasifikasi bayi baru lahir dengan berat lahir adalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR, kurang dari 2.500 gram), bayi berat lahir yang normal (2.500 sampai 3.999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakat. Angka ini digunakan untuk memonitor dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lansia, menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan patologik pada organ auditorik akibat proses degenerasi pada lansia, menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang penting. Hal ini disebabkan karena morbiditas yang bermakna dan mempengaruhi pembiayaan kesehatan yang meningkat.
Lebih terperinciBerdasarkan Data Survei Kesehatan Indera
Artikel Asli Risiko Gangguan Pendengaran pada Neonatus Hiperbilirubinemia Gatot Irawan Sarosa, Alifiani Hikmah Putranti, JC Susanto Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr Kariadi, Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku, fungsional dan metabolik yang ada sejak lahir. 1 Dalam sumber yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cacat lahir, malformasi kongenital dan anomali kongenital adalah istilah-istilah sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktural, perilaku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia lebih dari 20 juta setiap tahunnya dilahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Di negara berkembang kejadian BBLR 16,5%, 2 kali lebih tinggi dibandingkan
Lebih terperinciTESIS ASFIKSIA NEONATORUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL
TESIS ASFIKSIA NEONATORUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PUTU VERITA WULANDARI NIM 1114018201 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator angka kematian yang berhubungan dengan bayi baru lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator yang memiliki
Lebih terperinciBERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM
BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM Supriyanti*, Tri Indah Idi Retnani* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan prematur merupakan suatu komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas pada bayi. Angka kelahiran prematur di seluruh dunia menunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. 1 Penyebab utama yang menyumbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi
Lebih terperinciPENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat
Lebih terperinciCorrelation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung
Correlation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung Raditiya B, Berawi M, Kurniawan B Medical Faculty of Lampung University Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa semua bayi baru baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi diperlukan manusia Indonesia yang berkualitas untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain. Proses pembentukan manusia berkualitas ini sebaiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, bagi masyarakat, swasta maupun pemerintah untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, 2,8 juta kematian neonatus terjadi secara global. Penurunan angka mortalitas neonatus menurun
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis VII. Gejala tampak pada wajah, jika berbicara atau berekspresi maka salah satu sudut wajah tidak ada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Untuk memahami tentang gangguan pendengaran, perlu diketahui dan dipelajari anatomi telinga, fisiologi pendengaran dan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian neonatus masih cukup tinggi dan tidak ada perubahan selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga 2012 sebesar 3,4%,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Embriologi Telinga Dalam Telinga pada manusia terdiri atas tiga daerah yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar pada dasarnya merupakan corong pengumpul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses perubahan fisiologis pada daur kehidupan wanita yang lazim terjadi pada setiap wanita. Sebagian wanita, terutama yang memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciKata kunci : persalinan preterm dan aterm, apgar score, berat badan, panjang badan
Perbandingan Antara Bayi Baru Lahir dengan Persalinan Preterm dan Aterm Dilihat Dari Apgar Score, Berat Badan dan Panjang Badan (Di Ruang Neonatus RSUD. dr. R. Koesma Tuban) Comparison Between Newborn
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
Lebih terperinci