BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

ANALISIS WASTE DALAM ALIRAN MATERIAL INTERNAL DENGAN VALUE STREAM MAPPING PADA PT XYZ

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Produksi Sistem. Tujuan produksi Lean digambarkan untuk mendapatkan

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB 2 LANDASAN TEORI

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 01 (01), 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X*

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi.

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lean Definition 2.2 A House of Lean

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

Strategi Peningkatan Produktivita s

BAB II LANDASAN TEORI

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Bab 2 LANDASAN TEORI

RANCANGAN PROSES PRODUKSI UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN DENGAN PENGGUNAAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI PT. MIZAN GRAFIKA SARANA*

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

PERANCANGAN PERBAIKAN SISTEM SUPPLY CHAIN DENGAN LEAN MANUFACTURING PADA PT. CAKRA COMPACT ALUMINIUM INDUSTRIAL TUGAS SARJANA.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

Manajemen Persediaan. Manajemen Pembelian. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

3 BAB III LANDASAN TEORI

PENTINGNYA INVENTORY CONTROL BAHAN BAKU UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

Transkripsi:

8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lean Manufacturing Ohno (1997) seperti yang dikutip oleh Abdullah (2003) menjelaskan bahwa ide dasar di balik sistem lean manufacturing, yang telah dipraktekkan selama bertahun-tahun di Jepang, mencakup eliminasi pemborosan, pengurangan biaya serta peningkatan kemampuan pekerja. Filosofi Jepang dalam menjalankan bisnis sangatlah berbeda dengan filosofi yang telah lama diterapkan di Amerika. Kepercayaan tradisional Barat beranggapan bahwa satu-satunya cara untuk memperoleh keuntungan adalah dengan menambahkan keuntungan itu ke dalam ongkos manufaktur agar dapat menaikkan harga jual seperti yang diinginkan. Sebaliknya pendekatan cara Jepang percaya bahwa konsumen merupakan generator harga jual. Semakin banyak kualitas yang dibangun kedalam suatu produk dan semakin banyak jasa yang ditawarkan, maka semakin besar juga harga yang rela dibayar oleh konsumen. Ilmu lean manufacturing bekerja dalam setiap tahapan di value stream dengan mengeliminasi pemborosan agar dapat mengurangi biaya, meningkatkan output, dan pengurangan lead time produksi agar dapat terus bersaing dalam pertumbuhan pasar global.

9 1 Konsep dasar dalam Lean Manufacturing dapat diringkas sebagai berikut: 1. Pendefinisian pemborosan (waste) Seluruh aktivitas untuk menghasilkan produk dari tahap awal hingga akhir dapat dikategorikan atas value added (yang memberikan nilai tambah) dan non-value added (tidak memberikan nilai tambah). Setiap proses yang non-value added dari sudut pandang konsumen harus dieliminasi. 2. Standardisasi proses Lean menuntut adanya implementasi dari panduan produksi yang rinci, disebut sebagai standardisasi kerja. Hal ini mengeliminasi variasi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. 3. Continuous flow Lean bertujuan mengimplementasikan aliran produksi kontinu, bebas dari bottlenecks, interruption, atau waiting. Bila hal ini berhasil diimplementasikan maka waktu siklus produksi dapat dikurangi hingga 90%. 4. Pull production Disebut juga just in time (JIT) yang bertujuan menghasilkan produk yang dibutuhkan pada waktu yang dibutuhkan. 1 Mekong Capital. (2004). Introduction to Lean Manufacturing. Vietnam.

10 5. Quality at the source Lean bertujuan mengeliminasi sumber kecacatan dan pemeriksaan kualitas dilakukan pekerja pada lini proses produksi. 6. Continuous improvement Lean ditujukan mencapai kesempurnaan dengan perbaikan bertahap untuk mengeliminasi pemborosan secara terus menerus. 2.2 Jenis jenis waste 2 Lean berfokus pada peniadaan atau pengurangan pemborosan, dan juga peningkatan atau pemanfaatan secara total aktivitas yang akan meningkatkan nilai ditinjau dari sudut pandang konsumen. Nilai sama artinya dengan segala sesuatu yang ingin dibayar oleh konsumen untuk suatu produk. Semua kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Menciptakan nilai bagi produk (value added activities) adalah aktivitas yang mentransformasi material atau informasi yang diinginkan dari sudut pandang konsumen. b. Tidak dapat menciptakan nilai, tapi tidak dapat dihindari dengan teknologi dan aset yang sekarang dimiliki dan dibutuhkan untuk mentransformasi material menjadi produk (necessary non value added activities) c. Tidak dapat menciptakan nilai bagi produk (non value added activities) 2 Mekong Capital. (2004). Introduction to Lean Manufacturing. Vietnam.

11 3 Toyota telah mengidentifikasikan tujuh jenis waste yang tidak menambah nilai dalam proses bisnis atau manufaktur. Ketujuh jenis waste tersebut adalah sebagai berikut: 1. Waste of overproduction Produk yang diproduksi namun tidak dapat dijual merupakan waste of overproduction. Waste ini dapat berupa memproduksi sesuatu lebih awal dari yang dibutuhkan atau memproduksi dalam jumlah yang lebih besar daripada yang dibutuhkan pelanggan. 2. Waste of motion Pergerakan karyawan dalam mengerjakan produk adalah keniscayaan yang memang harus terjadi. Namun apabila terjadi gerakan yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk maka dapat dikategorikan sebagai waste. Gerakan yang tidak perlu antara lain mencari, memilih atau menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya. 3. Transportation waste Pada sistem yang didesain dengan bagus, tempat kerja dan tempat penyimpanan berada berdekatan agar perpindahan bahan dekat. Peralatan diletakkan pada tempat alat tersebut digunakan. Material dipindahkan kedalam proses sesuai dengan kebutuhan. 3 Liker, J.K and Meier D. (2006). The Toyota Way Fieldbook. US: McGraw-Hill.

12 4. Processing waste Proses yang tidak memberikan nilai tambah harus dihilangkan. Perubahan desain produk sering menyebabkan pengurangan beberapa part pada produk akhir. Processing waste dapat berupa melakukan proses yang tidak perlu, atau melaksanakan pemrosesan yang tidak efisien. 5. Waste time Waste time dapat dibagi kedalam dua golongan yaitu waiting time dan queuing time. Waiting time terjadi apabila suatu part sudah selesai diproses, namun part yang lain yang akan dirakit bersamanya belum selesai. Queuing time terjadi apabila suatu part sudah selesai dikerjakan, namun mesin yang akan mengerjakan part tersebut masih mengerjakan pekerjaan yang lain. 6. Defective product Waste ini timbul akibat memproduksi produk atau komponen yang cacat, atau memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi, berarti tambahan penanganan, waktu, dan upaya yang sia-sia. 7. Excess inventory Waste yang timbul akibat inventory yang berlebihan. Pengeluaranpengeluaran akibat waste ini antara lain adalah biaya gudang, biaya karena produk menjadi usang, dan produk rusak.

13 2.3 Metode yang Digunakan dalam Lean Manufacturing Perusahaan dapat memilih metode sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai serta kemungkinan penerapannya di perusahaan. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menerapkan Lean Manufacturing adalah sebagai berikut. 4 2.3.1 Diagram Supplier, Input, Process, Output, Costumer (SIPOC) SIPOC digunakan untuk menunjukkan aktivitas mayor, atau sub-proses dalam sebuah proses bisnis, bersama-sama dengan kerangka kerja dari proses, yang disajikan dalam Supplier, Input, Process, Output, Costumer. Dalam mendefinisikan proses-proses kunci beserta pelanggan yang terlibat dalam suatu proses yang dievaluasi dapat didekati dengan model SIPOC. Model SIPOC adalah paling banyak digunakan manajemen dalam peningkatan proses. Nama SIPOC merupakan akronim dari lima elemen utama dalam sistem kualitas, yaitu: Supplier adalah orang, departemen atau organisasi yang memberikan informasi, material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub-proses, maka sub-proses sebelumnya dapat dianggap sebagai petunjuk pemasok internal (internal supplier). Input adalah segala sesuatu yang diberikan oleh supplier kepada proses. 4 Mekong Capital. (2004). Introduction to Lean Manufacturing. Vietnam.

14 Process adalah sekumpulan langkah yang mentransformasi dan secara ideal menambah nilai kepada input (proses transformasi nilai tambah kepada input). Suatu proses biasanya terdiri dari beberapa sub-proses. Output adalah produk (barang atau jasa) dari suatu proses. Dalam industri manufaktur ouput dapat berupa barang setengah jadi maupun barang jadi (final product). Termasuk kedalam output adalah informasi-informasi kunci dari proses. Customer adalah orang atau kelompok orang, atau sub proses yang menerima output. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses sesudahnya dapat dianggap sebagai pelanggan internal (internal customer). 2.3.2 Value stream mapping (VSM) Value stream adalah sekumpulan dari kegiatan yang didalamnya terdapat kegiatan yang memberikan nilai tambah dan ada juga yang tidak memberikan nilai tambah. Kegiatan ini dibutuhkan untuk membawa produk maupun satu grup produk dari sumber yang sama melewati aliran-aliran utama, mulai dari raw material hingga ke tangan konsumen. VSM merupakan suatu alat perbaikan dalam perusahaan yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan proses produksi secara menyeluruh, yang mempresentasikan baik aliran material juga aliran informasi.

15 5 Tujuan pemetaan ini adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis pemborosan disepanjang value stream dan untuk mengambil langkah dalam upaya mengeliminasi pemborosan tersebut. Mengambil langkah ditinjau dari segi value stream berarti bekerja dalam satu lingkup gambar yang besar (bukan proses-proses individual), dan memperbaiki keseluruhan aliran dan bukan hanya mengoptimalkan aliran secara sebagian. VSM dapat menyajikan suatu titik balik yang optimal bagi setiap perusahaan yang ingin menjadi lean. Rother dan Shook (1999) seperti dikutip oleh Abdullah (2003), menyimpulkan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan penerapan konsep VSM adalah sebagai berikut : 1. Untuk membantu perusahaan memvisualisasikan lebih dari sekedar proses tunggal (misalnya: proses perakitan dan juga pengelasan) dalam produksi. Dengan demikian akan terlihat jelas seluruh aliran. 2. Pemetaan membantu perusahaan tidak hanya melihat pemborosan yang ada tetapi juga sumber penyebab pemborosan yang terdapat dalam value stream. 3. Value stream menggabungkan antara konsep lean dan teknik yang dapat membantu perusahaan untuk menghindari pemilihan teknik dan konsep yang salah. 4. Sebagai dasar dari rencana implementasi. Dengan membantu perusahaan merancang bagaimana keseluruhan aliran yang door-to-door, diharapkan konsep lean ini dapat mengoperasikan bagian yang hilang dalam upaya me- 5 Rother, M dan Shook, J. (2003). Learning to See, Value Stream Mapping to Create Value and Eliminate Muda. The Lean Enterprise Institute, Inc.

16 lean-kan suatu value stream map menjadi blueprint dalam mengimplementasikan proses yang lean. Dua langkah utama dalam pemetaan value stream, yaitu : 1. Pembuatan current state map untuk memetakan kondisi di lantai pabrik saat ini, sehingga dapat mengidentifikasi pemborosan apa saja yang terjadi. 2. Pembuatan future state map sebagai usulan rancangan perbaikan dari current state map yang ada. 2.3.2.1 Current state Map 6 Tahapan pembuatan current state map adalah sebagai berikut : 1. Penentuan family product yang akan dijadikan sebagai model line Tujuan pemilihan model-line adalah agar penggambaran sistem fokus pada satu produk saja yang bisa dianggap sebagai acuan dan representasi dari sistem produksi yang ada. 2. Pembuatan peta untuk setiap kategori proses (door-to-door flow) di sepanjang value-stream Pada tahap ini dilakukan pengamatan mendetail untuk setiap kategori proses. Untuk setiap proses, maka seluruh informasi kritis termasuk lead time, cycle time, uptime, jumlah operator dan waktu kerja (sudah dikurangi dengan waktu istirahat), level inventory, dan lain-lain perlu 6 Rother, M dan Shook, J. (2003). Learning to See, Value Stream Mapping to Create Value and Eliminate Muda. The Lean Enterprise Institute,Inc.

17 didokumentasikan. Yang semuanya akan dimasukkan dalam suatu data box untuk masing-masing proses. Untuk setiap pembuatan data box, ukuran-ukuran yang diperlukan antara lain: a. Cycle time (C/T) Adalah waktu yang dibutuhkan oleh satu operator untuk menyelesaikan seluruh elemen/kegiatan kerja dalam membuat satu part sebelum mengulangi kegiatan untuk membuat part berikutnya. b. Uptime Menunjukkan kapasitas mesin yang digunakan dalam mengerjakan satu proses. c. Jumlah operator Menyatakan jumlah orang yang dibutuhkan saat melakukan suatu proses. Lambang-lambang yang biasa digunakan dalam penggambaran aliran proses VSM pada tahap ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

18 Tabel 2.1 Lambang-Lambang yang Digunakan pada Peta Kategori Proses No. Nama Lambang Fungsi 1. Customer / Supplier Merepresentasikan Supplier bila diletakkan di kiri atas, yakni sebagai titik awal yang umum digunakan dalam penggambaran aliran material. Sementara gambar akan merepresentasikan Customer bila ditempatkan di kanan atas, biasanya sebagai titik akhir aliran material. 2. Dedicated Process Menyatakan proses, operasi, mesin atau departemen yang melalui aliran material. Secara khusus, untuk menghindari pemetaan setap langkah proses yang tidak diinginkan, maka lambang ini biasanya merepresentasikan satu departemen dengan aliran internal yang kontinu.

19 Tabel 2.1 Lambang-Lambang yang Digunakan pada Peta Kategori Proses (Lanjutan) No. Nama Lambang Fungsi 3. Data Box Lambang ini memiliki lambanglambang didalamnya yang menyatakan informasi / data yang dibutuhkan untuk menganalisis dan mengamati sistem. 4. Inventory Menunjukkan keberadaan suatu inventory diantara dua proses. Ketika memetakan current state, jumlah inventory dapat diperkirakan dengan satu perhitungan cepat, dan jumlah tersebut dituliskan dibawah gambar segitiga. Jika terdapat lebih dari satu akumulasi inventory, gunakan satu lambang untuk masing-masing inventory. Lambang ini juga dapat digunakan untuk merepresentasikan penyimpanan bagi raw material dan finished goods.

20 Tabel 2.1 Lambang-Lambang yang Digunakan pada Peta Kategori Proses (Lanjutan) No. Nama Lambang Fungsi 5. Operator Lambang ini merepresentasikan operator. Lambang ini menunjukkan jumlah operator yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses. Rother, M dan Shook, J. (2003). Learning to See, Value Stream Mapping to Create Value and Eliminate Muda. The Lean Enterprise Institute,Inc. 3. Pembuatan peta aliran material dan informasi keseluruhan pabrik Kesatuan peta alur value-stream juga mencakup aliran material yang harus ada dalam peta. Selain aliran material, maka yang tak kalah pentingnya dalam peta value-stream adalah aliran informasi yang juga mencakup aliran yang ditunjukkan dengan tanda push arrow. Penggambaran shipment dan lead time bar dari bahan mentah hingga produk jadi (finished good) yang telah berada di shipping-end untuk dikirim ke konsumen. Dengan demikian peta current state map telah lengkap. Pada tahapan ini, maka gambar yang telah dibuat pada tahap sebelumnya, disempurnakan dengan lambang-lambang yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

21 Tabel 2.2 Lambang-Lambang yang Melengkapi Peta Keseluruhan No. Nama Lambang Fungsi 1. Shipments Merepresentasikan pergerakan raw material dari supplier hingga menuju gudang penyimpanan akhir di pabrik, atau pergerakan dari produk akhir di gudang penyimpanan pabrik hingga sampai ke konsumen. 2. Push Merepresentasikan pergerakan Arrows material dari satu proses menuju proses berikutnya. Push memiliki arti bahwa proses dapat memproduksi sesuatu tanpa memandang kebutuhan cepat dari proses yang bersifat downstream.

22 Tabel 2.2 Lambang-Lambang yang Melengkapi Peta Keseluruhan (Lanjutan) No. Nama Lambang Fungsi 3. External Shipments Melambangkan pengiriman yang dilakukan dari supplier ke konsumen atau pabrik ke konsumen dengan menggunakan pengangkutan eksternal (di luar pabrik). 4. Production Merepresentasikan penjadwalan Control produksi utama atau departemen pengontrolan, orang atau operasi. 5. Manual Info Gambar anak panah yang lurus dan tipis menunjukkan aliran informasi umum yang bisa diperoleh melalui catatan, laporan ataupun percakapan. Jumlah dan jenis catatan lain bisa jadi relevan.

23 Tabel 2.2 Lambang-Lambang yang Melengkapi Peta Keseluruhan (Lanjutan) No. Nama Lambang Fungsi 6. Electronic Info Merepresentasikan aliran elektronik seperti melalui: Electronic Data Interchange (EDI), internet, intranet, LANs (Local Area Network), WANS (Wide Area Network). Melalui anak panah ini, maka dapat diindikasikan jumlah informasi atau data yang dipertukarkan, jenis media yang digunakan seperti fax, telepon, dan lain-lain dan juga jenis data yang dipertukarkan itu sendiri. 7. Other Menyatakan informasi atau hal lain yang penting.

24 Tabel 2.2 Lambang-Lambang yang Melengkapi Peta Keseluruhan (Lanjutan) No. Nama Lambang Fungsi 8. Timeline Menunjukkan waktu yang memberikan nilai tambah (cycle times) dan waktu yang tidak memberikan nilai tambah (waktu menunggu). Lambang ini digunakan untuk menghitung Lead time dan Total Cycle time. Rother, M dan Shook, J. (2003). Learning to See, Value Stream Mapping to Create Value and Eliminate Muda. The Lean Enterprise Institute,Inc. 2.3.2.2 Future State Map Langkah terakhir dalam VSM adalah membuat suatu future state map. Tujuan dari VSM adalah untuk mengetahui dengan jelas sumber-sumber pemborosan dan membantu membuat area target bagi proses perbaikan yang nyata. Future state map tidaklah lebih dari sekedar pengimplementasian rencana yang menjelaskan tool yang dibutuhkan dalam proses lean untuk mengeliminasi pemborosan dan dimana (pada proses apa) tool tersebut diperlukan dalam value stream suatu produk. Petunjuk untuk pembuatan future state map adalah sebagai berikut :

25 1. Mengembangkan aliran yang kontinu (continuous flow) di tempat yang memungkinkan. Continuous flow menunjukkan proses untuk memproduksi suatu produk dalam satu waktu, dimana setiap item dengan segera melewati satu proses ke proses berikutnya tanpa adanya stagnasi (juga tidak terdapat berbagai pemborosan) di antara proses tersebut. 2. Menggunakan supermarket untuk mengontrol produksi saat aliran kontinu (continuous flow) tidak sampai tahap upstream. Adakalanya beberapa area dalam value stream dimana continuous flow tidak mungkin diimplementasikan sementara pengelompokkan diperlukan. Ada beberapa alasan yang bisa menyebabkan hal ini, diantaranya : 1. Beberapa proses yang memang dirancang untuk beroperasi dalam waktu siklus yang sangat cepat atau bahkan sangat lambat dan butuh change over untuk melayani famili produk sekaligus. 2. Beberapa proses, seperti proses yang terdapat pada supplier, memiliki letak yang jauh sehingga pengiriman satu produk dalam satu waktu menjadi tidak realistis. 3. Beberapa proses memiliki terlalu banyak lead time atau sangatlah tidak masuk akal untuk menggabungkan secara langsung antara proses yang satu dengan proses yang lain dalam satu continuous flow.

26 Pengendalian produksi sering melalui supermarket berbasis pull-systems. Pullsystems biasanya perlu diletakkan di area yang continuous flow-nya terganggu serta proses yang sifatnya upstream masih harus diterapkan dalam satu ukuran batch. Tujuan meletakkan pull-system diantara dua proses adalah sebagai sarana untuk memberikan instruksi produksi yang akurat terhadap proses yang sifatnya upstream, tanpa perlu mencoba memprediksi permintaan downstream dan menjadwalkan proses yang upstream. Pull merupakan metode pengendalian produksi antar aliran. Tanda supermarket terbuka di sisi kiri, menghadap proses pengiriman yang dilakukan supplier. Ini dikarenakan supermarket merupakan bagian dari proses supply dan digunakan dalam proses penjadwalan. 2.4 Process Cycle Efficiency (PCE) 7 PCE adalah efisiensi relatif dalam sebuah proses. PCE mewakili persentase dari waktu yang dipergunakan untuk menambahkan nilai pada produk dibandingkan total waktu yang dipergunakan produk selama proses per satu siklus part dalam satuan waktu. PCE dihitung dengan menggunakan (Gasperz,2008) : PCE = 7 Gaspersz, V. (2008). Lean Six Sigma. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

27 2.5 Studi Waktu (Time Study) 8 Metode pengukuran waktu dapat dibagi dalam dua bagian yaitu: 1. Pengukuran waktu secara langsung Yaitu pengukuran yang dilakukan di tempat dimana pekerjaan bersangkutan dijalankan, ada dua jenis, yaitu: a. Metode Sampling Pekerjaan: Pengamatan dilakukan pada waktuwaktu tertentu yang telah ditentukan secara acak/random. b. Metode Jam Henti: Menggunakan instrumen stopwatch dimana metode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang. 2. Pengukuran waktu secara tidak langsung Yaitu pengukuran waktu yang dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan, tetapi dengan membaca grafik atau tabel yang tersedia. Pengukuran dilakukan terhadap pekerja yang diambil secara acak untuk mencari pekerja normal. Pengambilan sampel dapat dibagi dua yaitu pengambilan sampel secara acak dan pengambilan sampel secara tidak acak. Pengambilan sampel secara acak artinya setiap anggota dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih. Salah satu caranya adalah stratified random sampling dimana populasi dibagi atas 8 Barnes, R. M. (2009). Motion and Time Study and Measurement of work. Wiley India.

28 beberapa kelas dan dari setiap kelas dilakukan penarikan sampel secara acak. Waktu yang diambil adalah waktu siklus dan beberapa pengujian yang dilakukan yaitu: 1. Pengujian keseragaman data Pengujian keseragaman data dilakukan dengan menetapkan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dari sebaran data tersebut. Penentuan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah tergantung pada tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang telah ditetapkan. Untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% batas kontrol data ditentukan oleh rumusan matematis yang diperoleh secara statistik yaitu: Batas kontrol atas = Batas kontrol bawah = + 2 σ 2 σ Dimana : = rata-rata nilai pengamatan x σ = standar deviasi nilai pengamatan x 2. Pengujian jumlah data yang dibutuhkan Pengujian jumlah data dibutuhkan untuk melihat apakah data yang tersedia memenuhi tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian yang telah ditetapkan. Untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% jumlah data yang dibutuhkan adalah:

29 N = Dimana : N = jumlah data yang dibutuhkan N = jumlah data pengamatan Apabila N > N maka diperlukan pengukuran tambahan hingga memenuhi jumlah yang diperlukan. Apabila N < N maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi. 2.6 Persediaan 9 Pengertian persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999:169) adalah: Suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi. 2.6.1 Model Pengendalian Persediaan Probabilistik 10 Penyebab permasalahan dalam persediaan probabilistik adalah adanya permintaan barang tiap harinya tidak diketahui sebelumnya, informasi yang diketahui hanya berupa pola permintaannya yang diperoleh berdasarkan data masa lalu. Pendekatan yang paling sederhana untuk memecahkan permasalahan ini adalah dengan memandang bahwa posisi persediaan barang yang tersedia digudang sama 9 Assauri, S. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 10 Bowersox, Donald J., Closs, David J. (1996). Logistical management : the integrated supply chain process (1st Edition ed.). McGraw Hill.

30 dengan posisi persediaan barang pada sistem persediaan deterministik akan tetapi ditambahkannya suatu cadangan pengaman (safety stock) untuk mengantisipasi dan meredam fluktuasi permintaan. 1. Sistem persediaan dengan pengamatan kontinu (Metode Q) Perusahaan mengamati tingkat persediaan secara kontinu dan melakukan pemesanan jika tingkat persediaan mencapai reorder point. Dapat dirumuskan sebagai berikut. Target Level ( Re-order point ) Reorder Point = (LD x AU) + SS Keterangan : LD AU SS = Lead time = Average usage = Safety stock Keterangan : Rata-rata tingkat persediaan (Average Inventory Level) I = [ SS + (Q ½ ) ] Q = Quantity 2. Sistem persediaan dengan pengamatan periodik (Metode P) Perusahaan mengamati tingkat persediaan secara periodik dan pemesanan dilakukan pada saat tersebut jika diperlukan.

31 Tabel 2.3 Asumsi Model Pengendalian Persediaan Probabilistik No. Asumsi Model Q Asumsi Model P 1. Besarnya pemesanan adalah tetap. interval pemesanannya tetap sedangkan kuantitas pesanannya berubah- ubah. 2. Selang waktu antara dua Jumlah permintaan tidak pasti atau pemesanan berturut-turut berfluktuasi dan jumlah pemesanan adalah tidak tetap, tergantung pada kecepatan pemakaian barang dalam akan bervariasi tergantung permintaan yang sesuai dengan target persediaan. persediaan. 3. Pemesanan kembali dilakukan jika jumlah barang dalam Selang waktu antara dua pemesanan beruntun adalah tetap. persediaan telah mencapai suatu batas tertentu yang disebut titik pemesanan kembali (Reorder point).

32 Tabel 2.3 Asumsi Model Pengendalian Persediaan Probabilistik (Lanjutan) No. Asumsi Model Q Asumsi Model P 4. Adanya sistem persediaan pengaman, yaitu sejumlah persediaan yang disiapkan untuk menghadapi Tidak memiliki titik pemesanan kembali, sebagai gantinya adalah selang waktu yang tetap untuk pemesanan kembali. adanya perubahan permintaan 2.7 Persediaan Pengamanan (Safety Stock) 11 Safety Stock menurut Assauri, Sofjan (1999:186) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (out of stock). Kemungkinan terjadinya out of stock dapat disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar daripada perkiraan semula, atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Pengadaan persediaan pengaman oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya out of stock. Faktor- faktor yang menentukan besarnya safety stock : a. Penggunaan bahan baku rata-rata b. Faktor lama atau lead time (procurement time) 11 Assauri, S. (1999). Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

33 Safety stock bertujuan untuk menentukan berapa besar stock yang dibutuhkan selama masa tenggang untuk memenuhi besarnya permintaan. Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu dengan metode sebagai berikut : 1. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata. Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu (misalnya perminggu), kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time. Berikut ini adalah persamaannya: Safety stock = (Pemakaian Maksimum Pemakaian Rata-Rata) x Lead Time 2. Metode statistika. Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini, terlebih dahulu harus menghitung standar deviasi dari demand. Standar deviasi merupakan Merupakan perhitungan ukuran sebaran data yang menunjukan penyimpangan setiap demand bahan baku terhadap rata-rata kebutuhan bahan baku. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesalahan perhitungan hasil peramalan (demand) terhadap demand rata-rata, ini akan berpengaruh terhadap perhitungan safety stock selama lead time. Persamaan perhitungan standar deviasi ialah sebagai berikut: σ =

34 Keterangan: = Standar deviasi (tingkat kesalahan) Xi = Demand/kebutuhan bahan baku = Rata-rata demand/kebutuhan bahan baku n = Jumlah periode Untuk menghitung besarnya Safety Stock dipengaruhi dua faktor yaitu: 1. Besarnya derajat signifikan standar deviasi pada kurva normal (Z) yang digunakan dalam hal ini adalah service level. 2. Lamanya jangka waktu (lead time) yang digunakan sebagai dasar perhitungan. Penentuan kapasitas safety stock dilakukan untuk menjaga atau menghindari kekosongan bahan baku (out of stock) sehingga permintaan (project order) dapat di penuhi selama masa Lead Time. Adapun persamaan dalam menghitung safety stock adalah sebagai berikut: Safety Stock = Keterangan: SS Z LT = Persediaan pengaman selama lead time = Perhitungan pada table Z kurva normal = Lead time = Standar deviasi

35 Rumus di atas digunakan untuk menentukan persediaan pengaman bagi bahan-bahan yang bergerak cepat, yakni dengan menggunakan distribusi normal. 2.8 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) 12 Menurut Heizer dan Render (2005) model-model persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menuggu sampai tingkat persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan memesan lagi, dan dengan seketika kiriman akan diterima. Keputusan akan memesan biasanya diungkapkan dalam konteks titik pemesanan ulang, tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan. Kegunaan utama dari ROP ini adalah 1. Untuk tetap dapat memenuhi permintaan pasar selama dalam waktu tenggang pemesanan. 2. Metode ROP ini implementasinya memerlukan data mengenai ratarata pemakaian barang per harian dan ukuran pengamanan stok untuk memenuhi permintaan selama masa tenggang. 3. Peran ROP ini dalam pengendalian persediaan barang cukup vital karena dengan adanya ROP ini maka selama waktu tenggang pemesanan barang, permintaan pasar akan barang dapat tetap terpenuhi. 12 Jay Heizer, B. R. (2007). Operation Management : Student Lecture Guide. Pearson Prentice Hall.

36 Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah : 1. Lead time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin besar bahan yang diperlukan selama masa lead time. 2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu. 3. Safety stock, yaitu jumlah persediaan bahan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi.