BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan sesama produsen dari dalam negeri, tetapi juga dengan produsen dari negara -negara lain. Kompetisi menjadi sangat diperlukan ketika pelaku usaha memasuki pasar global, sebab tanpa adanya kompetisi akan menyebabkan pelaku usaha gagal merebut perhatian konsumen-konsumen yang tersebar di pasar bebas. Bentuk dari adanya kompetisi ini salah satunya adalah inovasi produk-produk yang dihasilkan. Inovasi dilakukan dengan cara mengikuti trend yang sedang berkembang. Disamping itu juga untuk meciptakan keunikan produk yang menjadi ciri khas dari suatu produk tertentu yang membedakan dengan produk hasil karya pelaku usaha yang lainnya. Dewasa ini, jumlah unit usaha di Indonesia sangatlah banyak dan beragam jenisnya. Dan tidak sedikit pula diantara mereka merupakan indusri rumahan yang termasuk dalam kategori usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Jika dilihat dari jumlahnya yang semakin meningkat, mengindikasikan bahwa unit usaha di sektor ini terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Di Indonesia, jumlah unit usaha UMKM menurut data yang dikutip dari Kementrian UKM dan Koperasi menunjukkan adanya peningkatan sebesar 2,41% pada tahun 2011-2012 untuk jumlah unit usaha sektor UMKM.
Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Tahun 2011-2012 Unit Usaha Satuan Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan 2011-2012 Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah % (%) (%) Usaha (Unit) 55.206.444 99,99 56.534.592 99,99 1.328.147 2,41 Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha (Unit) 54.559.969 98,82 55.856.176 98,79 1.296.207 2,38 Mikro (UMi) - Usaha Kecil (Unit) 602.195 1,09 629.418 1,11 27.223 4,52 (UK) - Usaha Menengah (UM) (Unit) 44.280 0,08 48.997 0,09 4.717 10,65 Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (diolah) Data tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2011-2012 sektor UMKM mengalami pertumbuhan pesat dalam jum lah unit usahanya. Pertumbuhan sektor UMKM sangat pesat apabila dibandingkan sektor UB yang hanya mengalami peningkatan sebesar 0,32%. Dilihat dari jumlah unit usahanya saja dapat dilihat bahwa UMKM memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia. Tidak berlebihan jika potensi dari sektor UMKM ini terus dikembangkan oleh pemerintah mengingat kontribusinya yang cukup besar. Meningkatnya jumlah UMKM ini berimplikasi pada meningkatkatnya persaingan usaha antar unit usaha, Dengan semakin meningkatnya persaingan usaha baik di dalam negeri maupun diluar negeri, maka perlu adanya suatu pengembangan industri khususnya pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan para pelaku usaha dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan produk-produk dari negara lain. Pengembangan UMKM di Indonesia selama ini masih kalah perhatian dibandingkan dengan pengembangan industri-industri besar yang dipandang lebih banyak menyumbangkan nilai tambah daripada industri-
industri kecil dan menengah. 1 Selama ini pemerintah lebih berfokus dalam mendorong perkembangan industri-industri besar untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi, pemerintah kuramg memperhatikan bahwa pelaku usaha kecil seperti UMKM perlu dikembangkan sebagai salah satu sektor usaha yang potensial bagi peningkatan angka pertumbuhan eknomi di Indonesia. Dari data BPS tahun 2006, pada tingkat nasional 57% Produk Domestik Bruto (PDB) bersumber dari unit usaha UMKM dan hampir 15% ekspor barang di Indonesia disum bang oleh UMKM. Dan pada tahun 2013 terbukti sektor UMKM ini telah memberikan kontribusi sebesar 57,12% terhadap PDB. 2 Untuk itulah dirasa penting apabila pemerintah mengembangkan sektor ini mengingat potensi yang dimiliki UMKM cukup besar. Terlebih ketika persaingan dalam pasar bebas mulai bertambah tinggi. Agar sektor UMKM ini tidak kalah saing dengan industri-industri besar dalam negeri maupun industri asing, diperlukan suatu kesiapan dari para pelaku usaha dari sektor ini. Oleh karenanya, diperlukan adanya suatu dukungan antara pemerintah dan pelaku usaha untuk bekerjasama mengembangkan produk-produk UMKM ini. Peningkatan jumlah unit usaha sektor UMKM ini juga terjadi di Provinsi DIY. Data yang dihimpun dari Disperindagkop Provinsi DIY menunjukkan selama kurun waktu 2008 hingga 2013 terdapat peningkatan jumlah unit usaha pada sektor UMKM sebesar 52.639 unit. 1 Ikhsan, Mohamad. 2004. Mengembalikan Laju Pertumbuhan Ekonomi dalam Jangka Menengah: Peran Usaha Kecil dan Menengah, Jurnal Analisis Sosial Vol. 9 No. 2 Agustus 2004. 2 Badan Pusat Statistik, 2006.
Tabel 2 Jumlah UMKM di Provinsi DIY Tahun 2008-2013 No Tahun Jumlah UMKM 1 2013 204.979 2 2012 203.995 3 2010 182.232 4 2009 164.847 5 2008 152.340 Sumber: disperindagkop.jogjaprov.go.id Peningkatan jumlah UMKM terbesar terjadi pada tahun 2010 ke 2011 yaitu sejumlah 21.763 unit usaha UMKM. Hal ini tentu berdampak pada banyak hal, diantaranya peningkatan perekonomian daerah, peningkatan penyerapan tenaga kerja, hingga meningkatnya iklim usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta. Peningkatan Jumlah UMKM di DIY Tahun 2008-2013 Grafik 1 Sumber: disperindagkop.jogjaprov.go.id Berdasarkan data Ringkasan Listing Sensus Ekonom i 2006 BPS DIY menyebutkan bahwa di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah UMKM mencapai lebih dari 90% dari total jum lah unit usaha yang ada, dengan lebih dari 900.000 orang tenaga kerja. Sentra-sentra industri seperti kerajinan dan makanan tum buh subur di berbagai daerah di Yogyakarta sebagai penopang sektor pariwisata yang menjadi andalah Pemerintah DIY.
Salah satu sentra UMKM yang cukup terkenal yang menjadi salah satu komoditi utama di Yogyakarta adalah sentra kerajinan kulit Manding yang terletak di Dusun Manding, Desa Sabdodadi, Kabupaten Bantul. Masyarakat luas lebih mengenal daerah ini sebagai Desa Manding sentra kerajinan kulit yang ada di Yogyakarta. Hal ini disebabkan karena mayoritas UMKM yang ada di Desa Manding ini bergerak di bidang industri rumahan kerajinan kulit. Dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Menengah, unit usaha Sentra Kerajinan Kulit Manding termasuk ke dalam jenis usaha kecil. Karena unit usaha ini merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau kelompok, serta memiliki jumlah aset diantara Rp.50.000.000 Rp.500.000.000. Hasil dari produk kerajinan kulit mereka antara lain berupa tas, jaket, dompet, sepatu, ikat pinggang, dan lain-lain. Hingga sekarang masih cukup banyak penduduknya memiliki keahlian sebagai pengrajin kulit. Manding sebagai bagian dari program GM T (Gabusan-Manding-Tembi) diharapkan dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk mampir, berbelanja, dan mencoba membuat kerajinan sendiri. 3 Oleh karenanya sentra kerajinan ini sering dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing untuk berburu produk-produk kerajinan kulit dari daerah ini. Showroom produk kerajinan kulit desa Manding ini terletak di jalan Parangtritis km. 11 yang cukup strategis dan mudah diakses oleh wisatawan yang berlalu lalang di jalan utama menuju kawasan obyek wisata Pantai Parangtritis ini. Dengan lokasi relatif mudah dijangkau dan dekat dengan obyek wisata Pantai Parangtritis ini, sebenarnya Desa Manding memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata dengan mengunggulkan sentra kerajinan kulit yang menjadi daya tariknya. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya dukungan dari 3 Manding Information Centre
pemerintah daerah setempat, koperasi, Unit Pelaksana Teknis (UPT), maupun asosiasi pengrajin kulit untuk membantu pengembangan UMKM di Desa Manding ini. Sementara ini UPT Kulit Manding yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul menunjukkan pahwa pada tahun 2007, unit usaha mengalami peningkatan 9,8 %, penyerapan tenaga kerja 9,8 %, nilai tambah 7,6 %, nilai investasi 7,1 %. Unit Pelaksana Teknis (UPT) hingga tahun 2009 tetap berjumlah 3(tiga) unit. UPT yang masih aktif adalah UPT Kasongan, sedangkan UPT PIK Gunung Sempu dan UPT Kulit Manding tidak aktif. 4 Namun demikian, di Manding sendiri sebenarnya telah terdapat beberapa paguyuban yang terbentuk sejak awal munculnya Sentra Kerajinan Kulit Manding ini diantaranya: Koperasi Eko Kapti (1976-1986), Setio Rukun (1988-2003), Karya Sejahtera, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, Paguyuban Karya Sejahtera dan Pokdarwis lah yang masih terhitung aktif hingga kini. Paguyuban Karya Sejahtera dan Pokdarwis ini beranggotakan seluruh pengrajin dan pengusaha kulit di desa Manding yang memasarkan hasil produksi kerajinan kulit Manding mulai dari pasaran lokal hingga luar negeri serta melakukan invasi baru pada hasil produknya. Sementara Pokdarwis berfokus pada pengembangan desa wisata dan seni budaya Manding. 5 Pemberlakuan perdagangan bebas nantinya akan memaksa produsen-produsen kerajinan kulit ini meningkatkan daya saingnya. Ketika perdagangan bebas mulai diberlakukan nanti akan muncul produk kerajinan kulit serupa dari merk dagang ternama kelas dunia juga menjadi ancaman tersendiri bagi produsen dalam negeri untuk mempertahankan eksistensinya di tengah persaingan bebas ini, mengingat kualitas yang 4 Rencana Strategis tahun 2011-2015, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul 5 Manding Information Centre
ditawarkan sama-sama unggul. Pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan dengan mengutamakan eksistensi produk lokal di tengah himpitan produk asing. Produk asing semakin tidak terbendung dalam memperebutkan pasar dengan produk lokal. Untuk itulah, para pelaku usaha harus melakukan inovasi-inovasi baru terhadap produknya sehingga akan dinamis dan berkembang mengikuti selera pasar. Ketatnya kompetisi di era pasar persaingan bebas menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha, tidak terkecuali bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menjamurnya produk impor yang masuk ke Indonesia telah menjadi pesaing bagi produk-produk lokal yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa dewasa ini tingkat daya saing yang dim iliki oleh usaha-usaha dalam negeri masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan usaha yang ada di negara lain. Rendahnya tingkat daya saing ini menyebabkan masih minimnya produk-produk hasil sektor usaha lokal yang mampu menembus pasar mancanegara. Produk-produk lokal yang mampu menembus pasar mancanegara saat ini masih didominasi oleh sektor Usaha Besar (UB), sedangkan untuk sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMK M) jum lahnya masih sangat kecil. Hal ini terjadi karena kurang optimalnya dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah, untuk terus mendorong UMKM agar mampu menembus pasar mancanegara. Pemerintah telah mengatur segala macam hal yang terkait dengan U MKM dalam UU No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil yang kemudian telah diperbarui lagi dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah. Dalam undang -undang tersebut telah dijelaskan mengenai kriteria usaha mikro, kecil, maupun menengah. Pemerintah sendiri dalam UU No. 20 tahun 2008 telah memberikan dukungan dalam
menumbuhkan iklim usaha kepada pelaku bisnis pada tingkat U MKM seperti yang tertulis dalam pasal 7 ayat (1) yang berbunyi 6 : Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan Dengan adanya regulasi mengenai UMKM ini, secara otomatis pemerintah turut berperan serta dalam mengembangkan sektor usaha ini. Pemerintah dengan segala program-programnya baik yang berupa bantuan modal, promosi, maupun pelatihan akan mendukung pengembangan sektor ini. Termasuk didalamnya bertujuan untuk mempersiapkan pelaku usaha dalam menghadapi persaingan global nanti agar mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Untuk itulah perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan daya saing usaha dari UMKM ini agar mampu bersaing dengan UMKM dari negara-negara lain dalam pasar global. Peningkatan daya saing usaha yang dimaksud adalah melalui peningkatan produktivitas usaha dari UMKM. Tidak hanya sekedar peningkatan produktivitas, tetapi juga diikuti dengan peningkatan keahlian SDM, bertambahnya inovasi, perluasan pasar usaha, maupun kemudahan akses bantuan modal. Berbagai hal tersebut akan mendorong peningkatan produktivitas UMKM sehingga diharapkan daya saing usaha juga akan mampu meningkat. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana respons UMKM di Sentra Kerajinan Kulit Manding terhadap globalisasi pasar? 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pasal 7 ayat (1).
2. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan daya saing usaha pada Sentra Kerajinan Kulit Manding dalam menghadapi pasar global? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: - Mengetahui respons UMKM terhadap globalisasi pasar. - Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing usaha pada Sentra Kerajinan Kulit Manding dalam menghadapi pasar global. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: a. Bagi Masyarakat Umum - Dapat memberikan informasi mengenai kondisi yang dihadapi oleh UMKM di Sentra Kerajinan Kulit Manding, Bantul. b. Bagi Akademisi - Dapat dijadikan referensi dalam mencari informasi mengenai upaya meningkatan daya saing produk UMKM dalam m enghadapi pasar global. c. Bagi Pemerintah Daerah - Dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap upaya peningkatan daya saing produk UMKM yang telah dilakukan. - Dapat memberikan saran, masukan, dan informasi bagi Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul.