BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan teknik analisis regresi berganda dua prediktor atau teknik

BAB II LANDASAN TEORI. Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori

HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA. Oleh: Reza Rizky Aditya

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi (Fishbein dan Ajzen, 1975) didefinisikan sebagai sebuah dimensisubjektif dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) :

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan sebuah perusahaan bukan hanya tergantung dari permodalan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rahayu S. Purnami, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja (Job Satifaction) seharusnya pekerja terima. Menurut As ad (2004) kepuasan kerja adalah keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Turnover. Definisi Intensi turnover menurut Harnoto (2002) adalah kadar atau

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja (job satisfaction) didefinisikan sebagai suatu perasaan positif

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Rousseau (2000) teori kontrak psikologi (Psychological Contract Theory) diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Job insecurity adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan rancu yang dialami para UKDW

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Literatur. Robbins (2009). Teori Herzberg (1966) dalam Kanungo (1979) membedakan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KOMITMEN KONTINUAN PADA KARYAWAN PELAKSANA PRODUKSI PT. SARI WARNA ASLI UNIT V KUDUS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istijanto, 2005). Seseorang yang berkeinginan keras dikatakan memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Organizational Citizenship Behavior

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

KUESIONER PENELITIAN

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS

Kuesioner (Job Insecurity) A. Arti Penting Aspek Kerja 1. Sangat Tidak Penting (STP) 2. Tidak Penting (TP) 3. Tidak Tahu, Apakah penting atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk

menjelaskan bahwa variasi definisi dan ukuran komitmen organisasi sangat luas. keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hamzah, Nyorong, 2013). Sebagai instansi yang berorientasi pada pelanggan (consumeroriented),

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. McDonald's Corporation pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB II KERANGKA TEORITIS. pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya. dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah menghadapi tantangan kompetensi global. Dengan begitu,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Teoritis 1. Komitmen Organisasi a. Pengertian Komitmen Organisasi Dalam prilaku organisasi, terdapat beragam definisi tentang komitmen organisasi. Sebagai suatu sikap, Luthans (2006) yang menyatakan komitmen organisasi merupakan: (1) keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok, (2) kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi, (3) suatu keyakinan tertentu dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan organisasi. Menurut Jewell dan Siegall (dalam Sutrisno, 2011) komitmen kerja dapat didefinisikan sebagai derajat hubungan individu memandang dirinya sendiri dengan pekerjaannya dalam organisasi tertentu. Robbins (dalam Sutrisno, 2010) mengatakan bahwa komitmen terhadap organisasi adalah salah satu sikap di tempat kerja, karena komitmen merefleksikan perasaan seseorang (suka atau tidak suka )terhadap organisasi dimana ia bekerja. Selanjutnya menurut Kreitner (2008) komitmen organi sasi mencerminkan tingkat bagi perorangan mengidentifikasikan dengan suatu organisasi dan merasa terikat dengan tujuannya.

Menurut Mayer dan Allen (dalam Luthans, 2006) ada tiga model komponen dari komitmen organisasi yaitu komitmen afektif (affective commitment), komitmen kelanjutan (continuance commitment) dan komitmen normatif (normative commitment). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah keinginan yang kuat dari individu untuk tetap menjadi anggota dari suatu organisasi, kesediaan untuk meningkatkan kemampuan diri untuk organisasi dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan dari organisasi. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi dalam Greenberg dan Baron (dalam Sunyoto, 2012) yaitu: 1. Karakteristik pekerjaan Komitmen organisasi dipengaruhi berbagai karakteristik pekerjaan. Komitmen cenderung lebih tinggi pada karyawan yang mempunyai tanggung jawab yang tinggi atas pekerjaan mereka dan kesempatan luas untuk promosi.

2. Sifat imbalan Komitmen dipertinggi oleh penggunaan rencana pembagian laba (karyawan menerima bonus sebanding dengan laba) dan di atur secara adil. 3. Adanya alternatif pekerjaan lain Makin besar kesempatan karyawan untuk menemukan pekerjaan lain maka komitmen cenderung makin rendah. 4. Perlakuan perusahaan terhadap pendatang baru Penggunaan metode rekruitmen yang tepat, komunikasi kuat serta sistem nilai organisasi yang jelas dapat mempengaruhi komitmen. Makin besar investasi perusahaan kepada seseorang dengan berusaha secara sungguh-sungguh mempekerjakannya maka karyawan akan berusaha untuk mengembalikan. Investasi perusahaan tersebut dengan mengekspresikan perasaan komitmen tehadap organisasi. 5. Karakteristik personal Organisasi dengan masa jabatan lama akan semakin tinggi komitmennya daripada karyawan yang masa kerjanya lebih pendek. c. Dimensi Komitmen Organisasi Dimensi komitmen organisasi dapat dikelompokan kedalam (Meyer and Allen, dalam Sunyoto, 2012):

1. Continuance Commitment Continuance commitment muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungankeuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain. 2. Normative Commitmen Normative commitmen timbul dari nilai-nilai diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena ada kesadaran bahwa komit terhadap organisasi merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan. 3. Affective Commitment Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari karena adanya ikatan emosional ( emotional attachment). 2. Job Insecure a. Pengertian Job Insecure Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecure merupakan suatu tingkat dimana para pekerja merasa terancam pekerjaannya dan tidak berdaya untuk melakukan apapun dalam situasi tersebut. Job insecure dirasakan tidak hanya disebabkan oleh ancaman hilangnya pekerjaan, tetapi juga dimensi pekerjaan.

Greenhalgh dan Rosenblett (De Witte, 2005) mendefenisikan job insecure sebagai ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diingankan dalam kondisi kerja yang terancam. Dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi, karyawan sangat mungkin merasa terancam, gelisah dan tidak nyaman karna potensi perubahan untuk mempengaruhi kondisi kerja dan kelanjutan hubungan serta balas jasa yang diterimanya oleh organisasi. Dapat disimpulkan bahwa job insecure merupakan suatu keadaan dimana individu merasa terancam dan tidak berdaya untuk mempertahankan kesinambungan pekerjaannya. b. Faktor-Faktor dalam Job Insecure Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt dan Ashford (dalam Lee, Bobko dan Chen, 2006) faktor-faktor job insecure yaitu: 1. Kondisi lingkungan dan organisasi Kondisi lingkungan dan organisasi dapat dijelaskan oleh beberapa faktor, misalnya: komunikasi organisasi dan perubahan organisasi. Perubahan organisasi antara lain dengan dilakukannya downsizing, rektruturisasi dan marger oleh perusahaan.

2. Karakteristik individual dan jabatan Karakteristik individual dan jabatan terdiri dari usia, gendre, pendidikan, senioritas, posisi dalam jabatan, budaya, status sosial dan ekonomi, dan pengalama kerja. 3. Karakteristik personal pekerja Karakteristik persona pekerja yang dapat mempengaruhi job insecure adalah locus of control, self esteem, dan perasaan optimis atau pesimis pada karyawan. c. Dimensi-Dimensi Job Insecure Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt dan Ashford et al (dalam Lee, Bobko dan Chen, 2006) job insecure ini terdiri dari lima dimensi yaitu: 1. Arti penting aspek kerja (the important of work factor), berupa ancaman yang diterima pada berbagai aspek kerja seperti promosi, kenaikan upah atau mempertahankan upah yang diterima saat ini, mengatur jadwal kerja. Karyawan yang terancam kehilangan aspek pekerjaan tersebut akan memiliki job insecurity yang tinggi dibandingkan yang tidak merasa terancam. 2. Arti penting keseluruhan kerja (the important of job event), seperti kejadian promosi, kejadian untuk diberhentikan sementara waktu, kejadian dipecat, individu yang mendapatkan ancaman terhadap

kejadian kerja penting lebih memungkinkan memicu job insecurity dibandingkan ancaman pada kejadian kerja yang tidak penting. 3. Mengukur kemungkinan perubahan negatif pada aspek kerja (likehood of negative change in work factor), semakin besar timbulnya ancaman negatif pada aspek kerja akan memperbesar kemungkinan timbulnya job insecurity pada karyawan dan sebaliknya. 4. Mengukur kemungkinan perubahan negatif pada keseluruhan aspek kerja (likehood of negative change in job event), semakin besar kemungkinan negatif menimpa kejadian kerja, maka semakin besar potensi untuk kehilangan pekerjaan yang berakibat memperbesar timbulnya job insecurity karyawan dan sebaliknya. 5. Ketidakberdayaan (powerlesnes), yang dirasakan individu membawa outcome atau hasil pada cara individu menghadapi keempat komponendiatas. Artinya, jika individu menerima ancaman pada aspek kerja atau kejadian kerja, maka mereka akan menghadapinya sesuai kemampuan yang dimilikinya. Semakin tinggi atau rendah powerlesness akan berakibat pada semakin tingi atau rendahnya jon insecurity yang dirasakan individu.

3. Kepuasan Kerja a. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana karyawan memandang pekerjaannya (As ad, dalam Sunyoto 2012 ). Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini Nampak pada sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Menurut Luthans (2006) bahwa k epuasan kerja adalah hasil persepsi karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan sesuatu yang dianggap penting. Karena hal ini merupakan persepsi, maka kepuasan kerja yang ditunjukkan seseorang berbeda dengan orang lain, disebabkan sesuatu yang dianggap penting oleh setiap orang adalah berbeda. Kreitner dan Kinicki (dalam Wibowo, 2013) m enyatakan bahwa Kepuasan kerja adalah respon afektif atau emosional terhadapa berbagai segi dari pekerjaan. Defenisi ini berarti kepuasan kerja merupakan kosep tunggal. Seseorang akan relatif puas terhadap aspek pekerjaan mereka atau merasa tidak puas terhadap suatu aspek dari aspek yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana karyawan memandang pekerjaannya. Positif dan menyukai pekerjaannya

dianggap kepuasan kerja dan negatif dan tidak menyukai pekerjaannya dianggap ketidakpuasan kerja. b. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Luthans (2006) yaitu: 1. Pekerjaan itu sendiri Pekerjaan itu sendiri dipandang sebagai peluang untuk pembelajaran, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab. 2. Gaji Upah dikenal menjadi signifikansi, tetapi komplesk secara kognitif dan menjadi faktor multi dimensi dalam kepuasan kerja. Uang tidak hanya digunakan untuk memperoleh kebutuhan dasar tetapi juga untuk memberikan kebutuhan kepuasan yang lebih tinggi. 3. Promosi Promosi dianggap peluang untuk mengembangkan karier. 4. Pengawasan Penyelia membantu individu dalam cara-cara seperti meneliti seberapa baik pekerjaan karyawan, memberikan nasihat, dan bantuan kepada individu. 5. Kelompok kerja

Rekan kerja yang secara teknik handal dan dapat memberikan dukungan sosial. 6. Kondisi kerja Kondisi kerja memiliki pengaruh kecil dalam kepuasan kerja, tetapi karyawan yang bekerja dalam lingkungan yang nyaman dan kondusif dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dibanding dengan bekerja dilingkungan yang tidak nyaman dan kurang kondusif. c. Dimensi-Dimensi Kepuasan Kerja Luthans (2006) membagi dimensi kepuasan kerja dalam lima dimensi yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi, pengawasan, kelompok kerja. Kemudian Luthan (2006) juga menambahkan kondisi kerja sebagai dimensi kepuasan kerja. 1. Pekerjaan itu sendiri Kepuasan kerja itu sendiri merupakan sumber utama kepuasan. Penelitian terbaru menemukan bahwa karakteristik pekerjaan dan kompleksitas menghubungkan antara kepribadian dan kepuasan kerja, dan jika persyaratan kreativitas pekerjaan karyawan terpenuhi, maka cendrung menjadi puas.

2. Gaji Upah dan gaji dikenal menjadi signifikan, tetapi kompleks secara kognitif dan merupakan faktor multidimensi dalam kepuasan kerja.uang tidak hanya untuk membantu orang memperoleh kebutuhan dasar, tetapi juga alat untuk memberikan kepuasan pada tingkat yang lebih tinggi. Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan. 3. Promosi Kesempatan promosi sepertinya memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan promosi memiliki sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki penghargaan.misalnya, individu yang dipromosikan atas dasar senioritas sering mengalami kepuasan kerja tetapi tidak sebanyak orang yang dipromosikan atas dasar kinerja. 4. Pengawasan Pengawasan (supervisi) merupakan sumber penting lain dari kepuasan kerja. Dua dimensi gaya pengawasan yang mempengaruhi kepuasan kerja. Pertama adalah bepusat pada karyawan, diukur menurut tingkat dimana penyelia menggunakan ketertarikan personal dan peduli pada keryawan. Hal ini dimanifestasikan dalam cara-cara seperti meneliti seberapa baik kerja karyawan, memberikan nasihat dan bantuan pada

individu, dan berkomunikasi dengan rekan kerja secara personal maupun dalam konteks pekerjaan. Dimensi lain yaitu partisipasi atau pengaruh, seperti diilustrasikan oleh manajer yangf memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka. 5. Kelompok kerja Sifat alami dari kelompok atau tim kerja akan mempengaruhi kepuasan kerja. Pada umumnya, rekan kerja atau anggota tim yang kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja yang paling sederhana pada keryawan secara individu. Kelompok kerja terutama tim yang kuat, bertindak sebagai sumber dukungan, kenyamanan, nasihat, dan bantuan pada anggota individu. 6. Kondisi kerja Kondisi kerja memiliki pengaruh kecil tehadap kepuasan kerja. Jika kondisi kerja bagus (misalnya lingkungan bersih dan mena rik) individu akan lebih mudah menyelesaikan pekerjaan mereka. Sebaliknya, kondisi kerja yang buruk akan membuat individu sulit menyelesaikan pekerjaannya. Dengan kata lain, efek lingkungan kerja sama halnya dengan efek kelompok kerja kita.

B. Kerangka Berfikir Komitmen organisasi bagi karyawan adalah merupakan hal yang penting untuk organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan dan pencapaian tujuan organisasi. Namun untuk memperoleh komitmen yang tinggi, diperlukan kondisi-kondisi yang memadai untuk mencapainya. Komitmen organisasi pada karyawan akan tinggi jika seorang karyawan merasa nyaman dalam organisasi, tidak merasa terancam keberadaannya dalam organisasi (job secure) kemudian merasakan kepuasan kerja dengan organisasi dimana ia berada (Rennova, 2003). Dengan tingginya komitmen organisasi pada karyawan tentunya karyawan akan memberikan kontribusi terbaiknya demi kemajuan organisasi dan karyawan akan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi. Job insecure mencerminkan serangkaian pandangan individu tentang kemungkinan negatif yang mungkin terjadi dalam pekerjaan mereka. Perubahan negatif yang terjadi pada aspek pekerjaan dan mengancam keseluruhan pekerjaan membuat komitmen organisasi karyawan menjadi melemah dan terjadi penolakan atas nilai dan tujuan organisasi. Sehingga job insecure memiliki hubungan dengan komitmen organisasi, hal ini dibuktikan dalam penelitian Risky Sudarwati pada tahun 2010, yang menyatakan adanya hubungan positif antara job insecure terhadap komitmen organisasi. Rasa terancam terhadap tugas-tugas yang di emban oleh karyawan, perubahan situasi dalam organisasi, dan perasaan takut atau khawatir di

keluarkan dari organisasi, dimana kondisi ini terjadi karena adanya sifat pekerjaan yang sementara atau kontrak. Kondisi-kondisi tersebut tentu akan memberikan dampak yang buruk bagi organisasi seperti, stress kerja, presensi kerja yang rendah dan yang lebih buruk yaitu keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini tentu akan mengancam komitmen organisasi karyawan pada organisasi yang disebabkan oleh adanya job insecure (wijaya, 2010). Hal lain yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah kepuasan kerja. Individu yang merasakan kepuasan dalam bekerja secara keseluruhan juga akan bersikap positif terhadap organisasinya. Hal ini karena organisasi tempat seseorang berada dapat memfasilitasi individu dalam pemenuhan tujuan-tujuan personalnya serta dapat memenuhi kebutuhannya (Agusta, 2007). Masih dalam sumber yang sama, apabila kepuasan dalam pekerjaan, kondisi kerja, mutu pengawasan dan pengawas, rekan sekerja, promosi dan gaji telah terpenuhi akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Bila karyawan merasa puas dengan pekerjaannya, karyawan akan bekerja dengan segenap kemampuannya, produktivitas tinggi sementara tingkat absensi dan turnovernya rendah. Dari adanya kepuasan kerja ini karyawan akan melibatkan diri dengan pekerjaannya, mempergunakan waktu danenergi dalam pekerjaannya dan menempatkan pekerjaan sebagai bagian sentral dari keseluruhan hidupnya yang menunjukkan meningkatnya keterlibatan kerja karyawan. Dengan adanya keterlibatan kerja yang tinggi karyawan akan

memiliki kemauan yang tinggi untuk tetap terlibat dalam organisasi yang direfleksikan pada kepercayaan karyawan akan misi dan tujuan organisasi. Kemauan untuk meningkatkan kecakapan, dan intensi untuk tetap bekerja dalam organisasi yang berpengaruh pada meningkatnya komitmen kerja karyawan. C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Hubungan Job Insecure dan Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan Kontrak UIN Suska Riau.